Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Taxi Way dan Appron Bandara Nusawiru
di Kabupaten Pangandaran ini dibuat untuk berupa uraian rencana pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan yang sistematis dari awal sampai akhir (apabila kami dipercaya
melaksanakan pekerjaan tersebut di atas).
Metode Pelaksanaan meliputi tahapan / urutan pekerjaan (utama) dan pekerjaan
penunjangdan uraian / cara kerja dari masing-masing jenis kegiatan pekerjaan utama dan
penunjang yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, dan akan menghasilkan
pekerjaan yang bermutu, selesai tepat waktu dan berazas manfaat maksimal..
Metoda pekerjaan ini akan menjadi panduan kami dalam melaksanakan pekerjaan
(apabila kami dipercaya) setelah mendapat berbagai koreksi.

MAKSUD DAN TUJUAN


Koordinasi, pelaksanaan dan methode yang tepat dalam pelaksanaan proyek ini sangat
diperlukan supaya proyek ini dapat berjalan tepat waktu dan memenuhi kualitas yang
diharapkan.

LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan Pembangunan Taxyway dan Appron (Lanjutan) akan dilaksanakan di
Bandara Udara Nusawiru Kabupaten Pangandaran dalam kurun waktu penyelesaian
pekerjaan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender. Adapun yang menjadi ruang lingkup
pekerjaan adalah sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pekerjaan Papan Nama Kegiatan
2. Pekerjaan pembersihan lokasi
3. Pekerjaan Direksi Keet
4. Pengukuran dan Bowplank
5. Mobilisasi dan demobilisasi
6. Administrasi, Dokumentasi dan Ass Built Drawing
B. Pekerjaan Taxiway
1. Pekerjaan Galian Tanah Biasa
2. Pekerjaan urugan Pilihan/Kapur/Cabluk
3. Pekerjaan LPA kls. B
4. Pekerjaan Pasangan Semen untuk lantai kerja
5. Pemadatan Fillet
C. Pekerjaan Overlay Taxiway
1. Pekerjaan Lapis Perekat
2. Pekerjaan Laston Aus (AC-WC)
3. Pekerjaan Overlay Taxiway
D. Pekerjaan Appron
a. Perkerasan Berbutir Appron
1. Pekerjaan Galian Tanah Biasa
2. Pekerjaan Urugan Pilihan/Kapur/Cabluk
3. Pekerjaan Pasangan Semen untuk lantai kerja
4. Urugan Pilihan Kapur/Cabluk untuk bahu Appron
5. Pekerjaan LPA Kls. B untuk Bahu Appron
b. Struktur Beton
1. Pekerjaan Beton Mutu Sedang
K-250 (Ready Mix)
2. Pekerjaan Pembesian D-16
untuk Tie Bar
3. Lapis Perekat
BAB II
METODE PENYELESAIAN
PEKERJAAN

Dalam Bab ini akan dijelaskan alur pelaksanaan pekerjaan dari awal ( Setelah tanda
tangan Kontrak) sampai pekerjaan selesai dan diserahterimakan kepada pemberi pekerjaan.
Urutan pelaksanaan pekerjaan akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan sehingga
masing – masing sub kegiatan tidak saling menghambat.
Dalam hal pelaksanaan, tata cara pelaksanaan, tenaga kerja, bahan dan alat yang
digunakan akan memenuhi spesifikasi yang disyaratkan.
Adapun urut-urutan atau alur pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :
I. Persiapan
Dalam hal persiapan, kami akan melakukan :
1. Sosialisasi dengan Pemberi pekerjaan kepada masyarakat dan pemerintah
setempat.
2. Survey lokasi untuk mempelejari berbagai hal agar dapat menguasai lokasi pekerjaan guna
menentukan jalan masuk alat dan material ke lokasi, lokasi penyimpanan material, lokasi
direksi Keet dan hal-hal lain demi kelancaran pekerjaan.
3. Menyiapkan personil inti yang handal
4. Menyiapkan tenaga pekerja
5. Menyiapkan material yang akan dikirim kelokasi, dengan melakukan survey ke lokasi
Quary
6. Menyiapkan alat yang akan digunakan dengan mengecek ke workshop.
7. Memasang Papan Nama Pekerjaan
8. Melakukan pengukuran/uitzet
9. Pemasangan bouplank dan patok batas lokasi
10. Penyediaan kantor lapangan
11. Pembersihan lokasi pekerjaan
12. Pelaksanan administrasi dan dokumentasi

II. PELAKASANAAN
Menysuaikan dengan kondisi di lapangan maka urutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Appron
Pekerjaan ini didahulukan selain karena bobotnya yang besar juga agar tidak terhambat
oleh pekerjaan lain, dan juga membutuhkan waktu yang panjang. Dalam pelaksanaannya
pekerjaan ini akan dikerjakan secara sistematis sesuai dengan petunjuk gambar dan
mengikuti spesifikasi teknik dalam kontrak. Urutan pekerjaan ini antara lain :
a. Galian tanah

BAB III
URAIAN PEKERJAAN
UTAMA

Galian Biasa
Pekerjaan galian tanah bertujuan untuk menurunkan kemiringan vertikal atau
alinyemen vertikal jalan yang dianggap masih terlalu tinggi. Penggalian harus
dilakukan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam gambar.
Kontraktor harus memiliki data existing dan data rencana yang akan dikerjakan sesuai
dengan gambar. Bekas galian harus dalam kondisi yang rata, rapi, dengan tepi dan
lereng yang stabil dan saluran air yang memadai aga tidak terjadi genangan air dibadan
jalan sewaktu hujan.
Tahapan pengerjaan galian biasa adalah sebagai
berikut :
 Pengajuan Request Pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk
dilakukan persetujuan.
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas dan
Petugas pengamanan sekitar lokasi kerja.
 Pekerjaan galian dilaksanakan hingga mencapai level yang sudah ditentukan
yang mengacu dari gambar kerja yang sudah disetujui.
 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
 Pemindahan tanah hasil galian dengan menggunakan Dump Truck untuk
mengangkut tanah ke lokasi buangan (disposal area) atau tempat timbunan tanah
sebagai tanah timbun jika memenuhi spesifikasi dan atas persetujuan pengawas
lapangan.
 Kebutuhan Tenaga Kerja : Pekerja dan Mandor
 Kebutuhan Alat : Exavator, Dump Truck, Alat bantu lainnya.

Timbunan Pilihan/Kapur/Cabluk
Timbunan ini merupakan Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan
kapasitas daya dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi
lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam
karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan tibunan lainnya dimana kekuatan
timbunan adalah faktor yang kritis.
Satuan pembayaran untuk pekerjaan M3
ini

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan ini harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level timbunan biasa dan
sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari maksud
penggunaannya, seperti diperintahkan atau distujui oleh Direksi pekerjaan. Dalam
segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila di uji sesuai dan memiliki CBR paling
sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering
maksimum.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan galian biasa sudah dilaksanakan
dilapangan sesuai ukuran yang ada pada gambar dan dilanjut ke pekrjaan pelebaran
perkerasan dan bahu jalan. Pekerjaan ini mencakup pemasokan pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat kelas B diatas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima dengan detil yang ditunjukan dalan
gambar atau sesuai perintah Direksi pekerjaan Material harus bebas dari gumpalan
lempung atau tanah dan bahan-bahan organik serta gradasi sesuai spesifikasi
(mencegah terjadinya segregasi). Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai sudah
memberikan hasil Test Bahan, Job Mix Formula & Request dan sudah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B rujukan standar : AASHTO
T 89 – 90, AASHTO T 90 – 87, AASHTO T 96 – 87, AASHTO T193 - 81

Metode Pelaksanaan :
 Pengajuan Request Pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk
dilakukan persetujuan.
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas.
 Pekerjaan yang dilakukan mengacu pada data data joint survey dan gambar
design, kemudian dipasang patok-patok elevasi (bowplank).
 Komposisi material untuk Lapis Pondasi Agregat dilakukan di Laboratorium
untuk mendapatkan Job Mix Design. Setelah dilakukan trial mix dari material akan
diperoleh komposisi campuran yang mengacu pada JMD maka material dapat
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
 Material Agregat dari quarry yang sudah dicampur/blanding sesuai Job Mix
Design kedalam Dump Truck dengan Wheel Loader dan selanjutnya diangkut
kelokasi pekerjaan. Penghamparan dilakukan dengan menggunakan alat Motor
Grader sesuai ketebalan yang sudah ditentukan kemudian dipadatkan dengan alat
Vibratory Rollerd.
Agar permukaan rapi rata pemadatan akhir dikerjakan dengan menggunakan
Tyre Roller.
 Pada saat pemadatan dilakukan penyiraman dengan Water Tank Truck agar
porinya dapat saling mengisi hingga dapat mencapai kepadatan/density/CBR yang
telah ditentukan (sesuai spesifikasi). Selanjutnya dilakukan pengujian density
untuk mengetahui persentase kepadatan (CBR).
 Kebutuhan Tenaga Kerja : Pekerja dan Mandor
 Kebutuhan Peralatan : Wheel Loader, Motor Grader, Vibratory Roller,
Tyre Roller, Water Tanker, Alat Bantu
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peraltan, material dan pelaksanaan
semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan perata (leveling course)
dan pekerjaan pelebaran perkerasan dengan wet lean concrete, termasuk persiapan
lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat, pencampuran, pengadukan,
pengangkatan, penuangan, pemadatan, finishing,pengawetan, pemeliharaan dan
pekerjaan incidental yang berkaitan, semua pekerjaan harus dilaksanakan sesuai
dengan gambar rencana, spesifikasi dan instruksi direksi pekerjaan.

Metode Pelaksanaan :
 Kontraktor Mengajukan request pekerjaan ke direksi lapangan dan konsultan
pengawas
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas.
 Menyiapkan material, tenaga dan alat dilokasi kerja
 Pemasangan cetakan baja atau kayu untuk wet lean concrete
 Pencampuran material semen, agregat dan air untuk pembuatan lean
concrete, perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi kering jenuh
harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat pecah beton menurut spesifikasi
disyaratkan dan menjaga konsistensi campuran
 Penghamparan dilapangan dengan material dituang langsung ke area dan
dipadatkan dengan alat perata dan digetar dengan alat concrete vibrator agar
campuran bisa rata
 Perataan lean concrete harus sesuai dengan kelandaian yang disyaratkan dan
telah disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan pengawas.
 Setelah pekerjaan lean concrete selesai, kontraktor melakukan perawatan atau
cuiring dengan menutupi lean concrete dengan plastic cor agar menjaga penguapan
air pada saat proses setting atau pengerasan
 Pekerjaan selesai, area kerja harus dibersihkan dan alat harus dirapikan
 Alat yang digunakan : concrete mixing plants, truck mixer, vibrator dan alat bantu

Lapisan Perekat – Aspal Cair


Lapisan Perekat dihampar/didistribusi di atas pekerjaan perkerasan jalan beton lama
ataupun baru yang bertujuan untuk memberikan kelekatan permukaan jalan beton
dengan pekerjaan aspal diatasnya. Standar rujukan : AASHTO M82 – 75, AASHTO
M226 - 80
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan Lapis Perekat adalah sebagai berikut :
 Pengajuan Request Pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk dilakukan
persetujuan.
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas.
 Lapisan Perekat akan disebarkan di atas permukaan perkerasan Aspal lama
atau baru.
 Bersihkan permukaan yang akan dilapis dengan menggunakan Compressor, dan
beri pembatas antara bahu jalan dan badan jalan dengan cara menarik
benang dan ditandai dengan menggunakan cat.
 Cairan Tack Coat diangkut dari Base Camp dengan menggunakan Pick -
Upatau Dump Truck kelokasi pekerjaan lalu dipanaskan hingga mencapai
temperatur yang sesuai dengan spesifikasi, kemudian diseprotkan dengan alat
Asphalt Sprayer di atas permukaan yang akan dilapisi Aspal Panas hingga merata
(kadar lapis resap pengikat per-meter luas sesuai dengan yang ditentukan
spesifikasi).
 Pada saat penyemprotan Dump Truck menarik Air Compressor.
 Kebutuhan Peralatan : Asphalt Sprayer, Air Compressor, Dump Truck atau
Pick - Up.

Laston Lapis Aus (AC-WC)


Pekerjaan Laston lapis Aus (AC-WC) dilaksanakan di atas hamparan Lapis Perekat.
Sesuai spesifikasi yang telah disetujui oleh direksi lapangan dan konsultan
pengawas. Standar rujukan SNI 03-2417-1991, SNI 03-1968-1990, SNI 03-1969-
1990, SNI 06-2432-1991, SNI 06-2441-1991, SNI 06-2489-1991, AASHTO T166-
1988, Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan adalah sebagai berikut :
 Pengajuan Request Pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk
dilakukan persetujuan.
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas.
 Sebelum memproduksi campuran aspal panas, terlebih dahulu dilakukan
pengajuan Job Mix Formula di laboratorim yang mengacu pada spesifikasi dan
karakteristik dari material yang akan digunakan. Wheel Loader membantu
mangangkat/memasukkan material pada saat produksi dilaksanakan, sedangkan
untuk menghidupkan AMP digunakan Generator Set yang sudah disediakan.
 Campuran aspal panas didatangkan dari AMP dan diangkut ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck. Lalu dihamparkan di atas
permukaan Lapis Aspal Pengikat dengan menggunakan Asphalt Finisher dengan
tebal hampar yang telah diuji terlebih dahulu, sehingga ketebalan padat sesuai
dengan yang diinginkan (sesuai design).
 Pemadatan awal dilakukan dengan Tandem Roller dan selanjutnya Tire Roller
dengan passing demi passing yang telah ditentukan.
 Water Tanker mengangkut dan memasukkan air ke dalam alat pemadat
untuk penyiraman pada saat pemadatan dilakukan. Selama pemadatan sekelompok
pekerja akan merapikan tepi hamparaan dengan menggunakan Alat Bantu.
 Pemadatan akhir dilakukan dengan menggunakan Tandem Roller
 Kebutuhan Peralatan : AMP, Wheel Loader, Genset, Asphalt finisher,
Tandem Roller, Tire Roller, Dump Truck, Water tanker dan Alat Bantu
Baja Tulangan U 24 Polos
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan spesifikasi dan gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan.
Standar rujukan untuk baja tulangan pada pekerjaan ini : A.C.I. 315, AASHTO M31M-
90, AASHTO M32-90, AASHTO M55-89, AWS D 2.0.
Metode Pelaksanaan :
 Pemesanan bahan dilakukan setelah seluruh daftar pesanan dan
diagram pembengkoran harus disediakan dan mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas.
 Material besi tulangan diangkut ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label
yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan
dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
 Material baja tulangan disimpan sedemikian untuk mencegah distorsi,
kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
 Baja tulangan dibengkokkan / dipabrikasi sesuai dengan gambar /
diagram pembengkokan secara dingin dan sesuai dengan prosedur yang
disyaratkan dalam spesifikasi, batang tulangan dengan diameter lebih besar dari
20 mm dibengkokkan dengan mesin pembengkok
 Setelah pemotongan dan pembengkokan baja tulangan
dilaksanakan pemasangan/perakitan menurut ketentuan yang ada di gambar
rencana,baja tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau
lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. Baja
tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam spesifikasi, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Batang tulangan harus diikat kencang
dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat
pengecoran.

Pasangan Semen untuk Lantai kerja t=5 cm (5kg/m2)

Pekerjaan beton yang dilaksanakan adalah pekerjaan beton tumbuk campuran 1Pc :
3Psr : 5Krl (5kg/m2), diaduk dengan molen beton secara merata selama 15 s/d 20
menit, kemudian dihampar diatas bidang yang diinginkan lalu diratakan dengan
menggunakan acuan tali yang telah ditimbang. Peralatan yang digunakan; beton molen,
skop, tong campuran, roskam besi/kayu, benang, waterpass, meter, gerobak, vibrator
dan alat bantu.

Beton K-250
Yang dimaksud pekerjaan beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk massa padat. Pekerjaan ini pula meliputi penyiapan
tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan
pemeliharaan pondasi serta mempertahankan agar pondasi tetap kering.
Mutu beton sesuai dengan penggunaannya dapat diklasifikasikan menjadi Beton mutu
tinggi (diatas K500), beton mutu sedang (K250<x<K500), dan beton mutu rendah
(K125<xK250). Mutu beton ditentukan dari proporsi campuran agregat, semen dan air.

Rujukan terhadap spesifikasi rancangan campuran (mix Design) untuk mutu masing-
masing beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai,
lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton
di laboratorium berdasarkan kuat tekan. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil
perhitungan harus memenuhi Kriteria teknis utama yaitu kelecakan (work ability),
kekuatan (strength) dan keawetan (durability) harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, selanjutnya dilaksanakan
percobaan sesuai dengan rancangan campuran untuk mendapatkan proporsi
campuran yang akan digunakan sebagai pedoman kerja dalam hal ini JMF (Job Mix
Formula).
Beton dengan mutu sedang ini diperuntukkan slab penutup pasangan batu dengan
mortar
Metode Pelaksanaan :
 Kontraktor mengajukan request kerja ke direksi lapangan dan konsultan pengawas
 Beton K.250 untuk perkerasan bahu harus sesuai dengan ukuran dimensi pada
gambar
 Semua material pokok yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga terlindung dan kualitas bahan tetap terjaga
sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
 Gambar detail pelaksanaan dan seluruh perancah/ bekisting atau acuan
disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan harus disetujui oleh Direksi pekerjaan.
 Pemasangan rambu-rambu proyek ,alat pengaman lalu lintas
 Penyiapan tempat kerja meliputi : pembersihan lokasi kerja dari bahan/benda-
benda yang tidak diperbolehkan, ketepatan dimensi dan elevasi objek yang akan
dicor, Acuan/bekisting dipastikan dapat dibongkar tanpa merusak beton,
pemasangan baja tulangan sesuai dengan gambar rencana.
 Pencampuran dilaksanakan di concrete mixing plant sesuai dengan proporsi
campuran JMF. Dan dituang ke mobil concrete miser truck dan dibawa kelokasi
pekerjaan. Pengecoran dilaksanakan tanpa henti sampai dengan sambungan
konstruksi yang telah disetujui atau sampai selesai.
 Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton
harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi
akhir beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru.
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat pemadatan
beton yang digunakan adalah Concrete Vibrator.
 Pekerjaan selesai, lokasi pekerjaan harus dibersihkan dari material yang tidak
terpakai, alat kerja harus dirapikan dan ditaruh pada tempatnya. Apabila jalan
umum terkena dampak kerjaan proyek, maka masih menjadi tanggung jawab oleh
kontrkator

BAB IV
METODE URAIAN PEKERJAAN
PENUNJANG

Pekerjaan penunjang atau pekerjaan sementara adalah untuk menunjang kelancaran dan
keberhasilan penyelesaian pekerjaan. Pekerjaan penunjang secara umum meliputi mobilisaasi
tenaga kerja, material dan peralatan. Perencanaan site planning dan site material yang
berguna untuk mengatur penempatan peralatan kerja dan ssarana penunjang proyek lainnya
seperti ; kantor , gudang, barak pekerja dan pengaman lingkungan proyek dll. Peralatan dan
material penempatannya diatur agar tidak mengganggu kegiatan pekerjaan dilapangan.
Penyedian air kerja yang bersumber dari sumber air bersih yang dapat dipakai sebagai air
miunum dan air kerja. Listrik kerja akan dapat dipergunakan di lingkungan proyek dan
sebagai cadangan disiapkan genset. Jalan / alur kerja disiapkan sesuai dengan kebutuhan
dengan tetap mengutamakan keamanan, keselamatan dan
kelancaaran aktivitas pekerjaan dengan tidak mengganggu lingkungan disekitar
proyek.

BAB V
METODE PEKERJAAN K3
1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. PEDOMAN DAN STANDAR
a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang
Bendera Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Kep.245/MEN/1990 tentang
Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. KESELAMATAN KERJA

Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,


Kami (CV. Juwita) bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
material dan peralatan teknis serta konstruksi. Kami pastikan menjaga keselamatan kerja di
ruang kerja dengan melengkapi sarana perlengkapan keselamatan kerja seperti safety
line, rambu - rambu, papan promosi keselamatan, dan lain - lain.

Kami akan melakukan hal-hal berikut :


 Menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang
Berlaku (Jamsostek). Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan
musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.

 Setiap pekerja dipastikan menggunakan Alat Pelindung Diri pada


waktu bekerja
 Di lokasi akan disediakan Alat Pelindung Diri (ADP) berupa
safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai
pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko
tertimpa benda keras.
 Menyediakan segala kebutuhan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak
dan bersih bagi semua petugas dan pekerja
 Membersihkan lapangan dari tempat menginap pekerja atau lainya kecuali
atas ijin PPK.
 memberitahukan kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban korban kecelakaan itu, apabila terjadi
keselamatan kerja.
4. PROSEDUR OPERASI STANDAR (SOP) KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (K3)
a) Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b) SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
c) Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP.
5. MATRIK PROGRAM K3
a) Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap ada
tamu ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek
b) Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk sosialisasi dan
pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan K-3L dan Lingkungan
selama masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan Safety talk setiap 1 minggu sekali
c) Safety Health and Environmental Patrol / Inspection Kegiatan ini dilaksanakan secara
rutin, Bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L di seluruh lingkungan proyek
dan menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
d) Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting dilaksanakan
seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas permasalahan dan
kejadian yang terjadi dan rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya serta
membahas permasalahan yang mungkin terjadi serta langkah-langkah
pencegahannya.
e) Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan insidental
bertujuan untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam pelaksanaan standar
K-3L di lingkungan proyek terhadap peraturan yang diberlakukan dalam lingkungan
perusahaan.
f) Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh komponen
proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja mengenai K-3L, P3K
dan respon terhadap keadaan darurat
g) Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk
menjaga kebersihan, kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja.
BAB VI PENUTUP

Demikian metode pelaksanaan ini kami buat dan diharapkan dalam pelaksanaan dilapangan
selain berpedoman pada metode ini, dan gambar kerja serta peraturan-peraturan dalam
pelaksanaan pembangunan gedung beserta strukturnya, kami pun akan selallu berkonsultasi
dengan berbagai pihak yang terkait dalam pekerjaan ini khususnya pihak owner dan konsultan
MK guna mendapatkan hasil kerja serta kualitas yang disyartakan dalam dokumen pelelangan
ini.
Sekian dan terimaksih

Pangandaran, 16 Oktober 2017


CV. 786

AGUS GUSYIA JOHAR M


Direktur
PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN
CV. 786 KERJA KONTRAK
(PRA-RK3K)

1. KEBIJAKAN K3

CV. 786 akan senantiasa menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman,
nyaman dan sehat bagi pekerja diseluruh area pekerjaan. Dalam upaya merealisasikan
kebijakan perusahaan, Kami berkomitmen akan menjamin pekerja dapat bekerja dengan
aman, nyaman dan sehat dengan penerapan program perbaikan berkelanjutan melalui
Sistim Manajemen Kesehatan & Keselamatan (SMK3), mematuhi perundang-undangan
dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serta menerapkan kedalam semua
aspek kegiatan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan. Sasaran dan Program K3 yang
kami sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Sasaran K3 :

 Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
 Tingkat Penerapan elemen SMK3 minimal 80%
 Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai dengan bahaya dan resiko
pekerjaan masing-masing
 Tidak terjadi pencemaran lingkungan diluar batas toleransi yang telah ditetapka

b. Program K3 :

 Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD,


Rambu- rambu, Spanduk, Poster, pagar pengaman, jarring pengaman, dan lain-
lain) secara konsisten
 Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
 Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
 Pemeriksaan kesehatan pekerja secara periodik
 Penyertaan pekerja dalam Asuransi Tenaga Kerja
 Pelatihan dalam menghadapi kondisi dan situasi emergency
 Pengelolaan dan perlindungan Lingkungan

2. PERENCANAAN

Dalam Rangka penerapan SMK3 dalam pelaksanaan pekerjaan, maka perlu


disusun Perencanaan K3 pada setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan, yaitu sebagai
berikut :
1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya

NO JENIS IDENTIFIKASI PENGENDALIAN


RISIKO K3
PEKERJA JENIS BAHAYA & RISIKO K3
AN

1 2 3 4

1. Galian Biasa  Kecelakaan terkena manuver  Memakai APD


alat gali (luka ringan, luka (helm, sepatu safety,
berat, cacat permanen, masker, kacamata)
meninggal)  Menyediakan rambu
 Pekerja terkena percikan – rambu pengaman dan
material galian (iritasi mata peringatan
ringan/sedang)  Penyusunan
 Tertimpa material galian instruksi kerja
(luka ringan, luka berat,  Melakukan
meninggal) pelatihan kepada
pekerja
2. Timbunan  Kecelakaan karena alat  Memakai APD
Pilihan dengan berat (luka ringan, luka berat, (helm, sepatu safety,
Kapur/Cabluk cacat permanen, meninggal) masker, kacamata)
 Pekerja tertimbun  Menyediakan rambu
material timbunan (luka – rambu pengaman dan
ringan, luka berat, cacat peringatan
permanen, meninggal)  Penyusunan
 Kecelakaan akibat instruksi kerja
metode penimbunan (luka  Melakukan
ringan, luka berat) pelatihan kepada
 Terjatuh ke dalam pekerja
lubang timbunan (luka ringan,
luka berat)
 Tertabrak dump truck
yang membawa muatan
timbunan
(luka ringan, luka berat,
cacat
permanen, meninggal)
3. Lapis  Kecelakaan karena alat  Memakai APD
Pondasi berat (luka ringan, luka berat, (helm, sepatu safety,
Agregat Kelas B cacat permanen, meninggal) masker, kacamata)
 Pekerja terkena percikan  Menyediakan rambu
material – rambu pengaman dan
(iritasi mata peringatan
ringan/sedang)  Penyusunan
 Kaki/tangan luka instruksi kerja
terkena pecahan batu split  Melakukan
(luka ringan) pelatihan kepada
 Kecelakaan alat angkut pekerja
material
(luka ringan, lika berat, cacat
permanen, meninggal,
kerusakan alat angkut,
kerusakan fasilitas/bangunan
sekitar)

4. Lapis Perekat  Kecelakaan karena alat  Memakai APD


semprot aspal (ringan/sedang) (helm, sepatu safety,
 Pekerja terkena percikan masker, kacamata)
aspal panas (iritasi mata  Menyediakan rambu
ringan/sedang, luka ringan, – rambu pengaman dan
cacat peringatan
kulit irngan)  Penyusunan
 Gangguan mata akibat debu instruksi kerja
dan asap (iritasi mata  Melakukan
ringan/sedang) pelatihan kepada
pekerja
5. Laston Lapis  Tertabrak, terjepit, terlindas  Memakai APD
Aus alat hampar (luka ringan, luka (helm, sepatu safety,
(AC-WC) berat, cacat permanen, masker, kacamata)
meninggal)  Menyediakan rambu
 Kecelakaan alat angkut – rambu pengaman dan
material (luka ringan, luka peringatan
berat, cacat permanen,  Penyusunan
meninggal, kerusakan alat instruks kerja
angkut, kerusakan  Melakukan
fasilitas/bangunan sekitar pelatihan kepada
 Pekerja terkena percikan pekerja i
aspal panas (iritasi mata
ringan/sedang, luka ringan,
cacat kulit ringan)
 Gangguan mata akibat debu
dan asap (iritasi mata
6. Beton K – 250  Bahaya pada saat  Memakai APD
pekerjaan bekisting meliputi (helm, sepatu safety,
tertimpa tanah galian atau masker, kacamata)
alat kerja dan terpleset (luka  Menyediakan rambu
ringan, luka berat, cacat – rambu pengaman dan
permanen, meninggal) peringatan
 Terluka akibat benda tajam  Penyusunan
(luka ringan, luka sedang) instruksi kerja
 Terpotong gergaji (luka  Melakukan
ringan, luka sedang) pelatihan kepada
 Luka akibat Vibrator (luka pekerja
ringan, luka sedang)
 Kecelakaan akibat runtuhnya
cor
beton (luka ringan, luka
berat, cacat permanen)
 Tertimpa bekisting jatuh
(luka ringan, luka berat)
 Molen terguling (luka
berat, meninggal)
7. Lantai Kerja  Bahaya pada saat  Memakai APD
pekerjaan bekisting meliputi (helm, sepatu safety,
tertimpa tanah galian atau masker, kacamata)
alat kerja dan  Menyediakan rambu
terpleset (luka ringan, luka –
berat, rambu pengaman
cacat permanen, meninggal) dan peringatan
 Terluka akibat benda tajam  Penyusunan
(luka ringan, luka sedang) instruksi kerja
 Terpotong gergaji (luka  Melakukan
ringan, luka sedang) pelatihan kepada
 Luka akibat Vibrator (luka pekerja
ringan, luka sedang)
 Kecelakaan akibat runtuhnya
cor beton (luka ringan, luka
berat, cacat permanen)
 Tertimpa bekisting jatuh
(luka
ringan, luka berat)
 Molen terguling (luka
berat, meninggal)
8. Baja Tulangan  Terjepit saat  Memakai APD
U24 membengkokkan baja (helm, sepatu safety,
Polos tulangan (luka ringan, luka masker, kacamata)
sedang, luka berat, cacat  Menyediakan rambu
permanen) – rambu pengaman dan
 Terluka pada saat peringatan
mengikat tulangan dengan  Penyusunan
kawat (luka ringan, luka instruksi kerja
sedang)  Melakukan
 Tertimpa material atau alat pelatihan kepada
(luka ringan, luka berat, cacat pekerja
permanen, meninggal)
 Terpotong atau luka akibat
alat potong (luka ringan, luka
berat, cacat permanen)

2) Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

Daftar peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai


acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain :
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
d. Peraturan menteri PU N0. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem
Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang PU

3) Sasaran K3 dan Program K3

Pada paket pekerjaan Pembangunan Taxiway dan Appron (Lanjutan) sasaran K3


dan Program K3 CV. 786 yang harus dilaksanakan antara lain :
 Sasaran K3 :
a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Accident)
b. Meningkatkan derajat kesehatan kerja tenaga kerja
c. Meningkatkan pengetahuan tenaga kerja mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja di lokasi kerja
d. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan kerja
e. Menjamin keselamatan tenaga kerja dilokasi kerja
f. Meningkatkan dan memelihara kinerja K3 perusahaan

 Program K3 :

I. Prosedur Umum
1. Semua pekerja dan semua orang wajib mematuhi semua tanda-tanda / rambu-
rambu;
2. Pekerja harus memperhatikan dan mengindahkan petunjuk-petunjuk yang
diberikan oleh atasan dan harus berhati-hati terhadap semua orang yang berada
dalam ruang kerjanya;
3. Sebelum memulai pelaksanaan suatu pekerjaan, harus dipastikan bahwa
pekerja telah mendapatkan pengenalan / sosialisasi mengenai peraturan umum
keselamatan dari petugas K3 di tempat kegiatan kerja;
4. Pekerja, tamu dan umum selama berada di area proyek tidak diijinkan
mengadakan permainan judi dan / atau perjudian lainnya, mabuk dan
mengkonsumsi narkoba yang membuat situasi cenderung membuat keonaran
sehingga mengganggu ketentraman dan ketertiban bekerja;
5. Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (1.4.) di atas, akan diserahkan dan
berurusan dengan pihak yang berwajib;
6. Semua kecelakaan dan kejadian harus dilaporkan pada Petugas K3 di tempat
kegiatan kerja. Dalam hal terjadi luka pada seseorang, harus segera
menghubungi petugas K 3. Petugas ini akan mengurus pengangkutan orang
yang terluka ke rumah sakit;
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus segera diberikan sesaat
setelah kejadian kecelakaan;
8. Semua peralatan dan alat bantu kerja harus telah dipastikan keamanannya
untuk digunakan;
9. Setiap pekerja wajib memelihara daerah kerja masing-masing agar selalu
dalam kondisi yang bersih dan sehat, jangan membuang air kecil atau besar di
sembarang tempat, serta dilarang mandi di tempat yang terbuka;
10. Setiap pekerja dilarang meninggalkan tempat bekerja tanpa ijin;
11. Setiap pekerja wajib memakai alat pelindung diri / keselamatan kerja, seperti:
12. Pekerja diwajibkan memelihara dan merawat alat-alat pelindung diri /
keselamatan kerja anda dengan baik dan digunakan dengan benar serta
menyimpannya ditempat yang aman setelah selesai bekerja;
13. Setiap pekerja harus memeriksa alat pengaman, misalnya sabuk pengaman
sebelum dipakai. Jangan memakai alat pengaman yang rusak, dan harus
melaporkan segera alat pengaman yang rusak untuk diganti;
14. Setiap pekerja diwajibkan untuk mengenal dan mengetahui lokasi pintu dan
tangga darurat, pemadam api, alarm tanda bahaya dan kebakaran, tempat
berkumpul serta rute dan cara evakuasi;
15. Jika terjadi kebakaran atau kondisi yang darurat, pekerja agar dapat
menenangkan diri dan mengikuti petunjuk penyelamatan yang diberikan oleh
petugas;
16. Apabila terjadi kebakaran tanda bahaya (sirine) harus dibunyikan. Semua
orang harus diminta menyingkir dari tempat kebakaran dan semua orang yang
berkepentingan harus diberitahu;
17. Pelaksana K3 harus menyediakan Tabung Pemadam Kebakaran di
kantor- kantor,bengkel dan gudang-gudang;
18. Apabila terjadi kebakaran di tempat / di daerah tersebut di atas, harus
segera bertindak memadamkan kebakaran tersebut secara tuntas;
19. Bila menghadapi benda yang panas atau cahaya yang menyilaukan :
a. Harus melindungi mata terhadap cahaya alat pengelas baik pada saat
mengelas dengan alat pengelas listrik maupun pada saat memotong dengan
alat pengelas gas.
b. Dilarang memegang benda panas tanpa memakai sarung tangan yang sesuai
dan disiram air pada benda panas tersebut terlebih dulu.
20. Apabila mengendarai kendaraan, jarak kendaraan dengan alat berat yang
sedang bekerja harus selalu dijaga, dan pengendara harus berhati-hati terhadap
kemungkinan alat berat tersebut bergerak atau berputar tanpa aba-aba;
21. Pekerja dan siapapun dilarang beristirahat di bawah loader, Excavator atau
tempat- tempat dimana ada barang yang tergantung;
22. Dilarang memasuki ruangan yang tanpa ventilasi;
23. Hal-hal berikut ini harus diperhatikan :
a. Memasang bendera atau tanda-tanda bahaya pada batas “daerah yang
berbahaya/dilarang masuk”.
b. Dilarang sekali-kali masuk ke daerah yang sudah dipasang tanda-
tanda “dilarang masuk”.
c. Pekerja dan siapapun harus mematuhi petugas yang memberikan tanda-
tanda dengan bendera.
24. Tanda-tanda “dilarang masuk” harus diambil kembali apabila kondisi sudah
aman;
25. Buanglah sampah di tempat yang telah disediakan, dilarang membuang sesuatu
disembarang tempat;

II. Prosedur Khusus


1. Pekerjaan Bahaya Tinggi :
Penggunaan peralatan/perlengkapan yang telah ditentukan beserta
prosedur/instuksi kerja penggunaannya.
Persyaratan kompetensi keahlian.
Petunjuk individu mengenai penilaian resiko terhadap kejadian
yang muncul muncul tiba-tiba dalam pekerjaan.

2. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :


Daftar bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
disetujui. Penentuan Nilai Ambang Batas (NAB).
Penentuan Nilai Ambang Kuantitas (NAK).
Penentuan lokasi dan kondisi penyimpanan.

3. Area Kerja Bahaya Tinggi :


Penentuan APD (Alat Pelindung
Diri). Penentuan persyaratan masuk.
Penentuan persyaratan kondisi kesehatan/kebugaran.

4. Kontraktor :
Persyaratan kriteria kinerja K3.
Persyaratan pelatihan maupun kompetensi keahlian terhadap personel
di bawah kendali kontraktor.
Persyaratan pemeriksaan peralatan / perlengkapan / bahan /
material kontraktor.

5. Tamu, Pengunjung dan Pihak Luar :


Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar
tempat kerja.
Persyaratan APD (Alat Pelindung
Diri). Induksi K3.
Persyaratan tanggap darurat.

III. Prosedur Kesehatan Kerja


1. Kewajiban Perusahaan
a. Pemeriksaan Kesehatan sebelum pekerjaan dimulai (tenaga kerja mulai
dipekerjakan) dengan menugaskan atau menunjuk dokter yang
berkompeten sesuai dengan peraturan yang berlaku;
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan membuat rencana pemeriksaan
kesehatan berkala dan pemeriksaan khusus sebelum bekerja;
c. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar :
- Tenaga kerja dalam kondisi kesehatan yang baik,
- Tidak memiliki penyakit menular,
- Cocok untuk jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan,
- Kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dapat terjamin,

d. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan


disimpan untuk referensi.

2. Tenaga Kerja Yang Harus Diperiksa Kesehatannya


a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali,
(Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan
pada kesehatan fisik dan kesehatan individu).
b. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi :
- Pemeriksaan fisik lengkap dan kesegaran jasmani;
- Pemeriksaan rontgen paru –paru (bilamana mungkin);
- Pemeriksaan laboratorium rutin;
- Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
c. Secara berkala, sesuai dengan risiko –risiko yang ada pada
pekerjaan tersebut.

3. Pengawasan Kegiatan Kesehatan Kerja


a. Perusahaan wajib untuk menilai pengaruh pekerjaan terhadap
tenaga kerja, Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan Kerja
menyelenggarakan pelayanan dan pengujian diperusahaan.
b. Bentuk / formulir permohonan sebagai dokter Pemeriksa Kesehatan,
pelaporan dan bentuk formulir lain guna pelaksanaan Peraturan Menteri
ini ditetapkan oleh Direktur

4. Tindakan Pencegahan (Preventif)


a. Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan –tindakan
preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali
diderita oleh tenaga kerja.
b. Apabila terdapat keragu–raguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh dokter, pengurus dapat meminta bantuan pihak
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja.
c. Pengurus wajib menyediakan secara cuma -cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan penggunaannya untuk pencegahan
penyakit akibat kerja.

5. Kewajiban Tenaga Kerja


a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan –keterangan yang
diperlukan bila diperiksa oleh dokter kesehatan kerja;
b. Tenaga kerja harus memakai alat–alat perlindungan diri yang
diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja;
c. Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat –syarat
untuk pencegahan penyakit akibat kerja;

d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua


syarat–syarat penyakit akibat kerja sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan dan perundang-undangan;
e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja.

IV. Prosedur Lingkungan Tempat Kerja

1. Kebersihan Lokasi Kerja


a. Bahan –bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi
harus dipindahkan ke tempat yang aman, seperti :
- Sisa kayu yang berserakan harus dibersihkan dan dibawa ke
tempat yang sudah disediakan.
- Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau
dibengkokkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Pangandaran, 16 Oktober 2017


CV. 786

AGUS GUSYIA JOHAR M


Direktur

Anda mungkin juga menyukai