Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KECEMASAN

2.1.1 PENGERTIAN KECEMASAN


Ansietas merupakan perasaan tidak tenang berupa samar-samar karena ketidak
nyamanan ataupun rasa takut dan disertai suatu respons (penyebabnya tidak spesifik atau
bahkan tidak diketahui oleh individu. Stuart (2012) menyatakan bahwa ansietas atau
kecemasan adalah perasaan yang tidak tenang dan samar-samar karena ketidaknyamanan
atau ketakutan yang disertai dengan rasa ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan
ketidakamanan. (Sutejo, 2018)
Gangguan kecemasan atau ansietas adalah kondisi emosional yang biasanya
disebabkan oleh persepsi nyata atau penerimaan terhadap suatu hal yang berbahaya yang
dapat mengancam keselamatan individu. Kondisi ini menyebabkan seseorang lebih
bersifat reaktif terhadap perubahan yang terjadi disekitar lingkungan.
(Ikawati,Anurogo, 2017)
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut
atau kecemasan pada situasi tertentu, yang dapat menyebabkan kegelisahan karena
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutanya bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi. (Penulis)

2.1.2 GEJALA-GEJALA KECEMASAN

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan


kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang
muncul berbeda-beda pada setiap orang (Fauziah dan Widury, 2007).

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang ada didalam kepribadian diri
sendiri, dan tidak ada hubunganya dengan objek yang nyata dan sesuata yang benar-benar
ada. Menurut Rochman (2010) gejala-gejala kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskanhati, hampir setiap
kejadianmenimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut
merupakanbentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dansering dalam keadaanexited(heboh) yang memuncak,
sangatirritable,akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dandelusion
ofpersecution(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyakberkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekananjantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

2.1.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN

Page (Rufaidah,2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhikecemasan adalah :

a. Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu


sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada
kondisi individu,dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau
konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya
gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awalyang tidak baik.Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang
dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang
baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul
gejala-gejala kecemasan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada anak yang mengalami


hospitalisasi antara lain umur, jenis kelamin, pengalaman di rawat di Rumah Sakit.

2.1.3 JENIS-JENIS KECEMASAN


Kecemasan merupakan perubahan suasana hati, perubahan didalam diri sendiri yang
timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009)
membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasanyaitu :

a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek


yang memangmengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan
dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
dibawah keadaan-keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental. Kecemasan fundamental merupakan suatu
pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan
kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai
kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.

2.1.4 TINGKAT KECEMASAN

Tingkat kecemasan akibat hospitalisasi anak sebelum diberi terapi bermain


plastisin

a. kecemasan yang di alami oleh anak ketika mengalami hospitalisasi yaitu karena
mereka takut dengan berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan. Sebelum
dilakukan terapi responden masuk dalam kategori cemas berat, hal ini diakibatkan
karena sebagian besar responden baru pertama kali di rawat di Rumah Sakit
sehingga mereka merasa tidak nyaman karena belum bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
Menurut Peplau tingkat kecemasan ada 4 yaitu:
1. Kecemasan ringan, dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-
hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas,
menajamkan indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
menyelesaikan masalah.
2. Kecemasan sedang, individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan berat, lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat
perhatiannya pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir
tentang ha-hal yang lain.
4. Panik, yaitu individu tidak dapat mengendalikan diri dan detail perhatian
hilang. (Suliswati, 2005)

2.2 KONSEP HOSPITALISASI

2.2.1 PENGERTIAN HOSPITALISASI

Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh stress bagi anak maupun


keluarganya. Nursalam (2005). Hospitalisasi merupakan keadaan yang menyebabkan
seorang anak harus tinggal di rumah sakit untuk menjadi pasien dan menjalani berbagai
perawatan seperti pemeriksaan kesehatan, prosedur operasi, pembedahan, dan
pemasangan infus sampai anak pulang kembali ke rumah (Supartini, 2004).

Hospitalisasi pada anak merupakan proses yang dikarenakan suatu alasan yang
berencana ataupun darurat, sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Pada saat proses
inilah terkadang anak mengalamai berbagai pengalaman yang sangat traumatis dan penuh
dengan stres.

Berbagai macam reaksi anak terhadap hospitalisasi, yaitu menolak untuk bekerja
sama sebagai mekanisme pertahanan reaksi perpisahan. Anak juga menganggap bahwa
hospitalisasi adalah sebagai hukuman dan perpisahan dengan orang tua sebagai bentuk
kehilangan kasih sayang (Muscary, 2005).

2.2.2 PENGALAMAN RUMAH SAKIT

Hospitalisasi jangka panjang atau jangka pendek dapat membuat tarumatik dan mengganggu
anak dan keluarga. Anak kecil biasanya tidak dapat memahami apa yang terjadi dan mengapa
mereka dijauhkan dari rumah. Penyakit mengancam citra tubuh individu disemua usia, perawat
diunit pediatric berakaian seragam wana-warni, unit tersebut juga dihias dengaan gambar
binatang ataupun karakkter kartun agar membuat anak menjadi lebih nyaman.

2.2.3 MASALAH TERKAIT USIA

BAYI, TODLER, DAN ANAK USIA PRASEKOLAH

Sebelum anak berusia satu tahun, mereka merasa takut terhadap orang asing dan
menyadari ketiadaan keluarga mereka. Dari usia 1-5 tahun anak sering menunjukkan ansietas
berat saat akan dipisaahkan dari rumah dan keluarga. Anak yang usia nya sangat kecil memiliki
proses berpikir singkat dan sering kali salah dalam menginterpretasikan apa yang mereka dengar.
Selalu gunakan kalimat singkat dan susun pernyataan sehingga anak tau apa yang harus dia
lakukan, bukan yang harus dia hindari. (sebagai contoh: alih-alih mengatakan “ jangan
menyebrang jalan sendirian”, katakana kepada anak “ selalu menyebrang jalan ditemani orang
dewasa”. ) . Katakan kepada anak yang harus dirawat inap bahwa ada perawat yang bertugas
dimalam hari, jadi anak tidak perlu khawatir bahwa mereka akan sendirian. ( Rosahl, Kawalski)

2.3 KONSEP TERAPI

2.3.1 PENGERTIAN TERAPI BERMAIN

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
yang paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain adalah unsur penting dalam perkembangan anak dan fisik, emosi,
mental, social, kreatifitas, dan intelektual. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain akan menjadi orang dewasa yang kreatif dan cerdas, dibandingkan dengan anak
yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. (Soetjiningsih)
Menurut Tedjasaputra (2007) bermain dapat digunakan sebagi media psikologis
terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal sebagai terapi bermain.

Terapi bermain adalah suatu kegiatan bermain yang dilakukan untuk membantu
dalam proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Tujuan bermain bagi anak adalah menghilangkan
rasa nyeri ataupun sakit yang dirasakannya dengan cara mengalihkan perhatian anak pada
permainan sehingga anak akan lupa terhadap perasaan cemas maupun takut yang dialami,
selama anak menjalani perawatan dirumah sakit.

Terapi bermain yang diberikan pada anak usia prasekolah harus menyesuaikan
dengan tahapan perkembangan sesuai usianya. Pada masa prasekolah jenis permainan
salah satunya adalah skill play, dimana jenis permainan ini sering dipilih oleh anak, jenis
permainan ini menggunakan kemampuan motoriknya. Salah satu permainan skill play
adalah bermain lilin (Fradianto, 2014). Lilin biasa disebut juga dengan plastisin atau
playdought.

2.3.2 KEUNTUNGAN BERMAIN

Banyak keuntungan yang didapatkan dari bermain, antara lain:

1. Membuang energi lebih


2. Membantu mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti
tulang, otot dan organ-organ.
3. Aktifitas dapat meningkatkan nafsu makan anak.
4. Membantu anak untuk belajar mengontrol diri.
5. Membuat anak menjadi terampil
6. Dapat meningkatkan daya kreatifitas anak
7. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan arti dari benda-
benda yang ada disekitar mereka.
8. Dapat mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan pada
anak.
9. Memberi kesempatan anak untuk belajar bergaul dengan anak yg lain.
10. Memberikan kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun menang
didalam bermain.
11. Memberikan kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.
12. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual anak.
(Soetjiningsih)

2.3.3 CIRI ALAT PERMAINAN UNTUK ANAK USIA 25-36 BULAN.

Tujuan:

 Menyalurkan emosi atau perasaan anak


 Mengembangkan keterampilan anak dalam berbahasa
 Melatih motorik halus dan kasar
 Mengembangkan kecerdasan anak (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna)
 Melatih kerjasama antara mata dan tangan
 Melatih gaya imajinasi anak
 Melatih kemampuan anak
 Membedakan permukaan dan warna benda

ALAT PERMAINAN YANG DIANJURKAN:

 Lilin yang dapat dibentuk.


 Alat-alat untuk menggambar.
 Puzzle sederhana
 Manik-manik ukuran besar
 Bola
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

(Soetjiningsih)

2.4 KERANGKA TEORI

Hospitalisasi sering kali menyebabkan ketakutan dan kecemasan pada anak. Membantu
anak menyesuaikan diri merupakan tujuan keperawatan yang sangat penting. Salah satu cara
memfasilitasi penyesuaian diri mengenai hospitalisasi pada anak adalah dengan mempersiapkan
anak untuk mendapatkan pengalaman hospitalisasi sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Katakana kepada anak tentang apa yang akan terjadi, dan bantu mereka agar tidak ditelantarkan
atau dihukum. Jika mungkin ajak anak untuk mengelinlingi fasilitas layanan kesehatan sebelum
masuk rumah sakit sebagai dasar untuk mepersiapkan anak.

Sebelum menerima situasi dirawat di Rumah Sakit, sebagian besar anak terutama yang
berusia 3 sampai 4 tahun, mengalami tiga fase ansietas perpisahan, diantaranya: protes, putus asa
dan penyangkalan. Setiap fase berkelanjutan hingga fase berikutnya. Tujuan akhirnya adalah
agar anak dapat mencapai tingkat peenerimaan atau penyesuaian dengan lingkungan sekitar
mereka. ( Rosahl, Kawalski)

MENGURANGI ANSIETAS DAN MENENAGKAN ANAK UNTUK MENJALANI


HOSPITALISASI

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada anak dengan bahasa yang mudah dipahami

Gunakan kata sederhana untuk mempersiapkan anak merasakan sensasi yang akan dia alami

Gunakan alat peraga boneka untuk menjelaskan prosedur pada anak

Biarkan anak bermain dengan palstisin untuk relaksasi

Beri privasi pada anak

Dorong anak untuk membicarakan tentang prosedur, dan jawab setiap pertnyaan anak

Dorong anak untuk berpikir secara rasional yang dapat membantu mereka mencapai rasa
kendali

Puji anak secara verbal dan beri penghargaan kepadanya (misalnya memberi stiker dan tanda
bintang

Ansietas anak akan menurun

( Rosahl, Kawalski)

Anda mungkin juga menyukai