Anda di halaman 1dari 7

Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak


Claudia Clarasinta1, Tri Umiana Soleha2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2,
Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Antraks merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang popular sejak dahulu. Antraks adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh spora yang dibentuk oleh bakteri Bacillus anthracis, yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas,
termasuk manusia. Penyakit antraks pada manusia terjadi setelah paparan ke jaringan pada tubuh dari hewan terinfeksi.
Pada beberapa negara, penyakit antraks jarang terjadi dan tersebar secara sporadik, terutama pada daerah endemis
dengan curah hujan tinggi dan banjir. Antraks sebagai salah satu occupational hazard/ bahaya pekerjaan pada petani dan
peternak serta pekerja yang mengolah bulu, wol dan tulang. Petani dan peternak dapat terjangkit antraks melalui beberapa
mekanisme dan dibedakan berdasarkan jaringan yang terkena yaitu kutaneus, gastrointestinal dan inhalasi. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian antraks cukup tinggi dikarenakan komunitas agrikultural sebagai
sektor utama mata pencaharian. Pada tahun 2010-2016 dilaporkan terdapat 172 kasus anthrax dan 97% nya terdiri atas
antraks kutaneus terutama pada petani dan peternak. Antraks kutaneus memiliki gambaran khas berupa “black central
eschar” pada kulit dan dapat mengakibatkan komplikasi berupa meningitis bila menyebar melalui aliran limfatik.
Pengobatan dan pencegahan dari penyakit antraks perlu lebih diperhatikan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit zoonosis ini.

Kata kunci : antraks, Bacillus anthracis, zoonosis

Anthrax Disease: Threat to Farmers and Cattleman


Abstract
Anthrax is one of the most common occupational diseases ever since. Anthrax is an acute infectious disease caused by
infection of spore-forming bacterium, Bacillus anthracis, can affect almost all warm-blooded animals, including humans.
Human cases usually develop after exposure to infected animals and their tissues. In most countries, human anthrax occurs
infrequently and sporadically, expecially at endemic areas with high rainfall and flooding. Anthrax mainly as an occupational
hazard among farmers, chattleman and workers who process hair, wool and bone products. Farmers and cattleman may
infected by anthrax through several mechanisms and distinguished by the affected tissues of cutaneous, gastrointestinal
and inhalational. Indonesia is one of the countries with high incidence of anthrax occurrence due to the agricultural
community as the main sector of livelihood. In 2010-2016 there were reported 172 cases of anthrax and 97% of which were
cutaneous anthrax especially to farmers and cattleman. Cutaneous antraks have typical features of "black central eschar"
in the skin and can lead to complications of meningitis when spread through the lymphatic stream. Treatment and
prevention of anthrax disease needs to be notice, to reduce morbidity and mortality due this zoonoses disease.

Keywords : anthrax, Bacillus anthracis, zoonosis

Korespondensi : Claudia Clarasinta, Alamat Alysha Home Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, HP
082183822294, e-mail claudiaclara25@gmail.com

Pendahuluan
Antraks merupakan penyakit infeksi akut terkontaminasi dan inhalasi dari spora B.
yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis anthraci.2
dan termasuk salah satu penyakit zoonosis. Penyakit antraks dapat ditemukan di
Penyakit antraks kebanyakan menyerang seluruh dunia, namun kasus antraks biasanya
mamalia dan beberapa spesies burung, terjadi di wilayah geografis yang terbatas.
terutama herbivora. Hewan ternak yang sering Wabah paling sering terjadi di daerah yang
terkontaminasi yaitu sapi, kerbau, kambing, memiliki karakteristik alkalin, tanah berkapur,
domba dan babi.1,2 lingkungan yang hangat dan memiliki episode
Antraks disebut juga Radang Lympha, periodik banjir.3
Malignant Pustule, Malignant edema, Indonesia merupakan salah satu negara
Woolsorter disease, Rag pickers disease, yang memiliki angka kejadian antraks cukup
Charbon. Penyakit antraks dapat menginfeksi tinggi. Terdapat 11 propinsi yang dinyatakan
dari hewan ke manusia melalui kontak dengan sebagai daerah endemis antraks meliputi DKI
lesi, ingesti/makan daging hewan Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 158


Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, setelah memakan daging yang terkontaminasi.
Sumatera Barat, Jambi, dan DI Yogyakarta.4 Burung pemakan bangkai dan lalat dapat
Menurut data Kementerian Kesehatan menyebarkan antraks secara mekanis. Spora
Republik Indonesia, pada tahun 2010-2016 antraks dapat bertahan selama puluhan tahun di
terdapat 172 kasus antraks dan 97%nya tanah atau produk hewani seperti kulit kering
merupakan kutaneus antraks. Antraks sebanyak atau olahan dan wol. Spora juga bisa
61% menginfeksi laki-laki dan sisanya wanita. bertahaning selama dua tahun dalam air, 10
Selain itu menurut kelompok umur, penyakit tahun dalam susu dan sampai 71 tahun pada
antraks menyerang usia >15 tahun sebanyak benang sutera.9,10
93% dari jumlah kasus.4 Gejala klinis antraks pada hewan diawali
Pengobatan dan pencegahan antraks dengan suhu tubuh tinggi sekitar 41-42 °C,
perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya kehilangan nafsu makan yang mengarah kepada
wabah anthraks seperti yang terjadi di Boyolali terhentinya produksi susu pada sapi perah,
Jawa Tengah pada 2011 lalu. Penanganan dini edema di sekitar leher, hidung, kepala dan
dari penderita dapat dilakukan dengan diagnosis scrotum, selain itu hewan terlihat
penyakit sedini mungkin melalui anamnesis sempoyongan, gemetar dan kemudian mati.
maupun pemeriksaan penunjang lain. Hewan yang lemah biasanya mati dalam waktu 1
Pengobatan dan pencegahan pun diperlukan - 3 hari. Pada babi dan kuda umumnya lebih
untuk mengurangi angka kesakitan dan tahan, gejala penyakit berjalan secara kronis dan
kematian akibat penyakit zoonosis ini.5 menyebabkan pembengkakan pada daerah
tenggorokan.2,11
Isi Penyakit antraks pada manusia
Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus berkembang setelah jaringan tubuh terpapar
anthracis yaitu bakteri berbentuk batang, spora B. anthracis dari hewan yang terinfeksi. Di
dengan ujung berbentuk persegi dan sudut- sebagian besar negara, antraks manusia jarang
sudut yang tampak jelas, tersusun berderet terjadi dan tersebar sporadis, terutama pada
sehingga tampak seperti ruas-ruas bambu. kalangan dokter hewan, pekerja peternakan,
Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang pertanian dan pekerja yang mengolah produk
mempunyai ukuran 1-1,2 um X 3-5 um serta kulit, rambut, wol dan tulang. Manusia dapat
dapat membentuk spora, non motil dan terinfeksi melalui salah satu dari ketiga
kapsul.1,6,7 kemungkinan yaitu melalui kulit, melalui inhalasi
Kapsul dan toksin merupakan dua faktor atau melalui ingesti.12
virulen penting yang dimiliki oleh bakteri Manifestasi klinis pada manusia
Bacillus anthracis. Toksin bakteri akan merusak tergantung dari jalan masuknya endospora
sel tubuh jika telah berada di dalamnya. Toksin Bacillus anthracis ke dalam tubuh host. Antraks
ini terdiri dari: Protective antigen (PA)/Antigen kutaneus merupakan manifestasi klinis
pelindung; Edema factor (EF)/Faktor edema dan terbanyak pada manusia, dinyatakan sekitar
Lethal factor (LF)/Faktor letal. Kapsul akan 95% dari kejadian antraks dan jarang berakibat
menyebabkan gangguan pada proses fagositosis fatal jika diobati antibiotik. Bentuk
sedangkan exotoksin komplex berhubungan gastrointestinal kurang umum namun lebih
dengan gejala yang ditimbulkan. Protective serius, dan bisa terjadi pada wabah daging yang
Antigen akan mengikat receptor yang terkontaminasi. Antraks inhalasi adalah bentuk
selanjutnya diikuti masuknya Lethal Factor dan yang paling serius, dan memiliki tingkat
Edema Factor ke dalam sel. Sinergi antara PA kematian yang sangat tinggi bahkan saat
dengan EF akan menyebabkan edema diobati.13
sedangkan sinergi antara PA dengan LF akan Pada manusia, antraks kutaneus bermula
menyebabkan kematian.6,8 dari infeksi oleh endospora bakteri melalui lesi
Pada hewan, penularan terjadi dengan kulit (abrasi, luka, atau gigitan serangga). Dalam
menelan, menghirup spora atau masuk melalui waktu 12 -36 jam setelah infeksi akan timbul
lesi kulit. Herbivora biasanya terinfeksi saat jerawat atau papula kecil dan akan berkembang
menelan cukup banyak spora di tanah atau pada dalam dua sampai tiga hari. 24 jam berikutnya
tanaman di padang rumput. Wabah anthrax papula berubah menjadi vesikula yang berisi
sering dikaitkan dengan hujan deras, banjir atau cairan berwarna biru gelap dan membentuk
kekeringan. Hewan karnivora biasanya terinfeksi cincin vesikula, diikuti oleh ulserasi papula

Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 159


Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

sentral, yang mengering dan membekas berupa dan palatum keras, berbentuk edematous dan
eschar kehitaman pada bagian pusat lesi padat serta terdapat daerah keputihan, yang
(pathognomonik) disekitar ulkus, sering disebabkan oleh nekrosis dan ulserasi pada akhir
didapatkan eritema dan edema. Jika lesi minggu pertama. Pada minggu kedua sebuah
terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus akan pseudomembran berkembang di atas ulkus.15
terbentuk pus pada daerah radang.3,14 Antraks inhalasi terjadi setelah manusia
Lesi pada antraks kutaneus tak disertai menghirup spora. Tanda klinis berkembang
rasa nyeri dan selalu dikelilingi oleh edema. secara bertahap dan nonspesifik. Awal gejala
Biasanya, pada hari kelima atau enam eschar berupa demam, menggigil, malaise, batuk yang
kehitaman akan menebal dan melekat erat pada tidak produktif dan nyeri dada ringan. Gejalanya
jaringan dasarnya. Terdapat limfadenopati terkadang membaik selama beberapa jam
regional dan juga terjadi pembengkakan di sampai tiga hari. Periode prodromal berakhir
wajah atau leher yang bisa berkembang menjadi dengan onset akut dari gangguan pernafasan
meningitis. Demam, nanah dan nyeri terjadi jika berat, takikardia, diaphoresis, stridor dan
infeksi sekunder.14 sianosis, diikuti oleh septikemia yang fatal dan
Antraks gastrointestinal terjadi setelah syok dalam satu sampai dua hari. Penyebaran
mengonsumsi daging yang terkontaminasi. hematogen B. anthracis juga dapat
Spora di saluran usus mengalami germinasi dan menyebabkan lesi dan gejala antraks
menyebabkan terbentuknya lesi ulseratif. Lesi gastrointestinal.3, 8
ini bisa terjadi di mana saja dan mungkin, pada Antraks meningitis bisa menjadi
kasus yang parah, mengakibatkan perdarahan, komplikasi dari salah satu dari tiga bentuk
obstruksi atau perforasi. Gastrointestinal anthrax. Setelah periode prodromal 1-6 hari,
antraks dibagi menjadi dua sindrom: abdominal tanda khas meningoencephalitis berkembang
dan oropharyngeal anthrax. Gejala awal dari dengan cepat seperti radang otak maupun
bentuk abdominal bisa berupa malaise, demam selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat,
dan gejala gastrointestinal ringan seperti mual, kejang, penurunan kesadaran dan kaku kuduk
muntah, diare dan anoreksia. Dapat pula diikuti Pasien dalam waktu kurang dari 24 jam dapat
oleh gejala onset akut dari gastrointestinal berat kehilangan kesadaran dan meninggal.8,9
seperti sakit perut parah, hematemesis, diare Diagnosis antraks yaitu dengan deskripsi
berdarah dan asites masuf. Selain itu, mungkin klinis dan melihat hubungan epidemiologis
ada demam tinggi, dyspnea, sianosis, dengan kasus atau diduga kasus hewan atau
disorientasi dan tanda-tanda septikemia lainnya. produk hewani yang terkontaminasi. Diagnosis
Gastrointestinal antraks yang parah dengan retrospektif yaitu tes hipersensitivitas kulit
cepat berkembang menjadi syok, koma dan menggunakan AnthraxinT yang menghasilkan
kematian.15 reaksi positif terhadap tes kulit alergi (tidak
Bentuk oropharyngeal anthrax hanya divaksinasi individu).14
sedikit diketahui. Gejala awal berupa sakit Pemeriksaan laboratorium dengan
tenggorokan, disfagia, demam, suara serak dan pengecatan langsung atau kultur terhadap
bengkak pada leher. Pembengkakan leher spesimen yang diambil dari malignant pustule,
disebabkan oleh edema dan limfadenopati sputum, darah atau discharge penderita. Hal ini
servikal, dan bisa mengakibatkan gangguan jalan tergantung dari manifestasi klinis yang terjadi
nafas. Lesi mulut terjadi pada amandel, pharynx pada penderita tersebut.7,8
Pada pewarnaan gram langsung dari lesi menunjukkan morfologi bakteri koloni bewarna
kulit (vesikel atau eschar), darah atau cairan abu-abu/putih, datar, berdiameter 2-5 mm dan
serebrospinal, menunjukkan dienkapsulasi, basil tepi tidak beraturan. Kultur darah biasanya
gram positif besar (berbentuk persegi) pada positif dalam waktu enam sampai 24 jam. CT-
rantai pendek. Setelah inkubasi selama 18-24 scan untuk membantu mendiagnosis antraks
jam, terjadi pertumbuhan pada agar darah dan inhalasi.7,8,15

Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 160


Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

Gambar 1. Pewarnaan Bacillus anthracis pada kultur darah7

Uji serologis hanya digunakan secara diberikan, biasanya plasma ekspander dan
retrospektif pada infeksi akut. Serologi positif regiment vasopresor bila diperlukan. Pada
(ELISA, Western blot, toxin detection, antraks intestinal dapat pula menggunakan
chromatographic assay, FAT) yaitu terdapat chloramphenicol 6 gram/hari selama 5 hari,
reaksi antibodi terhadap kapsul maupun toksin kemudian diteruskan 4 gram/hari selama 18
dari B. anthracis yaitu Protective Antigen (PA).16 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram/ hari
Terapi dari penyakit antraks yaitu dengan untuk menghindari supresi pada sumsum
mengonsumsi antibiotik, yaitu penisilin. Untuk tulang.15,17
kasus kutaneus antraks, pengobatan dengan Pengobatan antraks inhalasi yaitu dengan
Procain penisilin 2 x 1,2 juta IU diberikan secara pengobatan intravena (IV) pada dewasa dengan
IM selama 5 - 7 hari atau dapat juga dengan Ciprofloxacin 400 mg IV bd (dua kali sehari) atau
menggunakan benzil penicillin 2500 IU secara IM doksisiklin 100 mg IV bd ditambah 1 atau 2
setiap 6 jam. Antibiotic lain yang dapat antibiotik lainnya lalu beralih ke pengobatan
digunakan yaitu ciprofloxacillin (500 mg dua kali oral bila sesuai secara klinis, ciprofloxacin 500
sehari), doxycyklin (100 mg dua kali sehari), atau mg bd atau doksisiklin 100 mg bd untuk
amoksisilin (500 mg tiga kali sehari). Dalam melengkapi 60 hari. Pada anak yaitu dengan
konteks serangan bioteroris, pengobatan harus pemberian Ciprofloxacin 10-15 mg IV bd dan
dilanjutkan selama 60 hari dibandingkan dengan Doksisiklin> 8 tahun> 45 kg: 100 mg IV bd 8
tujuh sampai 10 hari untuk penyakit yang tahun <45 kg atau <8 tahun: 2,2 mg / kg bd +1
didapat secara alami.14,17 atau 2 antibiotik lainnya lalu beralih ke antibiotik
Pada antraks intestinal dapat diberikan oral bila sesuai secara klinis. Ciprofloxacin 10-15
Penisilin G 18 - 24 juta IU/hari, IVFD mg / kg bb atau doksisiklin (rejimen dosis yang
(Intravenous Fluid Drop) ditambah dengan sama) sampai selesai 60 hari.17
streptomisin 1-2 gram untuk tipe pulmonal, dan Begitu pasien telah stabil secara klinis,
untuk tipe gastrointestinal tetrasiklin 1 gram/ perawatan IV dapat beralih ke oral dan
hari. Terapi supportif dan simptomatis perlu monoterapi dapat digunakan untuk
Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 161
Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

menyelesaikan pengobatan 60 hari. Antibiotik dalam bentuk spora dan manusia dapat
lain yang aktif secara in vitro melawan strain B. terinfeksi melalui kulit (kontak dengan lesi
anthracis adalah: ampisilin, penisilin, hewan terkontaminasi), inhalasi (spora B.
klindamisin, klaritromisin, imipenem/ antrhacis) atau melalui ingesti (konsumsi hewan
meropenem, vankomisin, rifampisin, dan terkontaminasi). Spora B. anthraci akan
kloramfenikol. Wanita hamil dan pasien membentuk kapsul dan toksin guna
immunocompromised harus menerima mempertahankan diri dan merusak sel tubuh
pengobatan yang sama dan perlu penderita. Toksin ini terdiri dari: Protective
mempertimbangkan steroid dengan edema antigen (PA), Edema factor (EF) dan Lethal
berat atau meningitis satu obat bisa digunakan factor (LF).
saat pasien sudah stabil. 15,17 Penegakan diagnosis antraks dapat
Profilaksis post-exposure (pasca-pajanan) dilakukan dengan melihat riwayat paparan dan
tidak dianjurkan untuk penderita asimptomatik, manifestasi klinik. Pada antraks kutaneus akan
kecuali otoritas kesehatan atau polisi setempat terbentuk papula yang kemudian menjadi
dan mereka telah terpapar ancaman spora vesikel dengan ulkus tanpa nyeri disertai dengan
antraks yang bisa dipercaya. Profilaksis karakteristik “central black eschar”. Gejala
diperlukan dalam jangka panjang (60 hari) sistemik ringan berupa malaise dan demam sub-
karena masa laten yang bisa lenyap sebelum febrile. Pada antraks intestinal terdapat 2
spora yang terhirup mengalami germinasi. bentuk yaitu: (1) antraks abdominal dengan
Ciprofloxacin profilaksis pilihan utama yaitu gejala mual, muntah, demam, nyeri perut,
dengan dosis oral dewasa 500 mg bd dan anak- hematemesis, diare berdarah dan asites massif ;
anak 20–30 mg/kg BB perhari, dibagi atas dosis (2) orofaringeal anthrax dengan gejala sakit
(1) 10 kg: 125 mg bd; (2) 20 kg: 250 mg bd; (3) tenggorokan, disfagia, demam, suara serak dan
30 kg: 375 mg bd; (4) 40 kg: 500 mg bd.14 bengkak pada leher (limfadenopati). Pada
Pencegahan lain yaitu dengan antraks inhalasi gejalanya berupa demam,
menghindari mengonsumsi daging ternak yang menggigil, malaise, batuk yang tidak produktif
kurang matang dan pada peternak untuk dan nyeri dada ringan. Doiagnosis antraks dapat
melakukan pengecekan berkala kepada hewan menggunakan pewarnaan dan kultur bakteri,
ternak. Obati hewan yang terkontaminasi kultur darah, ct scan dan uji serologi.
menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan preparat Tatalaksananya yaitu dengan pemberian
sulfa. Apabila pengaruh obat sudah hilang, antibiotik penisilin dan dapat ditambahkan
lakukan vaksinasi sebab pengobatan dapat antibiotik ciprofloxacillin, doxycyklin, atau
mematikan endospora yang terkandung dalam amoksisilin.
vaksin. Selain itu untuk memutus rantai Pencegahan penyakit antraks dapat
penularan, bangkai ternak tersangka anthrax dilakukan dengan tidak mengonsumsi daging
dan semua material yang diduga tercemar yang kurang matang, dan melakukan edukasi
misalnya karena pernah bersinggungan dengan dan penggunaan apd pada pekerja beresiko
hewan penderita harus dimusnahkan dengan tinggi (dokter hewan, petani dan peternak) serta
cara dibakar atau dikubur dalam-dalam serta melakukan vaksin terhadap hewan ternak.
bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu kapur
secukupnya. Area penguburan hendaknya diberi Simpulan
tanda supaya semua pengembalaan hewan di Penyakit antraks merupakan salah satu
area sekitar menjauhi lokasi penguburan.2,4,10 penyakit infeksi akut yang perlu diwaspadai
karena selain menyerang hewan juga dapat
Ringkasan menyerang manusia. Selain itu perlunya edukasi
Antraks merupakan penyakit infeksi akut khusus pada pekerja yang berhubungan dengan
yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthraci hewan maupun produk hewan karena
dan termasuk salah satu dari penyakit zoonosis. merupakan occupational hazard (bahaya
Bakteri Bacillus anthraci menyebarkan infeksi pekerjaan) yang sering terjadi.

.
Daftar Pustaka

Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 162


Claudia Clarasinta dan Tri Umiana Soleha |Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak

1. Dutta TK, Sujatha S, Sahoo RK. Anthrax extracellularly at air–liquid interface in an


Update on Diagnosis and Management. in vitro lung model under serum-free
JAPI. 2011; 59(1): 573-8. conditions. Journal of Applied
2. World Health Organization. Anthrax in Microbiology. 2015;12(2);711—23.
humans and animals 4th ed. Geneva: the 11. Chakraborty PP, Thakurt SG, Satpathi PS,
Organization. 2008;4(1):36-42. Hansda S, Sit S, Achar A, Dkk. Outbreak of
3. Sean V, Theresa LS. Zoonosis Update – cutaneous anthrax in a tribal village: a
Anthrax. JAVMA. 2008;23(1): 63-72. clinico-epidemiological study. J Assoc
4. Kementerian Kesehatan Republik Physicians India. 2012;60(1):89–93.
Indonesia. Pencegahan dan pengendalian 12. Suchitra BR, Anil KMC, Kalmath GP,
penyakit antraks di indonesia. Subdit Prakash L. Outbreak of Anthrax and its
Zoonosis. 2017 management in Bangalore rural district.
5. Guntur HA. Antraks. Surakarata: Veterinary World. 2010;3(3):135-6.
SMF/Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam 13. Abdelrahman M. Anthrax Threat: A review
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas of Clinical and Diagnostic Measures.
Maret. 2011. Journal of the Egyptian Society of
6. Habrun BI, Racic G, Kompes S, Spicic M, Parasitology. 2013; 43(1): 147-66.
Benic Z, Mihaljevic Z, Dkk. The 14. Spencer RC. Bacillus anthracis. J Clin
antimicrobial susceptibility and virulence Pathol. 2003;56(1):182–7.
factors of Bacillus anthracis strains 15. Ayhan A, Handan A, Müge Ö, Nuran,
isolated in Croatia. Veterinarni Medicina. Şinasi Y. Gastrointestinal Anthrax: A Case
2011; 56(1): 22–7. and Review of Literature. Scientific
7. Tortora GJ. Microbiology. Edisi Ke-10. Researc.2012;2(1):67-71.
Miami: Pearson International Publish. 16. Van EMN, Easterday WR, Huynh LY,
2009. Okinaka RT, Hugh-Jones ME, Ravel J, Dkk.
8. Ajay KG. Anthrax: A disease of biowarfare Global genetic population structure of
and public health importance. World Bacillus anthracis. PLoS ONE [internet].
Journal of Clinical Cases. 2015;3(1):20-33. 2007 ; 10(13):71-2.
9. Nirmal K, Thapa, Tenzin, Karma W, 17. Hicks CW, Sweeney DA, Cui X, Li Y,
Tshering D, Migma, Dkk. Investigation and Eichacker Q. An overview of anthrax
Control of Anthrax Outbreak at the infection including the recently identified
Human–Animal Interface Bhutan 2010. form of disease in injection drug users.
Emerging Infectious Diseases. Intensive Care Medicine.
2014;20(9):1524-6. 2012;38(7):1092–104.
10. Powell JD, Hutchison JR, Hess BM, Straub
TM. Bacillus anthracis spores germinate

Majority | Volume 7 Nomor 1 | November 2017| 163

Anda mungkin juga menyukai