Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas selasainya


makalah yang berjudul “PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP
PERTANIAN” atas dukungan moral maupun materil yang telah di
berikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terimakasi kepada:
1) Bapak Mansyur said,S.Psl selaku dosen pengampuh
matakuliah wawasan sosial budaya dasar yang telah membimbing
penulis selama ini.
2) Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril
maupun material kepada penulis sehingga penulis bisa kuliah dan
menyelasaikan makalah ini.
3) Kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya
atas selasainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh karena


itu kritik dan saran yang membangun sangat di butuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Palopo, 03 Februari 2018


PENYUSUN

1
HASBULLA

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan 4
BAB II 5
PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP PERTANIAN 5
A. Pengertian Pertanian 5
B. Sosial Budaya dalam pertanian 6
C. Perubahan sosial budaya pertanian 12
D. Sebab-terjadinya perubahan sosial budaya pertanian 12
E. Faktor-faktor perubahan sosial budaya pertanian 14
BAB III 18
PENUTUP 18
A. Kesimpulan 18
B. Saran 18
Daftar Pustaka 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


tehknologi yang banyak membawa perubahan terhadap
kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup
maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang Pertanian yang
sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung
dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang
bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat  memberikan peranan
penting dalam mencapai hasil pertanian yang optimal.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan
suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut
telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan pertanian sangatlah erat
hubungannya bahkan sejak zaman nenek moyang manusia telah
mengenal bercocok tanam dengan alat-alat tradisional.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prtanian, sosial budaya

4
2. Apa hubungan antara sosial budaya dengan pertanian
3. Apa saja perubahan sosial budaya dalam pertanian di
indonesia
4. Apa yang menyebabkan adanya perubahan sosial budaya
dalam prtanian
5. Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial budaya
pertanian masyarakat

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Mengetahui pengertian pertanian dan sosial budaya
2. Memahami sosial budaya dalam pertanian
3. Mengetahui perubahan sosial budaya pertanian
4. Mengetahui penyebab perubahan sosial budaya
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan sosial budaya

5
BAB II

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP PERTANIAN

A. Pengertian Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya


hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta
untuk mengelola lingkungan hidupnya.[1] Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok
tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya
dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian


dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian
hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini
memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan

6
pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat
di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun
2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan
kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya
menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik
bruto.

B. Sosial Budaya dalam pertanian

Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas


dua komponen utama:
1. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan
material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata,
dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan

7
masyarakat memiliki 7 unsur, yaitu peralatan dan
perlengkapan hidup, mata mencaharian dan system ekonomi,
sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem
pengetahuan, dan sistem kepercayaan.
Komponen-komponen pola budaya dominan meliputi
wordview, activity orientation, time orientation, human nature
orientation, human nature orientation dan perception of self.
Adapun penjelasannya dari komponen-komponen pola
budaya tersebut adalah antara lain sebagai berikut.
a. Worldview
Pandangan terhadap dunia mengenai pertanian
terhadap  alam semesta:
1) Hubungan masyarakat pertanian  dengan alam semesta
a) Subjugation: alam dikendalikan, dan  exploitasi
Pembukaan hutan untuk kepentingan pertanian seperti
kegiatan bercocok tanam . Akibat pembuakaan lahan itu
wilayah hutan menjadi sempit dan ahirnya menyebabkan
kerusakan ekosistem . dengan keadaan tersbut  alas an
ynag pertama untuk lahan pertanian ternyata secara tidak
langsung mengekploitasi  hutan .
b) Cooperative: alam adalah sahabat, sakral, tidak boleh
dirusak
Budaya masyarakat pertanian selalu ingin membuka
lahan dengan cepat dan biaya murah maka budaya

8
membakar hutan menjadi pilihan utama masyarakat
pertanian.
Dengan adanya perundang undangan tentang di tindak
kerasnya perambahan hutan (illegal logging) hendaknya
merubah budaya perusaakn hutan .

2) Science & technology


Perbedaan cara pandang terhadap teknologi dan cara
memperoleh pengetahuan misalnya Budaya Barat teknologi
berperan penting, solusi permasalahan, meningkatkan
kenyamanan dan kesenangan hidup diperoleh secara
empiris, berdasarkan  pengamatan, percobaan. Contoh
pemanenan gandum yang selalu menggunakan alat berat
,pola piker budaya barat yang meminimalisir pengeluaran
dan efisiensi waktu.
Budaya Non-Barat teknologi sering bertentangan dengan
struktur sosial dan nilai tradisional. Budaya masyarakat
pertanian Indonesia yang selalu terpaku pada adat istiadat
dan kedaan ekonominya yang belum tertata dengan baik,
sehingga penggunaan teknologi masih minim. Sebagai
contoh penggnaan tenaga manusia dalam pemanenan tebu
di indo lampung perkasa .

9
3) Materialism
Kepemilikan merupakan hal yang penting dalam pertanian
–     Menunjukkan kelas sosial
–     Uang sangat penting untuk dapat memiliki sesuatu

b. Activity Orientation
Perbedaan orientasi kegiatan akan  mempengaruhi
perbedaan pola pikir dan tingkah laku dalam budaya
pertanian
o Aktivitas dan Pekerjaan mendapatkan uang; 
o Efficiency & Practicality
Pertanian modern ini akan akan membedakan pola pikir ,
jika pertaniaan modern itu dalam pengolahan pengolahan
tanah hanya membutuhkan waktu lima jam \ hektar
sedangkan pertanian tradisional yang tidak memiliki modal
dan budaya yang susah hilang harus menggunakan cangkul
untuk mengolah tanahnya  berhari hari.
o Progress dan change: Kemajuan dan Perubahan adalah hal
yang bagus

c. Time Orientation
 Konsep waktu: lampau, sekarang dan masa yang akan
datang

10
 Tepat waktu Budaya masyarakat petani selalu terlambat
dalam penanganan hama dan penyakit.

d. Human Nature Orientation


 Goodness of Human nature: evil & good
 Rationality of Human nature : manusia bertindak berdasar
alasan tertentuà rational, free choice, responsibility
 Mutability of Human nature: manusia bisa diubah oleh
masyarakat à pendidikan, penjara

e. Perception of Self
Tiap budaya cenderung berbeda dalam mempersepsikan
tentang diri:
Individualism: peran dan tanggung jawab individual dalam
masyarakat
Masyarakat pertanian , terutama yang memiliki modal lebih
banyak cenderung lebih individualis seperti menumpuk pupuk
bersubsidi kemudian menjual kepada masyarakat dengan
harga yang relative mahal.

Adat pola kebudayaan dapat ditinjau dari beberapa aspek,yaitu:


o Tingkat nilai budaya, seperti hakikat bidang manusia,
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, karya manusia,
hubungan manusia dengan lingkungan alam, dan hakikat

11
hubungan antar manusia.
o Tingkat norma-norma, seperti cara, kebiasaan, tata kelakuan,
dan adat-istiadat.
o Sistem hokum, meliputi tata kelakuan dalam kehidupan
sehari-hari baik secara tertulis atau tidak, tetapi nyata akibat
hukumnya.
o Aturan-aturan khusus, seperti aturan jual beli, aturan sopan
santun, dan lain-lain.

Paul H. Landis juga mengemukakan ciri-ciri kebudayaan


tradisional yaitu:
o Adaptasinya pasif,
o Rendahnya tingkat invasi,
o Kebiasaan hidup yang lamban,
o Kepercayaan kepada takhayul,
o Kebutuhan material yang bersahaja,
o Rendahnya kesadaran terhadap
o Standar moral yang kaku.

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan


perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan
setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang

12
hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban
setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota
masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai
masyarakat yang saling mencintai saling menghormati,
mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap
keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan yang
paling banyak menyerap tenaga kerja. Sektor pertanian juga
masih menjadi tumpuan hidup sebagian mesyarakat, terutama di
pedesaan. Namun produktivitas sektor pertanian masih relatif
rendah, karena disamping pengaruh faktor teknik produksi dan
ekonomi, juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya masyarakat
yang belum mendukung perkembangan sektor pertanian secara
optimal.

Kepercayaan dan Norma Masyarakat


• Faktor budaya yang dapat mempengaruhi terjadinya isu
kesenjangan gender,
• Partisipasi penuh dalam kegiatan reproduksi semua jenis
usaha pertanian;
• Tidak diikutkannya kaum perempuan dalam partisipasi aktif di
dalam kegiatan publik dalam usaha pertanian;

13
C. Perubahan sosial budaya pertanian

Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan


pertanian, perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem
pengairan. Usaha ini ada yang cepat dan lambat. Usaha yang
cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan secara cepat
menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan
peningkatan produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai
dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian,
dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju.

Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara


lain dalam pengelolahan tanah,
penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pengunaan
sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu
panen.

D. Sebab-terjadinya perubahan sosial budaya pertanian

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi


karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat
sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab


Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat (sebab intern) :
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan
jumlah penduduk.Jumlah penduduk mempengaruhi
matapencaharian penduduk sebagai penduduk yang agraris

14
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di
masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery)
ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari
bentuk penemuan lama (invention).Seperti penemuan alat
pengolah tanah dari penemuan bajak kayu sampai traktor
canggih.
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam
masyarakat. Dari penemuan-penemuan tersebut muncullah
konflik diantara masyarakat seperti pertimbangan petani dalam
menggunakan traktor karena selain berdampak positif  juga
dapat berdampak negatif.

b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab


Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena
adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat
(sebab
ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar
masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang
memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi
meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut
mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus
menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola
kelembagaannya. Seperti peneysuaian dalam menggunakan
bajak hewan untuk lahan basah menggunakan sapi atau kerbau
sebagai penggeraknya sedangkan di lahan kering menggunakan
kuda.
2) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan.

15
Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan,
maka disebut demonstrationeffect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut culturalanimosity. Jika
suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari
kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat
laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti
oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Diantaranya pada
pengolahan tanah menggunakan traktor canggih karena
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

E. Faktor-faktor perubahan sosial budaya pertanian

1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan


a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain Kontak dengan
kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling
berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan
baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut
dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan
perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses
tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan
memperkaya kebudayaan yang ada.
b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir
ilmiah,
rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan
manusia
untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat
memenuhi
perkembangan zaman atau tidak.

16
c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong
seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat
akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.
d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau
merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal
terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat
diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam
menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
f. Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang
budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi
pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahanperubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya
untuk mencapai keselarasan sosial.
g. Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan
membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong
terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat
dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan,
dangerakan revolusi untuk mengubahnya.

17
i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia
dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

Dalam hal cara mengolah sawah diantara faktor-faktor tersebut


yang mendorong perubahan:
a.   Adanya pengaruh dari budaya masyarakat lain
Seperti kebiasaan masyarakat kota yang menggunakan alat-alat
modern yang kemudian masyarakat pedesaanpun mengikutinya.
b.   Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan
membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong
terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
c.   Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat
dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan,
dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
d.  Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia
dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan


a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi.
Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan
masyarakat menjadi statis.
b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang

18
terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi
mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah
pengaruh masyaPerubahan Sosial Budaya di Bidang
Pertanianrakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau
dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan
perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi
seperti ini dikhawatirkan akan
menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah
ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari
risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan
atau kebudayaan yang telah ada.
e. Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang
pernah dijajah oleh bangsa lain,
misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang
berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman
pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.Itulah yang
menyebabkan kemajuan alat dan tekhnologi menjadi terhambat.
f. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan
rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan
dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi
masyarakat tersebut.
g. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi
anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

19
Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit
untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya,
memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses
pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat
masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka
mesin pemotong padi tidak akan digunakan, begitu juga dengan
cara pengolahan tanah yang masih banyak menggunakan
hewan.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini,dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
 Pola kebudayaan masyarakat desa termasuk pola
kebudayaan tradisional, yaitu merupakan produk dari
benarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang
hidupnya tergantung pada alam.
 Ciri-ciri kebudayaan tradisional meliputi, adaptasinya pasif,
rendahnya tingkat invasi, kebiasaan hidup yang lamban,
kepercayaan kepada takhayul, kebutuhan material yang
bersahaja, rendahnya kesadaran terhadap standar moral
yang kaku.
 Kepercayaan dan norma masyarakat meliputi faktor
budaya yang dapat mempengaruhi terjadinya isu
kesenjangan gender, partisipasi penuh dalam kegiatan
reproduksi semua jenis usaha tani, dan tidak
diikutsertakannya kaum perempuan alam partisipasi aktif
dalam kegiatan publik dalam usaha pertanian.

B. Saran
Adapun saran saya setelah membuat makalah ini adalah
1. Meningkatkan sumber daya alam di desa dengan
memberikan informasi-informasi dengan cara
penyuluhan agar dapat memanfaatkan lahan pertanian
menjadi hasil produksi yang optimal.

21
2. Menghilangkan atau setidaknya mengurangi tahayul
didalam masyarakat terhadap pertanian.
3. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong
royong sebagai kekuatan untuk berproduksi dan
pelaksanaan pembangunan dalam bidang pertanian.
4. Membentuk kelembagaan pertanian agar dapat
mengatur sistem pertanian kearah yang lebih baik.

Daftar Pustaka

o http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian
=> diakses tanggal 17 maret 2014 pukul 22.03
o http://sitirohmie.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-
sosial-budaya.html
=> diakses tanggal 17 maret 2014 pukul 21.20
o http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:y
g716OFhH3AJ:www.pertanian.go.id/pug/admin/satlak/Buku
_Panduan_PPRG_Pertanian.pdf+&cd=12&hl=en&ct=clnk
=> diakses 15 maret 2014 jam 22.04

22
23
MAKALAH
WAWASAN SOSIAL BUDAYA DASAR

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP


PERTANIAN

Disusun oleh :
Nama : HASBULLA
NIM : 17.023.54.211.008
Kelas : Agroteknologi
Semester : 1 (satu)
Dosen pengampu : Masyur Said,S.Psl

FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS ANDI DJEMMA

24
PALOPO
2017/2018

25

Anda mungkin juga menyukai