Anda di halaman 1dari 1

Jhanitra hasna (12) xi ips 2

1. Tasawuf ialah kesadaran mumi yang mengarahkan jiwa pada kesungguhan amala
untuk menjauhkan keduniaan atau zuhud untuk melakukan pendekatan diri pada
allah swt
2. Konsep pemikiran tasawuf yang dikembangkan oleh al-Junaid belum tersusun secara
sistematis, hanya disampaikan lewat ungkapan-ungkapan verbalnya, sehingga
pemikiran tasawufnya baru banyak ditemukan dari tulisan-tulisan murid-muridnya
yang mengutip pendapatnya.
3. Ajaran tasawuf al-Junaid berpusat pada konsep khauf, dan raja’. Takut (khauf)
membuat qabid (rasa kecut/susah/sempit). Harap (raja’) kepada-Nya membuat
menjadi basit (lapang/luas).
4. Rabi’ah al-Adawiyah memiliki corak tasawuf yang unik dan berbeda dengan para sufi
pendahulunya. Corak tasawuf Rabi’ah al-Adawiyah terfokus pada konsepnya tentang
Mahabbatullah (cinta Allah). Ia mengungkapkan perasaannya tentang cinta Ilahi
dengan dua corak cinta, yaitu cinta karena diriku dan cinta karena dirimu. Cinta
pertama berpijak kepada diri seorang hamba yang jatuh cinta dan senantiasa terpaut
dengan Tuhannya. Pada maqām ini seorang hamba berusaha untuk dekat kepada
Allah dengan menunjukkan kepatuhannya dan membenci sikap melawan kepada-Nya.
Dengan ketaatan dan kepatuhan yang luar bisaa, seorang hamba seperti Rabi’ah al-
Adawiyah berhasil menjadi kekasih- Nya.

5. Puncak tujuan tasawuf bagi al-Ghazali adalah al-qurb (kedekatan dengan Allah) atau
di bagian lain tulisannya al-fana’ bi al-kulliyat fi Allah (fana’ secara total di hadapan
Allah). Dalam hal ini, ia menjelaskan suatu tingkatan tauhid tertinggi, “bahwa dia
tidak melihat dalam yang wujud kecuali Yang Esa, yaitu syuhud (kesaksian batin),
orang-orang siddiq, para sufí menamakannya dengan fana’ dalam tauhid karena dia
tidak melihat kecuali Yang Esa, dia juga tidak melihat dirinya. Apabila dia tidak
melihat dirinya karena tenggelam dalam pandangan tauhid, maka dia fana’ dari
dirinya sendiri dalam pandangan tauhidnya, dengan pengertian bahwa dia fana’ dari
melihat dirinya dan segala makhluk”.

6. Tasawuf yang dikembangkan oleh Syaikh Abdul Qadir adalah tasawuf akhlaki, yaitu
tasawuf yang berorientasi kepada perbaikan akhlak, mencari hakikat kebenaran dan
mewujudkan manusia yang dapat mencapai maqam ma’rifat kepada Allah. Beliau
adalah seorang sufi besar yang berhasil memadukan syari’at dan hakikat secara
sinergis, serta berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadiś secara konsisten. Beliau
menyatakan: Setiap hakikat yang tidak berpijak kepada syari’at adalah kezindikan.

Anda mungkin juga menyukai