Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN

“HUKUM-HUKUM LINGKUNGAN”

Dosen Pengampu : Okta Dwi Kartika Ratu, M.Pd

Kelas : Biologi 4A

Disusun Oleh :

1. Cindi Pitaloka (1911060038)

2. Elly Sukmawati (1911060070)

3. Winda Riyana (1911060453)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan


limpahan rahmat dan nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah dari mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup yang di ampu oleh
Ibu Okta Dwi Kartika Ratu dengan judul materi “Hukum Lingkungan Hidup”.
Yang mana tugas ini telah saya selesaikan dengan sebaik mungkin.

Sholawat beserta salam tak lupa pula kita sanjungkan kepada Baginda
Agung Nabi Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita sebagai umatnya
mendapat syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena
itu, saya harap kritik dan saran yang membangun agar sekiranya dalam
penyusunan makalah yang selanjutnya labih baik lagi. Dan semoga makalah yang
saya buat ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, mendengarkan, memahami,
dan mengamalkannya.

Bandar Lampung, 19 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Lingkungan Hidup............................................................3

2.2 Peraturan Undang- Undang Hukum Lingkungan di Indonesia.......................4

2.3 Hak dan Kewajiban Masyarakat atas Lingkungan Hidup...............................5

2.4 Kesadaran Hukum Masyarakat dalam menaati Hukum Lingkungan


Hidup.....................................................................................................................6

2.5 Peranan Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup.....................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................9

3.2 Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian


kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan
memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hokum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari
pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan
atau tindakan militer. Filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi
hukum akan jauh lebih baik daripada dibandingkan dengan peraturan tirani
yang merajalela.
Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu
bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan
mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana,
dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan
memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum
lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena
kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula
hukum lingkungan di dalamnya. Dalam pengertian sederhana, hukum
lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan lingkungan
(lingkungan hidup), di mana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi,
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam
ruang di mana manusia berada

1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa itu Hukum Lingkungan hidup ?
b) Bagaimana peraturan Undang- Undang Hukum Lingkungan di Indonesia ?
c) Apa Hak dan Kewajiban Masyarakat atas Lingkungan Hidup ?
d) Bagaimana kesadaran Masyarakat dalam menaati Hukum
Lingkungan Hidup ?
e) Bagaimana Peranan Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian Hukum Lingkungan Hidup.
b) Mengetahui bagaimana peraturan Undang- Undang Hukum Lingkungan di
Indonesia.
c) Mengetahui hak dan kewajiban masyarakat atas Lingkungan Hidup.
d) Mengetahui bagaimana kesadaran hukum masyarakat dalam menaati
Hukum Lingkungan Hidup.
e) Mengetahui bagaimana Peranan Masyarakat dan Pemerintah dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Hukum Lingkungan Hidup.

Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu


bidang ilmu hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai
banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum
perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek yang
lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum lingkungan itu sangat
mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan
segi hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan di dalamnya.
Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum
yang mengatur tatanan lingkungan hidup, di mana lingkungan mencakup semua
benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang
terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan
hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya. Dalam
pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan
atau Environment-Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara klasik
lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.
Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht)
adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam(Naturalijk
milleu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan
ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan
lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka Hukum Lingkungan
sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan(bestuursrecht).
2.2 Peraturan Undang- Undang Hukum Lingkungan di Indonesia.

Hukum lingkungan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 32 tahun


2009, yang merupakan generasi ketiga pengaturan hukum lingkungan di
Indonesia. Undang-undang ini mengatur bagaimana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan sistematis demi tercapainya keseimbangan lingkungan
serta kesejahteraan manusia sebagai satu kesatuan dalam lingkungan. Selain demi
kesejahteraan dan keseimbangan, Undang-Undang No 32 juga mengatur tentang
upaya untuk melestarikan lingkungan secara berkelanjutan serta mencegah
kerusakan lingkungan.

Undang-undang No 32 tahun 2009 memiliki beberapa jenis instrumen


penegakan hukum lingkungan. Jenis penegakan instrumen tersebut antara lain :
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi bersifat mengawasi dan melakukan tindakan
pencegahan pelanggaran hukum lingkungan. Sanksi administrasi terdiri
atas; teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan
dan pencabutan izin lingkungan.
2. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Luar Pengadilan.
Penyelesaian ini bersifat musyawarah antar masyarakat agar terjaminnya
mufakat antara kedua belah pihak. Kedua pihak dapat menggunakan jasa
mediator atau pihak ketiga yang bebas dan tidak memihak untuk
membantu menyelesaikan sengketa. Penyelesaian di luar pengadilan
dilakukan untuk tercapainya; bentuk dan besaran ganti rugi, tindakan
pemulihan pasca kerusakan, jaminan agar pencemaran dan kerusakan
lingkungan tidak terulang kembali, dan mencegah meluasnya dampak
negatif yang ditimbulkan.
3. Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Pengadilan.
Penyelesaian melalui pengadilan dilakukan apabila terdapat pihak tertentu
yang dirugikan secara materi sehingga pihak yang bertanggung jawab
wajib untuk membayarkan sejumlah uang tergantung putusan pengadilan.
4. Penegakan Hukum Pidana.
Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan
ancaman hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti,
pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum
pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi.

2.3 Hak dan Kewajiban Masyarakat atas Lingkungan Hidup.

Pasal 5 ayat 1 dan 2 UULH menentukan bahwa “setiap orang mempunyai hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Sehingga, setiap orang juga
berkewajiban untuk memelihara lingkungan serta mencegah serta menanggulangi
kerusakan-kerusakan dan pencemarannya. Penjelasan pasal tersebut menyatakan
bahwa yang dimaksud “Orang” adalah seorang, sekelompok orang atau badan
hukum. Kewajiban setiap orang sebagaimana ditentukan dalam pasal 5 ini tidak
terlepas dari kedudukannya sebagai anggota masyarakat, yang mencerminkan
harkat manusia sebagai individu dan makhluk social.
Dalam pengelolaan lingkungan, setiap orang mempunyai hak dan kewajiban
untuk ikut serta didalamnya. Hal ini diatur dalam pasal 6 ayat 1. Penjelasan pasal
tersebut menyatakan bahwa hak dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam
pasal 6 ayat 1 mencakup baik tahap perencanaan maupun tahap-tahap pelaksanaan
dan penilaian. Dengan adanya peran serta itu, diharapkan anngota masyarakat
mempunyai motivasi kuat untuk bersama-sama untuk mengatasi masalah
lingkungan dan mengusahakan berhasilnya kegiatan pengelolaan lingkungan.
Bagi anggota masyarakat yang menjalankan bidang usaha, ada suatu ketentuan
penting yang harus dilaksanakan. Ketentuan itu terdapat pada pasal 1 UULH,
yakni bahwa setiap orang yang menjalankan bidang usaha wajib memelihara
kelestarian lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan. Kewajiban itu dicantumkan dalam setiap
izin yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
2.4 Kesadaran Hukum Masyarakat dalam menaati Hukum Lingkungan
Hidup

Kesadaran hukum lingkungan, baik itu pelestarian maupun


pengelolaannya, pada hakikatnya manusia harus memiliki kesadaran hukum yang
tinggi, karena manusia memiliki hubungan sosiologis maupun biologis secara
langsung dengan lingkungan hidup dimana dia berada, sejak dia lahir sampai
meninggal dunia. Namun kesadaran hukum masih dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu adanya
upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan kesadaran hukum tersebut, baik dari
sisi mental manusianya maupun dari segi kebijakan. Sinergi keduanya penting
karena kesadaran hukum itu ada yang tumbuh karena memang sesuai dengan nila
iyang dianutnya. Misalnya orang yang suka dengan hidup bersih, maka ia
tidakakan membuang sampah sembarangan. Kesadaran hukum juga dapat tumbuh
karena takut dengan sanksi yang dijatuhkan. Kesadaran semu inilah yang banyak
dimiliki oleh masyarakat kita. Lepas dari penyebab kesadaran hukum itu muncul,
yang berbahaya adalah apabila kesadaran hukum itu telah ada namun kemudian
menurun bahkan hilang karena faktor eksternal, seperti penegakan hukum yang
tidak tegas dan tebang pilih.
Hal ini akan menurunkan kesadaran hukum masyarakat dan menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Jadi, upaya menumbuhkan
kesadaran hukum tidak cukup dengan menuntut masyarakat, tetapi juga harus
disertai dengan tauladan dan penegakan hukum. Manusia, baik kedudukannya
sebagai anggota masyarakat, sebagai pelaku usaha, sebagai aparat penegak
hukum, maupun sebagai pembuat/pengambil kebijakan, harus memiliki kesadaran
hukum lingkungan meskipun secarabertahap, dari sekedar mengetahui sampai
dengan menaati dan menghargai berbagai ketentuan hukum lingkungan yang ada.
Bagi individu dimasyarakat, misalnya dengan tidak membuang sampah
sembarangan. Bagi pelaku usaha, misalnya melakukan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) dan pengelolaan limbah yang dihasilkan.
Sementara bagi Pemerintah, misalnya dengan memperketat proses AMDAL dan
perizinan, serta menindak tegas pegawai yang menyalahgunakan kewenangannya,
seperti memberikan AMDAL dan izin tanpa prosedur yang seharusnya. Selain itu,
pemerintah dalam membuat kebijakan tata kota dan perizinan area bisnis
hendaknya memperhatikan kondisi lingkungan tidak hanya untuk saat ini tetapi
juga untuk masa yang akan datang. Karena dibeberapa kota, banjir dan tanah
longsor terjadi justru disebabkan kebijakan tata kota yang menjadikan daerah
serapan air dan hutan lindung kota sebagai area bisnis, seperti pendirian Mall dan
apartemen. Sedangkan bagi Parlemen, seperti DPRD dalam membuat Perda yang
berkaitan dengan lingkungan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan
harus menguntungkan masyarakat di daerah. Sementara bagi aparat penegak
hukum, hendaknya menindak tegas para perusak lingkungan tanpa pandang bulu,
termasuk apabila pelakunya melibatkan pejabat dan atasan/bawahannya sendiri.
Berkaitan dengan faktor-faktor kesadaran hukum sebagaimana disebutkan
diatas, untuk hukum lingkungan, ada beberapa masalah yang perlu dicermati,
yaitu : Pertama, “mengetahui”, secara yuridis, setelah UU disahkan, sejak itu pula
muncul asumsi bahwa masyarakat dianggap mengetahuinya. Asumsi ini
terealisasi apabila pasca diundangkan ada aktivitas sosialisasi yang tepat dan
kontinyu. Bila tidak, maka dapat dihitung berapa jumlah masyarakat Indonesia
yang mengetahui tentang peraturan tersebut dan jumlahnya dipastikan tidak akan
menyentuh masyarakat kalangan bawah, tidak hanya di desa tetapi juga
diperkotaan. Akibatnya tidak heran bila ada kegiatan usaha yang tidak memiliki
atau bahkan tidak mengetahui perlunya AMDAL. Kedua, “mengerti”, masyarakat
tidak cukup hanya sekedar mengetahui saja, tetapi juga harus memahami isi
peraturan, seperti apa tujuan dan manfaat dikeluarkannya peraturan tersebut.
Hukum lingkungan tentunya bertujuan agar proses pembangunan tidak
merusak lingkungan. Oleh karena itu diperlukan adanya aturan AMDAL dan
perizinan. Adanya aturan ini hendaknya tidak menjadi beban bagi pelaku usaha
dan lahan korupsi bagi oknum birokrasi/aparat hukum, tetapi sebagai upaya
preventif bersama agar kegiatan usaha tidak merusak lingkungan. Ketiga,
”mentaati”, setelah mengetahui dan memahami, maka diharapkan dapat mentaati.
Namun hal ini masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bagi pihak yang merasa
kepentingannya sama, maka biasanya akan langsung mentaati. Apabila tidak,
maka masih ada proses berfikir, bahkan mencari celah bagaimana ”menghindari”
atau ”mensiasatinya”. Keempat, ”menghargai”, ketika seseorang telah mentaati,
maka sikap menghargai suatu peraturan hukum lingkungan itu akan muncul
bersamaan dengan kesadaran hukumnya bahwa hukum tersebut memang wajib
untuk ditaati demi kepentingan dirinya, masyarakat dan dalam upaya mencegah
kerusakan lingkungan.
Proses menumbuhkan kesadaran hukum lingkungan di atas, jangan sampai
terjebak dengan kata ”lingkungan” saja, sehingga hanya UU No 23/1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PLH) saja yang dipahami masyarakat, tetapi
juga UU lain yang berkaitan dengan lingkungan hidup, seperti UU tentang
Perikanan, Benda Cagar Budaya, Pertambangan, ZEE, Perindustrian, Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Pelayaran. Karena lingkungan
hidup itu meliputi tanah, air, udara, ruang angkasa, termasuk manusia dan
perilakunya. UU PLH pada dasarnya merupakan UU induk atau Payung
”umbrella Act” dibidang lingkungan hidup bagi semua UU tersebut.

2.5 Peranan Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup.

a. Peran Masyarakat

Setiap orang adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat memiliki hak,
kewajiban dan peran yang sama dalam pengelolaan lingkungan, tanpa terkecuali
masyarakat desa, pelosok maupun kota, karena ruang lingkup lingkungan bukan
hanya ditempat-tempat tertentu saja namun seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Keberadaan masyarakat akan efektif sekali jika peranya
dalam mengontrol pengelolaan lingkungan yang ada.

b. Peran Pemerintah
Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam suatu Negara berwenang untuk
mengatur ataupun mengendalikan apa saja yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia, dan untuk mengimplementasikannya maka
pemerintah melakukan hal-hal sebagai Mengatur dan mengembangkan
kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur


tatanan lingkungan (lingkungan hidup), di mana lingkungan
mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya
manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang di
mana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta
kesejahteraan manusia serta jasad-jasad hidup lainnya. Dalam
pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi
pada lingkungan atau Environment-Oriented Law, sedang hukum
lingkungan yang secara klasik lebih menekankan pada orientasi
penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.
2. Hukum lingkungan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No
32 tahun 2009, yang mengatur bagaimana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dengan sistematis demi tercapainya
keseimbangan lingkungan serta kesejahteraan manusia sebagai satu
kesatuan dalam lingkungan.

3. Hak dan Kewajiban Masyarakat atas Lingkungan Hidup diatur


dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 UULH yang berbunyi “setiap orang
mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Dan
dalam pasal 6 ayat 1 mencakup baik tahap perencanaan maupun
tahap-tahap pelaksanaan dan penilaian hukum lingkungan hidup.

4. Perlu adanya upaya-upaya strategis untuk menumbuhkan


kesadaran hukum masyarakat, baik dari sisi mental manusianya
maupun dari segi kebijakan. Sinergi keduanya penting karena
kesadaran hukum itu ada yang tumbuh karena memang sesuai
dengan nilai yang dianutnya da nada juga kesadaran hukum yang
tumbuh karena takut dengan sanksi yang dijatuhkan.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu pemakalah mohon kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikan makalah ini lebih baik dan lebih bermanfaat lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Aan,Efendi, 2014,Hukum Lingkungan,Bandung : PT Citra Aditya

Bakti. Efendi, A’an. 2018. Hukum Pengelolaan Lingkungan. Jakarta:

Indeks

KoesnadiHardjasoemantri.1983. "Hukum dan Penegakan Bu-daya Kerja


Berwawasan Lingkungan". Media Korpri DIY. No.l3, halaman 29.

Undang-undang RepublikIndonesia No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-


ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai