BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak
dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya
(Ruseffendi, 1998). Terdapat dua kelompok sampel pada penelitian ini yaitu
kelompok eksperimen melakukan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran matematika tipe group investigation dan kelompok kontrol
melakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Kedua kelompok diberikan pre-test dan post-test, dengan menggunakan instrumen
tes yang sama. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu model pembelajaran matematika tipe
group investigation, sedangkan variabel tidak bebasnya yaitu kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
pemecahan masalah matematis siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain ”Nonekuivalen Control-Group Design”, dimana kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak (without random
assignment). Pada dua kelompok tersebut sama-sama diberikan pre-test dan post-
test. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan treatment, dengan
rancangan sebagai berikut (Creswell, 2010: 242).
Kelompok eksperimen O X O
Kelompok kontrol O O
dengan: O = Pre-test dan Post-test kemampuan pemecahan masalah matematis
dan self-concept siswa
X = Pembelajaran matematika dengan model group investigation.
C. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen yang digunakan yaitu
instrument yang disusun dalam bentuk kuesioner/angket dan tes yang dijawab
oleh responden secara tertulis. Instrumen tersebut terdiri dari tiga macam
instrumen, yaitu: (a) tes kemampuan pemecahan masalah matematis; (b) lembar
observasi selama pembelajaran dan (c) skala self-concept siswa tentang
matematika. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap
pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen (tes
kemampuan pemecahan masalah matematis). Uji coba instrumen dilakukan untuk
melihat validitas butir tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat
kesukaran butir tes.
1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dibuat dalam bentuk
uraian. Tes tertulis ini terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes
diberikan pada semua siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Soal-soal
pre-test dan post-test dibuat ekuivalen/relatif sama. Pemberian pre-test dimaksud
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan model
yang diterapkan, sedangkan post-test dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil
belajar setelah pembelajaran dilakukan dan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan signifikan setelah mendapat pembelajaran dengan model yang
diterapkan.
Soal tes yang baik harus melalui beberapa tahap penilaian, diantaranya
harus dinilai terlebih dahulu validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran. Untuk mendapatkan validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran maka soal tes harus diujicobakan pada kelas lain di sekolah pada
tingkat yang sama.
a. Analisis Validitas
1) Validitas Muka dan Isi
Untuk mendapatkan soal yang memenuhi syarat validitas muka, validitas
isi dan validitas konstruk maka pembuatan soal dilakukan dengan meminta
pertimbangan dan saran dari ahli (expert), dosen pembimbing, guru-guru senior
bidang studi matematika serta mahasiswa pascasarjana program studi pendidikan
matematika.
Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan,
suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata
dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak menimbulkan tafsiran lain
(Suherman.dkk, 2003:106). Sedangkan validitas isi berarti ketepatan tes tersebut
ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai
tes tersebut merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan yang harus
Riki Musriandi, 2013
Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs
dikuasai, termasuk kesesuaian antara indikator dan butir soal, kesesuaian soal
dengan tingkat kemampuan siswa dan kesesuaian materi serta tujuan yang ingin
dicapai.
2) Validitas Butir Soal
Arikunto (Sundayana, 2010) validitas butir soal tes adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
suatu validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gamabaran tentang variabel yang dimaksud.
Adapun langkah-langkah untuk menguji validitas butir soal tes
(Sundayana, 2010)adalah sebagai berikut:
1. Menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment, yaitu:
𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑟𝑋𝑌 =
2 2
𝑛 𝑋 2 − ( 𝑋) 𝑛 𝑌 2 − ( 𝑌)
Keterangan :
𝑟𝑋𝑌 : koefisien korelasi
𝑛 : jumlah responden
𝑋 : skor item butir soal
𝑌 : skor total tiap soal
2. Melakukan perhitungan uji t dengan rumus:
𝑟 𝑛−2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
1 − 𝑟2
Keterangan:
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
3. Mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡𝛼 (𝑑𝑘 = 𝑛 − 2), dengan 𝛼 = 0,05.
4. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Riki Musriandi, 2013
Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs
Berdasarkan hasil dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat dua soal yang
tidak valid dikarenakan hasil thitung lebih kecil dari ttabel. Jadi, dari delapan soal
yang diuji cobakan, hanya 6 soal yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu
soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, dan 8.
b. Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil
yang tetap sama (konsisten). Hasil pengukuran itu harus tetap sama jika
pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula, tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi
disebut alat ukur yang reliabel (Sundayana, 2010).
Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe soal
uraian. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tipe soal
uraian adalah rumus Cronbach’s Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu sebagai
berikut :
𝑛 𝑆𝑖2
𝑟= 1−
𝑛−1 𝑆𝑡2
Keterangan:
𝑟 : koefisien reliabilitas soal
𝑛 : banyak butir soal
𝑆𝑖2 : variansi item
𝑆𝑡2 : variansi total
Hasil interpretasi reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan
kriteria dari Guilford (Sundayana, 2010), yaitu:
Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi
0,00 ≤ r < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r < 0,60 Sedang/cukup
0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi
Rangkuman hasil perhitungan uji tingkat kesukaran untuk setiap butir soal
tes kemampuan komunikasi matematis siwa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Hasil Uji Tingkat kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis
Nomor Soal Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,657 Sedang
2 0,550 Sedang
5 0,287 Sukar
6 0,203 Sukar
7 0,150 Sukar
8 0,333 Sedang
Data dalam jumlah yang banyak (kelas besar) dengan n > 30, maka
sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan ke dalam
kelompok atas (higher group) dan sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor
terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group). Untuk data di bawah n ≤
30 maka siswa akan dibagi jadi dua kelompok sama besar (Sundayana, 2010).
Rincian hasil uji daya pembeda tes kemampuan komunikasi matematis
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis
Nomor Soal Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
1 0,367 Cukup
2 0,260 Cukup
5 0,227 Cukup
6 0,367 Cukup
7 0,207 Cukup
8 0,213 Cukup
mengukur hasil pembelajaran, seperti tingkah laku siswa, kegiatan diskusi, cara
bertanya dan lain-lain.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas variansi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variansi
kedua kelommpok sama atau berbeda. Proses perhitungan dilakukan denagn
bantuan program SPSS 16. Hipotesis yang akan diuji dapat juga dinyatakan
sebagai berikut.
H0 : 𝜎12 = 𝜎22
H1 : 𝜎12 ≠ 𝜎22
Keterangan:
𝜎1 = variansi kelas eksperimen , 𝜎2 = variansi kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai signifikansi > 𝛼, dan tolak
H0 jika nilai signifikansi < 𝛼.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa yang mendapat
pembelajaran group investigation bila dibandingkan dengan siswa yang
Hipotesis 4
H0: Peningkatan self-concept siswa yang memperoleh model pembelajaran
matematika tipe group investigation sama dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional
Keterangan:
𝜇1 = rata-rata skor kelas eksperimen
𝜇2 = rata-rata skor kelas kontrol
Keterangan:
d = Effec size
F. Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap analisis data. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
(a) Observasi tempat penelitian;
(b) Menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian;
(c) Pembuatan perangkat bahan ajar, seperti RPP dan instrumen penelitian
yang terlebih dahulu dinilai oleh para ahli;
(d) Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui
kualitasnya;
(e) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan);
(f) Melakukan uji coba instrumen penelitian hasil revisi (jika diperlukan);
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut.
a. Memberikan tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen;
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol dilakukan
pembelajaran biasa (konvensional) dan kelas eksperimen dilakukan
model pembelajaran matemetike tipe group investigation;
c. Mengisi lembar observasi disetiap pertemuan oleh observer;
d. Memberikan tes akhir pada kelas kontrol dan eksperimen untuk
mengukur kemampuan komunikasi matematis;
e. Memberikan skala self-concept siswa tentang matematika pada kelas
kontrol dan eksperimen;
f. Pengolahan data hasil pre-test dan post-test.
3. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes, baik pre-test maupun post-test serta
angket respon siswa dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan
SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007.