JRPM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Available online at http://journal.uny.ac.id/index.

php/jrpm

Jurnal Riset Pendidikan Matematika 4 (2), 2017, 219-228

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan


Komunikasi Matematis Ditinjau dari Gender
H. Hodiyanto
Program Studi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jalan Ampera No 8 Pontianak
Kalimantan Barat, Indonesia.
Corresponding Author. Email: hodiyanto@ikippgriptk.ac.id
Received: 29 August 2017; Revised: 20 December 2017; Accepted: 21 December 2017

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah kemampuan komunikasi matematis
siswa yang lebih baik antara model pembelajaran problem solving (PS) dan model pembelajaran
langsung; (2) manakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang lebih baik antara kelompok
laki-laki dan perempuan; (3) interaksi antara model pembelajaran dan gender terhadap kemampuan
komunikasi matematis. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 02 Mojolaban Sukoharjo.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen untuk
mengumpulkan data adalah tes kemampuan komunikasi matematis. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan anova dua jalan dengan sel tak sama. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) kemampuan komunikasi matematis siswa lebih baik jika diberikan model pembelajaran PS
dibandingkan model pembelajaran langsung; (2) tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi
matematis siswa antara siswa laki-laki dan perempuan; (3) tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dan gender terhadap kemampuan komunikasi matematis.
Kata Kunci: problem solving, komunikasi matematis, gender

The Effect of Problem Solving Learning Model Toward Mathematical


Communication Ability Viewed from Gender
Abstract
The purpose of this research was to know: (1) which one better mathematical communication
ability between student teached by problem solving model (PS) and direct learning model; (2) which
one better mathematical communication ability between groups of male and female students; (3)
interaction between learning model and gender to mathematical communication skill. The research
method used was quasi experimental research. The population in this research were the seventh grade
students of SMP Negeri 02 Mojolaban Sukoharjo. Sampling was done by cluster random sampling
technique. The instrument for collecting data was a test of mathematical communication ability.
Hypothesis testing in this study used two way anova analysis with unequal cells. Based on the result of
research, it was found that: (1) students’ mathematical communication ability was better if given PS
learning model compared to direct learning model; (2) there was no difference of students’
mathematical communication ability between male and female students; (3) there is no interaction
between learning model and gender to mathematical communication ability.
Keywords: problem solving, mathematical communication, gender

How to Cite: Hodiyanto, H. (2017). Pengaruh model pembelajaran problem solving terhadap kemampuan
komunikasi matematis ditinjau dari gender. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 219-228.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.15770

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.15770

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 220
H. Hodiyanto

PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembelajaran dalam


standar isi dan NCTM yang belum berhasil atau
Matematika adalah ilmu yang erat kaitan-
belum sesuai dengan harapan adalah kemam-
nya dengan kehidupan sehari hari, bahkan
puan komunikasi matematis. Hal ini sesuai
hampir semua ilmu pengetahuan ada kaitannya
dengan temuan Ibrahim (2011) dan Aguspinal
dengan matematika. Oleh sebab itu, tidaklah
(2011) menunjukkan bahwa kemampuan komu-
berlebihan jika ada orang yang mengatakan
nikasi matematis siswa masih rendah, belum
bahwa matematika adalah ratu dari ilmu
sesuai dengan apa yang diharapkan. Berbagai
pengetahuan lainnya (queen of science). Karena
hasil penelitian cenderung mengemukakan
pentingnya matematika dalam kehidupan manu-
bahwa sampai saat ini sebagian besar guru
sia maka mata pelajaran matematika sudah
masih menggunakan pembelajaran biasa atau
diajarkan mulai tingkat Sekolah Dasar sampai
langsung yang masih berfokus pada guru.
Sekolah Menengah Atas.
Lomibao, Luna & Namoco (2016) menga-
Tujuan pembelajaran matematika dalam
takan bahwa kemampuan komunikasi matematis
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide,
Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Stan-
menggambarkan, dan mendiskusikan konsep
dar Isi adalah: (1) memahami konsep mate-
matematika secara koheren dan jelas. Kemam-
matika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
puan dalam menjelaskan dan membenarkan
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
suatu prosedur dan proses baik secara lisan
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
maupun tulisan. Menurut Prayitno, Suwarsono,
pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalar-
& Siswono (2013) komunikasi matematis adalah
an pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
suatu cara peserta didik untuk menyatakan dan
matematika dalam membuat generalisasi,
menafsirkan gagasan-gagasan matematika seca-
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
ra lisan maupun tertulis, baik dalam bentuk
pernyataan matematika. (3) Memecahkan masa-
gambar, tabel, diagram, rumus, ataupun demons-
lah yang meliputi kemampuan memahami masa-
trasi. Dari penjelasan ini maka kemampuan
lah merancang model matematika, menyelesai-
komunikasi matematis terdiri dari dua aspek
kan model, dan menafsirkan solusi yang diper-
yaitu komunikasi tulisan dan lisan, tetapi dalam
oleh. (3) Mengkomunikasikan gagasan dengan
penelitian ini peneliti hanya membatasi
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
kemampuan komunikasi matematis pada aspek
memperjelas keadaaan atau masalah. (4) Me-
tulisan.
miliki sikap menghargai kegunaan matematika
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan
dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu,
yang dilakukan peneliti terhadap salah satu
perhatian, dan minat dalam mempelajari
sekolah dengan kategori sedang berdasarkan
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
nilai UN, tepatnya di SMP Negeri 2 Mojolaban
dalam pemecahan masalah.
Sukoharjo dengan memberikan tes kemampuan
Tujuan umum dalam pembelajaran
komunikasi matematis diperoleh rata-rata 30,58.
matematika yang dicantumkan dalam NCTM
Artinya kemampuan siswa dalam menyelesaikan
(National Council of Teachers of Mathematics)
soal tersebut masih tergolong rendah. Adapun
(2000) yaitu: (1) komunikasi matematis (mathe-
faktor rendahnya kemampuan komunikasi
matical communication); (2) penalaran mate-
matematis di antaranya: Model pembelajaran
matis (mathematical reasoning); (3) pemecahan
yang dipakai selama ini masih bersifat trdisional
masalah matematis (mathematical problem
dan cenderung monoton atau kurang bervariasi,
solving); (4) koneksi matematis (mathematical
ketidaksesuaian metode yang digunakan pada
connections); (5) pembentukan sikap positif
penyampaian mata pelajaran sehingga dapat
terhadap matematika (positive attitudes toward
mempengaruhi kemampuan komunikasi mate-
mathematics). Tetapi Menurut Ruseffendi
matis, guru tidak memperhatikan variabel lain
(1998) bagian terbesar dari matematika yang
yang bisa berpengaruh terhadap kemampuan
dipelajari siswa di sekolah tidak diperoleh
komuikasi matematis, siswa tidak menguasai
melalui eksplorasi matematik, tetapi melalui
materi prasyarat untuk mengikuti pembelajaran,
pemberitahuan (Ansari, 2012). Kenyataan di
dan tidak memadainya sarana dan prasarana di
lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa
sekolah. Dari berbagai faktor di atas, faktor
kondisi pembelajaran yang berlangsung di kelas
tidak bervariasinya model pembelajaran adalah
membuat siswa pasif (product oriented
faktor yang sangat berpengaruh terhadap
education).
kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 221
H. Hodiyanto

sebab itu, perlu dicari suatu model atau pende- (Wijaya, Sudjadi & Riyadi 2016). Istilah gender
katan yang bisa mengembangkan kemampuan mengacu pada atribut ekonomi, sosial, politik
komunikasi matematis siswa. Ansari (2012) dan budaya, yang terkait dengan laki-laki dan
mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan perempuan. Sebagian besar masyarakat, perem-
kemampuan komunikasi matematis diperlukan puan sebagai kelompok memiliki akses yang
suatu strategi atau model pembelajaran yang lebih sedikit daripada laki-laki terhadap sumber
menuntut siswa agar berfikir, berdiskusi, dan daya, peluang dan pengambilan keputusan
menuliskan jawaban dari permasalahan yang Bouanchaud (Commusion, 2010). Gender
diajukan oleh guru. Salah satu model pembel- memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil
ajaran yang bisa diterapkan untuk meningkatkan belajar siswa karena perbedaaan dari style dari
kemampuan komunikasi matematis tersebut laki-laki dan perempuan, sehingga mengakibat-
adalah model pembelajaran problem solving kan perbedaan hasil belajar dari perempuan dan
(PS) karena model pembelajaran PS siswa laki-laki tersebut Mondoh (2000), Weis,
dituntut untuk memecahkan masalah, mendis- Heikamp & Trommsdorff (2013), Bosire,
kusikan masalah untuk diselesaikan, dan Mondoh & Barmao (2008), dan Nizoloman
menuliskan jawaban/solusi dari permasalahan (2013). Menurut Wood (1994) menyatakan
yang diajukan oleh guru. Model pembelajaran bahwa perkembangan gender juga dapat dilihat
PS pada pembelajaran matematika efektif ditin- dari perkembangan otak. Selanjutnya Wood
jau dari pencapaian kemampuan komunikasi menjelaskan bahwa pada laki-laki lebih
matematis (Melianingsih & Sugiman, 2015). berkembang otak kirinya sehingga dia mampu
Polya (1957) melihat bahwa instruksi berpikir logis, berpikir abstrak, dan berpikir
problem solving (PS) memiliki peluang yang analitis, sedangkan pada perempuan lebih
besar dalam mengembangkan kemampuan/bakat berkembang otak kanannya, sehingga dia
matematika siswa. Dia menegaskan bahwa jika cenderung beraktifitas secara artistic, holistik,
guru menantang keingintahuan siswanya dengan imajinatif, berpikir intutif, dan beberapa kemam-
memberikan masalah sesuai dengan pengetahu- puan visual (Hodiyanto, 2014).
an mereka dan membantu mereka dalam Berdasarkan uraian pendahuluan maka
memecahkan masalah dengan merangsang tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
pertanyaan, maka guru tersebut melatih siswa (1) manakah kemampuan komunikasi matematis
untuk berpikir. Oleh sebab itu, proses berpikir siswa yang lebih baik antara model pembel-
yang dilakukan oleh siswa dengan berdiskusi ajaran problem solving (PS) dan model pembel-
dengan temannya tentu akan membantu dalam ajaran langsung. (2) manakah kemampuan
memperbaiki kemampuan komunikasi mate- komunikasi matematis siswa yang lebih baik
matis siswa. Menurut Mwelese dan Wanjala antara kelompok laki-laki dan perempuan. (3)
(2014) jika model pembelajaran PS diajarkan interaksi antara model pembelajaran dan gender
dengan benar kepada siswa maka: (1) siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis.
akan merenungkan dan mengingat kembali
METODE
pengetahuan/pengalaman yang diperoleh
sebelumnya, apakah dapat diterapkan dalam Metode penelitian yang digunakan dalam
situasi/masalah saat ini; (2) mendukung tindakan penelitian ini adalah metode eksperimen jenis
pemecahan masalah dengan bukti atau argumen quasi experimental designs. Pada penelitian ini
yang valid dan bukan sesuatu yang biasa. (3) ada dua kelompok subjek penelitian yaitu
Mempertimbangkan cara lain untuk memecah- kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
kan masalah tertentu. (4) Mencoba berbagai Kelompok eksperimen mendapat perlakuan
kondisi masalah untuk melihat apakah prosedur dengan model pembelajaran problem solving
solusi yang sama akan dibutuhkan dalam (PS) dan kelompok kontrol dengan perlakuan
penyelesaian masalah. model pembelajaran langsung. Kedua kelompok
Selain model pembelajaran PS, faktor lain diberikan tes akhir dengan menggunakan instru-
yang dapat mempengaruhi kemampuan komuni- men tes yang sama.
kasi matematis adalah gender. Berdasarkan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas VII SMP Negeri 02 Mojolaban, Sukoharjo
perbedaan gender mempunyai andil untuk mene- tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bermak-
rangkan profil seseorang dalam menyelesaikan sud memberikan perlakuan pada sampel, selan-
masalah dan mengomunikasikan hasilnya jutnya peneliti ingin mengetahui efek atau
walaupun perbedaan ini belum konsisten pengaruh dari hasil perlakuan tersebut.

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 222
H. Hodiyanto

Perlakuan yang dimaksud adalah pembelajaran ada atau tidak adanya perbedaan dari masing-
dengan menggunakan model pembelajaran PS masing kelompok dengan menggunakan uji
pada kelas eksperimen dan model pembelajaran ANAVA dua jalan dengan sel tak sama.
langsung pada kelas kontrol. Teknik pengambil- Uji prasyarat untuk uji univariat pada
an sampel menggunakan teknik cluster random penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
sampling. Sebelum pengambilan sampel terlebih homogenitas variansi.
dahulu diuji homogentas populasi tesebut.
Uji Normalitas
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa
populasi memiliki variansi yang sama, selanjut- Tujuan dilakukan uji normalitas adalah
nya penentuan sampel dilakukan dengan teknik untuk menguji apakah data yang diperoleh
cluster random sampling. Hasil penentuan berasal dari populasi berdistribusi normal atau
sampel diperoleh kelas VIIC sebagai kelas tidak maka digunakan uji normalitas. Uji
eksperimen yang diberikan perlakuan dengan normalitas pada penelitian ini menggunakan
model pembelajaran problem solving dan kelas metode Liliefors, dengan prosedur sebagai
VIID sebagai kelas kontrol yang diberikan per- berikut:
lakuan dengan menggunakan model pembelajar- Hipotesis
an langsung. Rancangan yang digunakan dalam H0: Sampel berasal dari populasi yang
penelitian ini adalah factorial design disajikan berdistribusi normal
pada Tabel 1. H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal
Tabel 1. Desain Faktorial Penelitian
Taraf Signifikansi (α = 0,05)
Gender (B) Sebelum diolah, setiap data X, diubah menjadi
Model
Pembelajaran (A)
Laki-Laki Perempuan data baku z dengan transformasi:

X 
(b1) (b2)
Problem Solving (a1) X
Langsung (a2) zi  i

s
Keterangan :
Keterangan :
: kemampuan komunikasi matematis siswa
laki-laki yang diajarkan model pembel- X : ratan sampel
ajaran problem solving. s : standar deviasi sampel
: kemampuan komunikasi matematis siswa Kemudian dilakukan pengujian dengan statistik
perempuan yang diajarkan model pembel- uji:
ajaran problem solving.
L = max F(zi )  S(z i )
: kemampuan komunikasi matematis siswa
laki-laki yang diajarkan model pembel- Keterangan:
ajaran langsung. F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1)
: kemampuan komunikasi matematis siswa S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh
perempuan yang diajarkan model pembel- cacah zi
ajaran langsung. Daerah Kritik:
Instrumen pengumpul data yang diguna- DK = {L | L > Lα;n} dengan n adalah ukuran
kan adalah tes kemampuan komunikasi mate- sampel
matis yang berbentuk essay sebanyak 4 soal. Keputusan Uji:
Sebelum digunakannya alat pengumpul data H0 ditolak jika Lobs  DK, atau H0 diterima jika L
tersebut telah divalidasi ahli, validasi empiris,
obs  DK (Budiyono, 2013)
menghitung indeks kesukaran, menghitung daya
pembeda, dan reliabelitasnya. Uji Homogenitas
Dari penelitian yang dilakukan maka Jika ternyata keduanya berdistribusi
diperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif dida- normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas
pat melalui tes kemampuan komunikasi mate- variansinya, yaitu uji F (Sugiyono, 2012).
matis. Pengolahan data kuantitatif dilakukan Menghitung nilai F dengan rumus:
melalui dua tahapan utama. Tahap pertama:
menguji persyaratan statistik yang diperlukan
sebagai dasar dalam pengujian hipotesis, yaitu
uji normalitas sebaran data subyek sampel dan
uji homogenitas varians. Tahap kedua: menguji

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 223
H. Hodiyanto

Penentuan homogenitas: Jika Fhitung < (∑ )


Ftabel, maka kedua variansi tersebut homogen, Dengan ; ∑
jika sebaliknya tidak homogen.
Tabel 3. Rerata dan Jumlah Rerata
Anava Dua Jalan dengan Sel tak sama
Faktor b1 b2 Total
Model Data a1 ab11 ab12 A1
a2 ab21 ab22 A2
Xijk =  + i + j + ()ij + ijk Total B1 B2 G
dengan : Pada analisis variansi dua jalan dengan sel
Xijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai
kolom ke-j berikut:
: rerata dari seluruh data amatan (rerata nij: banyak data amatan pada sel ij
besar, grand mean) ̅ : rerata harmonik frekuensi seluruh sel =
: efek baris ke-i pada variabel terikat
pq
: efek kolom ke-j pada variabel terikat
1
()ij : interaksi efek baris ke-i dan efek 
i , j nij
kolom ke-j pada variabel terikat
ijk : deviasi data amatan terhadap rataan
populasi yang berdistribusi normal dengan
N= n
i, j
ij : banyaknya seluruh data amatan
rataan 0 (disebut galat atau error). 2
 
Prosedur Uji Hipotesis   X ijk 
Hipotesis SSij = X 2
ijk  k  : jumlah kuadrat
H0A : i = 0 untuk setiap i = 1,2 k nij
H1A : paling sedikit ada i yang tidak nol deviasi data amatan pada sel ij
H0B : j = 0 untuk setiap j = 1,2 ABij : rerata pada sel ij
H1B : paling sedikit ada j yang tidak nol
H0AB : ( )ij = 0 untuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2 Ai =  AB i
ij : jumlah rerata pada baris ke-i
H1AB : paling sedikit ada ()ij yang tidak nol
Taraf signifikansi: 0,05 Bj =  AB j
ij : jumlah rerata pada kolom ke-j
Komputasi
Notasi dan tata letak data pada Tabel 2.
G =  ABi, j
ij : jumlah rerata semua sel

Tabel 2. Notasi dan Tata Letak Data Komponen Jumlah Kuadrat


Gender
Didefinisikan:
Model Pembelajaran Tinggi Sedang
G2 Ai2
Model PS Cacah data n11
(b1)
n12
(b2)
(1) =
pq
; (2) =  SS ij ; (3) =
i, j
i q ; (4)
(a1) Jumlah
∑ ∑
Data Bi2
=  AB
2
Rataan ̅ ̅ ; (5) = ij
j p i, j
Jumlah
∑ ∑ Jumlah Kuadrat (JK)
Kuadrat
Suku
C11 C12 JKA = n h (3)  (1)
Koreksi
Variansi SS11 SS12 JKB = n h ( 4)  (1)
Model Cacah data n21 n22
Pembelajaran Jumlah JKAB = n h (1)  (5)  (3)  (4)
∑ ∑
Langsung Data JKG = (2)
(a2) Rataan ̅ ̅ JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Jumlah Dengan :
∑ ∑
Kuadrat JKA : jumlah kuadrat baris
Suku
C21 C22 JKB : jumlah kuadrat kolom
Koreksi
JKAB : jumlah kuadrat interaksi
Variansi SS21 SS22
JKG : jumlah kuadrat galat

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 224
H. Hodiyanto

JKT : jumlah kuadrat total Tabel 4. Rangkuman Analisis Variansi Dua


Jalan
Derajat Kebebasan (dk)
Sumber JK dk RK Fobs F
dkA =p–1 Baris (A) JKA p–1 RKA Fa F*
dkB =q–1 Kolom (B) JKB q–1 RKB Fb F*
dkAB = (p – 1)(q – 1) Interaksi (AB) JKAB (p – 1)(q – 1) RKAB Fab F*
dkG = N – pq Galat (G) JKG N – pq RKG - -
dkT =N–1 Total JKT N–1 - - -
(Budiyono, 2013)
Rataan Kuadrat (RK)
HASIL DAN PEMBAHASAN
JKA
RKA = Data kemampuan awal siswa yang dimak-
dkA sud dalam penelitian ini adalah data kemampuan
JKA komunikasi matematika. Data kemampuan awal
RKB =
dkB kemampuan awal komunikasi matematis peserta
JKA didik diperoleh dari tes kemampuan komunikasi
RKAB = matematis sebelum perlakuan. Data tersebut
dkAB digunakan untuk uji keseimbangan. Uji kese-
JKA imbangan dilakukan menggunakan analisis uju t
RKG =
dkG dua pihak. Sebelum dilakukan uju t, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu data harus
Statistik Uji
berdistribusi normal dan homogen.
Statistik uji analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama adalah:
Uji Keseimbangan
RKA Dalam melakukan uji normalitas data
Untuk H0A adalah Fa  yang merupakan kemampuan awal kemampuan komunikasi
RKG
matematis peserta didik menggunakan uji
nilai variabel random yang berdistribusi F
Lilliefors. Rangkuman uji normalitas univariat
dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
data kemampuan awal sebagai berikut.
RKB
Untuk H0B adalah Fb  yang merupakan Tabel 5. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
RKG
Komunikasi Matematis
nilai variabel random yang berdistribusi F
dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq. Keputusan
Kelompok n Lobs Lα;n
RKAB Uji
Untuk H0AB adalah Fab  yang Eksperimen 32 0,1283 0,1556 H0 diterima
RKG Kontrol 32 0,1237 0,1556 H0 diterima
merupakan nilai variabel random yang Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5,
berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – diperoleh semua sampel memiliki statistik uji
1)(q – 1) dan N – pq. Lobs ≤ Lα;n akibatnya Lobs  DK, sehingga dapat
Daerah Kritik disimpulkan untuk taraf signifikansi 5% semua
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
Untuk masing – masing nilai F, daerah normal univariat. Selanjunya akan diuji homo-
kritiknya adalah sebagai berikut: genitas dari kemampuan komunikasi matematis
a. Daerah kritik untuk Fa adalah Dka = { F | F tersebut. Rangkuman uji homogenitas univariat
> F ;p – 1, N – pq} data awal kemampuan komunikasi matematis
b. Daerah kritik untuk Fb adalah Dkb = { F | F pada Tabel 6.
> F ;q – 1, N – pq} Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 di atas
c. Daerah kritik untuk Fab adalah Dkab= { F | diperoleh bahwa data awal kemampuan
F > F ;(p – 1)(q – 1), N – pq} komunikasi matematis siswa berdistribusi
Keputusan Uji normal dan homogen maka uji keseimbangan
dilanjutkan dengan menggunakan uji t. Hasil
H0 ditolak jika Fobs  DK. perhitungan uji t dapat dilihat pada Tabel 7.
Rangkuman Analisis Variansi pada Tabel 4.

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 225
H. Hodiyanto

Tabel 6. Uji Homogenitas Data Awal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelompok Penelitian
Kemampuan Varians
Keterangan
Komunikasi Eksperimen Kontrol
Matematis 258,34 254,23 1,016 4,00 Homogen
α = 5%
Tabel 7. Uji Keseimbangan Data Awal Kemampuan Komunikasi Matematis
pada Kelompok Penelitian
Nilai Rerata Kelompok
Nilai Nilai Nilai Keputusan
Kemampuan Penelitian
Ideal
Komunikasi Matematis Eksperimen Kontrol
100 35,94 30,58 1,34 2,00 Diterima
α = 5%
Tabel 8 Uji Normalitas Data Postest Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Kelompok Penelitian
Kelompok Lobs Lα;n Kesimpulan Keterangan
Eksperimen 0,1551 0,1556 Diterima Normal
Kemampuan Komunikasi Matematis Kontrol 0,1144 0,1556 Diterima Normal
Laki-Laki 0,1618 0,1451 Diterima Normal
Perempuan 0,1516 0,1003 Diterima Normal
α = 5%
Tabel 9 Uji Homogenitas Data Postest Kemampuan Komunikasi Matematis
pada Kelompok Penelitian
Kelompok Varians Keterangan
Eksperimen 398,31
1.07 4,00 Homogen
Kemampuan Komunikasi Matematis Kontrol 428,13
Laki-Laki 340,47
1,61 4,00 Homogen
Perempuan 549.82
α = 5%
Tabel 10 Analisis Varians Dua Jalan Kemampuan Komunikasi Matematis
Sumber JK dk RK Kesimpulan
Baris (A) 5346.409 1 5346.409 12.993 4.001 Ditolak
Kolom (B) 1074.317 1 1074.32 2.611 4.001 Diterima
Interaksi (AB) 792.62 1 792.621 1,926 4.001 Diterima
Galat 24689.698 60 411.495 - - -
Total 31903.045 63 - - - -
α = 5%
Dari Tabel 7 dengan tingkat alfa 5% di- homogen. Rangkuman uji normalitas dan homo-
peroleh bahwa berada pada daerah pene- genitas dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
rimaan sehingga tidak ditolak, yang arti-nya Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 dengan
tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa tingkat alpha 5% diperoleh bahwa data kemam-
dalam kemampuan komunikasi mate-matisnya. puan komunikasi matematis siswa di setiap
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kelompok penelitian berdistribusi normal dan
kemampuan komunikasi matematis awal siswa memiliki variansi yang sama (homogen), artinya
dalam keadaan seimbang. pra syarat uji analisis variansi dua jalan (anava)
Dalam penelitian ini, untuk menjawab untuk uji hipotesis sudah terpenuhi. Oleh sebab
rumusan masalah sesuai dengan tujuan pene- itu, uji hipotesis akan dilanjutkan dengan anava
litian maka digunakan anava dua jalan. Sebelum dengan sel tak sama. Rangkuman hasil per-
dilakukan uji anava, terlebih dahulu dilakukan hitungan anava dapat dilihat pada Tabel 10.
uji pra syarat. Adapun uji pra syarat dalam Berdasarkan hasil perhitungan anava pada
anava yaitu data harus berdistribusi normal dan Tabel 10 diperoleh bahwa pada kelom-

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 226
H. Hodiyanto

pok baris berada pada daerah kritis, daerah dikatakan bermakna jika siswa diberikan kele-
penolakan sehingga ditolak yang artinya luasaan dalam mengkontruksikan pemahaman
terdapat perbedaan kemampuan komunikasi sebelumnya untuk memahami materi yang akan
matematis siswa yang diajarkan model pembel- dipelajari, artinya pembelajaran akan lebih
ajaran problem solving dengan siswa yang bermakna jika siswa tidak hanya menerima saja
diajarkan dengan model pembelajaran langsung. tetapi menemukan konsep yang akan dipelajari.
Jika ingin melihat manakah kemampuan Menurut Temuan ini sesuai dengan hasil
komunikasi matematis yang lebih baik antara penelitian Hodiyanto (2016) bahwa kemampuan
model pembelajaran problem solving dan model komunikasi matematis siswa yang diajarkan
pembelajaran langsung maka dapat dilihat dari dengan model pembelajaran problem solving
rerata marginalnya. Rerata marginal kemampuan dengan pendekatan PMR lebih baik dari pada
komunikasi matematis kelompok siswa yang kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diberikan model pembelajaran problem solving diajarkan dengan model pembelajaran langsung.
adalah 50,38 lebih besar dari pada rerata margi- Hasil penelitian Ali, Hukamdad, Akhter, &
nal kemampuan komunikasi matematis kelom- Khan (2010) dan Perveen (2010) diperoleh
pok siswa yang diberikan model pembelajaran bahwa model pembelajaran PS lebih efektif dari
langsung yaitu 37,50. Artinya, kemampuan pada model pembelajaran biasa atau langsung
komunikasi matematis kelompok siswa yang untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
diberikan model pembelajaran problem solving Hasil perhitungan anava antar kolom pada
lebih baik dari pada marginal kemampuan Tabel 10 diperoleh bahwa pada kelom-
komunikasi matematis kelompok siswa yang pok kolom berada di luar daerah kritis sehingga
diberikan model pembelajaran langsung. Hal ini tidak ditolak yang artinya tidak terdapat
terjadi karena model pembelajaran problem perbedaan kemampuan komunikasi matematis
solving siswa diberikan masalah untuk diselesai- antara siswa laki-laki mapun perempuan. Jika
kan dan dalam penyelesaian masalah tersebut dilihat dari rerata marginal kemampaun
tentu siswa harus berdiskusi dengan teman komunikasi matematis siswa laki-laki sebesar
kelompoknya sehingga tejadi komunikasi antar 41,03 tidak jauh berbeda dengan kemampuan
teman kelompoknya berbeda dengan model komunikasi matematis siswa perempuan yaitu
pembelajaran langsung, siswa hanya menerima 46, 82. Dalam model pembelajaran PS maupun
materi yang disampaikan oleh gurunya. Selain model pembelajaran langsung, aktivitas siswa
itu, penyelesaian masalah dalam model pembel- perempuan dan laki-laki tidak berbeda secara
ajaran PS tidak mutlak harus memiliki satu signifikan walaupun dalam diskusi ada beberapa
jawaban, tetapi siswa juga dituntut agar kreatif siswa perempuan yang lebih aktif. Masalah yang
dalam menemukan ide, solusi, maupun langkah- diajukan oleh guru adalah masalah yang berkait-
langkah penyelesain, sebaliknya dalam model an dengan bentuk aljabar sehingga tidak ada
pembelajaran langsung siswa hanya diberikan perbedaan yang signifikan kemampuan komuni-
tes atau kuis setelah penyampaian materi. Hasil kasi matematis pada siswa laki-laki dan perem-
penelitian ini juga sesuai dengan pendapat puan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan
Mwelese & Wanjala (2014) bahwa model perbedaan hasil belajar siswa laki-laki dan
pembelajaran PS memberikan keluasaan kepada perempuan pada materi yang berkaitan dengan
siswa untuk berinteraksi tidak hanya dengan spasial (Kondor, 2014; Pietsch & Jansen, 2012).
guru tetapi juga dengan temannya berbeda Hasil penelitian ini sesuai temuan Munandar
dengan model pembelajaran langsung terjadinya (Hodiyanto, 2014) bahwa tidak ditemukan
interaksi hanya satu arah yaitu antar siswa dan perbedaan yang nyata antara siswa perempuan
guru. Model pembelajaran PS lebih bermakna dan siswa laki-laki pada tes inteligensi, kreatif-
dari pada model pembelajaran langsung karena itas, daya ingatan, dan prestasi sekolah; anak
siswa dalam memahami materi berdasarkan laki-laki dan perempuan prestasinya setara
masalah yang diajukan oleh guru sehingga siswa dalam semua tes. Selanjutnya, jika dilihat dari
mampu menemukan sendiri konsep yang akan interaksi antar baris dan kolom diperoleh bahwa
dipelajari, sedangkan pada model pembelajaran pada interaksi berada di luar daerah
langsung, siswa langsung diberikan materi atau kritis sehingga tidak ditolak yang artinya
siswa hanya menerima lansung materi dari guru tidak terdapat interaksi antara model pembel-
tanpa menemukannya sendiri dan setelah pe- ajaran dan siswa laki-laki maupun perempuan
nyampaian materi siswa diberi tes sebagaimana terhadap kemampuan komunikasi matematis.
pendapat Ausubel (1978) bahwa pembelajaran Tidak adanya interaksi ini disebabkan tidak ada

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 227
H. Hodiyanto

perbedaan kemampuan komunikasi matematis bangkan penelitian menggunakan model pem-


siswa antara laki-laki dan perempaun di setiap belajaran problem solving dengan pendekatan
model pembelajaran, artinya kemampuan komu- open ended agar masalah yang diberikan kepada
nikasi matematis baik siswa laki-laki maupun siswa berupa masalah open ended sehingga
perempaun yang diajarkan dengan model mampu memberikan peningkat-an yang lebih
pembelajaran PS lebih baik dari pada model baik. Selain itu, sebaiknya masalah yang diaju-
pembelajaran langsung. Rangkuman rerata dari kan dalam model pembelajaran PS adalah masa-
setiap kelompok penelitian dapat dilihat pada lah kontekstual agar lebih mudah dipahami oleh
Gambar 1. siswa. Selanjutnya, calon peneliti dapat
Kemapuan Komunikasi Matematis
mengembangkan model pembelajaran problem
solving dengan tinjauan yang lain seperti dari
tingkat kecerdasan maupun intelegensi. Model
pembelajaran PS membutuhkan waktu yang
60 lama sehingga seorang guru ataupun peneliti
50 harus mampu mengatur waktu sebaik-baiknya.
40 Hasil penelitian ini juga dapat dijadi-kan dasar
30 pengembangan model pembelajaran inovatif
20 berbasis PS yang dapat meningkatkan
10 kemampuan komunikasi matematis siswa
0 maupun mahasiswa. Selain itu menjadi dasar
Problem Solving Langsung
Laki-Laki Perempuan
pengembangan soal matematika berbasis
kemampuan komunikasi matematis.
Gambar 1. Rangkuman Rerata Dari Setiap
Kelompok Penelitian DAFTAR PUSTAKA
Aguspinal. (2011). Peningkatan kemampuan
Berdasarkan Gambar 1, kemampuan
berpikir kreatif dan komunikasi matematis
komunikasi matematis siswa di setiap model
siswa sma melalui pendekatan open-
pembelajaran, siswa perempuan memiliki
ended dengan strategi group-to-group.
kemampuan komunikasi lebih tinggi dari pada
Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia,
kemampuan komunikasi matematis siswa laki-
Bandung.
laki walapun perbedaan tersebut tidak signifi-
kan, sehingga berdasarkan hasil perhitungan Ali, R., Hukamdad., Akhter, A., & Khan, A.
anova menunjukkan tidak adanya perbedaan (2010). Effect of using solving method in
kemampuan komunikasi matematis pada teaching mathematics on the achivement
kelompok perempuan dan laki-laki tersebut. of mathematics students. CCSE Asian
Social Science, 6(2), 67-72.
SIMPULAN DAN SARAN
Ansari, B. I. (2012). Komunikasi matematik dan
Simpulan politik. Banda Aceh: Yayasan Pena.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahas- Ausubel, D. (1978). Learning as contructing
an, dan kajian teori maka dalam penelitian ini meaning. In N. Entwistle (Ed.), New
dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kemam- Directions in Educational Psychology I
puan komunikasi matematis siswa yang diajar- Learning and Teaching. London: The
kan dengan model pembelajaran problem solv- Falmer Press.
ing lebih baik dari pada kemampuan komunikasi Bosire, J., Mondoh, H. & Barmao, A. (2008).
matematis siswa yang diajarkan dengan model Effect of streaming by gender on student
pembelajara langsung. (2) tidak terdapat per- achievement in mathematics in secondary
bedaan kemampuan komunikasi matematis schools in Kenya. South African Journal
antara siswa laki-laki mapun perempuan. (3) of Education. 28. 595-607
tidak terdapat interaksi antara model pembel- Budiyono. (2013). Statistika untuk penelitian
ajaran dan gender terhadap kemampuan komuni- edisi II. Surakarta: UPT UNS Press.
kasi matematis.
Commusion, E. (2010). Gender differences in
Saran educational outcomes: Study on the
Penulis berharap agar para peneliti atau measures taken and the current situation
calon peneliti dapat meneruskan atau mengem- in Europe. EACEA P9 Eurydice.

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 228
H. Hodiyanto

Hodiyanto. (2014). Meningkatkan kemampuan Mwelese, J. K. & Wanjala, M. S. M. (2014).


berpikir kreatif siswa melalui Effect of problem solving strategy school
pembelajaran pemecahan masalah ditinjau students’ achievement in circle geometry
dari gender pada materi himpunan. Jurnal in Emuhaya District of Vihiga County.
Pendidikan Informatika dan Sains, 3 (1), Journal of Education, Arts and
27-41. Retrieved from Humanities, 2, 18-26.
http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/s Nizoloman, O. N. (2012). Relationship between
aintek/article/view/203/0. mathematical ability and achievement in
Hodiyanto. (2016). Eksperimentasi model mathematics among secondary school
pembelajaran problem posing dan students in bayelsa state Nigeria.
problem solving dengan pendekatan PMR Procedia Social and Behavioral sciences.
terhadap prestasi belajar dan kemampuan 106, 2230-2240.
komunikasi matematis ditinjau dari NCTM. (2000). Principles and standards for
kreativitas siswa kelas VII SMP Negeri di school mathematics. The United State of
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal America.
Pembelajaran Matematika, 4 (2), 199–
Perveen, K. (2010). Effect of the problem-
214. Retrieved
solving approach on academic
from https://jurnal.uns.ac.id/jpm/article/
achievement of students in mathematics at
view/10866/9742.
th secondary level. Contemporary Issue In
Ibrahim. (2011). Peningkatan kemampuan Education Research, 3(3), 9-14.
komunikasi, penalaran, dan pemecahan
Pietsch, S. & Jansen, P. (2012). Different mental
masalah matematis serta kecerdasan
rotation performance in students of music,
emosional melalui pembelajaran berbasis-
sport and education, learning and
masalah pada siswa sekolah menengah.
individual differences, 22, 159–163.
Disertasi. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung. Polya, G. (1957). How to solve it. Princeton N.J:
Princeton University Press. SMASSE
Kondor, R. N. (2014). Importance of spatial
Project (1998). Baseline Studies
visualization skills in Hungary and
Document. An unpublished paper
Turkey: Comparative studies. Annales
presented during national INSET at
Mathematicae et Informaticae, 43, 171–
KSTC, Nairobi.
181
Prayitno, S., Suwarsono, & Siswono, T. Y.
Lomibao, L. S., Luna, C. A. & Namoco, R. A.
(2013). Identifikasi indikator kemampuan
(2016). The influence of mathematical
komunikasi matematis siswa dalam
communication on students’ mathematics
menyelesaikan soal matematika
performance and anxiety. American
berjenjang pada tiap-tiap jenjangnya.
Journal of Educational Research, 4 (5),
Konferensi Nasional Pendidikan
378-382.
Matematika V, 27-30 Juni 2013. Malang:
Melianingsih, N., & Sugiman, S. (2015). Universitas Negeri Malang.
Keefektifan pendekatan open-ended dan
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.
problem solving pada pembelajaran
Bandung: Alfabeta.
bangun ruang sisi datar di SMP. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika, 2(2), 211 - Weis, M., Heikamp, T. & Trommsdorff, G.
223. (2013). Gender differences in school
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v2i2. achievement: The role of self-regulation.
7335 Frontiers in Psychology, 4, 1-10.
Mondoh, H. O. (2000). A comparison of Wijaya, H. P. M., Sudjadi, I. & Riyadi. (2016).
activities carried out by boys and girls Kemampuan komunikasi matematis siswa
during their free time in relation to their sesuai dengan gender dalam pemecahan
achievement in mathematics. A case of masalah pada materi balok dan kubus
Eldoret municipality, Kenya. Journal of (Studi kasus pada siswa SMP Kelas VIII
Education and Human Resources, 1, 49- SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang).
56. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika, 4(9), 778-788.

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)

Anda mungkin juga menyukai