Anda di halaman 1dari 4

Hancurnya Target Demi Target Latgab TNI oleh Skadron Udara 1

Skadron Udara 1

Setelah hampir kurang lebih 12 tahun, Mabes TNI merencanakan kembali Latigan Gabungan tiga angkatan dengan
menggelar berbagai macam operasi gabungan. Rangkaian Latgab TNI 2008 dimulai dari latihan PPRC. Sehari
sebelum pelaksanaan misi, tanggal 6 Juni 2008, Komandan PPRC yaitu Komandan Brigif 1 Kostrad melaksanakan
konsolidasi dan koordinasi terakhir di Supadio. PPRC juga melibatkan berbagai unsur diantaranya unsur tempur
(Skadron Udara 1), Unsur Angkut (Skadron Udara 31 dan 32), Unsur Intai (Skadron Udara 5 dan Skadron Udara 4)
dan Unsur Helly (Skadron Udara 6 dan 8) sebagai standby SAR. Koordinasi ketat dilaksanakan mengingat banyak
pergerakan udara dalam satu kurun waktu saat pelaksanaan hari H jam J yang telah ditentukan. Komandan PPRC
kemudian menetapkan tanggal 9 Juni 2008 pukul 05.45 WIB sebagai TOT (Time Over Target) dimulainya seluruh
rangkaian operasi gabungan PPRC.

Misi 1 Operasi PPRC target Ranai.

Berdasarkan hasil keputusan inilah, Skadron Udara 1 mematangkan taktik dan pola serangan untuk keesokan
harinya. Persiapan juga telah dilaksanakan jauh-jauh hari sebelumnya, termasuk perhitungan jumlah amunisi yang
akan digunakan, jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk menempuh rute penerbangan Supadio menuju sasaran
dan kembali lagi ke Supadio. Perhitungan ini sangatlah penting, terjadi kesalahan perhitungan dampaknya cukup
fatal karena sebagian besar rute adalah lautan lepas dimana altenate landasan letaknya cukup berjauhan. Skadron
Udara 32 dengan jenis pesawat KC-130 Hercules juga memegang peranan yang penting untuk menyukseskan
penyerangan ini. Mengingat pesawat KC-130 Herkules mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pengisian
bahan baker di udara atau dalam istilah penerbangan disebut sebagai Air Refueling.

Penghitungan mundur waktu persiapan pun dilakukan, sehingga pelaksanaan briefing pagi dimulai pada pukul 03.00
WIB dini hari. Briefing fasilitas pendukung penerbangan dan briefing cuaca saat itu memberikan gambaran kondisi
yang cukup baik dengan visibility dan perawanan yang memungkinkan dilaksanakannya seluruh misi penerbangan.

Sabtu tanggal 7 Juni 2008, tepat pukul 04.26 WIB 3 pesawat Hawk 209 tinggal landas menuju sasaran musuh di
Ranai. Dengan Callsign Elang Flight yang terdiri dari 3 penerbang dengan Leader Mayor Pnb Radar "Skyfin"
Suharsono dengan kualifikasi Flight Leader, sebagai Wingman no 2 Lettu Penerbang Wanda "Russel"
Surijohansyah dan yang bertindak sebagai Deputi Leader Kapten Pnb Supriyanto "Beaver", Masing-masing
mengawaki pesawat dengan Tail Number TT-0231, TT 0225 , TT 0224 lengkap dengan persenjataan jenis rocket
FFAR 2,75 Inch sebanyak 38 rocket tiap pesawat. Rocket jenis ini diluncurkan oleh 2 Launcher 51 dengan max
kapasitas rocket sebanyak 19 ea tiap Launcher. Dengan Warhead atau hulu ledak jenis anti tank (FZ 66) yang
mempunyai daya hancur dan daya tembus cukup untuk melumpuhkan tank di darat.

Elang Flight selanjutnya terbang pada ketinggian 24.000 ft dengan jarak tempuh 249 Nm. Mendekati sasaran
Ranai, Elang Flight descend (turun) pada ketinggian 500 ft di atas permukaan laut dan melaksanakan taktik
penyerangan secara individual (split satu per satu). Tiga pesawat hawk pun terlihat melesat dengan kecepatan 400
knots dengan arah datang dari sebelah selatan. Sesaat sebelum rocket diluncurkan Elang Flight melaksanakan taktik
PUP UP yaitu menanjak 30¨¬ up secara cepat untuk mendapatkan ketinggian tertentu dan selanjutnya menukik ke
arah target. Tepat pada TOT 05.45 WIB, saat matahari baru akan terbit 38 rocket pertama memecah kesunyian
dini hari tersebut. Dentuman suara ¡°boom¡± rocket pesawat pertama tepat mengenai sasaran diikuti pesawat kedua
dan ketiga. Sasaran berupa kerucut ukuran 15 x 15 meter berwarna orange yang di tempatkan di tengah lautpun
menjadi hancur berkeping-keping dan terbakar. Sasaran ini di asumsikan senjata dan radar perkuatan musuh
sehingga harus dihancurkan.

Setelah penembakan, misi Elang Flight belumlah selesai. Elang Flight harus melaksanakan air refueling dengan
pesawat KC-130 Herkules di atas pulau Salor 30 Nm sebelah Barat pulau Natuna pada ketinggian 15.000 ft. Setelah
bahan bakar mencukupi Elang Flight pun terbang mengarah ke Supadio dengan ketinggian jelajah 23.000 ft. Pukul
07.01 WIB akhirnya Elang Flight menginjakkan kembali cakarnya di Supadio. Total waktu yang dibutuhkan
penyerangan ini sekitar dua setengah jam di udara. Suatu misi yang cukup melelahkan tapi dengan hasil yang
optimal.
Misi 2 Latgab TNI Target Operasi Secata Dodik (Singkawang)

Intelijen memberikan informasi bahwa negara Sonora (musuh) selain menyusup melalui Ranai juga melalui utara
Kalimantan. Pasukan negara Sonora telah masuk ke wilayah Kalimantan Barat dan berada di daerah Secata Dodik
Singkawang. Pasukan darat yaitu Brigif 19 Singkawang yang bertugas meghadang telah dikerahkan dalam kondisi
siap sedia di wilayah tersebut. Pasukan darat kemudian mengirimkan berita untuk meminta Bantuan Tembakan
Udara.

Surat Perintah terbang kemudian dikeluarkan sehari sebelumnya tanggal 11 Juni 2008. Menggunakan dasar perintah
terbang tersebut, Skadron Udara 1 menerbangkan 2 pesawat Hawk keesokan harinya dengan konfigurasi membawa
rocket FFAR 2,75 Inch masing-masing 38 rocket untuk memberikan Bantuan Tembakan Udara (BTU) kepada
pasukan kawan yang berada di Secata Dodik Singkawang. TOT yang berikan pasukan kawan yaitu pukul 08.00
WIB. Gambaran sasaran berupa perkuatan musuh yang harus dihancurkan untuk memudahkan pergerakan pasukan
kawan bergerak maju. Sasaran terletak di pesisir pantai lereng bukit pada koordinat N 00.50.7 E 108.53.8 . Arah
serangan (attack heading) dari arah 160ª atau kurang lebih dari arah barat. Keakuratan data ini diperoleh dari foto
yang telah diambil oleh pesawat Cassa dari Skadron Udara 4 yang mempunyai kemampuan melaksanakan foto
udara.

Dari data-data yang telah ada Letkol Pnb Nurtantio Affan sebagai Komandan Skadron Udara 1 memberikan
instruksi untuk segera membuat perencanaan pola penyerangan dan menunjuk 2 penerbang untuk melaksanakan
misi ini.

Keesokan harinya, tanggal 12 Juni 2008 briefing pagi dimulai lebih awal pukul 05.45 WIB. Seluruh persiapan dan
perencanaan telah dilaksanakan dengan matang. Pesawat yang disiapkan yaitu pesawat TT 0225 yang diawaki
Kapten Pnb H. Syarief "Condor" Romas (sebagai Leader) dan pesawat TT 0231 diawaki Lettu Pnb I Gusti Ngurah
Adi "Greyhound" Brata (sebagai Wingman). Callsign yang dipakai saat itu adalah Elang Flight. Sebelum
melaksanakan penerbangan Elang Flight melaksanakan briefing secara rinci tentang pola serangan yang akan
dilaksanakan dan beberapa kemungkinan apabila terjadi emergency. Suasana cukup tegang terasa di ruangan
briefing saat itu. Berbekal dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada memberikan rasa kepercayaan diri 2
penerbang tersebut.

Elang Flight take off meninggalkan Supadio pada pukul 07.15. Elang Flight melaksanakan pola serangan dengan
tebang pada ketinggian 5000 ft, lebih rendah dibandingkan dengan operasi PPRC sebelumya karena jarak yang
ditempuh relatif lebih dekat (75 Nm dari Supadio). Komunikasi dengan RSO (Range Safety Officer) yang saat itu
dikendalikan oleh Kapten Pnb Sidik "Typhoon" Setiyono memberikan info cuaca di atas target. Cuaca di atas target
cukup baik sehingga lebih menambah kepercayaan diri 2 penerbang tadi untuk menghancurkan target.

Akhirnya tepat pada TOT 08.00 WIB 38 rocket dari pesawat pertama berhasil diluncurkan dan tepat mengenai
sasaran. Daerah Secata Dodik pun tergetar oleh dentuman rocket-rocket yang menghujam ke sasaran. Disusul 15
detik kemudian 38 rocket oleh pesawat kedua memberikan hasil yang optimal target hancur luluh lantak rata dengan
tanah. Praktis 76 rocket berhasil ditembakkan ke sasaran. Dengan kecepatan 400 knots atau setara dengan 720
km/jam 2 Elang besi melesat meninggalkan sasaran kembali ke Supadio. Tak lama setelah itu, Secata Dodik
menjadi ajang pertempuran terbuka. Suara dentuman meriam silih berganti. Masing-masing prajurit gabungan TNI
meluncurkan tembakannya ke arah musuh. Secata Dodik pun dapat dikuasai kembali oleh TNI ke pangkuan Ibu
Pertiwi. Elang Flight landing dengan selamat di Supadio pukul 08.35 WIB. Misi kedua pun dapat Skadron Udara 1
laksanakan dengan baik.

Misi 3 Latgab TNI Target Operasi Pertempuran Laut (Laut Sebelah Timur Pulau Kalimantan)

Selesainya misi kedua di Secata Dodik Singkawang, keesokan harinya tanggal 13 Juni 2008 4 Hawk Skadron Udara
1 melaksanakan Ferry Flight ke Balikpapan untuk bergabung dengan unsur tempur yang lain. Skadron Udara 14
dengan pesawat F-5 Tiger sudah berada di balikpapan 2 hari sebelumnya. Sedangkan unsur tempur pesawat F-16
dan Sukhoi berada di Lanud Hasanuddin Ujung Pandang. Setibanya di Balikpapan, Skadron Udara 1 segera
menggelar posko operasi. Misi-misi berikutnya masih menunggu di depan antara lain Operasi Pertempuran Laut,
Operasi Pendaratan Amphibi dan yang terakhir Operasi Darat Gabungan.
Komandan Komando Tugas Udara Marsda TNI Yushan Sayuti mengendalikan seluruh operasi udara di
Balikpapan. Mulai tanggal 13 s/d 14 Juni dilaksanakan koordinasi dan briefing terus menerus untuk memantapkan
serangan dari udara. Pesawat-pesawat pengintai telah diterbangkan untuk melihat dan memberikan data-data
inteligen udara kepada unsur tempur. Suasana di Balikpapan mirip seperti suasana operasi sebenarnya. Seluruh
unsur bekerja optimal untuk mendukung terlaksanya Latgab TNI 2008.

Latgab TNI ini selain merupakan latihan untuk meningkatkan kemampuan dan uji kesiapan juga sebagai kampanye
militer untuk menunjukkan kepada bangsa lain kemampuan Indonesia di bidang pertahanan. Presiden berkenan
hadir untuk menyaksikan Latgab TNI ini dari atas kapal KRI Suharso.

Minggu sore, tanggal 15 Juni 2008 seluruh unsur tempur berkumpul untuk melaksanakan briefing penyerangan.
TOT yang ditetapkan untuk operasi Pertempuran Laut pada pukul 16.38 WIT untuk pesawat F-16 dan Sukhoi
sedangkan untuk pesawat Hawk 209 dan F-5 pada pukul 17.05 WIT. Serangan ini merupakan Bantuan Tembakan
Udara untuk mendukung pelaksanaan operasi pertempuran laut (Purla) TNI AL. Pesawat F-16 dan Sukhoi bergerak
dari Ujung Pandang menuju sasaran dan kembali ke Ujung Pandang. Pesawat Hawk 209 dan F-5 bergerak dari
Lanud Balikpapan. Pesawat yang dikerahkan Skadron Udara 1 berjumlah 2 pesawat yaitu TT 0225 yang diawaki
oleh Kapten Pnb Agung "Cayman" Indrajaya sebagai Leader dan pesawat TT 0229 diawaki Lettu Pnb M. Amry
"Thresher" Taufanny sebagai Wingman.

Dua pesawat Hawk 209 dan 3 pesawat F-5 tiger bergabung menjadi 1 Flight dengan Callsign Foxtrot Flight.
Konfigurasi operasi Purla tidak jauh berbeda dengan operasi sebelumnya yaitu masing-masing pesawat Hawk 209
membawa 38 rocket FFAR 2,75 Inch dengan warhead jenis FZ 66 dan pesawat F-5 membawa masing-masing 2
bomb MK-12. Praktis total amunisi yang dibawa sebanyak 76 rocket dan 6 bomb MK-12. Foxtrot Flight terbang
pada ketinggian jelajah 15.000 ft dan selanjutnya akan melaksanakan Air Join Procedure (prosedur untuk mendekati
kapal kawan) pada ketinggian 4000 ft. Lima pesawat tempur Foxtrot Flight melintas di samping kapal KRI Suharso
dimana saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang berada di kapal tersebut. Sasaran yang akan
dihancurkan cukup menantang karena posisinya yang berada di tengah Laut. Sasaran dibuat dengan
menggabungkan beberapa Tomatokiller diasumsikan sebagai kapal musuh terlihat sangat kecil dari atas. Hal itu
bukan menjadi suatu rintangan yang tidak dapat diselesaikan. Dengan adanya kemampuan dan profesionalisme
yang dimiliki para penerbang TNI AU hampir dapat dipastikan misi BTU pertempuran Laut akan diselesaikan
dengan baik.

Dilihat dari atas, pemandangan saat itu menggambarkan suasana perang yang menegangkan. Banyak sekali gugusan
kapal-kapal TNI AL yang berada di Laut sebelah Timur Kalimantan atau sekitar 120 Nm sebelah Timur Laut dari
Balikpapan. Kelima pesawat tempur tadi kemudian masing-masing memuntahkan amunisi yang mereka bawa satu
persatu. Attack prolife yang dilaksanakan adalah Circular Attack. Sasaran laut pun serta merta berhasil
ditenggelamkan dengan hujaman rocket dari Skadron Udara 1 dan Bomb MK-12 dari Skadron Udara 14.
Terbenamnya matahari di ujung Timur mengakhiri pertempuran laut yang menegangkan itu. Foxtrot Flight kembali
Lanud Balikpapan dengan hasil yang memuaskan.

Misi 4 Latgab TNI Target Operasi Pendaratan Amphibi (pesisir selatan daerah Sanggata)

Keesokan harinya, setelah pertempuran laut, pasukan pendaratan amphibi pun bergerak menuju pesisir pantai.
Penyisiran pergerakan musuh selanjutnya dilaksanakan di darat oleh pasukan-pasukan khusus yang dimiliki TNI.
Tugas dari TNI AU khususnya Skadron Udara 1 belum lah usai.

Dini hari pukul 04.50, 3 pesawat Hawk 209 melaksanakan start engine untuk melaksanakan Serangan Udara
Langsung di hutan Kalimantan Timur. TOT yang diberikan 05.45 target musuh harus dapat dihancurkan. Leader
kali ini Kapten Pnb M. "Mammoth" Sugiyanto, wingman kedua Lettu Pnb Wanda "RUSSEL" Surijohansyah dan
yang bertindak sebagai deputi leader adalah Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Nurtantio "Walrus" Affan
dengan backseat Kapten Pnb Sidik "Typhoon" Setiyono.

Sasaran operasi Pendaratan Amphibi kurang lebih berjarak 130 Nm sebelah Timur Laut dari Balikpapan.
Ketinggian jelajah yang digunakan 15.000 ft dengan kecepatan 400 kts sehingga dibutuhkan kurang lebih 19 menit
untuk mencapai sasaran. Terbang dini hari membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi. Terbatasnya pandangan
mata karena cahaya yang sangat minim menuntut penerbang untuk terbang dengan menggunakan instrument.
Ditambah lagi 3 pesawat tersebut terbang bersamaan atau terbang formasi menuju sasaran. Akan tetapi, pesawat
Hawk 209 dilengkapi dengan Formation Light (lampu-lmpu phosphor yang memungkinkan melihat bentuk pesawat
di malam hari) sehingga kendala terbang di malam haripun dapat teratasi.

Unsur pendadakan diperlukan untuk memberikan Surprice attack sehingga musuh belum sempat untuk
melaksanakan perlawanan. Low Level Navigation (terbang pada ketinggian rendah / 500 ft AGL) dilaksanakan 15
Nm mendekati sasaran. Leaving IP (meninggalkan point area persiapan untuk penembakan), 3 pesawat dengan
callsign Elang Flight melaksanakan split satu persatu dan segera membidik rocket yang dibawa untuk ditembakkan.
Selang 15 detik berikutnya pesawat kedua dan 15 detik terakhir disusul pesawat ketiga. Bisa dibayangkan 114
rocket FFAR Anti Tank telah diluncurkan untuk menghancurkan target. Target yang tadinya berupa bentangan kain
berwarna orange sebagai asumsi perkubuan musuh kini menjadi tidak ada jejak sedikitpun. Keunggulan di udara
akhirnya berada di pihak Indonesia. Disusul kemudian penerjunan pasukan yang diterjunkan dari 10 pesawat
Hercules yang bergerak sejak dini hari dari Lanud Abdurahman Saleh. Angkasa serta merta dipenuhi oleh
parachute-parachute pasukan pendaratan. Suasana perang kembali terjadi di daratan pesisir Kalimantan Timur.
Desingan peluru dan meriam terdengar bersahutan. Ketiga Elang besi tadi akhirnya mendarat di Balikpapan dengan
selamat.

Misi 5 Latgab TNI Target Operasi Darat Gabungan (daratan di utara Sanggata)

Satu persatu misi Skadron Udara 1 sudah terlaksana masih tertinggal satu misi terakhir yaitu misi Bantuan
Tembakan Udara untuk pasukan Darat Gabungan. BTU ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2008 dengan TOT
pukul 08.00 WIT. Letkol Pnb Nurtantio "Walrus" Affan menunjuk 3 orang penerbang untuk melaksanakan misi ini.
Sebagai Leader Kapten Pnb Supriyanto "Beaver", sebagai Wingman Mayor Pnb Radar "Skyfin" Suharsono dan
yang bertindak sebagai deputi leader Kapten Pnb H. Syarief "Condor" Romas. Misi ini tidak jauh berbeda dengan
misi-misi sebelumnya. Penghancuran sasaran darat untuk membantu pasukan darat kawan. Sasaran yang diberikan
tidak juga disia-siakan oleh Elang-Elang Khatulistiwa ini. Sasaran pun menjadi tumpuan hujaman 114 rocket
dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sistem penembakan pesawat Hawk 209 yang dimiliki TNI AU cukup canggih
ditambah dengan tinggi nya jam terbang para Penerbang Skadron Udara 1 maka misi-misi penghancuran target pasti
akan dapat dihancurkan.

Terlaksana seluruh misi Latgab yang diberikan TNI kepada TNI AU merupakan bentuk pertanggungjawaban
kepada bangsa Indonesia. Skadron Udara 1 sebagai ujung tombak bersama-sama dengan Skadron Udara lainnya
mampu menunjukkan tingkat profesionalisme TNI AU terbukti dengan hancurnya seluruh target yang diberikan.
BRAVO SKADRON UDARA 1 ELANG KHATULISTIWA DENGAN SEMBOYAN LITTLE BUT LETHAL

____________________________________________
Lettu Pnb I Gusti Ngurah Adi "Greyhound" Brata

Anda mungkin juga menyukai