Anda di halaman 1dari 13

Modul / Tatap Muka 6

MANAJEMEN INVESTASI

Materi Pembahasan
ANALISA OBLIGASI

Oleh :
DR.H.CECEP WINATA,MSi

Program Kelas Karyawan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


2012

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 1 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
ANALISA OBLIGASI

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat


dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

A. Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
1. Dilihat dari sisi penerbit:
a. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c. Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public
utility).
2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara
periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodik.
d. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu
seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga
deposito dari bank pemerintah dan swasta.

3. Dilihat dari hak penukaran/opsi:


a. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik
penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 2 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
c. Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli
kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
a. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini,
termasuk didalamnya adalah:
b. Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
denan penangguangan dari pihak ketiga
c. Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
d. Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit
dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
e. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu
tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
5. Dilihat dari segi nilai nominal:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal,
Rp 1 miliar per satu lot.
b. Retail Bonds: obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang
kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:


a. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem
kupon bunga.
b. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi
syariah, yaitu:
 Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang
diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui
pendapatan emiten.
 Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 3 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
B. Karakteristik Obligasi:
1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan
diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi
secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6
bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai
dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin
tinggi Kupon / bunga nya.
4. Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.
Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan
pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk)
dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia. 

C. Harga Obligasi:
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang,
harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal.
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
1. Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi
dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi
tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
2. at premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai
obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.
3. at discount (dengan Discount): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal
Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka
nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

D. Yield Obligasi: Penilaian Kinerja Obligasi


Kinerja obligasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang sesuai keperluan
analisis. Apabila kita hanya memerlukan informasi tentang pendapatan obligasi yang

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 4 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
berasal dari kupon saja maka kita cukup menghitung coupon yield atau disebut juga
sebagai nominal yield. Tetapi jika kita memerlukan informasi mengenai keseluruhan
hasil obligasi mulai dari dibeli hingga dilunasi oleh penerbitnya maka perhitungan yang
sesuai adalah yield to maturity. Metode-metode penilaian kinerja obligasi selengkapnya
disajikan dibawah ini.

1. Pendapatan kupon (Coupon Yield)


Coupon yield atau nominal yield adalah hasil bunga obligasi yang besarnya
sama dengan tingkat kupon (coupon rate) dikalikan nilai nominalnya. Tingkat kupon
(coupon rate) obligasi merefleksikan tingkat bunga yang mengandung komponen-
komponen tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan risiko. Penentuan tingkat
bunga atau kupon (coupon rate) didasarkan atas tingkat bunga komersial yang sedang
berlaku dan biasanya diatasnya. Penetapan tingkat kupon (coupon rate) diatas
tingkat bunga pasar dimaksudkan sebagai premi risiko. Prerni risiko ini penting karena
untuk mengkompensasi kemungkinan beberapa risiko investasi obligasi.
Pembayaran kupon biasa dilakukan setiap tahun (annual) atau semester
(semiannual) atau triwulan. Untuk itu perhitungan coupon yield harus disesuaikan dengan
periode pembayaran kupon yang diberlakukan.

Penghasilan dari kupon (Coupon Yield) = tingkat kupon (%) x nilai nominal

Contoh:
PT Pratama menerbitkan obligasi dengan nomimal Rp. 10 juta clan
tingkat bunga (kupon) 18% per tahun. Berapakah hasil kupon (coupon
yield) yang dibayarkan jika pembayarannya setiap : a). tahun, b).
semester, c). triwulan.
Jawab:
Coupon Yield = tingkat kupon (%) x nilai nominal.
a). Coupon Yield = 18% x Rp. 10.000.000 = Rp. 1.800.000
b). Coupon Yield setiap semester = Rp. 1.800.000 : 2 = Rp. 900.000
c). Coupon Yield triwulan = Rp. 1.800.000 : 4 = Rp. 450.000
Perhitungan kupon sering berkaitan dengan sinking fund yaitu obligasi yang membayarkan
pokok hutang secara periodik untuk mengurangi beban pokok hutang tersebut saat
jatuh tempo. Obligasi dengan ke- tentuan sinking fund tentu besarnya pendapatan kupon
(coupon yield) makin berkurang karena nilai nominalnya juga selalu berkurang se- tiap
periode tertentu.

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 5 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
2. Hasil Berjalan (Current Yield)
Current yield yaitu proporsi penghasilan obligasi yang berasal dari pembayaran kupon
tahunan relatif terhadap harganya.
Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasarkan jumlah kupon yang diterima selama
satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.

Current yield = bunga tahunan


harga obligasi
atau:

Current Yield = (nominal kupon : harga obligasi) x 100%

Contoh:
 Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17% per
tahun sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp
1.000.000.000, maka:
Current Yield     = Rp 170.000.000 atau  17%
Rp 980.000.000          98%
= 17.34%

 Obligasi PT Pratama tersebut diperdagangkan dengan harga rata-rata


tertimbang (weight average price) Rp. 8,5 juta. Berapakah hasil tahun berjalannya
(current yield) sesuai coal diatas jika pembayaran kupon dilakukan setiap
tahun?
Jawab:
Current Yield = besarnya nilai kupon nominal: harga obligasi Current Yield =
(Rp. 1.800.000 : Rp. 8.500.000) x 100% = 21,17%

3. Hasil hingga jatuh tempo (Yield to Maturity, YTM)


Yield to Maturity merupakan ukuran yield yang terpenting. Investor akan
menerima hasil sesuai Yield to Maturity yaitu sebanding dengan harga yang dibayar oleh
investor apabila dua asumsi terpenuhi, yaitu i). Investasi obligasi dilakukan sampai jatuh
tempo, (ii). Semua pembayaran kupon diinvestasikan kembali pada tingkat YTM.
Ada dua metode menghitung YTM, yaitu rumus harga obligasi dan rum us
pendekatan.

Rumus harga obligasi:


Kupon Kupon Kupon + nominal
Harga obligasi = ------------- + -------------- + ---------------------------
(1+YTM) (1 + YTM2 (1 + YTMP)3
Rumus Pendekatan:

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 6 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
Formula YTM yang seringkali digunakan oleh para pelaku adalah YTM
approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai berikut:

YTM approximation =       C +   R – P


n           x 100%
R + P     
2
Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = redemption value
P = harga pembelian (purchase value)
Atau

YTM = { kupon + ( nilai nominal - harga obligasi ) : N } :


{ (nilai nominal + harga obligasi ) : 2 } x 100%

N = periode jatuh tempo

Untuk menghitung penghasilan obligasi sampai penerbit melunasi semua pokok hutang
adalah yield to maturity. Jika current yield hanya memperhitungkan penghasilan kupon
tahunan relatif terhadap harganya maka yield to maturity memperhitungkan pendapatan
kupon dan capital gain/loss. Yield to maturity merupakan tingkat keuntungan yang
dinikmati investor jika obligasi dimiliki sejak dibeli hingga jatuh tem po. Yield to maturity
tidak lain adalah tingkat bunga yang diterima bondholder sehingga present value obligasi
setara dengan harganya.

Contoh:
 Berapakah YTM obligasi PT Pratama jika jatuh tempo 5 tahun?
Jawab:
YTM = {kupon+(nilai nominal-harga obligasi):N}: {(nilai nominal + harga obligasi):2}.
YTM = {Rp. 1.800.000 + (Rp. 10.000.000 - Rp. 8.500.000) : 5} :
{( Rp 10.000.000 + Rp. 8.500.000)}: 2} x 100%
YTM = 7, 135%

 Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25% memiliki kupon
sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007.
Berapakah besar YTM approximationnya?
C = 16%
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 tahun
R = 94.25%
P = 100%

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 7 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
YTM approximation    = 16 +  100 – 94.25 
3.853
= 100 + 94.25
2
= 18.01 %   

4. Hasil hingga ditarik kembali (Yield to Call, YTC)


Hampir sama dengan yield to maturity, yield to call merupakan
hasil obligasi baik dari kupon maupun capital gain/loss. Tetapi yield
to call adalah hasil obligasi callable yang sebelum jatuh tempo, obligasi
tersebut sudah ditarik kembali oleh penerbitnya. Jadi yield to call sebenarnya tingkat
bunga/diskon yang akan membuat present value aliran kas masuk selama obligasi
tersebut dimiliki hingga ditarik kembali sama dengan harganya atau total pembayaran.

YTC = { Ct : (Pe – Pm): nc)}: {( Pe + Pm): 2}

Dimana :
Ct = kupon tahunan
Pe = call price
Pm = harga pasar obligasi
nc = number of years to first call

Contoh:
Sebuah obligasi berjangka 10 tahun seharga 102,5% meiniliki tingkat kupon 18%.
Tentukan Yield to CaIIIYTC apabila pada tahun kelima penerbit melakukan
penarikan (call) terhadap obligasi tersebut dengan callprice 105%!
Jawab:
YTC = { Ct : (Pc - Pm ): nc)}: {( Pe + Pin ): 2}
YTC = {18% : ((105% -102,5%): 5)} : {(105% -102,5%): 2}
YTC = 17,8%

5. Spot interest rate


Spot interest rate yaitu yield to maturity yang berlaku untuk obligasi nirkupon
(zero coupon bond). Karena obligasi nirkupon tidak memberikan pembayaran kupon maka
perhitungan spot interest rate menggunakan pendekatan harga sebagai berikut:
harga obligasi nirkupon = nilai nominal : (1 + YTM )n

Contoh:

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 8 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
Sebuah obligasi nirkupon dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 yang jatuh tempo 5
tahun dijual seharga Rp. 425.000. Tentukan yield to maturity obligasi nirkupon tersebut!

Jawab:
Harga obligasi nirkupon = nilai nominal: (1 + YTM ) n
Rp. 425.000 = Rp. 1.000.000 : (1 + YTM)5
(1+YTM)5 = 0,425
YTM = 18,5%

6. Horizon Yield (Realized Yield)


Seringkali investasi obligasi tidak dipegang hingga jatuh tempo. Seperti ketika ada
penurunan tingkat bunga, kondisi ini memberikan potensi kenaikan harga obligasi. Saat seperti
inilah merupakan saat yang tepat bagi investor obligasi melepas obligasinya untuk
mendapatkan capital gain. Investor dapat menghitung hasil obligasi pada kasus seperti ini
dengan horizon yield. Sebagaimana perhitungan yield to call, hanya saja horizon yield meli-
batkan predikasi harga jual bukan call price.

Horizon Yield = { Ct + (Pt – Pm) : hp)}: {( Pt + Pm ): 2}

Ct = kupon tahunan
Pt = future selling price
Pm = harga pasar obligasi
hp = holding period

Contoh:
Seorang investor menjual obligasi PT Pratama pada tahun ketujuh seharga Rp. 6,5 juta.
Obligasi bernilai nominal Rp. 8 juta tersebut dibeli seharga Rp 5 juta dengan tingkat kupon 16%.
Tentukan horizon yieldnya!

Jawab:
Horizon Yield = { Ct + (Pt – Pm) : hp)}: {( Pt + Pm ): 2}
Horizon Yield = {Rp.1.280.000 + ((Rp.6.500.000 - Rp.7.500.000):7)}:
{(Rp. 6.500.000 +Rp. 5.000.000) : 2}
Horizon Yield = 30,9%

E. Risiko Investasi Obligasi


Risiko yang dihadapi dalam investasi obligasi khususnya maupun sekuritas

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 9 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
pendapatan tetap pada umumnya adalah:
1. Risiko default: risiko akibat penerbit tidak bisa memenuhi ke wajiban membayar
bunga maupun pokok pinjaman. Risiko default sangat berkaitan dengan risiko bisnis
yaitu ketidakpastian pendapatan perusahaan.
2. Risiko likuiditas: kemudahan obligasi diperdagangkan di pasar sekunder. Mudah
tidaknya obligasi diperdagangkan di pasar sekunder berkaitan peringkat. Obligasi
idAA++ tentu lebih likuid dibanding obligasi idBBB+.
3. Risiko fluktuasi suku bunga, terutama obligasi dengan tingkat bunga kupon
tetap (fixed rate). Ketika terjadi kenaikan tingkat suku bunga komersial maka
obligasi dengan kupon fixed rate mengalami kerugian.
4. Risiko reinvestasi: risiko yang terjadi pada obligasi dengan tingkat kupon yang rendah
dan jatuh tempo panjang.
Reinvestment Risk
Ada dua hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan reinvestment risk dari
hasil pendapatan kupon.
 Jangka waktu jatuh tempo (time to maturity). Obligasi dengan YTM dan tingkat
kupon tertentu tetapi jatuh temponya jangka panjang, pendapatan dari
reinvestment of coupon interest payment menjadi sangat penting. Obligasi jangka
panjang memiliki reinvestment risk lebih besar dibanding obligasi jangka pendek.
Pada saat tingkat bunga umum yang berlaku sedang tinggi maka keuntungan yang
mampu diperoleh dari reinvestment of coupon interest payment cukup menarik.
Dan pendapatan reinvestment of coupon interest payment ini dapat dijadikan
komponen keuntungan tertinggi dari investasi obligasi. Sebaliknya jika inves tor
dihadapkan pada tingkat bunga umum yang berlaku sedang rendah maka
reinvestment of coupon interest payment bukan hal yang menguntungkan.
 Faktor lain yang menentukan reinvestment risk adalah tingkat kupon. Obligasi
berkupon tinggi lebih menguntungkan jika dibanclingkan dengan obligasi berkupon
rendah yang memiliki YTM dan jatuh tempo tertentu. Dalam hal ini obligasi premium
lebih menguntungkan karena obligasi premium memberikan tingkat kupon lebih
tinggi. Sehingga obligasi premium memiliki reinvestment risk lebih kecil dibanding
obligasi bernilai diskon.
5. Risiko penarikan (call risk) untuk obligasi yang bersifat callable.
6. Risiko inflasi. Risiko ini terutama terjadi pada obligasi berkupon rendah dan fixed rate
bond
7. Risiko nilai tukar. Obligasi yang diterbitkan dalam mata uang rupiah akan
mengalami kerugian ketika rupiah terdepresiasi.
8. Risiko politik (country risk) yaitu ketidakpastian atas lingkungan politik dan ekonomi

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 10 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
suatu negara.
9. Internal Rate Risk
Ketika tingkat bunga umum meningkat maka harga obligasi tu run. Jika obligasi
dijual sebelum jatuh tempo pada saat tingkat bunga umum meningkat dan obligasi
tersebut terjual dibawah harga belinya maka investor menerima internal rate risk.

F. Durasi
Ada dua macam durasi yaitu Macaulay Duration dan Modified Duration.

1. Macaulay Duration
Durasi adalah rata-rata tertimbang dari waktu terhadap pem bayaran arus kas
(pembayaran kupon maupun nilai pari obligasi). Durasi menunjukkan perubahan
harga obligasi akibat perubahan yield. Semakin tinggi angka durasi berarti harga
obligasi semakin sensitif terhadap pergerakan tingkat bunga.
Sebagaimana dikemukakan oleh Roy Sembel dan Tim bahwa durasi dapat dihitung
melalui tiga langkah. Pertama, durasi dapat dihitung dengan menghitung present
value setiap aliran kas yang terdiri dari hasil pembayaran kupon maupun nilai
nominalnya saat jatuh tempo. Kedua, menghitung rata-rata tertimbang (weighted
average) dari nilai tunai pada setiap periode dengan pembobotan weight (Wt). Wt =
present value dibagi harga obligasi. Ketiga, setiap weight dikalikan dengan jarak
waktu pembayaran kas (t), kemudian menghitung jumlah totalnya.

Contoh perhitungan durasi:


PT Andalan menerbitkan obligasi bernominal Rp. 100 juta dengan jatuh tempo 3 tahun.
Tingkat kupon yang ditetapkan setiap tahunnya sebesar 18% dan tingkat bunga (yield to
maturity) sebesar 17%. Karena investor mengetahui bahwa sensitivitas harga obligasi
terhadap fluktuasi tingkat bunga lebih dipengaruhi oleh durasi daripada waktu jatuh
temponya, maka ia pun menghitung durasinya. Jika harga obligasi yang memiliki peringkat
idA- tersebut Rp. 110.000.000, berapakah durasi yang sesuai untuk obligasi tersebut?
diketahui:
nilai nominal = Rp. 100.000.000
tingkat kupon = 18%
YTM = 17%
jatuh tempo = 3 tahun
nominal kupon = 18% x Hp. 100.000.000 = Hp. 18.000.000

Present Value arus kas tahun ke-1

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 11 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
= Rp. 18.000.000: (1+17%) = Rp.15.384.615, 38
Present Value arus kas tahun ke-2
= Rp. 18.000.000 : (1+1.7%)2 = Rp.13.149.243,92
Present Value arus kas tahun ke-3
= Rp. 18.000.000: (1 + 17%)3 +Rp. 100.000.000 : (1+17%)3 = Rp. 73.676.232,44

Wt 1 = Hp. 15.384.615,38 : Rp. 110.000.000 = 0,1398


Wt 2 = Rp. 13.149.243,92 : Rp. 110.000.000 = 0,1195
Wt3 = Rp. 73.676.232,44 : Hp. 110.000.000 = 0,6697

Durasi = {(t1 x Wt1) + (t2 x Wt2) + (t3 x Wt3)}


Durasi = {(1 x 0,1398) + (2 x 0,1195) + (3 x 0,6697))
= 2,388 tahun atau 2 tahun lebih sekitar 4 bulan

Jadi obligasi dengan jatuh tempo 3 tahun diatas memiliki waktu jatuh tempo efektifnya 2
tahun lebih sekitar 4 bulan. Karena angka durasinya relatif kecil, maka sensitivitas
harga obligasi terhadap fluktuasi tingkat bunga juga kecil.
Untuk obligasi berkupon memiliki durasi lebih pendek dari masa jatuh temponya.
Sedangkan obligasi nirkupon memiliki durasi sama dengan masa jatuh temponya. Waktu
jatuh tempo efektif atau yang biasa disebut durasi inilah sebagai ukuran yang lebih akurat
untuk menentu- kan sensitivitas harga terhadap fluktuasi tingkat bunga.
Karakteristik Macaulay Duration:
o Durasi obligasi tanpa kupon sama dengan term to maturitynya
o Durasi obligasi berkupon selalu lebih keel dari term to maturitynya
o Durasi berhubungan terbalik dengan kuponnya. Obligasi yang memiliki tingkat
kupon tinggi akan memiliki durasi lebih pendek. Sebaliknya jika tingkat kupon rendah
maka durasinya lebih besar.
o Durasi berhubungan terbalik dengan YTMnya.
o Durasi berhubungan searah dengan term to maturitynya.
o Perbedaan durasi antara dua obligasi kecil jika keduanya memiliki term
to maturity lebih dari 15 tahun
o Sinking Fund dan call provisions dapat menyebabkan perubahan dramatis
pada durasi obligasi

2. Modified Duration
Modified Duration sebagai proxy untuk menentukan kepekaan harga obligasi terhadap
perubahan tingkat bunga (YTM).

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 12 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana
Rumus modified duration adalah:
Dm = D/{ 1 +(YTM/n)},
dimana :
D = Macaulay Duration
n = jumlah pembayaran kupon pertahun.
Kemudian perubahan harga obligasi dihitung dengan:
DP/P X100 = -Dm X Dy,
dimana :
Dy = delta/perubahan YTM (dalam satuan basis poin)

Manajemen Investasi Pusat Pengembangan Bahan Ajar


‘11 13 DR. H. Cecep Winata, M.Si. Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai