Anda di halaman 1dari 23

Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

RANGKUMAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA di INDONESIA (LNI)

Perkembangan Lembaga-Lembaga Negara dan Ide Pengujian Konstitusional


melalui Mahkamah Konstitusi (MK)

 Ide awal negara dipicu dari gagasan homo homini lupus  muncul ide berdirinya
kekuasaan yang mengawasi mereka
 Bentuk negara semula adalah negara jaga malam (nachtwachterstaat)  hanya
mengurusi keamanan rakyatnya saja
 Konsep kontrak sosial : utopia  bukan awal dari pembentukan sistem kekuasaan
 Pada dasarnya, manusia sejak awal dihadirkan sudah beradab, bukan homo homini
lupus. Gagasan teori homo homini lupus muncul dari teori evolusioner biologi.
 Kemudian muncul gagasan nazisme dan facisme. Menurut Hitler, bangsa Arya
dianggap secara evolusi biologi terlebih dahulu sudah sempurna  menganggap
manusia lain sebagai binatang yang derajatnya lebih rendah dari mereka (evolusinya
dianggap terlambat). Sehingga negara jaga malam (nachtwachterstaat) muncul di
wilayah Barat.
 Gagasan negara jaga malam kemudian mengalami keruntuhan  berganti menjadi
welfare state, di mana negara memiliki tanggung jawab untuk mensejahterakan
rakyat, muncul pada abad ke 20 di Eropa. Sementara itu, welfare state di Asia sudah
muncul dari abad ke-7, terutama negara-negara Islam. Buktinya adalah: penarikan
zakat.
 Awalnya Islam sudah membawa gagasan welfare state ke Barat, namun tidak
diterima karena ada teori evolusi.
 Perkembangan ide kenegaraan diikuti oleh eksperimentasi kelembagaan negara
(institutional experimentation)  muncul lembaga baru yang tidak tercakup dalam 3
cabang kekuasaan negara ala Trias Politica.
Negara yang pertama kali melakukan eksperimentasi: Inggris. Pada 1970-an, dan
menyebar ke negara-negara lain.
 Muncul state auxiliary organs/bodies  lembaga-lembaga negara yang tidak
tercakup dalam 3 kekuasaan (eksekutif, legislatif, yudisial).
Terdapat 4 bentuk state auxiliary organs yaitu:
- Commission
- Board
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

- Authority
- Committee
 State Auxiliary Organs berfungsi sebagai penunjang untuk menjalankan fungsi-fungsi
yang tidak ditangani oleh 3 kekuasaan
Contoh di Indonesia:
Adanya KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang konsepnya diambil dari
Amerika
 State Auxiliary Organs timbul karena birokrasi di lingkungan lembaga-lembaga
negara reguler yang sudah ada tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan
pelayanan umum dengan standar mutu yang semakin meningkat – Jimly Asshiddiqie
Alasan lain dari Ivor Jening: need of public service free of political interference
 Akibat dari tuntutan perkembangan yang kompleks dan rumit, maka organisasi-
organisasi kekuasaan yang birokratis, sentralistis, dan terkonsentrasi tidak dapat lagi
diandalkan  muncul gelombang deregulasi, debirokratisasi, privatisasi,
desentralisasi, dekonsentrasi  fungsi yang biasanya melekat dalam fungsi 3
lembaga dalam Trias Politica, dialihkan menjadi fungsi organ tersendiri yang
independen.
 Amandemen UUD 1945 menghasilkan:
o Reposisi dan restrukturisasi: MPR bukan lagi lembaga tertinggi, DPA dihapuskan,
penambahan MK dan KY serta DPD. MK tidak mungkin ada apabila MPR masih
lembaga tertinggi  tidak ada yang berhak menguji produk hukumnya
o Struktur kenegaraan : horizontal sesuai fungsi kewenangan masing-masing.
 Hierarki Lembaga Negara ada 3 lapis:
o Lapis I: Lembaga Tinggi Negara  Sederajat, independen, yaitu:
Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, MPR, MK, MA, BPK
o Lapis II: Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara  independen, memiliki
constitutional importance, tidak termasuk Lembaga Tinggi, yaitu:
KY, BI sebagai Bank Sentral, TNI, POLRI, KPU, Kejaksaan Agung (sebagai pejabat
penegak hukum di bidang pro justisia, memiliki constitutional importance yang
sama dengan kepolisian), KOMNAS HAM, KPK
o Lapis III: lembaga daerah (Bab VI UUD 1945)
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Mahkamah Konstitusi
o Pertama kali dibentuk di Austria pada 1920, prakarsa Hans Kelsen 
awalnya sebagai negative legislator  memerika, menguji, membatalkan
UU apabila bertentangan dengan konstitusi
o Ide: mahkamah etik yang mengadili persoalan etik di luar masalah hukum
o Fungsi:
 The Guardian of The Constitution (Pengawal Konstitusi)
 The Sole Interpreter of Constitution (Penafsir Konstitusi)
 The Guardian of the Process of Democratization (Pengawal
demokrasi)
 Protector of Human Rights (pelindung HAM)
o Kedudukan: lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan
o Kewenangan :
 Menguji konstitusionalitas UU
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Memutus sengketa kewenangan konstitusional antar lembaga


negara
 Memutus perselisihan mengenai hasil pemilihan umum
 Memutus pembubaran partai politik
o Kewajiban:
MK wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga:
 Telah melakukan pelanggaran hukum berupa
 Pengkhianatan terhadap negara
 Korupsi
 Penyuapan
 Tindak Pidana lainnya
 Atau perbuatan tercela, dan/atau
 Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD RI 1945.
o Dasar pembentukan: Pasal 24 C UUD 1945
 Ide Pengujian Konstitusional Mahkamah Konstitusi (Judicial Review) oleh MK:
o Judicial Review: proses pengujian peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
dilakukan oleh lembaga peradilan.
 Judicial Review on the legality of regulation : pengujian legalitas
peraturan  dilakukan oleh MA  pengujian peraturan
perundang-undangan di bawah UU terhadap UU
 Judicial Review on the constitutionality of law / constitutional
review of law : pengujian konstitusionalitas UU  UU terhadap
UUD
o Model pelembagaan Judicial Review:
 Centralized Judicial Review
Ciri-ciri:
 Kewenangan eksklusif dan terpusat di satu organ, yaitu MK
 Mekanisme pengujian terbagi 2, yaitu abstract review dan
concrete review
Metode abstract review ada 2, yaitu:
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Apriori  RUU disetujui oleh Parlemen, namun


belum ditandatangani oleh presiden
 Posteriori  UU yang sudah dilaksanakan diuji
 Decentralized Judicial Review
Ciri-ciri:
 Kewenangan Judicial Review didistribusikan kepada MA dan
lembaga peradilan di bawahnya
 Tidak ada Mahkamah Konstitusi
 Pengujian berdasarkan isu konkret (concrete review) 
contoh: di AS, yang menganut sistem common law 
hukum dibentuk dari putusan-putusan hakim
o Negara-negara yang tidak mengadopsi lembaga Judicial Review: Inggris
dan Belanda karena menganut prinsip supremasi parlemen  lembaga
manapun dilarang menguji produk legislasi parlemen yang dianggap
mencerminkan rakyat
o Indonesia: centralized Judicial Review , namun terdapat dualisme Judicial
Review yaitu sebagai berikut:
 Oleh Mahkamah Konstitusi: Judicial Review on the constitutionality
of Legislation (UU terhadap UUD)
 Oleh Mahkamah Agung: Judicial Review on the legality of regulation
(peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU)

Teori Pemerintahan

 Ada perbedaan sistem pemerintahan di setiap negara karena ada perbedaan


hubungan antara lembaga eksekutif dan legislatif
 Susunan pemerintahan  dalam membahas pembagian kekuasaan horizontal
(separation of powers), yang hanya dibahas adalah hubungan antara eksekutif dan
legislatif. Yudisial dalam negara hukum merupakan lembaga yang mandiri.
 Legislatif menurut John Locke  tertinggi  membentuk UU  mempengaruhi
eksekutif. Karena dengan ada UU, maka terbentuklah kekuasaan eksekutif dan ada
aturan-aturan mengenai hubungan dengan negara lain (federatif)
 Teori Separation of Powers menurut John Locke:
o Legislatif
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

o Eksekutif  termasuk juga kekuasaan Yudisial


o Federatif
 Teori Trias Politica Montesquieu:
o Legislatif
o Eksekutif
o Yudisial
 Jenis sistem pemerintahan:
o Presidensiil
 Terpusat pada jabatan presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan  2 kualitas kepemimpinan  kewenangannya
besar  harus dibatasi konstitusi. Pengisian jabatan presiden
biasanya dengan prosedur pemilihan, bukan penunjukkan.
 Pemilihan: tidak harus bertanggung jawab kepada satu
lembaga tertentu, karena dipilih oleh rakyat sehingga
Presiden bertanggung jawab kepada rakyat.
 Tidak ada Undang-Undang tertentu yang mengatur
Presiden dan Wakil Presiden  Semua pengaturan ada di
dalam Konstitusi  mekanisme pemilihan, kewenangan,
pasangannya, cara pemilihan, hingga impeachment.
 Separation of legislative and executive powers
 Direct popular election of the president
 The chief executive may be neither appointed nor dismissed by a
legislative vote
 The president is in exclusive charge of the executive branch
(Giovanni Sartori)
 Kewenangan legislasi ada di parlemen
 Separate elections (and separate bases of legitimacy for the
president and congress)  Pemilu legislatif dan eksekutif dipisah

Ciri-ciri sistem presidensial menurut Jimly Asshidiqie:

 Masa jabatan Presiden tertentu, periode masa jabatan dibatasi


dengan tegas
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Presiden dan Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada


parlemen melainkan langsung bertanggung jawab kepada rakyat
 Presiden dan Wapres hanya dapat diberhentikan dari jabatannya
karena alasan pelanggaran hukum yang biasanya dibatasi pada
kasus-kasus pidana tertentu.
 Presiden dan Wapres dipilih rakyat secara langsung ataupun
melalui mekanisme perantara tertentu yang tidak bersifat
perwakilan permanen
Di AS: Penentuan presiden bukan melalui popular vote, namun
melalui Electoral College. Popular vote hanya menentukan siapa
saja yang menjadi calon presiden.
Electoral College: tidak permanen, bukan lembaga negara tertentu,
presiden tidak bertanggungjawab pada electoral college.
Seperti Perancis di masa lalu.
 Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat memubarkan
parlemen.
 Sebaliknya, parlemen tidak dapat menjatuhkan Presiden dan
membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktek sistem
pemerintahan parlementer
 Tanggung jawab pemerintahan berada pada presiden  Presiden
berwenang membentuk pemerintahan, menyusun kabinet,
mengangkat dan memberhentikan para menteri
o Parlementer
 Legislative and executive functions are fused
 Prime minister is also head of the majority party in the legislature
 Cabinet members are chosen by the prime minister from members
of the majority party in the legislature
 As long as the legislative majority is maintained, the prime
minister can expect to have all of his or her party legislation
passed without any revisions from the opposition.
 Jimly Asshidiqie:
 Hubungan erat eksekutif dan legislatif
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Eksekutif yang dipimpin oleh PM dibentuk oleh Parlemen


dari parpol yang menduduki kursi mayoritas di parlemen.
Jika ternyata di dalam parlemen tidak ada satupun parpol
yang menduduki kursi mayoritas maka penyusunan kabinet
dan perdana menteri umumnya dilakukan dengan koalisi.

juga di sistem presidensiil.
 Parliamentary threshold: jumlah suara minimal yang harus
dipenuhi parpol agar bisa dihitung untuk menentukan
jumlah kursi di DPR.
 Contoh: 10 juta suara, P.T. nya 2,5% (ditentukan UU) =
250.000 suara.
 Kepala negara hanya sebagai kepala negara saja. Tidak dituntut
pertanggungjawaban konstitusional apapun. Kepala Negara juga
diberi wewenang menunjuk dan membubarkan kabinet dalam
keadaan tertentu  contoh; saat parlemen mengeluarkan mosi
tidak percaya kepada eksekutif (PM + kabinetnya)
o Quasi / Semi Presidensial  di Perancis
 Powers are both fused and separated
Legislative dan eksekutif  presiden dipilih langsung oleh rakyat,
tapi ada Perdana Menteri juga.
Presiden sebagai Kepala Negara.
PM sebagai Kepala Pemerintahan.
PM bertanggung jawab kepada Presiden (karena dipilih rakyat)
Dan juga bertanggung jawab kepada Parlemen (karena PM
membentuk Kabinet dan mengangkatnya menjadi PM)
PM dapat diberhentikan oleh Kepala Negara tanpa harus melalui
mosi tidak percaya.
Setelah membubarkan parlemen, Presiden punya kewajiban untuk
melaksanakan pemilu secepatnya, untuk memilih anggota
parlemen, yang juga disusun untuk membentuk kabinet baru.
Pemberhentian Presiden:
 Permintaan Rakyat
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Apabila parlemen yang dipilih berdasarkan pemilu ulang


(Setelah mereka dibubarkan oleh Presiden) komposisinya
masih sama dan membentuk komposisi kabinet yang sama
seperti sebelumnya, maka ada yang salah dengan Presiden

 Directly elected president with constitutional powers


 Prime minister chosen from majority party in parliament
 Referendum (Swiss)  Wilayah kecil, masyarakat homogen, dan
mapan.Sistem yang berbasis pada sistem demokrasi langsung yang
pertama kali dilaksanakan di dunia, bukan berbasis demokrasi
perwakilan. Mapan: tidak banyak konflik di dalamnya. Yang ada hanya
lembaga legislatif. Lembaga eksekutif merupakan bawahan legislatif.
Contoh di Swiss: Bundesrat adalah badan pekerja legislatif
(Bundesversammlung).
Badan legislatif membentuk sub badan di dalamnya sebagai pelaksana
tugas pemerintah. Kontrol terhadap badan legislatif di dalam sistem ini
dilakukan oleh rakyat lewat lembaga referendum.
PEOPLE POWER
Badan legislatif dapat dibubarkan langsung oleh rakyat, karena kontrol
terhadap badan legislatif di sistem ini dilakukan langsung oleh rakyat
melalui lembaga referendum

Teori Lembaga Negara dan Konstitusi

 Konstitusi?
o Samuel Edward Finer: “codes of norm which aspire to regulate the allocation of
power, functions, and duties among the various agencies and officer of government,
and to define the relationship between these and the public
o Stanley de Smith & Rodney Brazier: “Primary source of legal authority within a
state.” (Konstitusi adalah sumber dari kewenangang yang sah berdasarkan
hukum di dalam suatu negara)
 Political authority
 Power of the location
 Limitation of authority and power
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

o Konstitusi mengatur penyerahan kekuasaan dari rakyat kepada penguasa


 Rechstaat:
o Pemerintah berdasarkan UU
o Peradilan administrasi
o Pemisahan kekuasaan yang jelas
o HAM diakui
 Rule of Law:
o Supremasi Hukum
o Kesetaraan Hukum
o HAM dijamin
 Konstitusi adalah hukum tertinggi  materi konstitusi mencakup:
o Adanya jaminan terhadap HAM dan warga negaranya
o Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang fundamental
o Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental
 2 hubungan yang diatur dalam konstitusi:
o Pemerintahan – warga negara
o Lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain
 Isi konstitusi juga mengatur tiga hal penting, yaitu:
o Menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ negara
o Mengatur hubungan antara lembaga-lembaga Negara yang satu dengan yang lain
o Mengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga Negara dengan warga
negara
 Konsepsi Lembaga Negara
o Dalam Pengertian Luas
Pandangan Hans Kelsen mengenai the concept of the State-Organ (dalam General
Theory of Law and State)  “Whoever fulfills a function determined by the legal
order is an organ”  Siapa saja yang menjalankan suatu fungsi yang ditentukan
oleh suatu tata hukum adalah suatu organ
Organ tidak selalu berbentuk organik  Setiap jabatan yang ditentukan oleh
hukum dapat pula disebut organ, asalkan fungsinya bersifat:
 menciptakan norma (norm creating); dan/atau
 menjalankan norma (norm applying)
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

Organ negara : individu yang menjalankan fungsi atau jabatan tertentu dalam
konteks kegiatan bernegara:
 jabatan publik atau jabatan umum (public offices)
 pejabat publik atau pejabat umum (public officials)
o Dalam Pengertian Sempit  pengertian organ dalam arti materiil
Individu adalah organ negara apabila secara pribadi ia memiliki kedudukan
hukum tertentu.
Ciri-ciri penting organ negara:
 Dipilih atau diangkat untuk menduduki jabatan atau fungsi tertentu
 Fungsi dijalankan sebagai profesi utama atau secara hukum bersifat
eksklusif
 Karena fungsinya itu, ia berhak mendapatkan imbalan gaji negara

Organ negara hanyalah yang menjalankan law-creating or law-applying function


dalam konteks kenegaraan saja.

 State Auxiliary Agencies : “State auxiliary organs are also called self-regulatory
agencies, independent supervisory bodies, or bodies of mixed functions. “ Sebagian
pakar juga menyebut state auxialiary agencies dengan “the fourth branch of the
government”
Source of power / establishment:
o Konstitusi (UUD 1945)
o Undang-Undang
o Others (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, etc)
 Latar belakang Indonesia membutuhkan state auxiliary agencies:
Penyalahgunaan kekuasaan  korupsi  hilangnya kepercayaan publik dan
legitimasi pemerintah di mata publik  tuntutan untuk membentuk lembaga negara
baru  lebih banyak institusi negara yang lebih independen
Lembaga Negara Indonesia sebelum Amandemen UUD 1945:
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

Lembaga Negara Indonesia setelah amandemen UUD 1945:

Struktur Lembaga Perwakilan Rakyat


 Secara umum, struktur LPR di dunia terdiri dari system satu kamar (unicameralism)
dan sistem bicameral. Dari 196 negara di dunia, 76 bikameral dan 120 unikameral.
 Harus ada mekamisme perwakilan sehingga tidak sulit untuk membentuk suatu
kebijakan
 Keterwakilan anggota dewan:
o Keterwakilan Politik  partai-partai yang ada  Rakyat ingin aspirasikan cita-
cita
o Keterwakilan Daerah  DPD
o Keterwakilan Fungsional
 Metode Seleksi:
o Semua anggota pada kamar pertama (first chambers) dipilih secara langsung oleh
pemilih
o Anggota-anggota kamar kedua (second chambers) bervariasi, yaitu:
 Dipilih secara langsung oleh pemilih
 Dipilih sebagian
 Dipilih seluruhnya
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Dipilih secara tidak langsung


 Garis keturunan
 Pengangkatan
 George Tsebells dan Jeannette Money meneliti golongan warga negara yang diwakili
pada upper house pada 52 negara. Golongan tersebut dapat berupa:
o perwakilan daerah (subnational geographics),
o perwakilan pekerjaan (professional occupation),
o perwakilan etnis minoritas (minority ethnic representation), dan
o perwakilan komunitas tertentu.
 Struktur Lembaga Perwakilan Rakyat:
Berdasarkan beberapa konstitusi negara di dunia, diketahui pula bahwa LPR dapat
memiliki 3 kamar (tricameralism), bahkan lebih (multicameralism).
o Republik Cina Taiwan berdasarkan UUD tahun 1946 memiliki 3 kamar (sebellum
tahun 1991), demikian juga Konstitusi Republik Afrika Selatan Tahun 1983
o Konstitusi Republik Federal Sosialis Yugoslavia tahun 1963 terdiri dari 5 kamar
 Kriteria Kamar
o Memiliki fungsi-fungsi tersendiri.
o Memiliki anggota tersendiri
o Memiliki struktur kelembagaan tersendiri dan aturan-aturan tersendiri tentang
prosedur dalam lembaga tersebut
 Bikameral
2 aspek bagi justifikasi dari sistem bikameral:
o Politik (political)
 Dalam sistem bikameral, hak veto disediakan secara kelembagaan
untuk mencegah tirani mayoritas.
 Sistem bikameral mencegah tirani minoritas karena kedua kamar
mensyaratkan adanya dukungan dari konstituen yang luas untuk
mendukung pembentukan UU.
 Sistem bikameral mengurangi potensi tirani dari pemimpin individual
karena dalam sistem bikameral setiap usulan yang dimajukan harus
menghadapi berbagai alternatif yang diajukan oleh kamar kedua.
o Efisiensi (efficiency)
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Pembuat UU yang efisien menghasilkan legislasi yang lebih baik dan hasil
yang lebih stabil.
 Kehadiran kamar kedua menciptakan kemungkinan kontrol kualitas (quality
control).
 Mengurangi korupsi dan memperlambat proses legislasi, karena
kemungkinan dilakukannya kolusi dalam sistem bikameral lebih sulit jika
dibandingkan dengan sistem unikameral.
 Mengurangi biaya-biaya dalam menghasilkan keputusan, sebab adanya
mekanisme conference committees dalam sistem bikameral.
o “In those cases where the upper house is merely consultative and the lower
house has ultimate power of decision, bicameralism does not create a system of
checks and balances.”

Dua karakteristik khusus dalam sistem bikameral adalah sebagai berikut:

o Keanggotaan dari kedua kamar berdasarkan metode seleksi dan kategori dari
warga negara yang diwakili.
Pada sebagian besar lower house (majelis rendah) dipilih secara langsung oleh
warga negara, sedangkan seleksi pada upper house (majelis tinggi) dapat
melalui metode seleksi atau golongan yang diwakili (the type of representation).
o Kewenangan kedua kamar yang tercermin pada mekanisme penyelesaian jika
terjadi perbedaan.
 Fungsi Legislasi:
Menurut Jimly Asshiddiqie, pelaksanaan fungsi legislasi dalam pembentukan UU,
menyangkut 4 (empat) bentuk kegiatan, yaitu:
o Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation);
o Pembahasan rancangan undang-undang (law making process);
o Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment
approval);
o Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan internasional dan dokumen-dokumen hukum yang mengikat lainnya
(Binding decision making on international agreement and treaties or other legal
binding documents)
 Fungsi Pengawasan:
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

Jimly Asshiddiqie mengemukakan tentang fungsi pengawasan (control), yaitu:


o Pengawasan atas penentuan kebijakan (control of policy making)
o Pengawasan atas pelaksanaan kebijakan (control of policy executing);
o Pengawasan atas penganggaran dan belanja negara (control of budgeting);
o Pengawasan atas pelaksanaan anggaran dan belanja negara (control of budget
implementation);
o Pengawasan atas kinerja pemerintahan (control of government performances);
o Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat publik (control of political
appointment of public officials) dalam bentuk persetujuan atau penolakan, atau
pun dalam bentuk pemberian pertimbangan oleh DPR.
 Kewenangan Formal DPR yang diatur dalam UUD:
o Mengusulkan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR (ps
7A)
o Presiden dan/atau Wakil Presiden bersumpah di hadapan MPR atau DPR (ps 9
ayat (1))
o Memberikan persetujuan terhadap pernyataan perang, dan pembuatan
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain yang dilakukan oleh Presiden (ps.
11 ayat (1))
o Mengusulkan persetujuan terhadap perjanjian internasional tertentu yang
dilakukan oleh presiden
o Memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pengangkatan duta dan
penempatan duta Negara lain
o Memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pemberian amnesti dan
abolisi
o Memegang kekuasaan membentuk UU
o Membahas dan menyetujui UU
o Legislasi anggaran dan pengawasan
o Setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan
o DPR memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat (ps.
20A ayat (2)).
o Setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan
usul dan pendapat, serta hak imunitas (ps. 20A ayat (3)).
o Anggota DPR berhak mengajukan usul RUU (ps. 21)
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

o Memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti UU (ps. 22


ayat (2) dan (3))
o Menerima RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah yang diajukan oleh
DPD (ps.22D ayat (1))
o Membahas RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah dengan DPD (ps.22D
ayat (2))
o Menerima pertimbangan dari DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan
dengan pajak, pendidikan, dan agama (ps.22D ayat (2)).
o Menerima hasil pengawasan DPD atas pelaksanaan UU yang berkaitan dengan
kepentingan daerah, sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti (ps.22D
ayat (3)).
o Menerima RUU APBN yang diajukan oleh Presiden, untuk dibahas bersama
dengan Presiden, dengan memperhatikan pertimbangan DPD (ps. 23 ayat (1)).
o Jika DPR tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan Presiden maka Pemerintah
menjalankan APBN tahun yang lalu (ps. 23 ayat (2)).
o Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK (ps. 23E ayat (2))
o Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD (ps. 23F ayat
(1))
o Menyetujui calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY (ps. 24A ayat (3))
o Menyetujui pengangkatan dan pemberhentian anggota KY oleh Presiden (ps.
24B ayat (3))
o Mengajukan 3 calon Hakim Konstitusi (ps. 24C ayat (3))

Ketentuan khusus: Selain hal tersebut, dalam Pasal 7C UUD 1945 diatur bahwa :
“Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR”

Kekuasaan Kehakiman

Hakekat kekuasaan kehakiman:

- Dalam konteks Negara Indonesia: kekuasaan Negara yang merdeka


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia
- Dalam konteks pidana: menciptakan keutuhan nasional dan ketertiban
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

- Dalam konteks perdata: yaitu hubungannya dengan individu.

Montesquieu  mengadili:

- Putusan/vonis terhadap terdakwa


- Menyelesaikan sengketa individu

Tina Hunter-Schulz: Judicial Power harus terpisah dari 2 cabang lainnya

Judicial Branch:

- Rule of Law  practicals


- Separation of Power  Theoretical

Pemikiran Negara Hukum:

- Plato  konsep Politeia (The Republic), Politicos (The Statesman), Nomoi (The
Law)
- Aristoteles  Raja harus ruling / memerintah  negara harus res publica
- Machiavelli  hak-hak individu dan jaminannya. Siapa yang menjamin? Negara.
(Il Principe)
- Thomas Hobbes  mengkritik apa yang terjadi di Eropa Daratan  ada hak-hak
sipil yang harus dilindungi
- John Locke  fungsi pemerintahan sudah dibagi-bagi menjadi eksekutif, legislatif,
federatif
- Montesquieu
- J. J. Rousseau  du contract social (Teori Kontrak Sosial) : individu yang punya
kepentingan yang sama  berkumpul  berinteraksi  punya tujuan yang sama
 membuat perjanjian (individu dengan penguasa)
 Tahir Azhary mengemukakan ada 5 jenis negara hukum, yaitu:
o Rechstaat (oleh Fredrick Julius Stahl & Scheltema) *
Ciri Utama:
 Bersumber dari rasio manusia
 Liberalistik
 Humanisme yang atroposentrik (dipusatkan kepada manusia)
 Pemisahan antar agama dan negara secara luas
o Rule of Law
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

Menurut Dicey
 Supremacy of Law
 Equality before the law
 Constitution based on individual rights

Menurut International Jurists:

 Adanya proteksi konstitusional


 Pengadilan yang bebas dan tidak memihak
 Pemilihan yang bebas
 Kebebasan berpendapat dan berserikat
 Adanya tugas oposisi
 Pendidikan civic

Ciri-ciri utama:

 Liberalistik / Individualistik
 Humanisme yang antroposentrik
 Pemisahan agama dan negara rigid

o Socialist Legality  hukum sebagai alat penguasa untuk membentuk masyarakat


mau seperti apa
Ciri-ciri:
 Bersumber dari rasio manusia
 Komunis, totaliter
 Atheis
 Kebebasan beragama yang semu dan propaganda anti agama
 Perwujudan sosialisme
 Hukum adalah alat di bawah sosialisme
 Penekanan pada sosialisme

Socialist Legality bersumber dari komunisme  mengabaikan hak-hak individu,


kolektivisme di atas kepentingan individu. Warga negara harus menaati UU
karena UU adil dan benar serta merupakan personifikasi negara sosialis yang
keberadaannya untuk kepentingan semua. “Socialist” before “legality” karena
pengertian “legality” hanya dalam pengertian ekonomi
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

o Nomokrasi Islam  nomoi (hukum) dan cratein


Ciri utama:
 Bersumber dari Qur’an, Sunnah, dan Ra’yu
 Bukan teokrasi
 Persaudaraan dan humanisme teosentrik
 Kebebasan beragama dalam arti teosentrik

Prinsip utama:

 Kekuasaan sebagai amanah  manusia hanya sebagai “khalifah” (wakil)


 Musyawarah
 Keadilan
 Persamaan
 Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM  tetap bergandengan dengan
kewajiban
 Peradilan bebas
 Perdamaian
 Kesejahteraan
 Ketaatan Rakyat
o Negara hukum Pancasila  Pancasila sebagai rule of law bukan semata-mata
peraturan bagi masyarakat Indonesia, Menempatkan sistem dalam idealisme
tertentu yang bersifat final, dinamis, dan selalu mencari tujuan-tujuan ideal
berdasarkan ideologi Pancasila
Ciri utama:
 Hubungan erat antara negara dengan agama
 Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kebebasan beragama dalam arti positif
 Ateisme / komunisme dilarang
 Asas kekeluargaan dan kerukunan

Prinsip utama:

 Pancasila
 MPR
 Sistem Konstitusi
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

 Persamaan
 Peradilan bebas
 Teori Trias Politica Jimly Asshidiqie:
o Negara: terbagi lagi atas Trias Politica Montesqueiu
o Market: pergerakan ekonomi negara
o Civil Society: penyeimbang negara dan market

Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka (Independence of Judiciary)

Larangan kekuasaan ekstra-yustisial untuk mencampuri proses penyelenggaraan


pengadilan  diadakan dalam rangka terselenggaranya negara atas hukum. Diperlukan
untuk menjamin dan melindungi kebebasan individu, mencegah pemerintahan semena-
mena dan untuk dapat menilai keabsahan secara hukum.

Pembatasan:

- Hakim hanya memutus menurut hukum. Kalau tidak ada hukum? Menemukan
hukum melalui metode intepretasi yang ada
- Hakim memutus semata-mata untuk memberikan keadilan
- Hakim harus berpegang teguh pada asas-asas umum hukum dan asas keadilan yang
umum dalam melakukan penafisran, konstruksi, atau menemukan hukum
- Harus diciptakan suatu mekanisme yang memungkinkan menindak hakim yang
sewenang-wenang atau menyalahgunakan kebebasannya (dibatasi dengan kode etik
dan turunan-turunannya)

2 cara mengontrol hakim:

- Produknya  “putusan” karena hasil dari keyakinannya (ada pertimbangan)


- Kode etik dan perilaku hakim:
o Independence:
 Kemerdekaan / kemandirian hakim:
 Substantif: dalam memeriksa perkara tanpa pengaruh /
tekanan orang lain
 Personal: ancaman bahaya, finansial
 Kemerdekaan peradilan sebagai suatu organisasi  administrasi
 Kemerdekaan internal pengadilan  bebas dari intervensi sesama
hakim maupun pejabat pengadilan lainnya
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

o Impartiality
o Integrity
o Propriety
o Equality
o Competence and Diligence

Kekuasaan Eksekutif

Eksekutif  Ex sequi (melaksanakan)

Ruang Lingkup Eksekutif menurut CF Strong:

 Arti luas  tidak hanya presiden saja, namun semua lembaga dan jabatan yang
melaksanakan UU  contoh: Kementerian, pelayanan publik, kepolisian, militer
 Arti sempit  hanya presiden sebagai pimpinan tertinggi

Mengapa pimpinan eksekutif harus tunggal?

- Machiavelli  supaya tidak ada kontradiksi antara satu kebijakan dengan


kebijakan yang lain
- Kekuasaan eksekutif harus cepat dan lincah dibandng kekuasaan legislatif,
karena yang memutuskan 1 orang saja
- Supaya pertanggungjawabannya pun jelas

Struktur eksekutif sangat besar karena eksekutif adalah pusat dari seluruh kehidupan
politik dalam negara, sehingga mencakup kegiatan yang banyak dan ruang lingkup yang
besar.

Aktivitas Eksekutif (CF Strong):

- Perumusan Kebijakan (perencanaan)


- Melaksanakan Kebijakan

3 Fungsi Utama Eksekutif:

- Membuat konsepsi yang berdasarkan pertimbangan sehingga dapat


diimplementasikan di masyarakat dan secara politik dapat diterima
- Implementasi  menunjuk dan mengawasi birokrasi yang mampu
melaksanakan tugas pelaksanaan kebijakan tersebut
- Fungsi koordinasi  antara pelaksana kebijakan agar harmonis
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

Fungsi eksekutif menurut Duncan Watts:

- Melaksanakan kebijakan dari sistem politik


- Memberi arahan-arahan
- Melakukan formulasi
- Mengimplementasikan kebijakan publik

Kekuasaan Presiden:

- Pemerintahan  membuat kebijakan


- Perundang-undangan  Mengajukan dan membahas RUU (kalau tidak ada
kesepakatan antara badan legislatif dan presiden maka tidak bisa disahkan)
- Yustisial  Pasal 14 UUD 1945  Amnesti dan Abolisi, Grasi dan Rehabilitasi
o Amnesti (pengampunan)  pertimbangan kepada DPR  karena belum
berkekuatan hukum tetap
o Abolisi (penghentian penyidikan)  pertimbangan kepada DPR  karena
belum berkekuatan hukum tetap
o Grasi (pengurangan hukuman)  pertimbangan kepada MA  karena
sudah berkekuatan hukum tetap (in kracht), sudah menjalani hukuman
o Rehabilitasi (pemulihan nama baik)  pertimbangan kepada MA 
karena sudah berkekuatan hukum tetap (in kracht), sudah menjalani
hukuman
- Hubungan luar negeri

Kekuasaan Eksekutif vs Kekuasaan Legislatif

Fungsi eksekutif lama kelamaan menggerogoti fungsi legislatif. Menurut CF Strong:

- Eksekutif Tidak hanya terpusat pada pelaksanaan UU, namun juga dalam banyak
kasus mengajukan kebijakan untuk disetujui oleh lembaga legislatif
- Implementasi PP, Perpres (Peraturan Pelaksanaan) yang dikeluarkan eksekutif
lebih konkret mengatur dibanding UU
Semakin banyak peraturan pelaksanaan dalam 1 UU  kekuasaan legislatif
menjadi lebih kecil.

Klasifikasi jenis eksekutif berdasarkan sumber legitimasi dan kepada siapa ia


bertanggungjawab:
Disusun oleh Dominique Virgil – Maulana Imo – Kenny Regina

- Eksekutif Parlementer: bertanggung jawab kepada lembaga tertentu


- Eksekutif non-Parlementer: bertanggung jawab kepada rakyat

Pengisian jabatan presiden: (Harun Al-Rasyid):

- Pemilihan  pemilu
- Perwakilan  contoh: kalau Presiden ingin ke luar negeri, digantikan oleh wakil
presiden, sebelumnya membuat Keputusan Presiden yang spesifik untuk
perwakilannya, mencakup kewenangan apa saja, dan waktunya
- Pergantian  Pasal 8 UUD 1945, yaitu:
o Meninggal
o Diberhentikan
o Berhenti
o Tidak dapat melaksanakan kewajibannya  contoh: sakit
berkepanjangan
- Pemangkuan sementara:
o Apabila wakil presiden berhenti, maka partai pengusung mencalonkan 3
nama, nanti MPR yang akan memilih
o Kalau presiden dan wakil presiden berhenti bersamaan, maka Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan (Disebut Trio
Virat) akan naik untuk melaksanakan pemilu secepatnya untuk memilih
presiden dan wakil presiden.

Anda mungkin juga menyukai