Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian dalam Pendidikan (IJERE)

Vol. 5, No.2, Juni 2016, hlm.174 ~ 180 ISSN:


2252-8822 • 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Number Heads Together (NHT)


dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
dalam Pemahaman Membaca

Mayong Maman 1, Andi Aryani Rajab 2


1 Universitas Negeri Makassar, Makassar, Indonesia
2 SMP Negeri 2 Maros, Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe (NHT) pada siswa SMPN 2 Maros. Metode yang digunakan adalah penelitian
Diterima 11 Mei 2016 tindakan kelas dalam dua siklus. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kuantitatif dan
Direvisi 27 Mei 2016 non tes kualitatif dengan menggunakan observasi, catatan lapangan, buku kerja siswa,
Diterima 31 Mei 2016 lembar refleksi siswa, dan tes hasil belajar. Peningkatan kompetensi pada siklus I sebesar
44% berkategori sangat baik, 56% berkategori baik, dan tidak ada siswa yang masuk
kategori rendah. Siklus II 84% tergolong sangat baik, 16% tergolong baik, dan tidak ada
Kata kunci: yang tergolong rendah.

Model koperasi
Metode NHT
Pemahaman membaca

Hak Cipta © 2016 Institut Teknik dan Sains Lanjutan.


Seluruh hak cipta.

Penulis yang sesuai:

Mayong Maman,
Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas
Negeri Makassar,
Kampus FBS UNM Parangtambung, Makassar 90221, Indonesia. Email:
mayong.maman@yahoo.com

1. PENGANTAR
Pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dengan baik dan benar
lisan dan tulisan, dan menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra. Kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan proses pembelajaran sebagai sarana untuk

kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari sehingga dapat memperoleh pengalaman nyata, dan melakukan proses pendidikan.

berinteraksi secara sosial. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas penting dalam diri guru secara keseluruhan dalam proses belajar mengajar. Mengajar

Perubahan tingkah laku siswa dalam konteks pengajaran merupakan keluaran dan upaya yang jelas dari pembimbing siswa dalam memperoleh perubahan dan

merupakan kegiatan khusus yang dilakukan oleh guru untuk membantu dan [1] - [3].

perkembangan keterampilan, sikap, penghargaan, dan pengetahuan.

Guru harus selalu kreatif dan inovatif dalam mengajar agar siswa lebih mudah [4]. Selanjutnya kegiatan mengajar
Memahami materi yang disajikan dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar harus memadai. Metode pengajaran yang
yang dilaksanakan harus berkualitas dan prestasi belajar siswa diharapkan metode pengajaran yang tepat diterapkan dapat
dipilih sejalan dengan topik pelajaran yang akan disampaikan karena memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Guru
membantu keberhasilan tujuan pembelajaran. Guru
harus memiliki kompetensi untuk memberdayakan siswa.

Homepage jurnal: http://iaesjournal.com/online/index.php/IJERE


IJERE ISSN: 2252-8822 • 175

Selanjutnya, upaya untuk mengelola kelas secara efektif adalah kesalahan yang harus dihindari oleh guru adalah gangguan yang berlebihan,
ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran, penyimpangan, dan bertele-tele dalam penyajian pelajaran.

Proses belajar mengajar akan menjadi penting jika guru dapat menciptakan suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa
untuk belajar [5]. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar salah satunya
adalah metode Number Heads Together (NHT). Metode NHT dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh guru untuk melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar [6]. Kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode NHT mempengaruhi hasil belajar siswa
dalam proses belajar mengajar [7]. Partisipasi tersebut diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan
program, pelaksanaan program, dan evaluasi program.

Berdasarkan observasi awal, ditemukan 76% siswa yang menganggap pengajaran bahasa Indonesia khususnya pemahaman
membaca adalah mata pelajaran yang kurang menarik dan tidak menyenangkan. Siswa tidak tertarik membaca buku tentang mata
pelajaran bahasa Indonesia karena berbagai alasan seperti banyak materi, banyak latihan yang harus diselesaikan, paragraf panjang
dan sulit dipahami. Akibatnya siswa kesulitan dalam mengerjakan ujian. Data evaluasi hasil belajar di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia menunjukkan adanya fluktuasi pemahaman siswa pada setiap mata pelajaran, serta tingkat
ketuntasan.

Masalah lainnya adalah kemampuan siswa dalam memahami teks untuk menyelesaikan masalah pokok pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia masih dalam taraf rendah. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru mengajarkan tentang informasi
penting terkait kegiatan yang harus dilakukan siswa. Kegiatan membaca dilakukan dari awal hingga akhir teks. Jika mereka belum
memahaminya, bacaan tersebut diulangi beberapa kali. Pada kegiatan selanjutnya siswa diminta menjawab pertanyaan tentang isi
teks yang telah disiapkan oleh guru. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih berpusat pada guru meskipun
siswa dalam kelompok.

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk peningkatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia dengan model pembelajaran
Cooperative Learning Model Number Heads Together (NHT) dalam meningkatkan kompetensi membaca siswa SMP. Hal ini serupa dengan
penelitian yang dilakukan oleh Purnomo [8] menggunakan Numbered Heads Together untuk meningkatkan pemahaman bacaan siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas. Karena responden berada pada jenjang pendidikan formal yang berbeda dan
subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa Indonesia oleh penutur asli bahasa Indonesia terlihat jelas menjadi wilayah studi yang
berbeda dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran kooperatif konstruktivis. Hal ini dapat dilihat
pada salah satu teori Vigotsky yang menekankan pada sifat sosiokultural. Dalam pembelajaran Vigotsky, fase mental lebih tinggi yang
umumnya muncul dalam percakapan atau kolaborasi antar individu. Implikasi dari teori Vigotsky berbentuk pengaturan kelas kooperatif.
Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk menciptakan situasi bagi individu untuk keberhasilan yang didorong oleh fungsi
dan peran kelompok mereka untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran, kemampuan akademik, penerimaan perbedaan individu, dan
pengembangan keterampilan sosial [9] .

Membaca merupakan aktivitas bahasa sebagai keterampilan reseptif kedua setelah mendengarkan. Penyampaian informasi melalui tulisan untuk

berbagai keperluan merupakan hal penting yang sudah menjadi kebutuhan. Berbagai informasi seperti berita, cerita, atau bermacam-macam ilmu sangat efektif

diberitakan melalui tulisan, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, buku, maupun sastra. Secara umum kesesuaian wacana yang diambil sebagai tes kemampuan

membaca tidak jauh berbeda dengan tes kemampuan menyimak. Pemilihan harus dipertimbangkan dari segi tingkat kesulitan, pendek dan panjang, isi, jenis atau

bentuk wacana. Faktor eksternal terbagi menjadi dua kategori yaitu unsur membaca dan lingkungan membaca. Unsur-unsur bacaan atau ciri tekstual antara lain teks

linguistik (kesulitan bahan bacaan), dan penataan teks (bantuan yang tersedia berupa bab dan sub bab atau organisasi penulisan). Kualitas lingkungan meliputi:

persiapan guru sebelum, selama, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan atau dorongan). Semua faktor ini tidak eksklusif satu sama lain, tetapi saling

terkait. Taksonomi Burret adalah taksonomi khusus yang dibuat untuk menguji pemahaman bacaan. Robinson [10] menyatakan tingkat pemahaman bacaan

berdasarkan taksonomi Burret dalam pemahaman bacaan, yaitu pemahaman literal, reorganisasi, pemahaman inferensial, evaluasi, apresiasi. dan pengorganisasian

teks (bantuan yang tersedia berupa bab dan sub bab atau organisasi penulisan). Kualitas lingkungan meliputi: persiapan guru sebelum, selama, atau suasana umum

penyelesaian tugas (hambatan atau dorongan). Semua faktor ini tidak saling eksklusif, tetapi saling terkait. Taksonomi Burret adalah taksonomi khusus yang dibuat

untuk menguji pemahaman bacaan. Robinson [10] menyatakan tingkat pemahaman bacaan berdasarkan taksonomi Burret dalam pemahaman bacaan, yaitu

pemahaman literal, reorganisasi, pemahaman inferensial, evaluasi, apresiasi. dan pengorganisasian teks (bantuan yang tersedia berupa bab dan sub bab atau

organisasi penulisan). Kualitas lingkungan meliputi: persiapan guru sebelum, selama, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan atau dorongan). Semua

faktor ini tidak eksklusif satu sama lain, tetapi saling terkait. Taksonomi Burret adalah taksonomi khusus yang dibuat untuk menguji pemahaman bacaan. Robinson [10] menyatakan tingkat pem

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif 'Number Heads Together (NHT)' .... (Mayong Maman)
176 • ISSN: 2252-8822

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Tahapan pelaksanaan penelitian
terdiri dari empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Menyampaikan tujuan dan memotivasi
Selanjutnya keempat komponen tersebut dihubungkan dalam satu siklus kegiatan. Singkatnya, langkah-langkah yang dilakukan oleh kelompok guru, membimbing

siswa, memberikan informasi, mengorganisasi siswa dalam belajar dimulai dengan penomoran. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
kerja kelompok dan pembelajaran, mengevaluasi, dan memberi reward. Proses belajar mengajar dengan metode NHT diberi nomor sesuai dengan jumlah anggota

Setiap orang dalam setiap kelompok diberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing kelompok dan diberikan kesempatan kepada
dalam kelompok. Setelah kelompok terbentuk, barulah guru menjawab. Pada kesempatan ini, masing-masing kelompok mempertemukan “Number Heads Together”

setiap kelompok untuk mencari jawabannya.


untuk memikirkan dan berdiskusi

Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari masing-masing kelompok. Mereka salah satu siswa dengan nomor

diberi kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari guru. Pekerjaan terus berjalan sampai semua jawaban, guru
yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran untuk mempresentasikan jawaban kepada guru. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan ini sebagai

dapat mengembangkan diskusi yang lebih mendalam, sehingga siswa dapat menemukan jawaban (NHT), guru hanya sebagai fasilitator dan siswa
pengetahuan yang utuh. Dalam menerapkan metode koperasi 'Number Heads Together'

lebih berpartisipasi penuh dalam pembelajaran.


Proses implementasi dilakukan secara bertahap hingga penelitian berhasil. Analisis (4) dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan
prosedur dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan Desa A Bontokapetta,
di SMP Negeri 2 Maros yang terletak di Jalan Dr.Ratulangi No. 68 tahun pelajaran 2012/2013 dari bulan Februari sampai April 2013.
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros. Penelitian ini dilaksanakan di semester dua SMP Negeri 2 Maros yang berjumlah 25 orang,
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D dengan tata cara perencanaan tindakan dan perencanaan tindakan. Sumber data dalam
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Guru penelitian yang mengajar di kelas VIII dan VIII D di SMP Negeri 2 Maros
penelitian ini adalah orang Indonesia
Tahun Ajaran 2012/2013.
Data penelitian berupa observasi berdasarkan temuan di lapangan yaitu siswa dalam kelompok membaca teks
Hasil pelaksanaan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan metode NHT, hasil pencatatan terhadap pelaksanaan
melalui LKS, dokumentasi RPP, dan data meliputi data pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Kemampuan siswa dalam
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan model kooperatif NHT. Isi teks. Lembar refleksi siswa merupakan lembar
membaca secara komprehensif dari data-data siswa yang dianggap belum jelas. Format ini juga digunakan untuk mengajak
yang digunakan untuk memperoleh data atau untuk memperoleh klarifikasi data tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang
siswa berlatih menulis jawaban dari membaca konten. Format ini digunakan dalam hasil tes akhir pembelajaran berupa tes
dilaksanakan. LKS merupakan format yang digunakan dan proses pembelajaran di kelas, sedangkan format penilaian hasil kerja
individu berdasarkan kutipan bacaan yang telah dibahas sebelumnya. Format ini digunakan untuk memperoleh data hasil
siswa adalah hasil karya siswa dan kutipan bacaan baru yang dapat mengukur pelaksanaan penerapan metode NHT.
belajar pada setiap pertemuan dalam satu siklus.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa kompetensi membaca ganda siswa setelah
pilihan di akhir setiap siklus. Untuk mengukur pencapaian hasil belajar atau untuk mengamati penerapan metode NHT. Dokumen
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Catatan lapangan digunakan dalam bentuk perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru dan
tertulis digunakan untuk memperoleh dan memeriksa data kelompok mereka. Teknik analisis data dilakukan dalam tiga tahap yaitu
LKS berupa hasil karya siswa sebagai kesimpulan. Reduksi data merupakan proses penyederhanaan data yang diperoleh melalui
reduksi data, penyajian data, dan pemilihan data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dari pemilihan data tersebut, kemudian
observasi dengan pemaparan yang lebih sederhana (deskripsi) berupa data keterpaparan berurutan, kemudian akhirnya disimpulkan
disajikan bentuk kalimat pernyataan yang pendek dan padat namun mengandung pengertian yang luas.
dalam

IJERE Vol. 5, No. 2, Juni 2016: 174 - 180


IJERE ISSN: 2252-8822 • 177

3. HASIL DAN ANALISIS


3.1. Hasil
Berdasarkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif metode NHT siklus I berlangsung dalam tiga pertemuan. Dari wawancara dan observasi,

peneliti menyimpulkan bahwa siswa tidak mengetahui apa yang mereka pelajari. Pada pertemuan pertama, sebagian besar siswa kurang memahami apa yang telah

dibaca dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, guru sebagai praktisi mengaku masih kesulitan dalam mengaplikasikan metode NHT terutama dalam mengatur

waktu dan mencari bahan yang sesuai untuk materi pemahaman bacaan, meskipun itu sudah tertulis di RPP. Terlihat juga di catatan lapangan, guru kurang mampu

dalam mengelola kelas dan memberikan evaluasi serta memberikan penghargaan kepada siswa. Selama implementasi, pencatatan dilakukan dengan menggunakan

lembar observasi. Untuk memudahkan pelaksanaan, peneliti mengamati aktivitas yang berlangsung sambil mengisi daftar observasi yang telah disiapkan. Sebagian

besar siswa masih mengharapkan bantuan dari anggota kelompoknya yang lain dan mereka tidak berkontribusi kepada kelompok, apalagi jawaban telah disepakati

sebelumnya. Begitu pula dengan aspek sikap, terlihat bahwa semua siswa tidak menunjukkan disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok dalam waktu yang

ditentukan. Kesopanan berbahasa yang diungkap siswa masih kurang baik. Itu bisa didengar untuk ejekan para siswa apalagi jawaban sudah disepakati sebelumnya.

Begitu pula dengan aspek sikap, terlihat bahwa semua siswa tidak menunjukkan disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok dalam waktu yang ditentukan.

Kesopanan berbahasa yang diungkap siswa masih kurang baik. Itu bisa didengar untuk ejekan para siswa apalagi jawaban sudah disepakati sebelumnya. Begitu pula

dengan aspek sikap, terlihat bahwa semua siswa tidak menunjukkan disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok dalam waktu yang ditentukan. Kesopanan

berbahasa yang diungkap siswa masih kurang baik. Itu bisa didengar untuk ejekan para siswa dongo, tolo ( Bodoh) ketika siswa lain bertanya, memberi jawaban, atau

berdiskusi dalam kelompok.

Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa kegiatan belajar siswa
dengan pembelajaran kooperatif belum mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran belum menunjukkan
partisipasi siswa secara aktif dalam arti yang sebenarnya. Meskipun para guru telah melaksanakan tahapan pembelajaran
secara runtut, namun kegiatan siswa masih prosedural. Apalagi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih lebih
banyak pada tataran aktivitas fisik; Di sisi lain, aktivitas mental masih belum terlaksana secara optimal dan efektif. Meskipun
beberapa siswa sudah terlihat aktif dalam memberikan jawaban dan menyusun teks dengan kalimat sendiri, namun
sebagian besar masih belum berpartisipasi secara aktif, mereka agak kesulitan membaca literatur (teks) dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam kelompok, siswa kurang dikomunikasikan untuk saling memberi informasi tentang isi teks. Siswa
masih terbawa suasana kelas yang harus tertib dan tidak boleh ribut sehingga masing-masing enggan berbicara. Akibatnya,
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh sangat minim, dan proses memperoleh pemahaman tentang pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan guru untuk memotivasi siswa dan memberi umpan balik belum optimal. Hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap keseriusan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Terlebih, pengelolaan
pembelajaran belum sesuai dengan perencanaan yang diharapkan.

Berbagai kendala dalam proses belajar mengajar berhasil diatasi dalam siklus ini. Bagian proses pembelajaran
yang kurang optimal diupayakan untuk diperbaiki, sedangkan bagian yang optimal dipertahankan untuk mendukung
perbaikan tersebut. Siswa menyimak penjelasan dan menjawab pertanyaan guru dengan sangat baik. Kerjasama yang
ditunjukkan oleh para siswa juga sangat baik. Semua siswa aktif dalam kegiatan kelompok sesuai dengan tugas yang
diberikan. Kreativitas siswa terlihat meningkat dari siklus I terutama pada saat mereka menuliskan hasil diskusi kelompok di
flipchart. Tanggung jawab sebagai anggota grup juga terlihat sangat baik. Siswa dalam kelompoknya merasa bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompok dalam mencapai prestasi. Sikap disiplin juga ditunjukkan oleh kelompok dalam
menyelesaikan tugasnya.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui metode NHT telah menunjukkan peningkatan kompetensi
pemahaman bacaan siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dikatakan
bahwa kompetensi membaca siswa lebih baik dari pada siklus I. Temuan penelitian berdasarkan refleksi pada siklus II yaitu
dengan memberikan penjelasan singkat dan jelas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai tahapan kegiatan dalam
pembelajaran kooperatif maka kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran meningkat. Semangat dan tekad untuk belajar
terlihat dari antusias siswa untuk menjawab salam dari guru dan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Proses
pembelajaran berlangsung dengan lancar. Semua siswa secara aktif melakukan aktivitas sesuai dengan harapan. Ini adalah
imbas dari penjelasan yang diberikan guru sebelum proses pembelajaran dimulai. Kerja sama siswa meningkat. Hal ini
terjadi karena setiap kelompok diberikan teks bacaan secara individu sebelum dibahas dalam kelompok. Semua siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif 'Number Heads Together (NHT)' .... (Mayong Maman)
178 • ISSN: 2252-8822

kontribusi kelompok dalam mengerjakan LKS, hal itu diamati di lembar observasi dan catatan lapangan. Kreativitas siswa dalam
menyelesaikan tugas kelompok dilatarbelakangi oleh ketersediaan alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan dalam
pembelajaran kontekstual. Dalam hal tanggung jawab, setiap individu bertanggung jawab atas pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam
penerapan metode NHT.
Peningkatan kompetensi siswa dalam pemahaman bacaan pada penelitian ini diambil dari learning out test pada
post test yang dilakukan pada setiap akhir siklus berupa soal pilihan ganda. Setelah dilakukan analisis deskriptif
komprehensif terhadap hasil penelitian disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan secara bertahap mulai siklus I hingga
siklus II berhasil meningkatkan kompetensi pemahaman bacaan siswa dalam proses belajar mengajar. Peningkatan
kompetensi membaca dalam proses belajar mengajar juga diikuti dengan peningkatan hasil belajar melalui penerapan
metode NHT. Pencapaian skor 80 KKM sebagai indikator keberhasilan yang telah dicapai pada siklus II baik untuk penilaian
proses maupun penilaian hasil. Karena itu,

3.2. Diskusi
Penelitian ini membuktikan bahwa peningkatan pembelajaran terjadi pada semua indikator dari siklus ke siklus. Padahal
pada aspek RPP, penerapan pendekatan pembelajaran dengan metode NHT perlu dirancang dengan cermat, terutama yang
berkaitan dengan pengemasan materi dan penyusunan tahapan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar. . Fasilitas yang didukung di sebuah sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran kooperatif model 'NHT'. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode NHT didukung oleh peran guru sebagai
fasilitator yang mengelola kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak mendominasi kelas dan tahapan kegiatan pembelajaran fleksibel,
serta berbagai bentuk kegiatan memungkinkan peningkatan kompetensi pemahaman bacaan. Penerapan metode NHT pada setiap
siklus menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi siswa pada setiap aspek yang
diamati, walaupun tujuan dan isi tiap siklus berbeda. Dengan demikian, peningkatan kompetensi pemahaman bacaan terjadi karena
dilakukan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode NHT.

Kecenderungan yang ditemukan dari penelitian ini adalah hubungan antara peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa
melalui penerapan metode NHT dengan teknik pembelajaran kontekstual [11]. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan teks, siswa sangat dipengaruhi oleh suasana kelas yang menyenangkan dan aktivitas yang bervariasi dapat menumbuhkan semangat
siswa. Instruksi yang jelas dan lengkap oleh para guru juga menjadi bagian penting dalam implementasi NHT. Pemberian penghargaan berupa
kata-kata yang baik dan luar biasa, serta ucapan terimakasih merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan oleh guru dalam pengelolaan
kelas. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk menjadikan kelas dan kegiatan pembelajaran menjadi milik siswa sangat dibutuhkan dalam
penerapan metode NHT khususnya pada aspek pemahaman bacaan.

Kegiatan siswa berlangsung dalam suasana kelas yang hidup dan kondusif. Setiap kelompok memahami apa yang harus
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa miskin dapat memahami isi bacaan jika mendapat penjelasan dari anggota
kelompok. Adanya kesadaran bahwa keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok yang diusahakan oleh siswa agar
anggota kelompoknya dapat menjawab dengan baik tanpa membaca catatan. Dengan demikian dipastikan semua siswa siap
menjawab setiap pertanyaan tentang isi bacaan. Teks bacaan yang dipilih juga disesuaikan dengan pengetahuan siswa dan hal-hal
baru yang mungkin belum mereka ketahui.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Number Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam
membaca pemahaman di tingkat sekolah menengah pertama dengan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama (1), guru
memberikan pemahaman awal tentang tujuan pembelajaran pada pemahaman membaca meliputi membaca berita secara ekstensif dan
membaca artikel secara intensif, memberikan motivasi baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Langkah kedua (2), guru
menyajikan informasi dalam bentuk teks berita dan artikel yang diambil dari berbagai sumber seperti buku panduan siswa, buku elektronik,
koran, dan internet. Langkah ketiga (3), guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 orang per kelompok dengan cara
berhitung dan siswa diberi nomor 1, 2, 3, 4, dan 5. Setiap kelompok diberi nama agar lebih menarik. Langkah keempat (4), guru membimbing
semua siswa di setiap kelompok untuk berpikir, berdiskusi, dan meyakinkan setiap anggota kelompok untuk mengetahui jawaban pertanyaan
di lembar kerja. Langkah kelima (5), guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sama mengangkat
tangan

IJERE Vol. 5, No. 2, Juni 2016: 174 - 180


IJERE ISSN: 2252-8822 • 179

dan memberikan jawaban kepada seluruh kelas. Langkah 1 hingga langkah 5 dilakukan pada siklus pertama meskipun belum optimal.

Langkah selanjutnya adalah langkah enam (6) dimana guru membagikan lembaran kertas dan meminta siswa
untuk menuliskan kembali jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan dalam LKS. Langkah ketujuh (7), siswa saling
menukar hasil kerja kelompok dengan kertas besar dengan kelompok lain untuk saling mengoreksi. Langkah kedelapan (8),
guru memberikan penguatan dan umpan balik atas karya siswa. Langkah sembilan (9), siswa memajangkan hasil kerja
kelompok di dinding kelas. Langkah sepuluh (10), guru memberikan penghargaan kepada siswa berupa senyuman atas
hasil karya siswa yang dipajangkan. Langkah 1 sampai langkah 10 dilakukan pada siklus kedua. Langkah-langkah
Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II mengikuti tahapan kegiatan pembelajaran kontekstual yang selalu
menekankan pada kegiatan pembelajaran kooperatif.

Data hasil tes siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa kompetensi siswa dalam membaca pemahaman lebih tinggi melalui
penerapan metode NHT yang bervariasi. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes akhir setiap siklus meningkat dari siklus I ke siklus
II. Bahkan ada salah satu siswa yang mendapat nilai sempurna 100. Hasil penelitian menemukan bahwa untuk memperoleh pemahaman
yang benar dalam membaca, seorang pembaca harus memanfaatkan informasi yang dimilikinya. Informasi tersebut diperoleh dari hasil
pembacaan sebelumnya dan sumber informasi lainnya. Kesempurnaan hasil membaca siswa dapat meningkat di setiap siklus karena
siswa mampu menghubungkan informasi baru yang terdapat dalam teks dengan cara berpikir bersama dalam kelompok dan memastikan
setiap anggota kelompok memahami informasi dalam teks [12] .

Penerapan model pembelajaran kooperatif Number Head Together (NHT) ternyata dapat meningkatkan
kompetensi pemahaman membaca siswa [13]. Dalam proses belajar mengajar, para siswa terlihat senang dan bersemangat
sehingga menjadi aktif dan kreatif. Hal ini terjadi karena dalam model pembelajaran kooperatif 'Number Head Together
(NHT)' jumlah anggota terdiri dari 3 -5 orang. Pengelompokan siswa dapat mendorong keterlibatan mereka dalam proses
belajar mengajar. Pencapaian indikator keberhasilan siklus II mampu meningkatkan kompetensi pemahaman bacaan siswa.
Siswa dapat menemukan informasi utama dan informasi tambahan. Informasi yang didapat bisa menjadi bahan diskusi.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan
kompetensi siswa SMP dalam pemahaman membaca melalui penelitian tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
pembelajaran pada aspek partisipasi, kreativitas, tanggung jawab, dan sikap terhadap pembelajaran bahasa Indonesia yang ditunjukkan
dengan kategori baik dan sangat baik. Karena mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu bagi responden, siswa lebih mudah
memahaminya. Penelitian ini membuktikan hasil yang berbeda dibandingkan dengan temuan sebelumnya oleh Purnomo [8] yang
melakukan penelitian dengan menggunakan Numbered Heads Together dalam meningkatkan pemahaman bacaan siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris bahwa peningkatan pembelajaran efektif hanya pada aspek partisipasi.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis, pembahasan, dan bukti penelitian hasil yang dilakukan dapat dikatakan
menyimpulkan bahwa penerapan metode Number Heads Together (NHT) meningkatkan opini kompetensi; (3) mengidentifikasi
Dalam pemahaman bacaan dalam aspek: (1) menemukan pokok permasalahan, (2) membedakan fakta dan masalah. Disamping itu
informasi, (4) mencari informasi kunci, dan (5) merumuskan masalah dari pokok yang diamati, yaitu: (1) partisipasi, (2) kerjasama, (3)
peningkatan aktivitas pembelajaran dengan kategori baik dan sangat baik pada semua aspek sikap dalam pembelajaran bahasa
kreativitas, (4) tanggung jawab, dan (5) ) Siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif 'NHT' untuk meningkatkan kompetensi
Indonesia. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar guru bahasa mempelajari bahasa Indonesia.
siswa dalam pemahaman bacaan

REFERENSI
[1] TL James, “Pengaruh Tim Kolaboratif pada Intervensi Dini di Prasekolah,” 2016. [2] MA Henry & A. Weber,
“Mempersiapkan Guru Siswa,” Rowman & Littlefield, 2015.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif 'Number Heads Together (NHT)' .... (Mayong Maman)
180 • ISSN: 2252-8822

[3] E. Pendergast, dkk., “Sikap dan Keyakinan Guru Taman Kanak-Kanak terhadap Pengajaran Sains untuk Anak-Anak,” Anak Usia Dini. Educ. J., hlm.
1–10, 2015.
[4] D. Kember, "Memotivasi Siswa melalui Pengajaran dan Pembelajaran," di Memahami Sifat Motivasi dan Memotivasi Mahasiswa melalui
Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Springer, hlm.79–97, 2016.
[5] A. Bruhn, dkk., “Instruksi Memotivasi? Ada Aplikasi untuk Itu !, ” Interv. Sch. Clin., hlm. 1053451216644825,
2016.
[6] T. Haydon, dkk., “Pengaruh nomor kepala bersama pada skor kuis harian dan perilaku siswa penyandang disabilitas saat mengerjakan tugas,” J. Behav.
Educ., vol / masalah: 19 (3), hlm. 222–238, 2010.
[7] WC Hunter, dkk., “Konsultan dan Pengajar yang Mempengaruhi Hasil Siswa dengan Kepala Nomor Bersama: Menjaga Semua Terlibat,” J. Educ.
Psikol. Berkonsultasi., hlm. 1–14, 2016.
[8] S. Purnomo, “Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Melalui Teknik Numbered Heads Together”, J. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing., vol /
masalah: 2 (2), hlm. 37–44, 2012.
[9] R. Arends, “Instruksi dan Manajemen Kelas,” McGraw-Hill Companies, 1997.
[10] HA Robinson, "Mengajar Membaca dan Strategi Studi: Area Konten," ERIC, 1975.
[11] B.Roe, dkk., “Mengajar Membaca di Sekolah Dasar Saat Ini,” Cengage Learning, 2011.
[12] BR Joyce, dkk., “Model pengajaran, JSTOR, vol. 499, 1986.
[13] L. Maheady, dkk., “Pengaruh kepala bernomor bersama dengan dan tanpa paket insentif pada kinerja tes sains dari berbagai kelompok
siswa kelas enam,” J. Behav. Educ., vol / issue: 15 (1), hlm. 24–38, 2006.

IJERE Vol. 5, No. 2, Juni 2016: 174 - 180

Anda mungkin juga menyukai