Anda di halaman 1dari 4

BAB V JENIS BATUAN

5.1 Pendahuluan
Jenis batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu Batuan Beku,
Batuan Sedimen, dan Batuan Malihan atau Metamorfis. Penelitian yang dilakukan
oleh para ahli menyimpulkan bahwa batuan beku merupakan nenek moyang dari
batuan lainnya melalui gambaran tentang permukaan luar bumi yang terdiri dari
batuan beku yang seiring dengan berjalannya waktu terbentuklah kelompok-kelompok
batuan lainnya. Proses perubahan kelompok batuan menjadi kelompok batuan lain
dinamakan daur batuan.
James Hutton menjelaskan bahwa dalam daur batuan tersebut terjadi oleh pendinginan
dan pembekuan magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat terjadi di bawah atau
di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat batuan beku tersingkap di
permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir dan hidrosfir sehingga terjadi proses
pelapukan.
Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian akan terpindahkan atau
tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti aliran alir, hembusan angin,
gelombang pantai, maupun gletser. Media pengangkut tersebut dikenal sebagai alat
pengikis, yang dapat membawa fragmen atau bahan yang larut ke tempat-tempat
tertentu berupa sedimen dan berupaya untuk meratakan permukaan bumi. Kemudian
terjadi perubahan dari batuan lepas menjadi batuan yang keras melalui pembebanan
dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-
batuan tersebut akan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru sehingga
terbentuklah batuan malihan atau metamorfis.

5.2 Tujuan dan Manfaat


5.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf
2. Untuk membedakan batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf
5.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui jenis-jenis batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf
2. Dapat membedakan batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf

5.3 Dasar Teori


5.3.1 Pengertian Batuan
Batuan merupakan benda alam yang menjadi penyusun utama di muka bumi.
Pada umumnya batuan merupakan campuran mineral yang bergabung secara
fisik antara satu mineral dengan mineral lainnya. Batuan adaiah
kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara
gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki
susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Batuan tidak perlu padat
dan keras dan biasanya merupakan agregat-agregat yang berukuran cukup
besar, tetapi dapat pula dalam ukuran yang cukup kecil atau tersusun oleh
benda gelas saja. Batuan dari segi asal dan keterdapatan di lapangan dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Perkembangan batuan mengikuti suatu siklus/daur
batuan. Batuan yang umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang
membentuk mereka. Ciri-ciri ini mengklasifikasikan batuan manjadi beku,
sedimen dan malihan. Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran
partikel yang membentuk mereka, transformasi dari satu jenis batuan ke
batuan yang lain.
5.3.2 Batuan Regional Sulawesi
Daerah sulawesi selatan, dimana berdasarkan urutan stratigrafinya batuan
tertua yang dijumpai di daerah adalah Formasi Latimojong yang berumur
Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah
termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kwarsit dan
beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik berupa stock maupun
berupa retas-retas.Pada bagian atasnya diendapkan secara tidak selaras
Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan Tersier Eosen
Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping dan
batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan kuat.
Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen
Tengah sampai Miosen Tengah. (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Pada bagian
atas formasi ini dijumpai batuan vulkanik Lamasi yang berumur Oligosen,
terdiri dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik,
batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid.
Kebanyakan batuan terkersikkan dan terkloritisasi. Satuan batuan berikutnya
adalah satuan yang terdiri dari napal dan sisipan batugamping yang setempat-
setempat mengandung batupasir gampingan, konglomerat dan breksi yang
berumur Miosen Bawah hingga Miosen Tengah, di tempat lain diendapkan
satuan batuan yang terdiri dari konglomerat, meliputi sedikit batupasir
glaukonit dan serpih. Ketebalan satuan batuan ini antara 100 – 400 meter dan
berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.
Ketiga satuan batuan di atas mempunyai hubungan menjemari dengan
satuan batuan yang terdiri dari lava yang bersusunan andesit sampai basal,
pada beberapa tempat terdapat breksi andesit, piroksin dan andesit trakit serta
felspatoid. Kelompok satuan batuan ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen
dan mempunyai ketebalan 500 – 1000 meter.
Pada beberapa tempat dijumpai pula satuan batuan Tmpa, yang
merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri dari konglomerat, batupasir,
batulempung dan napal dengan selingan batugamping dan lignit. Foraminifera
menandakan umur Miosen Akhir hingga Pliosen.
Satuan Batuan termuda berupa endapan aluvial dan pantai yang terdiri dari
lempung, lanau, pasir kerikil dan setempat-setempat terdapat terdapat terumbu
koral (Qal) menempati daerah pesisir timur dan barat.
5.3.3 Batuan Daerah Penelitian

5.4 Metode Pengukuran


5.4.1 Lokasi Pengukuran
5.4.2 Alat dan Bahan
5.4.3 Prosedur Pengukuran

5.5 Hasil dan Pembahasan


5.5.1 Hasil Pengamatan
5.5.2 Pembahasan
5.6 Kesimpulan dan Saran
5.6.1 Kesimpulan
5.6.2 Saran
5.7 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai