Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny.R DENGAN HIPERTENSI DI DESA SALAKAN


KECAMATAN LIMBANGAN
KABUPATEN KENDAL

Disusun Oleh :

1. Nurul afifah
2. Putri agustin
3. Ramiro da costamariz
4. Santi widyanti R

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang

ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya

tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih

dari sama dengan 90 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua

jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui

dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit

endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali

tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus

tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena

itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah

secara berkala (Sidabutar, 2009).

Berdasarkan data dari WHO tahun 2000, menunjukkan sekitar 972

juta orang atau 26,4% penduduk dunia menderita hipertensi, dengan

perbandingan 50,54% pria dan 49,49 % wanita. Jumlah ini cenderung

meningkat tiap tahunnya (Ardiansyah, 2012). Data statistic dari Nasional

Health Foundation di Australia memperlihatkan bahwa sekitar 1.200.000

orang Australia (15% penduduk dewasa di Australia) menderita hipertensi.

Besarnya penderita di negara barat seperti, Inggris, Selandia Baru, dan Eropa

Barat juga hampir 15% (Maryam, 2008). Di Amerika Serikat 15% ras kulit

putih pada usia 18-45 tahun dan 25-30% ras kulit hitam adalah penderita
hipertensi (Miswar, 2004).

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di

Indonesia tahun 2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 - 14,6%, sedangkan

pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18%. Secara nasional Provinsi Jawa

Tengah menempati peringkat ke-tiga setelah Jawa Timur dan Bangka

Belitung. Data Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai

penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di

Indonesia (Depkes, 2010).

Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012, kasus tertinggi

penyakit tidak menular di Jawa Tengah tahun 2012 pada kelompok penyakit

jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi esensial, yaitu

sebanyak 554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011

(634.860 kasus/72,13%). Berdasarkan data dari Puskesmas Kerjo

Karanganyar tahun 2010 jumlah penderita hipertensi sebanyak 352 lansia.

Tahun 2011 sebanyak 446 lansia dan tahun 2012 tercatat penderita hipertensi

598 lansia sedangkan pada bulan Januari-Mei 2013 tercatat penderita

hipertensi 482 lansia. Angka kejadian hipertensi ini menunjukkan bahwa

penyakit hipertensi menjadi prioritas utama masalah kesehatan yang terjadi di

Kecamatan Kerjo tersebut. Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat

penting untuk dicegah dan diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi

pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan pembuluh darah di otak.

Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola
makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan

seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.

Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal

hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita

hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap

ringan penyakitnya. Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika

dilakukan pemeriksaan rutin/saat pasien datang dengan keluhan lain. Dampak

gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi baru disadari ketika

telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner,

fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya

mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara

beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi

selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada

mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para

penderitanya. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan

kualitas hidup. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka

hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan

kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus mengakibatkan kerja

jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan

pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi di Desa


Salakan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal?

C. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pasien hipertensi.

b. Mengetahui diagnosa pasien hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penderita

Dengan penelitian ini penderita dapat menambah pengetahuannya

tentang hipertensi dalam kehidupan sehari- hari dan dapat

meningkatkan motivasi untuk memeriksakan diri dalam berobat.

2. Bagi keluarga

Memberikan informasi dan saran bagi keluarga mengenai pentingnya

pengetahuan pada penderita hipertensi dan motivasi untuk

memeriksakan diri berobat

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat

bahwa pengetahuan tentang hipertensi sangat dibutuhkan agar anggota

keluarga terhidar dari penyakit hipertensi serta memiliki movitasi

yang kuat untuk hidup sehat dan terhindar dari hipertensi.

4. Bagi peneliti

Memberi pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian

serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapat di

bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian ilmiah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian

Pengertian hipertensi oleh beberapa sumber adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan

angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140

mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung

dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke

jantung (Triyanto, 2014).

b. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang

sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik

lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal pada

lansia (Sudarta, 2013).

c. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler

aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran

atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).

d. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun

diastolik yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang

paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh

penyakit renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan

merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada

dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer,2011).

e. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam

pembuluh darah arteri dalam satu poeriode, mengakibatkan arteriola

berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011)

Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga

merupakan faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal

jantung dan stroke


2. Klasifikasi

Klasifikasihipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan

darah diastolik dibagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat

dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg) Tekanan darah diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium 1 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Sumber : (Smeltzer, et al, 2012)

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada

orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasifikasi tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.2.

Kategori Tekanan darah sistolik


(mmHg) Tekanan darah diastolik
(mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg


85 – 89 mmHg
Normal Tinggi 130 - 139 mmHg
90 – 99 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg
100 – 109 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg
110 – 119 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg
≥ 120 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg
Sumber : (Triyanto, 2014)

3. Etiologi dan faktor resiko

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :


a. Etiologi

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,

sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga

tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan

penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya,

genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnya

hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,

merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti

kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss

& Labus, 2013).

b. Faktor resiko

1) Faktor resiko yang bisa dirubah

a) Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang

berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko

mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat

seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan


oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta

jantung(Triyanto, 2014).

b) Lingkungan (stres)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh

terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan

hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya

peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan

tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

c) Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

kegemukan atau obesitas. Perenderita obesitas dengan

hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan penderita yang memiliki berat badan normal

(Triyanto, 2014)

d) Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus

pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami

peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut

jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi

yang dapat meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,


2012).

e) Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.

Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk

mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi

pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah

turun dan memberikan efek rileks) menghambat reseptor

untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus

sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah

mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya

peningkatan tekanan darah(Blush, 2014).

2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah

a) Genetik

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap

angka kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial

sekitar 70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot

(satu telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat

keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi pemicu

seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu hipertensi

disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).

b) Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar


untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi

kadar renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan

ginjal untuk mengekskresikan kadar natrium yang

berlebih (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor

yang dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis

melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron

preganglion untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf

pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan

norepineprin yang mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme

hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja

mengatur tekanan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme

ini antara lain :

a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin

Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi

pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan

epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon

norepineprin dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah

akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi &


Mariza, 2013).

b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin

Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi

substrat renin untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah

menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.

Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih

menetap didalam darah (Guyton, 2012).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada

lanjut usia (Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan struktural dan fungsional

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga

menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer(Saferi & Mariza, 2013).

5. Manifestasi klinik

Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012)muncul setelah

penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara

lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang


menyebabkan ayunan langkah tidak mantap.

b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi

hari karena peningkatan tekanan intrakranial yang

disertai mual dan muntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh

penurunan perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh

darah.

e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai

dampak hipertensi.

f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat

dari peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan

filtrasi oleh glomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-

tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua

kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising

pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri

karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau

aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun

gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya.

Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan

obesitas batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien

feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat


dan perspirasi yang sangat banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

6. Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009)

menyerang organ-organ vital antar lain :

a. Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard

menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi

kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan

kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada

glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut

terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya

kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari

pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi

apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal

ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi


sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi

bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara

memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass

Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui

dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang

telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi

dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya

protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg

dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5

mmHg(Dalimartha, 2008).

2) Mengurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet

rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6

gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi

konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu

sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik

sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg

dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi

½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2008).

3) Batasi konsumsi alkohol


Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau

lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan

tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan

konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan

darah (PERKI, 2015).

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan

jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin.

Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam

sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara

mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500

mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.

5) Penurunan stress

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan

darah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi

dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot,

yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga

menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)

merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih


dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk

menghambat aktifitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya

pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang

mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkial.

4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat

angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan

mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis

penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan

menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.

7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi

jantung (kontraktilitas) akan terhambat.


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny.R DENGAN HIPERTENSI DI DESA SALAKAN
KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

Disusun Oleh :

1. Nurul afifah
2. Putri agustin
3. Ramiro da costamariz
4. Santi widyanti R

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

Tanggal pengkajian : 28 Desember 2020


Waktu pengkajian : 10.00
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas

Nama : Ny. R
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : jawa/indonesia
Diagnosa medis : Hipertensi
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama :

Klien mengatakan pusing, nyeri tengkuk, mata berkunang-kunang.


Keadaan umum baik, TTV = TD = 170/110 mmHg, S = 36˚C, RR =
20x/menit, HR = 98x/menit.

3. Riwayat kesehatan lalu


Klien mengatakan sudah menderita hipertensi sekitar 2 tahun yang
lalu, dulu pernah di rawat di RS karena hipertensi. Klien tidak
memiliki alergi makanan maupun obat
4. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan anggota keluarga klien (ibu klien)
menderita sakit hipertensi seperti Ny. R sudah sejak lama.

Genogram :

Tn. T (54th) Ny. R (49 th)

= Perempuan
= laki-laki
= Klien
= meninggal

5. Riwayat kesehatan lingkungan


Keluarga klien mengatakan kebersihan rumah baik selalu
dibersihkan dan nyaman, kebersihan lingkungan sekitar juga baik
tidak ada penyakit menular.
II. POLA FUNGSIONAL
1. Pola persepsi
Jika ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke dokter.
Interpretasi :
Pasien mengatakan bahwa ke dokter itu perlu karena kesehatan itu
penting.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit = klien mengatakan asupan nutrisi baik, sehari makan
3x dengan porsi sedang, makan dengan sayur, lauk
pauk. BB sebelum sakit 60 kg, tidak ada masalah
dalam kebutuhan nutrisi.
Selama sakit = klien mengatakan bahwa pola makannya berubah karena
sakit porsi makan sedikit.
IMT = BB/(TB)² = 60/(1,50x1.50) = 60/2,25 = 26,6
A = BB = 60 kg, TB = 150 cm
B = tidak ada pemeriksaan laboratorium
C = mukosa bibir kering, rambut warna putih, kulit normal
D = nasi, lauk pauk, sayur
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit = klien mengatakan BAB 1-2x sehari, warna kuning
kecoklaan, konsistensi lembek/padat, kadang ada
konstipasi. BAK 3-4x sehari, warna kuning jernih,
bau khas.
Selama sakit = klien mengatakan BAB sehari kadang 1x dengan
warna kuning kecoklatan, konstipasi. BAK 3-4x
sehari, klien menggunakan pampers.

4. Pola Aktifitas dan latihan


Sebelum sakit = klien mengatakan sebelum sakit aktivitas normal tidak
ada gangguan dan bisa dilakukan mandiri, tidak ada
masalah dalam mobilitas.
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Selama sakit = klien mengatakan mampu melakukan aktivitas makan
dan minum dengan mandiri karena makan dan minum
sudah disiapkan disamping tempat tidur, aktivitas
berpindah dan naik tangga dibantu keluarga.
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √

Tingkat Kategori
5. Aktivitas/Mobilitas
Pola Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 3 orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
Tingkat 4 lain, dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
istirahat dan tidur
Sebelum sakit = klien mengatakan sebelum sakit sehari tidur 8 jam,
dari jam 21.00 sampai jam 04.00, kualitas tidur baik dan
tidur nyenyak, tidak ada masalah dalam tidur.
Selama sakit = klien mengatakan selama sakit kualitas tidur
berkurang, kadang setiap malam terbangun, tidur 5-6
jam/hari.
6. Pola kognitif
Sebelum sakit = klien mengatakan sebelum sakit tidak merasakan
nyeri dan berkunang-kunang, namun kadang merasakan
pusing.
Selama sakit = klien mengatakan selama sakit merasakan nyeri pada
tengkuk leher.
P = nyeri dirasakan saat beraktifitas
Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk leher
S = skala 6
T = nyeri hilang timbul
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan emosi stabil, dan tidak ada pikiran
apapun, pasien bisa bekerja dengan semangat.
Selama sakit :
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak bisa berajtivitas.
b. Identitas diri : Pasien merupakan seorang istri.
c. Harga diri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan
segera melakukan aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup
dengan keluarga kecilnya.
d. Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin
segera beraktivitas kembali.
e. Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa
melakukan kegiatan yang terlalu berat
8. Pola mekanisme koping
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika merasa pusing langsung
minum obat dan istrirahat
Selama sakit : pasien mengatakan jika lemas atau pusing minta
bantuan kepada orang lain
9. Pola seksual reproduksi
Sebelum sakit = klien mengatakan sebelum sakit mandi 2x/hari mandi
dilakukan secara mandiri, selalu menjaga kebersihan.
Selama sakit = klien mengatakan selama sakit mandi hanya 1x dalam
sehari
10. Pola peran berhubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : pasien mengatakan hubungan dengan teman saudara
atau yang lainnya baik baik saja.
Selama sakit : pasien mengatakan lebih senang sendiri atau bersama
keluarga sendiri karena merasa takut penyakitnya
menular apalagi dikala pandemic.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu rajin ibadah sholat dan mengaji
Selama sakit : pasien mengatakan tetap melakukan ibadah sholat dan
mengaji walapun terkadang sambil duduk jika
merasakan lemas.

III. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


1. Kesadaran
Pengkajian GCS : composmentis, GCS : 15, E : 4, M : 5, V : 6
2. Penampilan
Klien tampak lemah.
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 36˚C
b. Tekanan Darah : 120/100 mmHg
c. Respirasi (jumlah, irama, kekuatan) : 20x/menit, irama teratur,
kekuatan baik.
d. Nadi (jumlah, irama, kekuatan) : 98x/menit, irama teratur,
kekuatan baik.
4. Kepala
Bentuk kepala oval, rambut putih, rontok, rambut pendek.
5. Mata
Bentuk mata simetris, ada reaksi terhadap cahaya, kemampuan
penglihatan menurun, konjuntiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ada alat bantu penglihatan, ada sekret
6. Hidung
Hidung kotor, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terdapat nafas
cuping hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga
Bentuk telinga simetris, mengalami penurunan pada pendengaran,
tidak ada alat bantu dengar, ada serumen, tidak ada infeksi, telinga
tidak berdenging.
8. Mulut dan Tenggorokan
Tidak mengalami gangguan bicara, tidak ada nyeri pada gigi, gigi
opong banyak, warna kekunungan, mengalai kesulitan mengunyah,
tida adabenjolan pada leher, vena jugularis teratur.
9. Dada
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara jantung pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 Lup dan S2 Dup
Paru- paru
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan
sputum pergerakan paru kanan dan kiri normal
Palpasi : getaran 77
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara paru vesikuler
10. Abdomen 
Inspeksi : bentuk datar, tidak ada lesi
Auskultasi : terdengar bising usus, 24x/mnt
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan maupun benjolan.
Perkusi : timpani
11. Genetalia
Daerah genitalia kotor, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi,
memakai popok, tidak ada hemoroid.
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Atas
Kulit bersih, warna sawo matang, kuku bersih, turgor kulit normal,
ekstermitas gerak atas normal.
b. Bawah
Kulit sawo matang, tidak ada nyeri tekan bagian persendian, kuku
bersih, tidak ada edema.

Kekuatan otot :
5 5
5 5
13. Kulit
Kulit bersih, warna sawo matang, kulit keriput, turgor normal, tidak
ada edema.
14. DATA PENUNJANG
a. Hasil Pemeriksaan Penunjang
-

A. Analisa data
Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi TTD

28-12- DS: klien mengatakan Nyeri Agen pencidera Putri


2020/10.0 nyeri pada tengkuk (D.0077) fisiologis :
0 leher, jika mau peningkatan
berpindah tempat dan tekanan vaskuler
naik tangga serebral (D.0077)
memerlukan bantuan
dari keluarga, nyeri
hilang timbul pada
bagian tengkuk leher
P = nyeri dirasakan
saat beraktifitas
Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk
leher
S = skala 6
T = nyeri hilang timbul
DO: klien tampak
meringis kesakitan
ADL :
- Makan secara Putri
mandiri
- Mandi secara
mandiri
- Berpakaian secara
mandiri
- Eliminasi secara
mandiri
- Berpindah dibantu
orang lain
Indeks katz : B Intoleransi Ketidakseimbanga
28-12- DS : klien mengatakan aktivitas n antara suplai dan
2020 / hampir jatuh saat akan (D.0056) kebutuhan oksigen
11.00 bangun tidur karena (D.0056)
nyeri pada tengkuk
leher dan mata
berkunang-kunang.
DO : klien tampak sulit
untuk beraktifitas
seperti berpindah
tempat dan naik tangga
membutuhkan bantuan
keluarga

Gangguan kurangnya kontrol


28-12- DS : klien mengatakan Pola Tidur tidur (D.0055)
2020/12.0 selama sakit tidur dan (D.0055)
0 istirahat menjadi
berkurang, kadang tiap
malam terbangun,
awalnya sebelum sakit
selama 8 jam, namun
sekarang saat selama
sakit menjadi 5-6 jam
DO : klien tampak
terlihat sayu karena
kurang tidur

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan
tekanan vaskuler serebral (D.0077)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
(D.0055)
C. Planning / intervensi
Tgl / jam Diagnosa Tujuan & Planning TTD
keperawatan Kriteria Hasil
28-12- Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara Putri
2020/ dengan agen tindakan keperawata komprehensif
11.00 pencidera 3x24 jam klien dapat meliputi
fisiologis : mengontrol nyeri lokasi,karakteristik,
peningkatan dengan kriteria : durasi,
tekanan vaskuler 1. Mengenal faktor frekuensi,kualitas,
serebral (D.0077) nyeri intensitas
2. Tindakan 2. Observasi reaki
pertolongan nonverbal dan
nonfarmakologi ketidaknyamanan
3. Mengenal tanda 3. Gunakan komunikasi
pencetus nyeri untuk terapeutik agar klien
mencari pertolongan dapat
4. Melaporkan nyeri mengekspresikan
berkurang dengan nyeri
menggunakan 4. Ajarkan penggunaan
manajemen nyeri teknik
5. Menyatakan rasa nonfarmakologi
nyaman setelah nyeri :teknik relaksasi
berkurang progresif
5. Berikan analgetik
sesuai anjuran
6. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas Putri
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
7. ajarkan pendidikan
kesehatan tentang
hipertensi dan
pemberian jus tomat
untuk menurukan
hiperteni

28-12- Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy


2020/ aktifitas Tindakan 1. Tentukan
11.00 berhubungan keperawatan…x 24 keterbatasan klien
dengan jam tidak terjadi terhadap aktifitas
ketidakseimbanga intoleransi aktifitas 2. Tentukan penyebab
n antara suplai dan dengan kriteria : lain kelelahan Putri
kebutuhan oksigen 1. Meningkatkan 1. 3.Observasi asupan
(D.0056) energy untuk nutrisi sebagai
melakukan sumber energy yang
aktifitas sehari- adekuat
hari 2. 4.Observasi respons
2. Menunjukkan jantung terhadap
penurunan gejala- aktivitas
gejala intoleransi (misalnya:takikardia,
aktifitas disritmia,dyspnea,
diaphoresis,pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi pernafasan)
3. 5.Dorong klien
melakukan aktifitas
sebagai sumber
energy

28-12- Gangguan pola Setelah dilakukan


1. Ciptakan suasana
2020/12.0 tidur berhubungan tindakan
lingkungan yang
0 dengan kurangnya keperawatan …x 24
tenang dan nyaman
kontrol tidur jam tidak terjadi
2. Beri kesempatan
(D.0055) gangguan pola tidur
klien untuk
dengan kriteria : 1.
istirahat/tidur
Jumlah jam tidur
3. Evaluasi tingkat
dalam batas normal
stress
6-8 jam/hari 2. Tidak
4. Monitor keluhan
menunjukkan
nyeri kepala
perilaku gelisah 3.
5. Lengkapi jadwal
Wajah tidak pucat
tidur secara teratur
dan konjungtiva
tidak anemis.

D. Implementasi
Tgl / Diagnosa Implementasi Respon TT
jam keperawatan D
28- Nyeri 1. MengKaji nyeri DS: klien mengatakan Putr
12- berhubunga secara nyeri pada tengkuk i
2020 n dengan komprehensif leher, jika mau
13.00 agen meliputi berpindah tempat dan
pencidera lokasi,karakteristik, naik tangga
fisiologis : durasi, memerlukan bantuan
peningkatan frekuensi,kualitas, dari keluarga, nyeri
tekanan intensitas hilang timbul pada
vaskuler bagian tengkuk leher
serebral P = nyeri dirasakan
(D.0077) saat beraktifitas
Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk
leher
S = skala 6
T = nyeri hilang timbul
DO: klien tampak
meringis kesakitan
TTV : Putr
TD : 170/110 mmHg i
S : 36,2˚C
RR : 20x/menit
HR : 95x/menit
ADL :
- Makan secara
mandiri Putr
- Mandi secara i
mandiri
- Berpakaian secara
mandiri Putr
- Eliminasi secara i
mandiri
- Berpindah dibantu
orang lain
Putr
Indeks katz : B
i
Intoleransi 2. Mengajarkan
13.15
aktifitas penggunaan teknik
berhubunga nonfarmakologi
DS : klien mau untuk
n dengan :teknik relaksasi
diajarkan teknik non
ketidakseim progresif Putr
farmakologi teknik
bangan i
relaksasi otot progresif
antara suplai
DO : Klien tampak
dan
mau mengikuti
kebutuhan
perintah perawat
oksigen
(D.0056) Putr
i
3. Mengajarkan
13.30
pendidikan
kesehatan tentang
DS : Klien bersedia
hipertensi dan
diberikan pendidikan
pemberian jus tomat Putr
kesehatan tentang
untuk menurukan i
hipertensi dan
hipertensi sesuai
pemberian jus tomat
jurnal Pengaruh
unk menurunkan
Pemberian jus
hipertensi
tomat terhadap
DO : klien tampak
tekanan
Memahami dan
bersedia meminum jus
13.40 tomat yang diberikan
oleh perawat
Putr
4. Menentukan i
keterbatasan klien
terhadap aktifitas DS : klien mengatakan
hampir jatuh saat akan
bangun tidur karena
nyeri pada tengkuk
leher dan mata Putr
berkunang-kunang. i
DO : klien tampak sulit
untuk beraktifitas
seperti berpindah
13.50 tempat dan naik tangga
membutuhkan bantuan
keluarga Putr
5. Mentukan penyebab
i
lain kelelahan
DS : klien mengatakan
kaki terasa kaku saat
untuk berjalan, klien
pernah jatuh saat akan
berpindah ketempat
lain tanpa bantuan
orang lain.
14.00 DO : klien tampak
Gangguan duduk dan klien
pola tidur tampak lemah.
6. Menciptakan
berhubunga
suasana lingkungan
n dengan
yang tenang dan
kurangnya
nyaman
kontrol tidur DS : klien mengatakan
(D.0055) selama sakit tidur dan
istirahat menjadi
berkurang, kadang tiap
malam terbangun,
awalnya sebelum sakit
selama 8 jam, namun
sekarang saat selama
sakit menjadi 5-6 jam
DO : klien tampak
14.15 terlihat sayu karena
kurang tidur

7. Melengkapi jadwal
tidur secara teratur
DS : Klien mengatakan
bersedia mengikuti
anjuran perawat untuk
dibuatkan jadwal tidur
secara teratur agar
keluhan berkurang
DO : Klien tampak
29- megikuti anjuran
12- Nyeri perawat
2020 berhubunga
08.30 n dengan
8. Mengkaji nyeri
agen
secara
pencidera
komprehensif
fisiologis :
meliputi
peningkatan DS: klien mengatakan
lokasi,karakteristik,
tekanan masih teraasa nyeri
durasi,
vaskuler pada tengkuk leher,
frekuensi,kualitas,
serebral jika mau berpindah
intensitas
(D.0077) tempat dan naik tangga
memerlukan bantuan
dari keluarga, nyeri
hilang timbul pada
bagian tengkuk leher
P = nyeri dirasakan
saat beraktifitas
Q = nyeri seperti
ditusuk
R = nyeri dibagian
tengkuk leher
S = skala 6
T = nyeri hilang
timbul
DO: klien tampak
meringis kesakitan
TTV :
TD : 160/100 mmHg
S : 36,2˚C
RR : 20x/menit
HR : 95x/menit
ADL :
- Makan secara
mandiri
- Mandi secara
mandiri
09.00 - Berpakaian secara
Intoleransi mandiri
aktifitas - Eliminasi secara
berhubunga 9. Mengajarkan
mandiri
n dengan penggunaan teknik
ketidakseim nonfarmakologi - Berpindah dibantu
bangan :teknik relaksasi orang lain
antara suplai progresif Indeks katz : B
dan
kebutuhan
oksigen
(D.0056) DS : klien mau untuk
10.00 diajarkan teknik non
farmakologi teknik
relaksasi otot progresif
10. Mengajarkan DO : Klien tampak
pendidikan mau mengikuti
kesehatan tentang perintah perawat
hipertensi dan
pemberian jus tomat
untuk menurukan
hiperteni sesuai
jurnal Pengaruh
Pemberian jus
tomat terhadap DS : Klien bersedia
11.00 tekanan darah diberikan pendidikan
kesehatan tentang
hipertensi dan
pemberian jus tomat
unk menurunkan
11. Menentukan hipertensi
keterbatasan klien DO : klien tampak
terhadap aktifitas Memahami dan
bersedia meminum jus
tomat yang diberikan
oleh perawat

DS : klien mengatakan
12.00 hampir jatuh saat akan
bangun tidur karena
nyeri pada tengkuk
leher dan mata
berkunang-kunang.
12. Menentukan DO : klien tampak sulit
penyebab lain untuk beraktifitas
kelelahan seperti berpindah
tempat dan naik tangga
membutuhkan bantuan
keluarga

12.30

DS : klien mengatakan
kaki terasa kaku saat
untuk berjalan, klien
pernah jatuh saat akan
13. Menciptakan
berpindah ketempat
suasana lingkungan
lain tanpa bantuan
yang tenang dan
orang lain.
nyaman
DO : klien tampak
duduk dan klien
tampak lemah.

DS : klien mengatakan
selama sakit tidur dan
Gangguan istirahat menjadi
pola tidur berkurang, kadang tiap
berhubunga malam terbangun,
n dengan 14. Melengkapi jadwal awalnya sebelum sakit
kurangnya tidur secara teratur selama 8 jam, namun
kontrol tidur sekarang saat selama
(D.0055) sakit menjadi 5-6 jam
30- DO : klien tampak
12- terlihat sayu karena
2020/ Nyeri kurang tidur
09.00 berhubunga
n dengan
agen
pencidera 15. Mengkaji nyeri DS : Klien mengatakan
fisiologis : secara bersedia mengikuti
peningkatan komprehensif anjuran perawat untuk
tekanan meliputi dibuatkan jadwal tidur
vaskuler lokasi,karakteristik, secara teratur agar
serebral durasi, keluhan berkurang
(D.0077) frekuensi,kualitas, DO : Klien tampak
intensitas megikuti anjuran
perawat
DS: klien mengatakan
nyeri berkurang,, nyeri
hilang timbul pada
bagian tengkuk leher
P = nyeri dirasakan
saat beraktifitas
Q = nyeri seperti
ditusuk
R = nyeri dibagian
tengkuk leher
S = skala 4
T = nyeri hilang
timbul
DO: klien tampak
meringis kesakitan
TTV :
10.00 TD : 140/90 mmHg
S : 36,2˚C
RR : 20x/menit
HR : 85x/menit
ADL :
16. Mengajarkan - Makan secara
penggunaan teknik mandiri
nonfarmakologi - Mandi secara
:teknik relaksasi
mandiri
progresif
11.00 - Berpakaian secara
mandiri
- Eliminasi secara
mandiri
17. Mengajarkan - Berpindah secara
pendidikan mandiri
kesehatan tentang Indeks katz : A
hipertensi dan
pemberian jus tomat
untuk menurukan
hiperteni sesuai DS : klien mau untuk
jurnal Pengaruh diajarkan teknik non
11.15
Pemberian jus farmakologi teknik
tomat terhadap relaksasi otot progresif
Intoleransi
tekanan darah DO : Klien tampak
aktifitas
mau mengikuti
berhubunga
perintah perawat
n dengan
ketidakseim
18. Menentukan
bangan DS : Klien bersedia
keterbatasan klien
antara suplai diberikan pendidikan
terhadap aktifitas
dan kesehatan tentang
kebutuhan hipertensi dan
oksigen pemberian jus tomat
(D.0056) unk menurunkan
11.30 hipertensi
DO : klien tampak
Memahami dan
bersedia meminum jus
tomat yang diberikan
oleh perawat

19. Menentukan
penyebab lain
kelelahan DS : klien mengatakan
sudah mulai bisa
12.00 beraktifitas
DO : klien tampak bisa
beraktifitas secara
Gangguan mandiri
pola tidur
berhubunga
n dengan
kurangnya 20. Menciptakan
kontrol tidur suasana lingkungan
(D.0055) yang tenang dan
nyaman
DS : klien mengatakan
kaki terasa kaku saat
untuk berjalan, klien
pernah jatuh saat akan
berpindah ketempat
lain tanpa bantuan
orang lain.
21. Melengkapi jadwal
DO : klien tampak
tidur secara teratur
duduk dan klien
tampak lemah.

DS : klien mengatakan
tidur dan istirahat
mulai membaik yaitu
sekitar 7-8 jam
DO : klien terlihat
lebih segar

DS : Klien mengatakan
bersedia mengikuti
anjuran perawat untuk
dibuatkan jadwal tidur
secara teratur agar
keluhan berkurang
DO : Klien tampak
megikuti anjuran
perawat

E. Evaluasi
Tgl / jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan TTD
28-12- Nyeri berhubungan S: klien mengatakan klien Putri
2020/14.15 dengan agen mengatakan merasa nyeri dibagian
pencidera fisiologis tengkuk kepalanya
: peningkatan P = nyeri dirasakan saat
tekanan vaskuler beraktifitas
serebral (D.0077) Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk
kepala
S = skala 6
T = nyeri hilang timbul
O: klien tampak lemah, dan
sesekali memegangi bagian tengkuk
TTV : TD : 170/110
RR : 20x/menit
S : 36.2 C
N : 95x/menit
A: masalah belum teratasi Putri
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya

Intoleransi aktifitas S : klien mengatakan ingin berjalan


14.20 berhubungan namun kaki terasa kaku. Putri
dengan O : klien tampak lemas
ketidakseimbangan A: masalah belum teratasi
antara suplai dan P : lanjutkan intervensi
1. Tentukan keterbatasan klien terhadap
kebutuhan oksigen aktifitas
(D.0056)
2. Tentukan penyebab lain kelelahan

Gangguan pola
S : klien mengatakan kaki sulit
tidur berhubungan
untuk tidur dan sering terbangun
14.30 dengan kurangnya
pada malam hari
kontrol tidur
O : klien tampak sayu
(D.0055)
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-Lengkapi jadwal tidur secara
teratur

Nyeri berhubungan S: klien mengatakan klien


dengan agen mengatakan merasa nyeri dibagian
29-12- pencidera fisiologis tengkuk kepalanya
2020/14.15 : peningkatan P = nyeri dirasakan saat
tekanan vaskuler beraktifitas
serebral (D.0077) Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk
kepala
S = skala 6
T = nyeri hilang timbul
O: klien tampak lemah, dan
sesekali memegangi bagian tengkuk
TTV : TD : 160/100
RR : 20x/menit
S : 36.2 C
N : 95x/menit
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya

Intoleransi aktifitas
berhubungan S : klien mengatakan ingin berjalan
dengan namun kaki terasa kaki.
14.20 ketidakseimbangan O : klien tampak lemas
antara suplai dan A: masalah belum teratasi
kebutuhan oksigen P : lanjutkan intervensi
(D.0056) 1. Tentukan keterbatasan klien terhadap
aktifitas
2. Tentukan penyebab lain kelelahan

Gangguan pola
tidur berhubungan S : klien mengatakan kaki sulit
dengan kurangnya untuk tidur dan sering terbangun
kontrol tidur pada malam hari
14.30 (D.0055) O : klien tampak sayu
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-Lengkapi jadwal tidur secara
teratur

Nyeri berhubungan
dengan agen S: klien mengatakan klien
pencidera fisiologis mengatakan merasa nyeri
: peningkatan berkurang, dan diberikan jus tomat
30-12- tekanan vaskuler oleh perawat
2020/14.00 serebral (D.0077) P = nyeri dirasakan saat
beraktifitas
Q = nyeri seperti ditusuk
R = nyeri dibagian tengkuk
kepala
S = skala 4
T = nyeri hilang timbul
O: klien tampak meminum jus
tomat yang diberikan
TTV : TD : 140/100
RR : 20x/menit
S : 36.2 C
Intoleransi aktifitas N : 95x/menit
berhubungan A: masalah belum teratasi
dengan
P : lanjutkan intervensi
ketidakseimbangan
antara suplai dan - Identifikasi adanya nyeri
kebutuhan oksigen atau keluhan fisik lainnya
(D.0056) - lanjut kan pemberian non
farmakologi, memberikan
jus tomat
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kurangnya
S : klien mengatakan sudah dapat
kontrol tidur
beraktifitas
(D.0055)
O : klien tampak sudah segar
A: masalah teratasi
P: -
S : klien mengatakan kaki sulit
untuk tidur dan sering terbangun
pada malam hari
O : klien tampak sayu
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
-Lengkapi jadwal tidur secara
teratur

JURNAL KEPERAWATAN
JurnalIlmuKeperawatanKomunitas Volume 1 No 1, Hal 1 - 4, ISSN2621-3001 (media
November 2018 online)
PersatuanPerawat Nasional Indonesia JawaTengah

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP TEKANAN DARAH


LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DIDESA LEMAHIRENG
KECAMATAN BAWEN

Suwanti1, Blessa Adhy Nugraha2


Universitas Ngudi Waluyo
E-mail : cintanurfatwa@yahoo.com

ABSTRACT

Hypertension is the most common disease in the elderly and causes death
worldwide every year. Hypertension disease can be controlled non
pharmacologically.Objective: To know the effect of tomato juice to blood
pressure of elderly hypertension patients in Lemahireng Village, Bawen Sub-
district. Methods: This type of research wasQuasy Experiment using one -
group pre post test design. The population was 60 elderlywho suffering
hypertension in Lemahireng village, samples in this study were 15 people.
Sampling was Non-random tehnique and used accidental method. The
research done in 6-13 February 2018. Blood pressure was measured using a
sphygmomanometer. Data analysis used dependentt-test(α = 0,05) Results:In
the tomato juice group, the average systole before administeringtomato juice
was 164.47 and after it was 150.53 mmHg, whereas diastole before
administering tomato juice was 93.00 and 85.53 mmHg
afterwards.Discussion:Tomato juice has benefit to lower blood presure due to
Kalium as barrier renin secretion so its increasing in water and
natrium.Kalium influences in renin angiotension to lower potential membran
in blood vessel so become relax . Conclusion: There is effect ofadministering
tomato juice to lower blood pressure.

Keywords : Elderly, Hypertension, tomato juice

PENDAHULUAN Penyakitglobalkardiovaskulermenyum
Penyakit tidak menular telah bang sekitar 17 juta kematian pertahun,
menyumbangkan 3 juta kematian pada hampir sepertiga dari totalnya
tahun 2005 dimana 60% kematian di dunia.Membicarakan
diantaranya terjadi pada penduduk penyakitkardiovaskulertidak bisa lepas
dibawah umur 70 tahun di dunia. dari
Penyakit tidak menular yang cukup hipertensi.Hipertensi
banyak mempengaruhi angka kesakitan adalahmeningkatnya tekanan darah sistolik
dan angka kematian dunia adalah lebihbesar dari 140 mmHg dan
penyakit kardiovaskuler (Depkes,2009). atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang 5 menit dalam keadaan istirahat/cukup
waktu tenang (Depkes,2009).
Penyakit hipertensi perlu diatasi
karena penyakit ini merupakan
komplikasi dari 9,4 juta kematian di
seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi
bertanggung jawab untuk setidaknya
45% dari kematian akibat penyakit
jantung. Sekitar 40% orang dewasa
berusia 25 tahun atau lebih di dunia
telah didiagnosis dengan hipertensi,
jumlah orang dengan kondisi hipertensi
naik dari 600 juta pada tahun 1980
menjadi 1 miliar pada tahun 2008 yang
paling banyak terjadi pada usia lanjut
(WHO,2013).
Penyakit hipertensi bisa
dikendalikan dengan cara farmakologi
dan non farmakologi, secara
farmakologi yaitu dengan obat penurun
tekanan darah. Obat- obatan tersebut
diantaranya jenis-jenis obat golongan
diuretik, penghambat
adrenergic, ACE-inhibitor, Design.Populasi penelitian semua
ARB, antagonis kalsium, dan lain lansia penderita hipertensi di Desa
sebagainya (Junaidi,2010). Lemah Ireng, sampel penelitian adalah
Menurut Basith (2013), pengobatan lansia sebanyak
non farmakologi yang dapat digunakan 15 lansia. Tekanan darah di
untuk mengobati hipertensi adalah jus ukur menggunakan
tomat. Jus Tomat memiliki manfaat
menurunkan tekanan darah karena tomat sphygmomanometer. Analisis
mengandung likopen. Terdapat 4,6 mg data menggunakan uji t-test
likopen dalam 100 gram tomat segar
dependent(α = 0,05).
(Kailaku,2007).Selain untuk masakan ,
tomat juga dikonsumsi mentah dalam
bentuk jus. Penelitian yang dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh Lestary (2012) menyebutkan
bahwa konsumsi jus tomat yang berasal Karakteristik Responden
dari 150 gram tomat mampu Tabel 1 Umur responden
menurunkan tekanan darah sistolik Umur Jus Tomat
sebesar 11,76% (kurang lebih 7,276 N %
mmHg) dan diastolik sebesar 8,82% Usia Lanjut 80.0 12
(sebesar 3,321 mmHg). Lansia Tua 20.0 3
Berdasarkan studi pendahuluan Jumlah 15 100,0
yang di lakukan di Desa Lemahireng
terdapat 60 orang yang menderita Sebagaian besar responden berusia
tekanan darah tinggi. diantara 60 – 74 tahun dimana pada
kelompok jus tomat sebanyak 12 orang
(80%).
Tabel 2 Jenis kelamin responden
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan
10 penderita hipertensi, 5 Jenis Jus Tomat
diantaranya mengetahui Kelamin n %
bahwa jus tomat dapat
menurunkan tekanan darah Laki-laki 5 33,3
dan 5 orang tidak Perempuan 10 66,7
mengetahui bahwa jus tomat Jumlah 15 100,0
dapat menurunkan tekanan
darah. Selain itu,
calon responden mengatakan bahwa
Berdasarkan tabel 2 dapat
belum pernah mencoba jus tomat untuk
diketahui bahwa dari 15
terapi penurun tekanan darah.Menurut
responden kelompok jus tomat,
penelitian jus tomat dapat menurunkan
sebagian besar berjenis kelamin
tekanan darah, selain mudah di dapat, jus
perempuan, yaitu sejumlah 10
jus tomat ternyata memiliki banyak
orang (66,7%).
khasiat dan vitamin yang terkandung di
dalamnya.
Berdasarkan wawancara terhadap warga
ANALISIS UNIVARIAT
di Desa Lemahireng karena warga
setempat masih belum tahubanyak Tekanan Darah Sebelum
bahwa tomat yang mudah untuk mereka Diberikan Jus Tomat
dapatkan di pasar dapat menurunkan
tekanan darah. Tabel 3 Analisis Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk Berdasarkan Tekanan Darah Lansia
mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Penderita
Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Hipertensi Sebelum Diberikan Jus
Darah Lansia Penderita Hipertensi di Tomat
Desa Lemahireng Kecamatan Bawen Variabe n Mea S Mi Ma
Kabupaten Semarang. l n D n x
Jus TD 1 164,4 11,6 14 180
METODE PENELITIAN Tomat Sistole 5 7 7 9
Jenis penelitianQuasy TD 103
Experiment Diastole
93,00 7,90 82
menggunakan one – Group Pre
Berdasarkan tabel 3, dapat
Post Test diketahui bahwa pada kelompok
jus tomat, sebelum
diberikan jus tomat memiliki rata-rata yang memiliki kebiasaan merokok hal ini
TD sistole sebesar 164,47± 11,67 dapat mempengaruhi tekanan darah
mmHg , dan rata-rata TD diastole 93,00 responden.Hasil Penelitian yang sejalan
± 7,90 mmHg. dengan penelitian tersebut juga dilakukan
Menurut asumsi peneliti tekanan oleh Syarwendah (2014) tentang hubungan
darah yang tinggi sebelum pemberian gaya hidup dengan tekanan darah pada
jus tomat disebabkan oleh pola makan pasien Hipertensi di poliklinik penyakit
yang kurang tepat, stress, riwayat dalam RSI Siti Khadijah Palembang,
keluarga yang mengalami hipertensi dan hasilnya ada hubungan antara kebiasaan
faktor usia. merokok dengan tekanan darah pada pasien
Tekanan darah pada reponden hipertensi (p-value=0,013).
dengan jenis kelamin laki – laki juga
Tekanan Darah Sesudah
dikarenakan pada responden laki – laki
Diberikan Jus Tomat. Dietery Approach to Stop
Hypertension (DASH) menyarankan
kepada penderita hipertensi untuk
menerapkan pola makan yang meliputi
produk – produk susu rendah lemak,
mengurangi konsumsi lemak terutama
lemak jenuh dan kolesterol,
mengurangi asupan natrium,
peningkatan asupan buah serta sayuran
yang tinggi kalium dan rendah natrium
agar dapat menurunkan tekanan darah
(Rahmayanti, 2009).

ANALISIS BIVARIAT
Perbedaan Tekanan Darah
Sebelum dan Setelah
Diberikan Jus Tomat pada
Lansia Penderita Hipertensi
Tabel 5 Perbedaan Tekanan Darah
Sebelum dan Setelah Diberikan Jus
Tomat pada Lansia Penderita
Hipertensi
Mean S p-
Tabel 4 Analisis DeskriptifVariabel Intevensi n
D
T
value
Berdasarkan Tekanan Darah Lansia TD Tabel 5 menunjukkan
Sebelum 15 bahwa 11,6
164,47 ada 8,25 0,00
Penderita Hipertensi Sesudah Sistole
perbedaan Setelah 15
yang signifikan 7
150,53 tekanan 0 0
9,7
Diberikan Jus Tomat darah sebelum dan setelah diberikan 9
jus tomat pada lansia penderita
TD Sebelum 15 93,00 7,9 4,59 0,00
hipertensi di Desa Lemahireng
Variab n Mean S Mi Ma
kelompo Kecamatan Bawen Kabupaten
el D n x Semarang.Hasil ini menunjukkan
k
bahwa jus tomat dapat menurunkan
TD 1 150,53 11, 125 16 tekanan darah lansia penderita
T Jus Sistole 5 9 4
hipertensi di Desa Lemahireng
tomat TDBerdasarkan tabel
85,5 4 dapat diketahui
7 Kecamatan Bawen Kabupaten
bahwa pada kelompok jus tomat, Semarang.
sesudah diberikan jus tomat memiliki Penurunan tekanan darah karena
rata-rata TD sistole sebesar 150,53± adanya kandungan kalium dalam jus
11,79, dan rata - rata TD diastole 85,5 ± tomat dapat menurunkan tekanan darah
6,62 mmHg dengan menghambat pelepasan renin
Penurunan tekanan darah setelah sehingga terjadi peningkatan ekskresi
pemberian jus tomat ini dikarenakan natrium dan air (Nuziyati et al, 2016).
asupan kalium dari buah-buahan dan Kalium mempengaruhi sistem renin
sayur yang diberikan pada subyek angiotensin dengan menghambat
merupakan variabel utama yang dilihat pengeluaran. Renin yang bertugas
pengaruhnya terhadap penurunan mengubah angiotensinogen menjadi
tekanan darah. Pada penelitian ini angiotensin I karena adanya blok pada
dengan pemberian jus tomat 363 sistem tersebut maka pembuluh darah
mg/hari yang diperoleh dari 150 gram mengalami vasodilatasi sehingga
tomat.
tekanan darah akan turun. Kalium
juga
menurunkan potensial membran pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi
relaksasi pada dinding pembuluh darah dan akhirnya menurunkan tekanan darah (Lita,
2010).
Senyawa aktif kalium pada tomat dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan renin
sehingga terjadi ekskresi natrium dan air.Renin beredar dalam darah dan bekerja dengan
mengkatalis penguraian angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I berubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu angiotensin II dengan bantuan Angiotensin Converting
Enzyme (ACE).Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat sebagai vasoconstrictor dan dapat merangsang pengeluaranaldosterone.
Aldosteron meningkatkan tekanan darah dengan jalan retensi natrium. Retensi
natrium dan air menjadi berkurang dengan adanya kalium, sehingga terjadinya
penurunan volume plasma, curah jantung, tekanan perifer, dan tekanan darah
(Murray,2009).
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan rata- rata tekanan darah sistole lansia sebesar
164,47 mmhg, sesudah diberikan jus tomat turun menjadi 150,53 mmhg. Sedangkan
tekanan darah diastolenya juga mengalami penurunan dari 93,00 mmhg sebelum
diberikan jus tomat menjadi 85,53 setelah diberikan jus tomat. Ada pengaruh signifikan
pemberian jus tomat terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa
Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Basith, Abdul. (2013). Kitab Obat Hijau : Cara-cara Ilmiah Sehat Dengan
Herbal.Solo: Tinta Medina.
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia.Departemen
Republik Indonesia. Jakarta.
Junaidi, I.(2010). Hipertensi Pengenalan Pencegahan dan
Pengobatan.Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer

Kailaku SI, Dewantari KT, Sunarmani. (2007).Potensi Likopen dalam


Tomat untukKesehatan.Buletin Teknologi Pascapanen
Pertanian Vol 3, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.

Lestary AP, Rahayuningsih HM. (2012).Pengaruh pemberian jus tomat


(lycopersicum commune) terhadap tekanan darah wanita postmenopause
hipertensif. Journal of Nutrition College [internet]. 1(1):414-420.
Lita. (2010). Pengaruh tomat terhadap penurunan tekanan darah.
[skripsi]. Bandung: Universitas Kristen Maranatha
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Rodwell VW, Weil
PA.Harper’s Illustrated Biochemistry.
28thedition.USA : McGraw-Hill Companies. 2009.

Nuziyati, Sabilu, Y, Fachlevy, A. F. (2016). Pengaruh Pemberian Jus


Tomat (Lycopersicum commune) terhadap Penuru Tekanan
Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi pada Lansia
WorldHealth Organization (WHO). (2013). “Q&As on
hypertension”. http://www.who.int/features/qa/82/e n/
JURNAL KEPERAWATAN 2
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP PERUBAHAN
TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI DESA WONOREJO KECAMATAN LAWANG
MALANG TAHUN 2007

The Influence of Consuming Tomato Juice Toward The Change


of Sistolic And Diastolic Blood Pressure Hypertension Patient
In The Village of Wonorejo Lawang District 2007

Priyo Raharjo
1
UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat
Murnajati Lawang Jl. Argotunggal No. 1
Lawang 65211
e-mail: upi_raharjo@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hipertensi adalah penyakit degneratif yang semakin sering dijumpai di masyarakat.


Kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih rendah menimbulkan ketidakpatuhan
dalam pengobatan, mereka menganggap bahwa pengobatan hanya cukup minum obat sakit
kepala. Demikian pula yang terjadi di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang. Tujuan
penelitian adalah mencoba mencari pengaruh konsumsi jus tomat dengan perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik. Tomat yang digunakan adalah tomat buah yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat. Sembilan puluh enam orang berusia 30-65 tahun sebagai
responden dengan penyakit hipertensi essensial. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari dan
responden diukur tekanan darahnya 5 menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60, 90
menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji analisa statistik menunjukkan ada pengaruh
pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dan penurunan
terbesar pada 30 menit setelah pemberian jus tomat. Hasil ini diharapkan memberi manfaat
bagi masyarakat dan merupakan salah satu solusi bagi perawatan penderita hipertensi.

Kata kunci: hipertensi, jus tomat, perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik

ABSTRACT

Hypertension is a degenerative disease which is more and more frequently found


within the society. Low awareness and ignorance cause disobedience in medication, they
consider that medication is enough by taking headache pills. It also happens in the village
of Wonorejo, in the district Lawang. The research was conducted to try to find the influence
of consuming tomato juice toward the changes of sistolic and diastolic blood pressure. The
tomatoes used were the ordinary ones consumed by people. The respondences were 96
people at the age to 30-65 years with essensial hypertension disease. This research was
conducted for 2 days and the respondences blood pressure was measured 5 minutes before
consuming the tomato juice, and 30, 60, 90 minutes after consuming. The result of
statistical analysis test showed that there were some influencews of consuming tomato juice
toward the decrease of the sistolic and diastolic blood pressure and the most significant
decrease occurred 30 minutes after consuming the tomato juice. This result is expected to
give any benefit for the society and become one of the solutions to treat the hypertension
suffers.

Keywords: hypertension, tomato juice, the changes of sistolic and diastolic blood pressure
LATAR BELAKANG dengan tekanan darah yang lebih
tinggi, maka akan lebih besar pula
Hipertensi merupakan kemungkinan terjadinya penyakit
penyakit degeneratif yang banyak ginjal, stroke, serangan jantung, dan
diderita bukan hanya oleh usia lanjut gagal jantung. Berkenaan dengan
saja, bahkan saat ini juga menyerang meningkatnya angka kejadian
orang dewasa muda (Darmojo, 2001). hipertensi yang terus meningkat,
Hipertensi mempunyai hubungan erat perlu mendapatkan perhatian yang
dengan risiko kejadian penyakit khusus, terutama berkenaan dengan
kadiovaskular, asupan makanan.
Universitas Negev Israel tahun mempunyai potensi yang sangat baik
2006 menemukan bahwa untuk menurunkan tekanan darah
mengkonsumsi tomat setiap hari sistolik dan diastolik (Hull, 1996).
selama delapan minggu dapat Tomat kaya akan kalium (235 mg/100
menurunkan tekanan darah sistole gr tomat), sedikit natrium, dan lemak.
sebesar 10 mmHg dan tekanan darah Kerja kalium dalam menurunkan
diastole sebesar 4 mmHg, apabila tekanan darah adalah dapat
disertai dengan diet yang normal. menyebabkan vasodilatasi, sehingga
Penelitian ini diikuti 31 responden terjadi penurunan retensi perifer dan
dengan usia 30-70 tahun. Penderita meningkatkan curah jantung; kalium
dengan penyakit penyerta, tidak berfungsi sebagai diuretika, sehingga
dimasukkan ke dalam penelitian ini pengeluaran natrium dan cairan akan
(Anonymous, 2005). Studi lain meningkat; kalium menghambat
menemukan bahwa diet kombinasi pelepasan renin, sehingga mengubah
buah- buahan, sayuran, dan produk aktivitas sistem renin angiotensin;
rendah lemak dapat menurunkan kalium dapat mengatur saraf perifer
tekanan darah sistole rata- rata 5,5 dan sentral yang mempengaruhi
mmHg dan diastole 3 mmHg tekanan darah (Budiman, 1999).
(Anonymous, 2005). Double-blind Suplemen kalium dalam tomat dan
study mengungkapkan bahwa dari 18 licopene, dapat berguna pada terapi
pasien berusia rata-rata 60 tahun hipertensi. Tomat mengandung
dengan diberikan asupan 2,5 gr antioksidan kuat yang
kalium dapat menurunkan tekanan menghambat penyerapan oksigen
darah sistolik 12 mmHg dan diastolik reaktif terhadap endotel yang
77 mmHg. Di Jawa Timur, mengganggu dilatasi pembuluh darah,
prevalensi hipertensi cukup tinggi. sehingga menyebabkan hipertensi, ini
Begitu juga di Lawang tahun 1987 yang menjadi salah satu patofisiologi
sekitar 11% (Pikir, 2003). mengapa tomat dapat menurunkan
Makanan sumber kalium tekanan darah. Buah tomat juga
memiliki banyak kandungan zat yang berkhasiat yaitu pigmen
lycopene (berfungsi sebagai
antioksidan yang melumpuhkan
radikal
bebas,
menyeimbangkan kadar kolesterol
darah dan tekanan darah, serta
melenturkan sel-sel saraf jantung
yang kaku akibat endapan kolesterol
dan gula darah) dan zat yang lain
adalah gamma amino butyric acid
(GABA) juga berguna untuk
menurunkan tekanan darah (Jacob,
2005).
Kewaspadaan hendaknya
ditingkatkan pada golongan
prehipertensi dengan cara
meningkatkan edukasi untuk
menurunkan tekanan darah dan
mencegah terjadinya hipertensi
dengan cara memodifikasi
kebiasaan hidup. Seiring dengan
mahalnya biaya pengobatan,
masyarakat saat ini mengalihkan
pengobatan dan perawatan pada
bahan yang bersifat alami. Salah
satunya adalah dengan meminum
jus tomat. Kesimpulannya bahwa
tomat dapat menjadi alternatif
perawatan bagi penderita hipertensi.

METODE

Penelitian dilakukan dengan


teknik praeksperimen one group
pre-post test design untuk
mempelajari pengaruh pemberian
jus tomat pada penderita hipertensi
essensial. Pengambilan sample
dilakukan dengan cara purposive
sampling. Besar sample sebanyak 96
dengan usia 30-65 tahun, dengan
karakteristik: mengidap penyakit
hipertensi essensial, tidak atau belum
berobat, tidak meminum obat anti
hipertensi, tidak menderita penyakit dengan menggunakan lembar
sistemik lainnya (jantung, kencing observasi untuk mengukur tekanan
manis), dan bersedia menjadi darah yang diukur setelah responden
responden. istirahat 10 menit, kemudian diukur
Penelitian ini dilakukan pada tekanan darahnya. Setelah itu
tanggal 29 Oktober-3 Nopember responden diberi jus tomat, selang
2007 di Desa Wonorejo Kecamatan 30, 60, dan 90 menit kemudian
Lawang Kabupaten Malang. responden diukur kembali tekanan
Instrumen dalam penelitian
darahnya. Pengukuran dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
selama dua hari berturut-turut. Tomat
yang digunakan adalah tomat buah Hasil
warna merah matang sebanyak 150
gram tanpa ditambahkan gula maupun Sebaran Usia Dan Jenis Kelamin
air, kemudian dihancurkan dengan Responden Yang Menderita
menggunakan blender. Hipertensi Essensial Di Desa
Uji analisis statistik yang Wonorejo Kecamatan Lawang
digunakan adalah uji t, apabila Kabupaten Malang Tahun 2007
distribusi tidak normal uji yang
digunakan adalah wilcoxon sign rank
test dengan p < 0,05.
Tabel 1. Sebaran usia dan jenis kelamin responden yang menderita hipertensi essensial di
Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Tahun 2007
N Usia Jumlah Prosentase
o (dalam tahun) responden (%)
1 30-39 tahun 14 14,6
2 40-49 tahun 29 30,2
3 50-59 tahun 28 29,2
4 60-69 tahun 25 26,0
Total 96 100
N Jenis kelamin Jumlah Prosentase
o
responden (%)
1 Laki-laki 43 44,8
2 Perempuan 53 55,2
Total 96 100

Dari tabel 1 didapatkan bahwa (29,2%), dan usia 60-69 tahun jumlah
sebaran usia hampir merata mulai usia responden sebanyak 25 orang (26,0%).
30-39 tahun jumlah responden Sedangkan sebaran jenis kelamin laki-laki
sebanyak 14 orang (14,6%), usia 40- jumlah responden sebanyak
49 tahun jumlah responden sebanyak
29 orang (30,2%), usia 50-59 tahun
jumlah
responden sebanyak 28 orang
43 orang (44,8%) dan perempuan Sistolik Dan Diastolik
jumlah Responden Yang
responden sebanyak 53 orang Menderita Hipertensi
(55,2%). Esensial Di Desa
Wonorejo Kecamatan
Tekanan Darah Lawang Kabupaten
Malang Tahun 2007
Tabel 2. Sebaran tekanan darah sistolik dan diastolik (mmHg) responden yang menderita
hipertensi esensial di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang
Tahun 2007
N Tekanan darah sistolik Jumlah Prosentase
o (mmHg) responden (%)
1 120-139 mmHg 23 24,0
2 140-159 mmHg 55 57,3
3 ≥ 160 mmHg 18 18,7
Total 96 100
N Tekanan darah diastolik Jumlah Prosentase
o (mmHg) responden (%)
1 80-89 mmHg 3 3,1
2 90-99 mmHg 53 55,2
3 ≥ 100 mmHg 40 41,7
Total 96 100
Dari tabel 2 didapatkan bahwa
tekanan darah sistolik 140-159 mmHg
sebaran tekanan darah sistolik 120-
jumlah responden sebanyak 55 orang
139 mmHg jumlah responden
(57,3%), dan
sebanyak 23 orang (24,0%),
tekanan darah sistolik e” 160 mmHg Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik
jumlah responden sebanyak 18 orang Berdasarkan Jenis Kelamin
(18,7%). Responden Yang Menderita
Hipertensi Esensial Di Desa
Wonorejo Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang Tahun 2007

Tabel 3. Sebaran tekanan darah sistolik dan diastolik (mmHg) berdasarkan jenis
kelamin responden yang menderita hipertensi esensial di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Tahun 2007

No Tekanan darah sistolik Jenis kelamin


(mmHg) Perempuan Laki-laki
1 120-139 mmHg 3 (5,7%) 0 (0,0%)
2 140-159 mmHg 27 (50,9%) 26 (60,5%)
3 ≥ 160 mmHg 23 (43,4%) 17 (39,5%)
Total 53 (100%) 43 (100%)
No Tekanan darah diastolik Jenis kelamin
(mmHg) Perempuan Laki-laki
1 80-89 mmHg 17 (32,1%) 6 (14,0%)
2 90-99 mmHg 30 (56,6%) 25 (58,1%)
3 ≥ 100 mmHg 6 (11,3%) 12 (27,9%)
Dari tabel 3 didapatkan tekanan
darah sistolik responden setelah
darah sistolik 120-139 mmHg pada
pemberian jus tomat pada hari
jenis kelamin perempuan sebanyak 3
pertama dan hari kedua dapat dilihat
orang (5,7%) pada
pada gambar 1.
laki-laki 0, tekanan darah sistolik
140-159 mmHg pada perempuan
sebanyak 27 orang (50,9%) pada laki-
laki sebanyak 26 orang (60,5%),
tekanan darah sistolik e” 160 mmHg
pada perempuan sebanyak 23 orang
(43,4%)
pada laki-laki sebanyak 17 orang
(39,5%). Sedangkan tekanan darah
diastolik 80-89 mmHg pada jenis
kelamin perempuan sebanyak 17 Keterangan:
Garis biru: Hasil pengukuran tekanan
orang (32,1%) pada laki-laki darah sistolik (mmHg) pada hari
sebanyak 6 orang (14,0%), tekanan pertama
darah diastolik 90-99 mmHg pada Garis merah: Hasil pengukuran
tekanan darah sistolik (mmHg) pada
perempuan sebanyak 30 orang hari kedua
(56,6%) pada laki-laki
sebanyak 25 orang (58,1%), tekanan Gambar 1. Grafik perbedaan rerata
darah diastolik e” 100 mmHg pada tekanan darah sistolik
perempuan sebanyak 6 orang (mmHg) sebelum dan
(11,3%) pada laki-laki sesudah pemberian jus tomat
sebanyak 12 orang (27,9%). pada hari pertama dan hari
kedua
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik
Responden Hari Pertama Dan Dari gambar 1 didapatkan
Hari Kedua penurunan tekanan darah sistolik baik
pada hari pertama maupun pada hari
Tekanan darah sistolik adalah kedua yaitu pada 5 menit sebelum
tekanan puncak yang tercapai ketika diberikan jus tomat penurunannya
jantung berkontraksi dan memompa sekitar 4,17 mmHg, sedangkan pada
darah keluar melalui arteri. Rerata menit ke 30 menurun sekitar 1,77
penurunan tekanan mmHg, menit ke
60 menurun sekitar 1,57 mmHg, dan tomat terhadap penurunan tekanan
menit ke 90 menurun sekitar 1,56 darah sistolik.
mmHg. Penurunan tekanan darah Melihat hasil penelitian ini, dapat
sistolik ini bermakna jika dibuktikan disimpulkan bahwa pemberian jus tomat
dengan uji analisa statistik pada á 0,05 pada penderita hipertensi berpengaruh
(95%) diperoleh nilai p < 0,05 yang terhadap penurunan tekanan darah
berarti ada pengaruh pemberian jus sistolik.
sebelum diberikan jus tomat
Perbedaan Tekanan penurunannya sekitar 0,89 mmHg,
Darah Diastolik sedangkan pada menit ke 30 meurun
Responden Hari sekitar 0,65 mmHg, menit ke 60
Pertama Dan Hari menurun sekitar 0,57 mmHg, dan
Kedua menit ke 90 menurun sekitar 0,21
mmHg. Penurunan tekanan darah
Tekanan darah diastolik adalah sistolik ini bermakna jika
setelah jantung berdenyut, dibuktikan dengan uji statistik pada á
beristirahat, atau waktu di antara 0,05 (95%) diperoleh nilai p < 0,05
denyutan, tekanan dalam pembuluh yang berarti ada pengaruh
darah arteri akan menurun. Rerata pemberian jus tomat terhadap
penurunan tekanan darah diastolik penurunan tekanan darah diastolik.
responden setelah pemberian jus Melihat hasil penelitian ini,
tomat pada hari pertama dan hari dapat disimpulkan bahwa pemberian
kedua dapat dilihat pada gambar 2. jus tomat pada penderita hipertensi
berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah diastolik.

Pembahasan

Pada tabel 1 menunjukkan


bahwa kejadian hipertensi ternyata
tidak hanya ada pada usia lanjut,
namun juga ada pada usia dewasa
Keterangan: sekitar 30 tahun. Hal ini terkait
Garis biru: Hasil pengukuran tekanan dengan perilaku atau gaya hidup yang
darah sistolik (mmHg) pada hari
pertama
tidak memperhatikan asupan
Garis merah: Hasil pengukuran makanan yang baik. Seseorang
tekanan darah sistolik (mmHg) pada dengan tingkat pendidikan yang
hari kedua semakin meningkat, seharusnya
juga meningkat pula tingkat
Gambar 2. Grafik perbedaan rerata
pengetahuan mengenai perilaku
tekanan darah diastolik
(mmHg) sebelum dan sesudah hidup sehat. Hipertensi merupakan
pemberian jus tomat pada penyakit yang harus diperhatikan
hari pertama dan hari kedua keberadaannya.
Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan
Dari gambar 2 didapatkan
oleh Rahayu dan Pramintarto (2005)
penurunan tekanan darah diastolik
yang menyatakan bahwa pemberian
baik pada hari pertama maupun pada
jus tomat sangat berpengaruh pada
hari kedua yaitu pada 5 menit
penurunan tekanan darah, baik
sistolik dan diastolik.
Pada hari pertama pemberian
jus tomat, penurunan tekanan
darah sistolik terbesar terjadi
pada 30 menit pertama setelah
pemberian jus tomat 10,7 mmHg.
Pada menit ke 60 sesudah
pemberian jus tomat terjadi
penurunan sebesar 0,62 mmHg,
dan berlanjut sampai menit ke 90
sebesar 2,40 mmHg. Dari 96
responden, 88 responden berhasil
turun tekanan darah sistoliknya, 5
orang tetap, dan 3 responden
sisanya justru mengalami
peningkatan tekanan darah
sistolik.
Pada hari kedua, penurunan tekanan darah sistolik terbesar tetap terjadi pada
menit ke 30 sebesar 7,97 mmHg. Pada menit ke 60 sesudah pemberian jus tomat
penurunan sebesar 0,42 mmHg, dan pada menit ke 90 sebesar 2,39 mmHg. Dari 96
responden, 84 responden mengalami penurunan tekanan darah, 9 responden tetap,
dan 3 responden justru meningkat tekanan darah sistoliknya.
Pada hari pertama pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah
diastolik, terlihat sama dengan penurunan tekanan darah sistolik, bahwa penurunan
terbesar pada menit ke 30 yaitu sebesar 4,04 mmHg. Pada menit ke 60 sesudah
pemberian jus tomat terjadi penurunan sebesar 0,28 mmHg, dan berlanjut sampai
menit ke 90 sebesar 2,45 mmHg.
Pada hari kedua, penurunan tekanan darah diastolik terbesar tetap terjadi pada
menit ke 30 sebesar 3,8 mmHg. Pada mennit ke 60 sesudah pemberian jus tomat
penurunan sebesar 0,2 mmHg, dan pada menit ke 90 sebesar 2,09 mmHg.
Hasil uji statistik hasilnya adalah bermakna, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa jus tomat ini dapat membantu menurunkan tekanan darah
bagi penderita hipertensi. Menurut the American dietetic association (1992),
kalium yang terkandung dalam tomat jika diberikan lebih lama dapat menurunkan
tekanan darah lebih besar lagi. Pemberian buah sumber kalium untuk pasien
berumur lebih dari 65 tahun dapat membantu penurunan tekanan darah. Kalium
(potasium) merupakan ion utama di dalam cairan intra seluler. Konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intra seluler, sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstra seluler dan menurunkan tekanan darah.
Pada usia ini biasanya obat anti hipertensi tidak terlalu memuaskan hasilnya.
Pemberian jus tomat
merupakan solusi yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh


pemberian
jus tomat dengan perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Oleh
karena itu, buah tomat dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat keluarga yang
murah dan mudah didapat yang menunjang pengobatan hipertensi.
Disarankan diadakan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama
yang berkaitan dengan hasil penelitian ini dengan menggunakan jenis bahan
makanan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

American Dietetic Association. 1992. Hand Book of Clinical Dietetic. London: Yale
University Press.
Bangun, A.P. 2003. Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Cetakan
ketiga. Tangerang: Agro Media Pustaka.
Budiman, H. 1999. Peranan Gizi pada Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi.
Medika, Desember.
Darmojo, B. 2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi di Indonesia.
Medika, Juli.
Gunawan, L. 2001. Hipertensi, Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Hoan Tjay, Tan. 2001. Obat-Obat Penting.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hull, A. 1996. Penyakit Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Jacob, G. 2005. Hypertension (High Blood Pressure): Food/Diet Therapy for
Hypertension dalam www.holisticonline.com/Remedies/
Heart/- hypert_ diet_ therapy. htm. Diakses tanggal 2 Mei 2005.
Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung
Koroner. Jakarta: Intisari Mediatama.
KONTRAK BELAJAR PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
PRODI PROFESI UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

NAMA : RUANG :
NIM : WAKTU :

CAPAIAN STRATEGI SUMBER HASIL YANG


WAKTU
BELAJAR PEMBELAJARAN REFERENSI DIHARAPKAN
Setelah Untuk mencapai 1. Tim Pokja Selama pembelajaran Waktu yang
menjalankan tujuan tersebut saya SDKI DPP praktik klinik 1 minggu saya
praktik klinik akan belajar dengan PPNI. (2019). ini saya akan tetapkan
selama1 minggu metode : Standar menunjukkan dalam
di ruang 1. Diskusi refleksi Diagnosis kemampuan saya dalam pencapai
Flamboyan saya kasus Keperawatan melakukan tindakan an
mampu melakukan 2. Studi kasus Indonesia melalui asuhan belajar
pengelolaan asuhan Definisi dan keperawatan pada adalah
Asuhan keperawatan Indikator pasien dengan gangguan sebagai
keperawatan 3. Self directed Diagnostik. system pernafasan, berikut :
pasien dengan learning Jakarta: Dewan meliputi : Minggu I
Gangguan Sistem 4. Discovery Pengurus PPNI 1. Tersusunnya 1. Melakuk
Pernafasan learning 2. Tim Pokja kontrak belajar an pre
1. Melakukan 5. Pre dan post SLKI DPP 2. Tersusunnya dan post
Pengkajian pada conference PPNI. (2019). laporan conferen
pasien dengan Standar Luaran pendahuluan pada ce
gangguan Keperawatan pasien dengan dengan
system Indonesia. gangguan system Pembim
pernafasan Jakarta: Dewan pernafasan bing
2. Merumuskan Pengurus PPNI 3. Tersusunnya Akademi
masalah 3. Tim Pokja SIKI laporan kasus k dengan
keperawatan DPP PPNI. (Askep) pada kasus
yang muncul (2019). Standar pasien dengan sistem
pada pasien Intervensi gangguan system pernafas
dengan Keperawatan pernafasan an
gangguan Indonesia. 4. Terpenuhi target/ 2. Menyera
system Jakarta: Dewan kompetensi: hkan
pernafasan Pengurus PPNI - Melakukan kontrak
sesuai dengan 4. Smetlzher, C. pengkajian pada belajar
SDKI Suzanne. pasien dengan 3. Menyusu
3. Menyusun (2018). Buku gangguan system n laporan
Tujuan, kriteria Ajar pernafasan pendahul
hasil sesuai Keperawatan - Melakukan uan pada
dengan SLKI Medikal Bedah. pemeriksaan fisik pasien
dan menyusun Edisi 12. (head to toe) dengan
Rencana Jakarta: EGC - Monitoring tanda ganggua
Keperawatan perubahan fungsi n system
sesuai dengan pernafasan pernafas
SIKI - Memberikan an
4. Melaksanakan oksigen : simple 4. Memenu
Imlementasi mask, rebreathing hi target/
Keperawatan mask, non kompete
yang pasien tracheostomy tube nsi:
dengan - Melakukan - Melakuk
gangguan suctioning : naso an
system tracheal, oro pengkaji
pernafasan pharengeal, naso an pada
5. Menyusun pharengeal, close pasien
Evalausi suction dengan
keperawatan - Melakukan ganggua
dengan perawatan n system
pendekatan tracheostomy : pernafas
SOAP perawatan tube, an
berdasarkan membersihkan - Melakuk
implementasi luka, ganti balutan an
yang telah - Melakukan pemeriks
dilakukan pada perawatan WSD : aan fisik
psien dengan ganti balutan, (head to
gangguan ganti botol, toe)
system membuang cairan - Monitori
pernafasan - Melakukan chest ng tanda
phisotherapy perubaha
- Melakukan n fungsi
postural drainage pernafas
- Melakukan an
pengukuran - Memberi
dengan kan
spirometri oksigen :
simple
mask,
rebreathi
ng mask,
non
tracheost
omy
tube
- Melakuk
an
suctionin
g : naso
tracheal,
oro
pharenge
al, naso
pharenge
al, close
suction
- Melakuk
an
perawata
n
tracheost
omy :
perawata
n tube,
members
ihkan
luka,
ganti
balutan
- Melakuk
an
perawata
n WSD :
ganti
balutan,
ganti
botol,
membua
ng
cairan
- Melakuk
an chest
phisothe
rapy
- Melakuk
an
postural
drainage
- Melakuk
an
penguku
ran
dengan
spiromet
ri

Semarang, Destember 2020


Mahasiswa,
BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus asuhan keperawatan dengan masalah utama hipertensi pada Ny.

R di wilayah Salakan Desa Limbangan Kabupaten Kendal. Penulis datang ke

rumah keluarga untuk bertemu dengan pasien dan keluarganya dalam rangka

melakukan pengkajian sesuai format asuhan keperawatan keluarga yang telah

disediakan. Proses pengkajian tidak mengalami hambatan dan semua item

bisa diperolah informasi dengan jelas karena keluarga kooperatif. Data yang

berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga meliputi pemeriksaan

fisik Ny. R. Tahap pengkajian keperawatan pada Ny. R tidak mengalami

kesulitan, keluarga kooperatif dan mau memberikan informasi yang

dibutuhkan.

Dari pengkajian diagnose yang didapatkan penulis pada Ny.R yaitu

yang pertama nyeri b/d agen pencidera fisiologis, yang kedua intoleransi

aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, yang

ketiga gangguan pola tidur b/d kurangnya kontrol tidur.

Dari permasalahan tersebut kelompok merencanakan tindakan

keperawatan dengan menyesuaikan teori dan keadaan pasien. Untuk masalah

hipertensi didapatkan data pada Ny.R mengatakan kepalanya pusing. Dalam

masalah ini penulis memfokuskan untuk memberikan implementasi berupa

Tindakan relaksasi profresif, memberi analgetic sesuai anjuran, Pendidikan

Kesehatan tentang hipertensi dan pemberian jus tomat untuk menurunkan

hipertensi. Dalam masalah intoleransi aktivitas penulis memberikan

implementasi berupa observasi sebagai sumber, dorongan untuk melakukan


aktivitas. Dslam masalah gangguan pola tidur penulis memberikan

implementasi berupa ciptakan suasana tenang, evaluasi tingkat stress. Untuk

evaluasi masalah tersebut Sebagian teratasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan medical bedah dengan masalah utama

hipertensi pada Ny. R di Di Salakan Desa Limbangan Kecamatan Limbangan

Kabupaten Kendal, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan Ny. R mengalami riwayat

hipertensi sudah sekitar 2 tahun yang lalu.

2. Setelah dirumuskan masalah maka didapatkan 3 diagnosa

Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisiologis :

peningkatan tekanan vaskuler serebral, Intoleransi aktifitas

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen, Gangguan pola tidur berhubungan dengan

kurangnya kontrol tidur.

3. Implementasi yang dilakukan pada Ny. R mulai pada tanggal

28-12-2020 s/d 30-12-2020 sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan dengan

metode tanja jawab, berdiskusi, melatih teknik relaksasi

progresif, dan penyuluhan. Pada tahap akhir penulis melakukan

evaluasi pada Keluarga Ny. R dengan masalah utama adanya

riwayat hipertensi pada tanggal 28-12-2020 s/d 30-12-2020,

mengenai tindakan keperawatan yang telah dilakukan

berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan hasil laporan kasus seminar ini dapat menambah pengetahuan

dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang lainnya
dalam menerapkan asuhan keperawatan medical bedah khususnya pada

pasien riwayat hipertensi, serta sebagai perbandingan dalam

mengembangkan kasus asuhan keperawatan medical bedah dengan

masalah utama riwayat hipertensi.

2. Bagi Pasien

Bagi pasien relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi

mandiri untuk pasien dan keluarga saat mengalami hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai