Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PROSES DISTRIBUSI TERHADAP PENINGKATAN

ESCHERICHIA COLI PADA SUSU SEGAR PRODUKSI PETERNAKAN X


DI SURABAYA
Analysis of Distribution Process to the Increasing of Escherichia Coli in Dairy Fresh Milk
Products from X Cattle Farm in Surabaya

Nina Emsi Pramesti dan Ririh Yudhastuti


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Nina.Hiperkes11@gmail.com

Abstrak: Susu segar merupakan salah satu bahan makanan yang bergizi tinggi dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat tanpa dilakukan pengolahan sebelum dikonsumsi sehingga mudah mengalami kerusakan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kualitas bakteriologi susu setelah pemerahan (sebelum distribusi) dan menganalisis
peningkatan bakteri Escherichia coli selama distribusi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan
metode observasional. Subyek ditarik dari populasi dengan cara purposive sampling dengan besar sampel yaitu
4 sampel susu sebelum distribusi dan 20 sampel susu setelah distribusi untuk uji Escherichia coli. Sampel susu diuji
sebelum distribusi dan setelah distribusi. Setelah distribusi selama 2 jam, 1 sampel diambil setiap 20 menit setiap
hari selama 4 hari berturut-turut. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara, observasi, dan pengujian
sampel susu ke laboratorium. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa higiene sanitasi pada proses pemerahan dan proses distribusi yang dilakukan kurang baik.
Dari hasil uji laboratorium didapatkan bahwa susu segar positif terkontaminasi Escherichia coli dengan jumlah yang
melebihi standar cemaran mikroba pada pangan yang diatur oleh SNI 7389 : 2009 dan jumlah bakteri Escherichia coli
meningkat selama 2 jam distribusi berdasarkan uji statistik regresi linier sederhana. Kontaminasi bakteri Escherichia coli
pada susu dapat disebabkan dari kurang diperhatikannya higiene sanitasi proses pemerahan dan adanya peningkatan
bakteri selama distribusi dapat dikarenakan kurang baiknya higiene sanitasi selama proses distribusi oleh karena itu
perlu melakukan pengolahan susu sebelum dikonsumsi dan perlu melakukan pengawasan kebersihan peternakan
sehingga dapat dilakukan pencegahan kerusakan maupun perbaikan sanitasi serta melakukan pengujian susu segar
secara rutin untuk menjaga kualitas susu

Kata kunci: Susu Segar, Proses Distribusi, Peningkatan Bakteri Eschericia coli

Abstract: Fresh milk was one of food ingredients with high nutrition and widely consumed by people with no processed
before consumed so it’s easily damaged. This research aims to determine the bacteriological quality of the milk before
after distribution, and to analyze an increase of the bacteria Escherichia coli during distribution. The research was an
descriptive with observational methods. Subjects were selected by purposive sampling with the number of samples
were 4 samples of milk before distribution and 20 samples of milk after distribution of Escherichia coli test. Milk samples
were tested before and after the distribution. After distribution during 2 hours, 1 sample was taken every 20 minutes
every day during 4 days continuously. Data obtained by interviewing, observing and testing of milk samples to the
laboratory. Data were analyzed by descriptive and simple linear regression analysis. The results showed that hygiene
and sanitation in the milk process and distributions were not good. The result of laboratory test showed that fresh milk
positively contaminated with Escherichia coli was exceeds the standard of microbial contamination in food set by SNI
7389: 2009. The number of Escherichia coli increased during 2 hours for distribution based on a statistical test simple
linear regression. Escherichia coli bacterial contamination in milk could be caused from lack of awareness to sanitary
hygiene of milk process. Bacteria increased during distribution may be due to lack of good hygiene and sanitation during
the distribution process. Therefore it necessary to carry out the processing of milk before the consumption, to monitor
the sanitation of the farms by prevent the damage, improve of sanitary and to test the samples of fresh milk regularly for
keep a good quality of product.

Keywords: Fresh milk, Distribution Process, an Increase of Escherichia coli

181
182 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 181–190

PENDAHULUAN Escherichia coli adalah bakteri gram negatif,


berbentuk batang, dan tidak membentuk spora.
Pangan merupakan kebutuhan pokok
Bakteri ini merupakan salah satu bakteri yang
dan sumber energi bagi manusia. Pangan
secara normal hidup di dalam usus besar dan
mengandung gizi yang tinggi dan banyak
kotoran manusia maupun hewan sehingga
dibutuhkan oleh tubuh dapat diperoleh dari
disebut koliform fekal yang digunakan sebagai
sumber makanan hewani. Salah satu sumber
indikator pencemaran (Fardiaz, 1993). Escherichia
makanan hewani berasal dari hewan peternakan
coli tumbuh pada suhu 10–40°C dengan suhu
yaitu sapi yang dapat menghasilkan 50% daging
optimum 37°C. Pada suhu optimum hampir semua
dan 95% susu untuk kebutuhan pangan dunia.
bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan
Sapi yang khusus dipelihara untuk diambil
biner sekali dalam 20 menit (Gaman et al., 1994).
susunya adalah jenis sapi perah (Prasetya,
Salah satu penyebab tercemarnya susu dan
2012).
menyebabkan susu menjadi rusak adalah bakteri
Susu segar merupakan cairan berwarna
patogen yang menjadikan susu tidak layak untuk
putih yang berasal dari ambing sapi sehat dan
dikonsumsi.
bersih pada fase laktasi, yang diperoleh dengan
cara pemerahan yang benar tanpa mengalami Dalam keadaan normal susu hanya mampu
perubahan, penambahan atau pengurangan bertahan selama 120 menit setelah pemerahan
apapun terhadap kandungan alaminya dan belum tanpa mengalami kerusakan dan penurunan
mendapat penanganan apapun kecuali proses kualitas. Kerusakan dan menurunnya kualitas
pendinginan (SNI, 2011). Proses pemerahan sapi susu kurang dari 120 menit dapat disebabkan
dapat dilakukan dengan cara: membersihkan tidak adanya penanganan pada susu sehingga
kandang, membersihkan ternak terutama pada saat pendistribusian susu, alat transportasi
pada bagian puting dan ambing, melakukan perlu dilengkapi dengan pendingin untuk
pemerahan pada ternak baik mengunakan alat menghambat pertumbuhan bakteri. Kontaminasi
pemerah atau manual, menampung susu pada bakteri Escherichia coli dapat mengakibatkan
tempat penampungan sementara untuk dilakukan kerusakan pada susu dan dapat mengganggu
penyaringan (Usmiati, et al., 2009). kesehatan konsumen apabila dikonsumsi. Oleh
Susu segar banyak dikonsumsi oleh karena itu, untuk menjamin keamanan susu yang
masyarakat yang mempunyai kandungan gizi akan dikonsumsi masyarakat perlu dilakukan
yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pengujian, pengawasan, dan pengendalian
tubuh, susu memiliki pH antara 6,5 sampai 6,6 % mutu untuk kualitas biologis susu yang diambil
yang merupakan kondisi yang menguntungkan dengan cara menghentikan loper-loper susu dan
bagi pertumbuhan mikroorganisme karena pH pengambilan langsung di kandang atau kamar
mendekati normal sehingga susu mudah rusak susu (Nurhadi, 2012).
(Nurhadi, 2012). Faktor yang menyebabkan kontaminan dapat
Susu yang banyak dikonsumsi dapat menjadi masuk ke dalam susu sehingga susu menjadi
salah satu sumber penularan bibit penyakit tercemar, antara lain: sanitasi kandang sapi dan
karena susu merupakan media yang disukai higiene pemerah yang buruk, pasteurisasi yang
mikroorganisme untuk tumbuh sehingga apabila tidak sempurna, serta sanitasi yang buruk pada
tidak ditangani secara higienis pada proses tahap pengepakan dan pendistribusian susu
pemerahan hingga distribusi, maka susu dapat (Magnuson, 2007). Pencemaran atau kontaminasi
terkontaminasi oleh mikroorganisme. Salah satu mikroorganisme pada susu juga berasal dari
spesies bakteri yang sering mengontaminasi proses pemerahan susu yang kurang bersih,
susu ialah Escherichia coli yang tergolong bakteri kontak dengan debu (udara), tangan pemerah
koliform. Keberadaan Escherichia coli dalam yang kotor, proses pendistribusian yang kurang
air atau makanan menunjukkan suatu sanitasi bersih, peralatan pemerahan yang tidak dijaga
yang tidak baik dan menunjukkan adanya bibit higienitasnya dan dari puting sapi yang terinfeksi
penyakit (patogen) pada pangan sehingga apabila (Syarif et al., 2011). Debu terutama debu kotoran
Escherichia coli masuk ke dalam tubuh manusia dapat mencemari susu apabila tempat buangan
dapat menyebabkan gejala seperti kolera, disentri, dan pengeringan kotoran sapi berdekatan
gastroenteritis, diare, dan berbagai penyakit dengan kandang ketika dilakukan pemerahan
saluran pencernaan lainnya (Nurhadi, 2012 dan sehingga mikroorganisme dapat masuk melalui
Nurwanto, 2007). debu kotoran yang dibawa oleh angin (Bimantoro,
N E Pramesti dan R Yudhastuti, Analisis Proses Distribusi terhadap Peningkatan Escherichia Coli 183

2014). Beberapa tindakan sanitasi untuk Untuk menjamin konsumen mendapatkan


mengurangi jumlah kontaminasi bakteri ke dalam susu berkualitas baik dan tidak menimbulkan
susu dengan selalu membersihkan peralatan gangguan kesehatan maka diperlukan suatu
yang telah digunakan dengan cara menggunakan peraturan yang mengatur syarat-syarat, tata
desinfektan. Hal lain misalnya dengan menjemur cara pengawasan dan pemeriksaan kualitas
langsung di bawah sinar matahari atau susu yang diproduksi baik dari industri berskala
menggunakan air mendidih (Wijiastutik, 2012). kecil atau perusahaan berskala besar agar tidak
Kualitas susu dapat ditentukan dari banyaknya mengandung bibit penyakit yang membahayakan
kontaminasi kuman atau bakteri di dalamnya, kesehatan konsumen. Untuk standar cemaran
karena dapat mengubah sifat kimia, fisik, dan mikroba dalam pangan menurut SNI 7388 : 2009
organoleptik sehingga kerusakan susu terjadi dengan kategori pangan susu segar (susu yang
dengan cepat (Syarif et al., 2011). Banyaknya tidak dipasteurisasi) untuk dikonsumsi langsung,
jumlah kuman dalam susu juga dapat dipengaruhi (susu sapi, kuda, kambing, dan kerbau) untuk
oleh waktu pemerahan. Pemerahan pagi hari batas maksimum Most Probable Number (MPN)
yang jumlah produksinya lebih banyak dari pada Escherichia coli < 3/ml. Penelitian ini bertujuan
pemerahan sore hari, ternyata total plate count untuk mengetahui kualitas bakteriologi susu
(TPC) pemerahan pagi hari lebih tinggi daripada setelah pemerahan (sebelum distribusi) dan
pemerahan sore hari (Fahyudi, 2010). menganalisis peningkatan bakteri Escherichia coli
Peternakan sapi perah X di Surabaya selama distribusi susu segar produksi Peternakan
mempunyai 60 ekor sapi dengan jumlah 25 X di Surabaya.
sapi yang dapat diperah. Satu ekor sapi dengan
bobot badan 400–500 kg dapat menghasilkan METODE PENELITIAN
limbah padat dan cair sebesar 27,5–30 kg/ekor/
hari sehingga diperlukan lahan yang luas untuk Penelitian ini merupakan penelitian
penanganannya. Peternakan sapi perah X berada observasional yang dianalisis secara deskriptif
pada area padat penduduk yang mempunyai menggunakan desain cross sectional
lahan sempit sehingga lahan yang digunakan yang bertujuan untuk menjelaskan atau
untuk penanganan atau pengeringan kotoran mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa
ternak dilakukan dekat dengan kandang sapi yang terjadi. Penelitian ini dilakukan di Peternakan
yang digunakan untuk memerah susu. Hal ini X Surabaya pada bulan November sampai
akan mempengaruhi kualitas susu sapi yang Desember 2016. Populasi pada penelitian ini
dihasilkan. Dalam survei awal yang dilakukan adalah seluruh susu yang diperah pada pagi
pada peternakan sapi perah, adanya ternak hari sebelum didistribusikan dan seluruh susu
yang mati dan sakit pada beberapa bulan yang akan didistribusikan pada hari yang sama.
serta produksi untuk susu sapi yang dihasilkan Sampel penelitian ini adalah sebagian susu yang
semakin menurun. Sapi perah yang sakit akan belum didistribusikan dan sebagian susu yang
menghasilkan mutu susu tidak baik dan produksi sudah didistribusikan kepada konsumen yang
menurun (Bimantoro, 2014). akan mengonsumsi langsung tanpa pengolahan.
Pendistribusian susu segar hasil peternakan Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
X yang merupakan industri kecil penghasil susu yang diperah pada pagi hari karena hasil
susu hanya dilakukan pada pagi hari setelah produksi lebih banyak yaitu 150 liter dan langsung
pemerahan tanpa pengolahan sebelumnya didistribusikan tanpa pengolahan ke daerah
kemudian diedarkan secara luas menggunakan Surabaya Selatan selama 2 jam.
box pengangkut ke area Surabaya. Oleh karena Penentuan sampel dilakukan menggunakan
itu, apabila tidak diperhatikannya higiene teknik purposive sampling dengan pertimbangan
sanitasi distribusi mulai dari pengepakan hingga kriteria sampel yang diambil. Kriteria sampel
pengiriman dapat mengakibatkan peningkatan pada penelitian ini adalah sampel susu yang
jumlah kuman dalam susu segar dengan cepat telah berada pada bak penampungan terbesar
(Herendra, 2009). Adanya penanganan pada yang dikumpulkan setelah pemerahan yang
pangan sebelum didistribusikan dapat memberi diambil setiap hari selama 4 hari berturut-turut
daya tahan simpan yang lebih lama terhadap susu dan sampel susu yang telah didistribusikan ke
dan menjamin keamanan susu agar layak untuk konsumen menggunakan alat pengangkut selama
dikonsumsi (Isnaeny, 2009). 4 hari berturut-turut dengan mengambil sampel
184 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 181–190

setiap 20 menit selama 2 jam pengedaran susu HASIL DAN PEMBAHASAN


sehingga diperoleh jumlah 24 sampel untuk uji
Proses Distribusi
MPN Escherichia coli. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas bakteriologis susu setelah Distribusi susu adalah proses pengedaran
pemerahan dan mengetahui ada tidaknya susu dari produsen ke tempat konsumen
peningkatan bakteri selama distribusi. menggunakan alat transportasi untuk
Teknik pengambilan sampel susu yang mempercepat proses pengiriman. Proses
dilakukan adalah mengambil susu pada bak distribusi meliputi: pengepakan, pemindahan susu
penampungan terbesar dengan menggunakan ke alat transportasi, dan pengangkutan susu ke
tabung dan pipet yang sudah disterilisasi untuk tempat konsumen, maka sanitasi dari wadah dan
pemeriksaan susu sebelum distribusi. Sementara sarana pengangkutan sangatlah penting untuk
untuk pemeriksaan susu setelah distribusi, menjaga supaya susu tidak rusak selama dalam
pengambilan sampel susu dilakukan dengan cara perjalanannya (Magnuson, 2007).
mengambil kemasan susu yang diedarkan oleh Hasil observasi yang diperoleh untuk higiene
distributor. Sampel yang telah diambil kemudian sanitasi proses distribusi susu belum memenuhi
diberi label dan diujikan ke Laboratorium syarat. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang
Kesehatan Lingkungan Surabaya. Pengiriman diperhatikannya kebersihan saat melakukan
sampel menggunakan cool box dengan suhu penyaringan, pengepakan dan, alat pengangkutan
10°C. (Pramesti, 2017).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penyaringan dan pengepakan dilakukan
higiene sanitasi proses pemerahan susu, higiene secara manual. Kurang diperhatikannya kebersihan
sanitasi proses distribusi dan waktu distribusi. pada saat penyaringan dan pengepakan karena
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ada penyaringan dilakukan dengan kain putih yang
tidaknya bakteri Escherichia coli dalam susu segar masih tampak kotor sementara untuk peralatan
dan peningkatan bakteri Escherichia coli selama pengemasan susu jarang dibersihkan dengan
distribusi. Data yang digunakan adalah data desinfektan tetapi hanya menggunakan air.
primer yang diambil dari wawancara, observasi, Pengelapan dengan kain juga sering dilakukan
dan pengujian laboratorium. pada alat penyaring dan pengemas. Pembersihan
Observasi pada higiene sanitasi pemerahan untuk kain yang dipakai hanya menggunakan air
meliputi: kebersihan kandang, kebersihan tanpa desinfektan. Pengemasan susu dilakukan
peralatan pemerahan, kebersihan pemerah, dengan manual menggunakan wadah kecil terbuat
serta kebersihan ternak. Sementara observasi dari plastik yang dituangkan ke dalam plastik
higiene sanitasi pemerahan pada proses kemasan. Pembersihan alat untuk mengemas
distribusi meliputi: pengepakan pemindahan dan susu hanya menggunakan air tanpa desinfektan
pengangkutan susu segar kepada konsumen. sehingga kemungkinan alat pengemasan
Data dianalisis dengan deskriptif dan menjadi sumber kontaminasi. Menurut Cahyono
analisis regresi linier sederhana, sementara et al, (2013), susu akan terkontaminasi oleh
untuk mengetahui signifikansi peningkatan mikroorganisme setelah keluar dari ambing pada
bakteri selama 2 jam distribusi dilakukan proses pemerahan dan susu yang akan dikemas,
dengan uji Duncan. Data dianalisis secara di saring dengan menggunakan kain penyaring.
deskriptif meliputi sanitasi kandang, sanitasi Apabila kain penyaring yang digunakan terlihat
peralatan, sanitasi pemerah, kebersihan sapi, kurang bersih, karena kain penyaring hanya
kebersihan pengepakan, dan kebersihan alat dibilas dengan air tanpa desinfektan, maka dapat
pengangkutan susu segar. Sementara untuk data kemungkinan sisa susu dan kotoran lainnya masih
yang dianalisis secara regresi linier sederhana menempel pada peralatan dan dapat menjadi
adalah peningkatan jumlah Escherichia coli yang penyebab kontaminasi pada susu.
terjadi selama distribusi yang bertujuan untuk Menurut Tanti et al, (2007), proses
mengetahui pengaruh antara waktu distribusi pembersihan sebaiknya menggunakan desinfektan
dengan peningkatan Escherichia coli selama yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
proses distribusi ke konsumen. Penelitian ini telah untuk menghindari kontaminasi pada susu. Hal
mendapatkan persetujuan etik dengan nomor etik lain yang dapat menjadi penyebab peningkatan
609-KEKP. kontaminasi bakteri dalam distribusi susu
N E Pramesti dan R Yudhastuti, Analisis Proses Distribusi terhadap Peningkatan Escherichia Coli 185

adalah wadah pendistribusian susu yang dapat bergumpal, encer (tidak terlalu kental) dan susu
mencemari susu dan air yang dipakai untuk pada awalnya berwarna putih setelah distribusi
mencuci wadah pendistribusian. tidak mengalami perubahan warna. Hal ini telah
Susu hasil peternakan X yang akan sesuai dengan SNI 3141:2011 yang menyatakan
didistribusikan telah dikemas dengan rapat bahwa kekentalan susu segar adalah encer, tidak
menggunakan plastik putih agar terhindar dari terdapat gumpalan pada susu serta warna susu
kontaminasi selama proses distribusi. Menurut segar yang normal tidak mengalami perubahan.
Nurhadi (2012), proses pengepakan dengan Tidak adanya kerusakan fisik dapat dikarenakan
menggunakan bahan yang digunakan tidak susu telah dikemas dengan bahan tidak bereaksi
berkarat, tidak bereaksi dengan susu, serta dengan susu (Nurhadi, 2011).
penggunaan desinfektan untuk pembersihan Pemeriksaan bakteri pada susu dilakukan
alat pengangkutan dapat menghindarkan dari dengan metode Most Probability Number (MPN)
kontaminasi. Higienitas dari susu harus dikontrol Escherichia coli susu untuk mengetahui jumlah
sejak dari proses pemerahan, pemindahan susu bakteri pada susu sebelum pemerahan dengan
ke box pengangkut, dan kebersihan dari alat waktu ke -0 dan mengetahui peningkatan bakteri
transportasi itu sendiri (Habibbah, et al., 2011). pada waktu ke -1 atau awal distribusi hingga waktu
Alat transportasi yang digunakan untuk ke -5 setelah pendistribusian selama 2 jam.
pengangkutan terbuat dari bahan kayu dan dilapisi Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel susu
oleh seng pada bagian luar tanpa pendingin yang yang dilakukan dapat diketahui bahwa semua
diletakkan ke dalam box pengangkut susu. Hal ini sampel susu segar yang diperiksa untuk jumlah
menyebabkan suhu di dalam box pengangkutan bakteri Escherichia coli dalam susu semuanya
menjadi tinggi selama proses distribusi terlebih jika belum memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
suhu di luar box pengangkut tinggi atau panas. SNI 01-3141-1998 tentang syarat mutu susu
Menurut Herendra (2009), suhu di dalam wadah segar dengan standar Escherichia coli negatif
distribusi yang meningkat selama pengiriman dan SNI 7388:2009 tentang cemaran mikroba
menyebabkan Escherichia coli dapat berkembang pada makanan dengan standar negatif dan < 3/
sehingga perlu dilakukan upaya pendinginan. ml untuk susu yang dikonsumsi langsung.
Peternakan sapi X melakukan pengedaran susu Kualitas susu menurut Hadiwiyoto (1994),
dengan waktu paling lama 2 jam perjalanan tanpa dikategorikan menjadi 3 yaitu: susu dengan
alat pendingin. Menurut Habibbah et al, (2011), kualitas baik atau kualitas A, susu kualitas B
dalam keadaan normal susu hanya mampu (kualitas sedang), dan susu dengan kualitas C
bertahan selama 120 menit setelah pemerahan (kualitas buruk). Apabila jumlah bakteri yang
tanpa mengalami kerusakan dan penurunan terdapat dalam susu segar >100.000/ml dan
kualitas. bakteri Escherichia coli < dari 10/ml, maka
dapat dikategorikan susu dengan kualitas
Analisis Cemaran Bakteri Pada Susu baik atau kualitas A. Apabila jumlah bakteri
Pengamatan organoleptik susu dilakukan nya antara 100.000–1.000.000/ml, dan jumlah
secara subyektif oleh peneliti pada kekentalan bakteri Escherichia coli < dari 10/ml, maka susu
dan warna pada susu segar. Susu segar tidak berkualitas B (kualitas sedang). Sementara susu

Tabel 1.
Hasil Pemeriksaan Sampel Susu Sebelum dan Sesudah Distribusi

Hasil Pemeriksaan Sampel (Juml/ml)


Tanggal Pengambilan Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Standar
ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
02/12/2016 120 150 150 240 210 240
03/12/2016 75 93 120 150 150 240 SNI 7388:
2009 (MPN/
04/12/2016 75 93 120 193 210 240
ml) < 3/ml
05/12/2016 39 64 93 93 120 150 dan
Rata-rata 77 100 120 169 172 217

Sumber: Data Primer 2016


186 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 181–190

dengan kualitas C (kualitas buruk) jika jumlah penyaringan susu, serta segera mendinginkan
bakterinya Escherichia coli > 1.000.000/ml. susu di bawah suhu 10oC atau segera diproses
Hasil penelitian yang diperoleh jumlah bakteri pasteurisasi.
Escherichia coli tertinggi berkisar 10/ml–1.000.000/ Sanitasi kandang di peternakan X belum
ml yaitu 240/ml dan dapat dikategorikan kualitas memenuhi persyaratan dikarenakan letak
susu segar sedang. Menurut Jezezki (2008), kandang yang dekat dengan tempat kotoran,
angka kuman > 3/ml aman dikonsumsi dan tidak ventilasi pada kandang cukup banyak sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia dapat memungkinkan kontaminasi dari udara
normal dengan sistem imunitas normal karena dan penerangan yang kurang karena sinar
Escherichia coli merupakan kuman oportunis matahari tertutup oleh bangunan. Pembersihan
yaitu patogen yang tidak dapat menimbulkan hanya dilakukan menggunakan air bersih saja
penyakit pada manusia normal dengan sistem tanpa menggunakan desinfektan yang dilakukan
imunitas yang normal, akan tetapi tetap perlu sebelum pemerahan. Saluran air kotor di kandang
dilakukan pengawasan dan pengontrolan jumlah terbuka dan aliran tidak lancar sehingga menjadi
kuman pada susu agar kualitas susu tetap perindukan vektor. Lantai kandang terbuat dari
terjaga. Keamanan susu telah ditetapkan oleh SNI semen tapi tidak miring sehingga lantai menjadi
dengan standar < 3/ml untuk dapat dikonsumsi sangat lembab. Kebersihan kandang belum baik
secara langsung tanpa menimbulkan gangguan karena masih terdapat sisa pakan dan kotoran
kesehatan meskipun sistem imunitas manusia sapi yang berserakan pada saat pemerahan.
dalam keadaan tidak normal. Kandang sapi perah minimal memiliki lantai
Adanya bakteri Escherichia coli yang tahan air, tidak berlubang dan landai, memiliki
merupakan salah satu koliform fekal di dalam ventilasi yang baik menjamin kualitas udara karena
susu segar dikhawatirkan jumlah bakteri udara yang bersih dapat mencegah timbulnya bau
meningkat sehingga dapat menimbulkan yang mudah diserap oleh susu, dan penerangan
gangguan kesehatan pada manusia (Balia cukup, kotoran mudah mengalir ke penampungan
et al., 2007). Terdapatnya jumlah bakteri yang (Nurhadi, 2012). Kebersihan kandang berkaitan
melebihi standar SNI 01-3141-1998 dan SNI erat dengan kualitas susu, apabila kebersihan
7388: 2009 serta adanya peningkatan bakteri kandang tidak baik maka kualitas susu yang
dari sebelum distribusi hingga setelah distribusi dihasilkan akan menurun dan sebaliknya. Jumlah
dapat dikarenakan kurang diperhatikannya kondisi bakteri pada susu dapat meningkat dengan pesat
higiene dan sanitasi pada proses pemerahan dan apabila kandang yang digunakan untuk tempat
proses pendistribusian. tinggal ternak dan tempat pemerahan susu tidak
Tahapan proses pemerahan sapi yang bersih dan sehat.
dilakukan oleh pekerja peternakan adalah Sanitasi peralatan di peternakan X belum
membersihkan kandang, memandikan sapi, memenuhi persyaratan dikarenakan peralatan
persiapan peralatan serta wadah penampungan yang telah digunakan selalu dibersihkan hanya
sementara, melakukan pemerahan baik dengan air tanpa menggunakan desinfektan
menggunakan alat maupun manual, kemudian sehingga dapat memungkinkan terjadi
melakukan penyaringan. Pada tahapan ini kontaminasi. Penyimpanan peralatan/wadah
kebersihan dari tempat pemerahan, kebersihan dalam keadaan bersih tapi disimpan dalam
ternak, peralatan maupun kebersihan pemerah keadaan terbuka. Menurut Cahyono et al, (2013),
belum diperhatikan sehingga dapat menjadi peralatan pemerahan dibersihkan sebelum dan
sumber kontaminasi bakteri pada susu. Menurut sesudah pemerahan dengan menggunakan air
Usmiati et al, (2009), proses pemerahan sapi yang dan sabun. Sabun merupakan golongan surfaktan
dapat menghindari kontaminasi pada susu dengan yang dapat membunuh mikroba dengan cara
cara: membersihkan kandang terutama pada merusak membran sel. Tingginya total bakteri
lantai dengan desinfektan, membersihkan ambing disebabkan karena peternak tidak melakukan
dan puting sebelum dan sesudah pemerahan, desinfeksi pada ember penampung susu dan
memandikan ternak sebelum dan setelah menggunakan ember berbahan plastik sehingga
pemerahan, membersihkan tangan dengan sabun lebih sulit dibersihkan (Prihutomo, 2015).
sebelum pemerahan dilakukan, membersihkan Kebersihan pemerah pada peternakan X
dengan desinfektan dan mengelap ember belum memenuhi syarat dikarenakan beberapa
penampung sebelum digunakan, melakukan pemerah yang tidak berganti pakaian selama 3
N E Pramesti dan R Yudhastuti, Analisis Proses Distribusi terhadap Peningkatan Escherichia Coli 187

hari pada saat pemerahan dan tidak memakai Tabel 2.


alat pelindung diri (APD) secara lengkap karena Rataan Peningkatan Bakteri Selama Distribusi
pekerja hanya menggunakan sepatu boot
Waktu Distribusi Subset
sementara untuk sarung tangan dan penutup N
(menit) 1 2 3
rambut tidak digunakan. Kebiasaan membersihkan
tangan hanya dilakukan menggunakan air tanpa 20 4 95.50
menggunakan desinfektan. Pemerah mencuci 40 4 120.75 120.75
tangan ketika tangan mereka kotor atau ketika 60 4 169.00 169.00
sebelum memerah saja menggunakan air pada 80 4 180.00 180.00
tempat minum ternak bukan air mengalir sehingga
100 4 210.00
tangan bisa terkontaminasi mikroba yang dalam
air tersebut.
Kondisi kuku pemerah terlihat pendek tapi berbeda menunjukkan adanya peningkatan yang
tidak bersih karena masih terdapat sisa kotoran signifikan pada waktu ke 60 menit dan 100 menit
pada kuku pemerah. Pada saat memerah susu, Dari data pengujian diatas dapat diketahui
pemerah harus menjaga kebersihan pakaian, jumlah bakteri Escherichia coli yang diperoleh
tangan, dan menggunakan APD. Kondisi selama distribusi mengalami perbedaan
pemerah yang tidak bersih dapat menjadi peningkatan selama distribusi secara signifikan
sumber kontaminan yang ada pada susu. karena berdasarkan uji duncan rataan jumlah
Pemerah sebaiknya memperhatikan kebersihan bakteri berada pada subset yang berbeda pada
dan kesehatan diri seperti kebersihan kuku, menit ke 60 dan menit ke 100. Hal ini dapat
tangan, pakaian. Menurut Cahyono et al, (2013), dikarenakan selama proses distribusi loper atau
rendahnya jumlah cemaran mikroba dalam pihak pengirim tidak memberikan pendingin pada
susu segar dapat disebabkan setiap pemerah alat pengangkutan sehingga suhu didalam box
melakukan pemerahan sebelumnya sudah pengangkut semakin tinggi (Pramesti, 2017).
membersihkan diri dengan mencuci tangan Peningkatan bakteri semakin tinggi pada
dan penggunaan alat pelindung diri memakai menit ke 100 dapat dikarenakan semakin
sarung tangan, maupun penutup rambut. Menurut tingginya suhu di luar wadah susu sehingga
PERMENKES nomor 1096 tahun 2011 tentang menyebabkan susu di dalam box pengangkutan
Higiene Sanitasi Jasa boga untuk melindungi bertambah tinggi. Hal ini menyebabkan bakteri
pencemaran terhadap makanan menggunakan berkembang karena suhu di dalam wadah
sarung tangan, apron, tutup rambut, dan sepatu distribusi yang meningkat. Menurut Ismanto
kedap air. et al, (2013), pemberian pendingin susu bertujuan
Kebersihan sapi yang akan diperah belum untuk menahan agar mikroba perusak susu tidak
diperhatikan. Untuk menjaga kebersihan sapi berkembang sehingga susu tidak mengalami
dengan cara memandikan dan mengecek kerusakan dalam waktu singkat.
bagian tubuh yang mengalami luka sehingga Sementara untuk peningkatan bakteri
sisa kotoran maupun pakan tidak menempel pada setiap 20 menit tidak signifikan dapat
pada tubuh terutama ambing dan puting. Pada disebabkan pada saat distribusi susu segar
saat dibersihkan perlu dilakukan penggosokan sudah dikemas dalam kemasan sehingga susu
pada tubuh sapi. Sapi tidak bersih terutama pada terhindar kontaminasi fisik dan kerusakan.
bagian ambing dan puting waktu diperah akan Menurut Fardiaz (1993), sarana yang diperlukan
menghasilkan susu yang mempunyai kandungan untuk mendistribusikan susu sapi segar meliputi
bakteri dengan jumlah banyak (Hadiwiyoto, kemasan dan wadah susu sapi agar terhindar dari
1994). kontaminasi luar dan mempertahankan kualitas
Dari hasil uji Duncan yang dilakukan untuk susu. Menurut Nurhadi (2012), pengepakan
mengetahui peningkatan jumlah Escherichia coli dengan kemasan pada saat pendistribusian
yang signifikan selama 2 jam dapat dilihat pada susu menggunakan bahan yang digunakan tidak
Tabel 2. berkarat, tidak bereaksi dengan susu, dan tidak
Pada hasil uji Duncan dapat diketahui bahwa mengubah warna, bau dan rasa dapat terhindar
rataan jumlah bakteri Escherichia coli berada pada dari kontaminasi luar dan mempertahankan
tiga subset yang berbeda yaitu 1,2,3. Subset yang kualitas susu.
188 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 181–190

Tidak ada peningkatan yang signifikan dapat mengemas susu kemudian memanaskannya
pula dikarenakan pengiriman dilakukan pada pagi pada suhu 110–121°C selama 20–45 menit. Cara
hari dan pada selisih 20 menit suhu di dalam sterilisasi susu memerlukan peralatan yang khusus
ruang bukan suhu optimum 37°C melainkan karena higienitasnya yang tinggi dengan biaya
kurang dari 37°C yaitu 26°C–30°C. Escherichia yang relatif mahal (Nurhadi, 2012).
coli dapat tumbuh pada suhu lebih dari 10°C–40°C Penanganan dilakukan segera pada
sehingga pada suhu 26°C–30°C tetap terjadi susu sebelum dikonsumsi dan diedarkan ke
peningkatan tetapi tidak signifikan. Pada suhu konsumen untuk memperlama daya simpan
optimal hampir semua bakteri memperbanyak diri susu agar tidak terjadi kerusakan pada susu.
dengan pembelahan biner sekali dalam 20 menit Menurut Yudonegoro et al., (2014), semakin lama
(Gaman, et al., 1994). penanganan dengan pendinginan, pemanasan,
Kontaminasi pada susu dapat dihindari pasteurisasi, dan sterilisasi pada susu dilakukan
dengan melakukan penanganan pada susu. maka akan diikuti kenaikan jumlah bakteri karena
Penanganan pada susu dapat dilakukan dengan bakteri terus berkembang biak. Pertumbuhan dan
proses pendinginan (cooling), pemanasan, perkembangan bakteri dengan cepat dikarenakan
pasteurisasi, dan sterilisasi susu (Nurhadi, 2012). susu kaya akan nutrisi yang sangat diperlukan dan
Pendinginan dilakukan pada bakteri perusak disukai oleh bakteri.
susu agar dapat menahan perkembangbiakan
bakteri sehingga susu tidak mengalami kerusakan Peningkatan Bakteri Escherichia coli dan
dalam waktu yang singkat. Pendinginan dapat Lama Distribusi
dilakukan dengan cara yaitu susu yang akan yang Hasil analisis menggunakan uji regresi linier
akan disimpan dimasukkan dalam cooling unit, sederhana untuk mengetahui pengaruh lama
lemari es atau freezer. Suhu untuk pendinginan distribusi dengan peningkatan bakteri Escherichia
sebaiknya di bawah suhu 10°C karena suhu coli selama distribusi dapat dilihat pada Gambar
tersebut merupakan suhu minimal untuk 1.
pertumbuhan bakteri susu (Nurhadi, 2012).
Pemanasan ini dilakukan untuk membunuh
mikroba perusak susu dan kuman yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Susu
dimasak sampai mendidih dan harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak hangus serta rusak.
Susu yang telah dipanaskan kemudian disimpan
pada tempat yang aman dan bersih agar tidak
terkontaminasi (Nurhadi, 2012).
Menurut Nurhadi (2012), pasteurisasi
merupakan pemanasan susu yang dilakukan
di bawah suhu didih dengan tujuan untuk
membunuh kuman dan bakteri patogen yang ada
dalam susu, memperpanjang daya simpan agar
tidak rusak dalam waktu yang singkat, sedangkan
sporanya masih dapat hidup. Pengolahan dengan
Gambar 1.
pasteurisasi ini dapat dilakukan dengan 3 cara Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana antara
yaitu: pasteurisasi lama dengan suhu 62–65°C Peningkatan Bakteri (X) dengan Lama Perjalanan
selama 30 sampai 60 menit, pasteurisasi singkat Susu (Y)
dengan suhu 85–95°C selama 1–2 menit, dan Ultra
High Temperature (UHT). Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa waktu
Sterilisasi susu dilakukan dengan distribusi susu dari produsen ke konsumen
memanaskan susu hingga mencapai temperatur maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah
di atas titik didih, sehingga bakteri maupun kuman bakteri Escherichia coli, hal ini disebabkan
dan sporanya yang ada dalam susu akan mati. bakteri pada susu mengalami pertumbuhan dan
Sterilisasi susu dapat dilakukan dengan 2 cara perkembangan. Keeratan hubungan regresi antara
yaitu: sistem UHT dengan cara susu dipanaskan variabel diketahui melalui besarnya koefisien
sampai suhu 137–140°C selama 2–5 detik dan korelasi r antara hasil uji peningkatan bakteri
N E Pramesti dan R Yudhastuti, Analisis Proses Distribusi terhadap Peningkatan Escherichia Coli 189

Escherichia coli dengan waktu distribusi susu menjadi sumber kontaminasi. Susu segar hasil
didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar peternakan X Surabaya positif terkontaminasi
0.781. Angka tersebut menunjukkan koefisien bakteri Escherichia coli melebihi jumlah yang
korelasi yang kuat dan menunjukkan bahwa diperkenankan yaitu > 3/ml sesuai dengan SNI
peningkatan bakteri Escherichia coli memiliki 7389:2009. Belum terpenuhinya persyaratan
hubungan yang kuat dengan waktu distribusi untuk higiene sanitasi distribusi baik pada proses
susu. pengepakan, pemindahan, dan pengangkutan
Untuk koefisien determinasi (R2) sebesar 0.61 pada susu segar dapat menyebabkan
angka tersebut menunjukkan bahwa 61% bakteri perkembangan bakteri selama pengiriman. Bakteri
Escherichia coli meningkat atau berkembang Escherichia coli semakin meningkat pada proses
pada susu dipengaruhi oleh waktu distribusi distribusi dalam 2 jam pengiriman dan terdapatnya
atau lama transportasi susu pada saat distribusi. pengaruh yang cukup kuat antara waktu distribusi
Menurut Herendra (2009), proses distribusi atau dengan peningkatan bakteri. Adanya peningkatan
pengedaran susu dapat meningkatkan jumlah jumlah bakteri Escherichia coli pada susu selama
bakteri yang ada di dalam susu sapi segar. distribusi ini tidak mengganggu kesehatan
Adanya peningkatan ini dapat disebabkan oleh manusia dengan kondisi sistem imunitas yang
kurang diperhatikannya kebersihan peralatan dan normal, tetapi tetap perlu dilakukan pengawasan
pekerja pada proses pengepakan, pencucian, dan dari produsen. Saran yang dapat diberikan yaitu
peralatan tanpa menggunakan desinfektan serta sebaiknya peternak rutin melakukan pengawasan
tidak diberinya pendingin selama pengedaran kebersihan peternakan sehingga dapat dilakukan
susu kepada konsumen. pencegahan kerusakan maupun perbaikan
Semakin lama waktu distribusi susu tanpa sanitasi serta melakukan pengujian susu segar
menggunakan pendingin maka akan diikuti dengan secara rutin untuk menjaga kualitas susu agar
kenaikan jumlah bakteri. Hal ini disebabkan oleh tetap aman dikonsumsi. Selain itu diharapkan
bakteri dapat tumbuh dan berkembangbiak pada Pemerintah bekerja sama dengan dinas terkait
suhu 10°C sampai 40°C dengan melakukan melakukan pembinaan mengenai prosedur
pembelahan biner sehingga pada waktu distribusi, pemerahan dan penanganan yang benar kepada
suhu yang diperlukan dalam box pengangkut susu peternak atau pemilik peternakan.
adalah < 10°C agar menghambat pertumbuhan
bakteri. Menurut Habibah et al, (2011), lama
DAFTAR PUSTAKA
transportasi pada saat pengedaran susu akan
diikuti dengan peningkatan jumlah bakteri dalam Balia RL., Harlia E., Suryanto D. (2007). Jumlah Bakteri
Total dan Koliform pada Susu Segar Peternakan
susu. Menurut Sudjana (2003), koefisien korelasi Sapi Perah Rakyat dan Susu Pasteurisasi Tanpa
(r) menunjukkan hubungan yang kuat ketika Kemasan di Pedagang Kaki Lima. Bandung: Jurnal
pada rentan 0,60–0,799. Sehingga diperlukan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
penanganan dengan memberikan pendingin untuk Tersedia di:http//peternakan.litbang.pertanian.go.id
meminimalkan pertumbuhan dan perkembangan (26 Agustus 2016).
Bimantoro. S. (2014). Pengaruh Kondisi Hygiene
bakteri Escherichia coli pada saat melakukan Pemerah dan Sanitasi Kandang terhadap Jumlah
distribusi atau pengedaran susu. Apabila distribusi Cemaran Mikroba pada Susu Sapi di Peternakan
dari peternak ke konsumen lebih dari 1 jam maka Mojosongo Boyolali, Skripsi. Kesmas Universitas
bakteri akan terus berkembang dalam susu. Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di:http://eprints.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno et al, ums.ac.id/31156/1/02. (25 Agustus 2016).
Cahyono. D., Padaga. M.Ch., dan Sawitri. M.E. (2013).
(2012), agar mendapatkan kualitas yang baik dari Kajian Kualitas Mikrobiologis Total Plate Count (TPC),
jumlah bakteri dan kandungan nutrisi maka waktu Enterobactericeae dan Staphylococcus aureus)
pengangkutan susu maksimal 30–90 menit dan Susu Sapi Segar di Kecamatan Krucil Kabupaten
suhu yang paling baik adalah 10°C. Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
Tersedia di: http://jitek.ub .ac.id/index.php/jitek/
article/download/170/16 (26 Agustus 2016).
SIMPULAN DAN SARAN Fahyudi, J. (2010). Perbedaan Jumlah Total Kuman
(TPC) pada Susu Sapi Hasil Pemerahan Pagi Hari
Belum diperhatikannya tahapan proses dan Sore Hari (Studi di Desa Sukorame, Kecamatan
pemerahan susu meliputi higiene sanitasi baik Musuk, Kabupaten Boyolali Tahun 2010). Skripsi.
kandang, peralatan, ternak maupun pemerah Universitas Diponegoro. Tersedia di eprints.undip.
ac.id/ 35273/1/3988.pdf. (27 Agustus 2016).
yang dilakukan oleh pekerja sehingga dapat
190 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No. 2 Juli 2017: 181–190

Fardiaz, S. (1993). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Pramesti, N.E. (2017). Analisis Higiene Sanitasi Susu
Rajawali Press. Segar terhadap Peningkatan Jumlah Escherichia coli
Gaman P.M., dan Sherrington K.B. (1994). Ilmu Pangan. pada Susu Segar Hasil Peternakan X di Surabaya
Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Timur. Skripsi Kesehatan Lingkungan. Universitas
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Airlangga Surabaya.
Hadiwiyoto, S. (1994). Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Prasetya. H. (2012). Prospek Cerah Beternak Sapi Perah
Susu dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Liberty. Pembibitan, Pemeliharaan, Manajemen, Kesehatan
Habibah., dan Khadafi M. (2011). Pertumbuhan dan Pengolahan Susu. Yogyakarta: Pustaka Baru
Mikroorganisme Selama Penyimpanan Susu Press.
Pa s t e u r i s a s i p a d a S u h u R e n d a h . J u r n a l Standar Nasional Indonesia No. 3141.1. (2011). Susu
Pertanian Universitas Lampung. Tersedia di: Segar bagian 1. Badan Standardisasi Indonesia.
http://download.portalgaruda.org/article. Standar Nasional Indonesia No. 7389. (2009). Cemaran
php?article=96356&val=2295 (26 Agustus 2016). Mikroba pada Pangan. Badan Standardisasi
Herendra, M.H.P. (2009). Pengaruh Proses Distribusi Indonesia.
Terhadap Peningkatan Angka Kuman pada Susu Sapi Standar Nasional Indonesia. (1998). Susu. Badan
Segar di Peternakan RAM Kecamatan Mojosongo Standardisasi Indonesia.
Kabupaten Boyolali. Skripsi Universitas Sebelas Sudjana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi
Maret Surakarta. Tersedia di http://eprints.uns. Bagi Para Peneliti. Bandung.
ac.id/9066/1/149511708201004171.pdf (20 Agustus Sutrisno, D.A., S. Kumalanigsih, dan A.F. Mulyadi.
2016). (2012). Studi Stabilitas Pengangkutan Susu Segar
Ismanto, Utami T.S, dan Suratim H.A. (2013). Pengaruh pada Suhu Rendah Yang Layak Secara Teknis
Lama Penyimpanan dalam Refrigerator terhadap dan Finansial (Kajian Suhu dan Lama Waktu
Berat Jenis dan Viskositas Susu Kambing Pasteurisasi. Pendinginan). Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian.
Jurnal Ilmiah Peternakan. Universitas Jendral Universitas Brawijaya. Malang.Tersedia di http://jtp.
Soedirman. Tersedia di http://downloadportalgaruda. ub. ac.id/index.php/jtp/article/viewFile/521/880 (30
org/arcticle.php?article=10492 (12 Desember Agustus 2016).
2016). Syarif, E. Kemal., dan Harianto, Bagus. (2011). Buku
Isnaeny., F. (2009). Total Bakteri dan Bakteri Koliform Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.Jakarta:
Pada Susu Segar dan Susu Pasteurisasi Hasil Agromedia Pustaka.
Peternakan Sapi Perah. Skripsi Pendidikan Biologi Tanti, E., Y. A. Hidayati, dan W. Juanda. (2007). Kualitas
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di Mikroba pada Ruang Penampungan Susu dan
http://eprints.ums. ac.id/4277/2/A420050040.pdf Pengaruhnya terhadap Jumlah Bakteri dalam Air
(25 Agustus 2016). Susu. Artikel. Fakultas Peternakan. Universitas
Jezezki, J.J. (2008). Progress in Basic Bacteriology of Padjajaran. Bandung. Tersedia di http://docplayer.
Milk. Journal of Dairy Science. info/storage/53/31503157/31503157.pdf (30 Agustus
Magnuson, M., Christiansson., dan Svensson. (2007). 2016).
Bacillus Spores During Housing of Dairy Cows: Usmiati, S. dan Abubakar. (2009). Teknologi
Factors Affecting Contaminating of Raw Milk. J. Pengolahan Susu. Artikel Balai Besar Penelitian
Dairy Sci. dan Pengembangan Pasca panen Pertanian. Bogor.
Nurhadi, M. (2012). Kesehatan Masyarakat Veteriner Tersedia di http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/
(Higiene Bahan Pangan Asal Hewan dan Zoonosis). fullteks/booklet/percepatan_produksi_susu_2012/
Yogyakarta: Gosyen Publishing. Dddug_3.pdf?secure=1 (30 Agustus 2016).
Nurwanto. (2007). Tata Laksana Higiene Hidangan, Wijiastutik, D. (2012). Hubungan Higiene dan Sanitasi
Keracunan Hidangan dan Jenis Bakteria. Tersedia di Pemerahan Susu Sapi dengan Total Plate Count
http://www.ihsmakassar.com (27 Agustus 2016). pada Susu Sapi di Peternakan Sapi Perah Desa
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Manggis Kabupaten Boyolali. Jurnal Kesehatan
1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Lingkungan Universitas Diponegoro. Tersedia
Jakarta: Permenkes RI. di http://download.portalgaruda. org/article.
Prihutomo, S., Bhakti, E.S., dan Dian, W.H. (2015). php?article=73877&val=4700 (30 Agustus 2016).
Screening Sumber Cemaran Bakteri pada Kegiatan Yudonegoro. R.J., Nurwantoro dan Harjanti. D.W.
Pemerahan Susu di Peternakan Sapi Perah Rakyat (2014). Kajian Kualitas Susu Segar dari Tingkat
Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu Peternakan. Peternak Sapi Perah, Tempat Pengumpulan Susu
Universitas Diponegoro. Tersedia di http://jiip.ub.ac. dan Koperasi Unit Desa Jatinom di Kabupaten
id/index.php/jiip/article/viewFile/202/278 (25 Agustus Klaten. Jurnal Peternakan dan Pertanian. Universitas
2016). Diponegoro Semarang. Tersedia di http://ejournals1.
undip.ac.id/index.php/aaj (25 Agustus 2016).

Anda mungkin juga menyukai