TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang ada didalam kepribadian diri
sendiri, dan tidak ada hubunganya dengan objek yang nyata dan sesuata yang benar-benar
ada. Menurut Rochman (2010) gejala-gejala kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskanhati, hampir setiap
kejadianmenimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakanbentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dansering dalam keadaanexited(heboh) yang memuncak,
sangatirritable,akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dandelusion
ofpersecution(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyakberkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekananjantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
a. kecemasan yang di alami oleh anak ketika mengalami hospitalisasi yaitu karena
mereka takut dengan berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan. Sebelum
dilakukan terapi responden masuk dalam kategori cemas berat, hal ini diakibatkan
karena sebagian besar responden baru pertama kali di rawat di Rumah Sakit
sehingga mereka merasa tidak nyaman karena belum bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
Menurut Peplau tingkat kecemasan ada 4 yaitu:
1. Kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-
hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
menyelesaikan masalah.
2. Kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan berat, lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat
perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
tentang ha-hal yang lain.
4. Panik, yaitu individu tidak dapat mengendalikan diri dan detail perhatian
hilang. (Suliswati, 2005)
Hospitalisasi pada anak merupakan proses yang dikarenakan suatu alasan yang
berencana ataupun darurat, sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Pada saat proses
inilah terkadang anak mengalamai berbagai pengalaman yang sangat traumatis dan penuh
dengan stres.
Berbagai macam reaksi anak terhadap hospitalisasi, yaitu menolak untuk bekerja
sama sebagai mekanisme pertahanan reaksi perpisahan. Anak juga menganggap bahwa
hospitalisasi adalah sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai bentuk
kehilangan kasih sayang (Muscary, 2005).
Hospitalisasi jangka panjang atau jangka pendek dapat membuat tarumatik dan mengganggu
anak dan keluarga. Anak kecil biasanya tidak dapat memahami apa yang terjadi dan mengapa
mereka dijauhkan dari rumah. Penyakit mengancam citra tubuh individu disemua usia, perawat
diunit pediatric berakaian seragam wana-warni, unit tersebut juga dihias dengaan gambar
binatang ataupun karakkter kartun agar membuat anak menjadi lebih nyaman.
Sebelum anak berusia satu tahun, mereka merasa takut terhadap orang asing dan
menyadari ketiadaan keluarga mereka. Dari usia 1-5 tahun anak sering menunjukkan ansietas
berat saat akan dipisaahkan dari rumah dan keluarga. Anak yang usia nya sangat kecil memiliki
proses berpikir singkat dan sering kali salah dalam menginterpretasikan apa yang mereka dengar.
Selalu gunakan kalimat singkat dan susun pernyataan sehingga anak tau apa yang harus dia
lakukan, bukan yang harus dia hindari. (sebagai contoh: alih-alih mengatakan “ jangan
menyebrang jalan sendirian”, katakana kepada anak “ selalu menyebrang jalan ditemani orang
dewasa”. ) . Katakan kepada anak yang harus dirawat inap bahwa ada perawat yang bertugas
dimalam hari, jadi anak tidak perlu khawatir bahwa mereka akan sendirian. ( Rosahl, Kawalski)
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
yang paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain adalah unsur penting dalam perkembangan anak dan fisik, emosi,
mental, social, kreatifitas, dan intelektual. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain akan menjadi orang dewasa yang kreatif dan cerdas, dibandingkan dengan anak
yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. (Soetjiningsih)
Menurut Tedjasaputra (2007) bermain dapat digunakan sebagi media psikologis
terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal sebagai terapi bermain.
Terapi bermain adalah suatu kegiatan bermain yang dilakukan untuk membantu
dalam proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Tujuan bermain bagi anak adalah menghilangkan
rasa nyeri ataupun sakit yang dirasakannya dengan cara mengalihkan perhatian anak pada
permainan sehingga anak akan lupa terhadap perasaan cemas maupun takut yang dialami,
selama anak menjalani perawatan dirumah sakit.
Terapi bermain yang diberikan pada anak usia prasekolah harus menyesuaikan
dengan tahapan perkembangan sesuai usianya. Pada masa prasekolah jenis permainan
salah satunya adalah skill play, dimana jenis permainan ini sering dipilih oleh anak, jenis
permainan ini menggunakan kemampuan motoriknya. Salah satu permainan skill play
adalah bermain lilin (Fradianto, 2014). Lilin biasa disebut juga dengan plastisin atau
playdought.
Tujuan:
(Soetjiningsih)
Hospitalisasi sering kali menyebabkan ketakutan dan kecemasan pada anak. Membantu
anak menyesuaikan diri merupakan tujuan keperawatan yang sangat penting. Salah satu cara
memfasilitasi penyesuaian diri mengenai hospitalisasi pada anak adalah dengan mempersiapkan
anak untuk mendapatkan pengalaman hospitalisasi sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Katakana kepada anak tentang apa yang akan terjadi, dan bantu mereka agar tidak ditelantarkan
atau dihukum. Jika mungkin ajak anak untuk mengelinlingi fasilitas layanan kesehatan sebelum
masuk rumah sakit sebagai dasar untuk mepersiapkan anak.
Sebelum menerima situasi dirawat di Rumah Sakit, sebagian besar anak terutama yang
berusia 3 sampai 4 tahun, mengalami tiga fase ansietas perpisahan, diantaranya: protes, putus asa
dan penyangkalan. Setiap fase berkelanjutan hingga fase berikutnya. Tujuan akhirnya adalah
agar anak dapat mencapai tingkat peenerimaan atau penyesuaian dengan lingkungan sekitar
mereka. ( Rosahl, Kawalski)
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada anak dengan bahasa yang mudah dipahami
Gunakan kata sederhana untuk mempersiapkan anak merasakan sensasi yang akan dia alami
Dorong anak untuk membicarakan tentang prosedur, dan jawab setiap pertnyaan anak
Dorong anak untuk berpikir secara rasional yang dapat membantu mereka mencapai rasa
kendali
Puji anak secara verbal dan beri penghargaan kepadanya (misalnya memberi stiker dan tanda
bintang
( Rosahl, Kawalski)