Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSAMAAN SCHRODINGER

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Kuantum

Dosen Pengampu:

Ibu Pina Pitriana, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

Anggi Desmaini 1172070007


Akmal Padlil Irsyad 1182070006
Dinan Aghnia C. 1182070018
Fidiyati Umaroh 1182070022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan berkah
serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul
“Persamaan Shrodinger” tepat pada waktunya.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yaitu Ibu Pina Pitriana, S.Si.,
M.Si. yang telah memberikan pengarahan kepada kami. Serta kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan masukan dalam berbagai bentuk sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
            Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.

Bandung, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
Persamaan Schrodinger..........................................................................................................5
Persamaan Gerak Heinsberg...................................................................................................7
Representasi Matriks..............................................................................................................8
Contoh Penyelesaian secara Matriks....................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterbatasan fisika klasik dalam menjelaskan fenomena-fenomena alam
memunculkan lahirnya teori kuantum. Teori kuantum tidak hanya memandang suatu
objek berdasarkan keadaan makro, akan tetapi juga menganalisis hingga keadaan
mikronya. Kelahiran fisika kuantum ataupun mekanika kuantum tentunya dipelopori
oleh seseorang yang memahami akan adanya anomali pada gejala fisis, akan tetapi hal
tersebut tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik. Orang tersebut adalah Schrodinger
yang memandang suatu gelombang sebagai objek yang terkuantisasi. Artinya energi
yang dimiliki oleh gelombang mekanik yang selama ini diasumsikan sebagai suatu
yang kontiniu berubah menjadi menjadi paket-paket gelombang tersendiri. Penjabaran
lebih lanjut mengenai fungsi gelombang Gaussian memberikan suatu titik terang untuk
menjelaskan anomali fisis tersebut.
Persamaan Schrodinger untuk atom yang hanya mempunyai satu elektrondapat
kita selesaikan secara pasti, tetapi tidak demikian halnya untuk atom
yang berelektron banyak dan juga molekul, karena dalam kedua sistem yang terakhir ter
jadi repulsi antara satu elektron dengan elektron lain. Untuk itu, kita butuhmetode lain
untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger untuk atom berelektron banyak
dan molekul.
Berdasarkan hal itulah, sebagai penggiat ilmu fisika dirasa perlu untuk disajikan
materi mengeni persamaan Schrodinger sebagai bekal mengajar bagi calon guru fisika.

B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah maka terbentuklah rumusan masalah,
diantaranya:
 Bagaimana Persamaan Shrodinger ?
 Bagimana persamaan gerak Heisenberg ?
 Bagaimana representasi matriks ?
 Contoh penyelesaian matriks.
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini diantaranya :
 Mengetahui Persamaan Shrodinger
 Mengetahui dan menganalisis persamaan gerak Heisenberg
 Mengetahui Representasi Matriks dan contoh penyelesaiannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Persamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel.Suatu persamaan
differensial akan menghasilkan pecahan yang sesuai dengan fisika kuantum. Walaupun
dihalangi oleh tidak adanya hasil percobaan yang dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan. Untuk menghasilkan persamaan Schrodinger maka harus memenuhi
kriteria berikut:
1. Taat asas dengan kekekalan energy

Hukum kekekalan energy adalah jumlah energy kinetik ditambah energy


potensial bersifat kekal,artinya tidak bergantung pada waktu maupun posisi.
Persamaan Shrodinger harus konsisten dengan hukum kekekalan energy. Secara
matematis hukum kekekalan energy dapat diungkapkan dengan rumus:

K + V = Etot

p2
+V ( x )=E
2m

Suku pertama ruas kiri menyatakan energy kinetic,suku kedua menyatakan


energy potensial, dan ruas kanan menyatakan suatu tetapan yang biasanya disebut
sebagi energy tertotal.

1
Dimana energy kinetic digunakan dalam bentuk K = mv2. Karena pada
2
Persamaan Schrodinger berbiacara tentan dunia atom. Sehingga digunakan “Peinsiap
Ketidakpastian “ (ΔX Δρ≈h), dengan h = 6,63 x 10-34 J.s. Ketidakpastian ini adlah
sesuatu yang akurat dan pasti. Pada skala ini memberikan makna terhadap gejala
fisika dalam dunia atom. Dan karena momentum itu sebanding dengan kecepatan. Ini
berarti memiliki posisi dan kecepatan yang akurat pada saat bersamaan., Bahkan
ketidakpastian dalam posisi dikalikan dengan ketidakpastian momentum selalu lebih
besar nilainy dari konstanta Plank sangat kecil.Sehingga hanya diguankan dalam
kawasan mikroskopik misalnya electron. [ CITATION SMe11 \l 1033 ]

2. Linear dan Bernilai tunggal

Persamaan haruslah “Berprilaku Baik “ dalam pengertian matematikanya.


Pemecahanya harus memberi informasi tentang probabilitas untuk menemukan
partikelnya,walaupun ditemukan probabilitias berubah secara kontinu dan partikelnua
menghitung secara tiba-tiba dari satu titik dan muncul kembali pada titik lainya,
namun fungsinya haruslah bernilai tunggal, artinya tidak boleh ada dua probabilitas
untuk menemukan partiekla di satu titik yang sama, ia harus linear , agar
gelombangnya memiliki sifat superposisi yang diharapkan sebagai milik gelombang
yang berperilaku baik.

3. Pemecahan Partikel Bebas Sesuai dengan Gelombang de Broglie Tunggal

Tahun 1924 de Broglie menyatakan bahwa materi mempunyai sifat gelombang


disampubg sifat partikel. Bentuk persamaan differensial apapun,haruslah taat azas
terhadap hipotesis de Broglie . Untuk menyelesaikan persamaan Matematisnya bagi
sebuah partikel dan momentum p, maka pemecahanya harus berbentuk fungsi
gelombang dengan panjang gelombang λ. Yang sama dengan h / p. Sesuai dengan
persamaan λ= h/p . Maka energy kinetik dari gelombang de Broglie partikel bebas
haruslah K = p2/2m=h2k2/2m

Bentuk persamaan harus taat azaz dengan kekekalan energy seperti yang
dijelaskan dengan (V + K = E) ,K muncul dalam pangkat satu dan K = P2/2m=
h2k2/2m,sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku yang mengandung k2
adalah dengan mempengaruhi turunan kedua dari ψ(x) = A sin kx terhadap x .
Sehingga dihasilkan Persaman Schrodinher sebagai berikut :

d 2 ψ (x ) 2m 2m h2 d 2 ψ (x)
= k2 ψ(x) = - 2 kψ(x)= - 2 (E-V) (x) ψ(x) - = V ψ(x) = Eψ(x)
dx 2 h h 2 mdx 2
Persamaan Shrodinger diatas merupakan persamaan Schrodinger tidak bergantik
waktu satu dimensi.

B. Persamaan Gerak Heinsberg


Dalam persamaan dalam materi sebelumnya yaitu mengenai harga rata-rata suatu
besaran fisis pada fungsi keadaannya memenuhi persamaan

⟨ A ⟩ =∫ ψ ¿ ( x ) ^
A ψ ( x ) dx pers…(1)
−∞

telah diperkenalkan definisi harga rata-rata suatu operator besaran fisis dari partikel.
Secara umum jika ⟨ A ⟩ adalah harga rata-rata operator besaran fisis ^
A dengan fungsi
gelombang ψ ( x , t ) maka:

⟨ A ⟩ =∫ ψ ¿ ( x ,t ) ^
A ψ ( x ,t ) dx pers …(2)
−∞

Variasi harga rata-rata itu terhadap waktu adalah



d ⟨A⟩ ∂^A ∂ψ ¿ ^ ∂ψ
dt
=∫ ψ ⋆
−∞ ∂ (
t
ψ+
∂ t
A ψ+ψ ¿ ^
A
∂t
dx pers …(3))

Berdasarkan persamaan Schrödinger yang bergantung waktu yaitu iℏ ψ ( x ,t )
∂t
dan sifat hermitian dari operator ^
A, maka persamaan di atas dapat dituliskan seperti
d ⟨A⟩ ∂^
A 1 ^ ^ 1 ^ ] ⟩ + ∂ A pers …( 4)
^
dt
=∫ ψ ¿
∂ t iℏ( iℏ)
+ [ A , H ] ψdx= ⟨ [ ^
A ,H
∂t ⟨ ⟩
Persamaan inilah yang disebut teorema Ehrenfest. Selanjutnya, berdasarkan defenisi
harga rata-rata operator dapat didefinisikan
d ⟨A⟩
=∫ ψ ¿ ^
Ȧ ψ dx
dt
Sehingga dari persamaan (4) diperoleh
^ ∂^
A 1 ^ ^
Ȧ= + [ A , H ] … pers(5)
∂ t iℏ
∂^
A
Dalam hal ini harus dibedakan bahwa ^
Ȧ adalah operator turunan, sedangkan
∂t
adalah turunan parsil operator ^
A terhadap t. Persamaan 5 di atas merupakan
persamaan gerak dari operator ^
A, dan ini diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh
∂^
A
Heisenberg. Jika operator ^ H, maka ^
A, komut dengan ^ Ȧ= ; tetapi jika operator
∂t

H, juga tak bergantung waktu, maka ^


A selain komut dengan ^
^ Ȧ 0; artinya harga
rata-rata A tidak berubah terhadap waktu. Besaran fisis seperti itu disebut konstanta
gerak dari partikel (kekal dalam pengertian klasik). Misalya, bagi suatu partikel yang
bergerak sepanjang sumbu-x, operator posisi dan momentum tidak bergantung secara
eksplisit terhadap waktu. Jadi,

^ṗ= 1 [ ^p , H
^]
iℏ

^ẋ= 1 [ x^ , ^
H]
iℏ
p^ 2
Selanjutnya, karena ^
H= +V , maka
2m

´ṗ= −dV ; gaya konservatif


dx
px
´ẋ= ; kecepatan.
m
CITATION Sir 14 ¿ 1033( Siregar R . E . ,2014 )

C. Representasi Matriks
Tinjaulah persamaan eigen:
^
H ψ=Eψ … p ers(6)
Dengan fungsi gelombang ψ yang dinormalisasi

∫ ψ∗ψ dV =1 … pers (7)


Misalkan fungsi gelombang ψ bisa diungkapkan sebagai superposisi fungsi-fungsi { φ i }
maka
ψ=c1 φ1 +c 2 φ2 +c 3 φ3 +…+ c N φ N =∑ c i φ i … pers(8)
i

Dengan overlap

∫ φi∗φ j dV =S ij … pers( 9)
Karena fungsi gelombang sistem dinormalisasi dalam persamaan (7), maka
∑ ci∗c j S ij =1 … pers(10)
ij

Masalahnya adalah bagaimana menentukan perangkat koefisien { c i } untuk suatu fungsi


gelombang sistem ψ yang energinya E?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, substitusikan pers (8) ke pers (6); hasilnya
∑ c j H^ φ j=E ∑ c j φ j … pers( 11)
j j

Selanjutnya persamaan di atas dikalikan dari kiri denganφ i∗¿ lalu integralkan,

∑ c j∫ φi∗H^ φ j dV =E ∑ c j∫ φ i∗φ j dV … pers(12)


j j

Nyatakanlah
H ij =∫ φi∗φ j dV … pers(13 a)
H ij merupakan elemen matriks dari operator ^
H dengan basis { φ i }. Jadi
H 11 H 12 H 13 …
^ H
H = 21
(
H 22 H 23
H 31 H 32 H 33
… … …



)
… pers(13 b)

Demikian pula
Sij =∫ φ i∗φ j dτ … pers(14 a)

S11 S12 S13 …


S S
( S
^s= 21 22 23
S31 S32 S33
… … …



)
… pers(14 b)

Dengan pers (13a) dan (14a) maka diperoleh


∑ c j H ij=E ∑ c j S ij
j j

∑ c j ( H ij−S ij ) =0 … pers(15)
j

Dalam bentuk matriks, persamaan (15) dapat dituliskan seperti


^
H C=E
^ S^ C
^
^ −E S^ ) C=0
(H ^ … pers(16)
atau
H 11−ES11 H 12−ES 12 … H 1 N −ES1 N c1

( H 21−ES21 H 22−ES 22
… …
H N 1−ES N 1 H N 1−ES N 1
… H 2 N −ES2 N
… …
… H NN −ES NN
)( )
c 2 =0 … pers(17)

cN

Persamaan di atas disebut persamaan sekuler. Persamaan itu memiliki solusi hanya
jika determinan
H −E ^S ) =0 … pers (18)
det ( ^
atau
H 11−ES11 H 12−ES 12 … H 1 N −ES1 N

|H 21−ES21 H 22−ES 22
… …
H N 1−ES N 1 H N 1−ES N 1
… …
… H NN −ES NN
|
… H 2 N −ES2 N =0 … pers(19)

yang disebut determinan sekuler. Jika semua elemen matriks H ij dan Sij diketahui
maka dari determinan itu bisa diperoleh N buah harga En dengan n=1 ,2 , … , N .
Selanjutanya substitusikanlah setiap En ke pers (17) untuk memperoleh koefisien-

koefisien { c i } bagi fungsi eigen bersangkutan. Jelasnya, En →ψ n =∑ c ¿ φi .


i

Proses di atas disebut proses diagonalisasi. Maksudnya, matriks dari operator ^


H
dengan menggunakan basis { φ i } menjadi diagonal jika menggunakan basis { ψ n }. Untuk
sistem dengan jumlah partikel yang banyak, perhitungan hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan program komputer. Berbagai software yang ada seperti
MATLAB, dapat melaksanakan proses diagonalisasi matriks
^
A C=α
^ ^ … pers(20)
^I C

di mana ^I adalah matriks satuan dengan elemen δ mn. Oleh sebab itu, persamaan (6)
dengan overlap ^S harus ditransformasi dari ^ ^
H C=E S^ C
^ menjadi ^ ^ ' '=E I^ C
H 'C ^''
yang sama dengan persamaan (20). Untuk itu, kalikan pihak kiri dan pihak kanan dari
persamaan (16) masing-masing dengan matriks ^S−1 /2, dan sisipkan ^I = ^S−1 /2 S^ 1/ 2 di
antara ^ ^ pihak kiri dan diantara ^S dan Cdi
H dan Cdi ^ pihak kanan; hasilnya adalah

H ( S^ −1/ 2 S^ 1 /2 ) C
^S−1 /2 ^ ^ ^S−1/2 =E S^ −1/ 2 S^ ( ^S−1/ 2 ^S1 /2 ) C
^ S^ −1 /2

¿ E S^ 1/ 2 C
^ S^ −1/ 2 … pers(21)
Misalkan
H ' = ^S−1 /2 ^
^ H S^ −1/ 2
^ ' ' = S^ 1 /2 S^ −1 /2 … pers(22)
C
Sehingga diperoleh
H' C
^ ^ ' ' =E I^ C
^ ' ' … pers(23)
yang sama dengan persamaan (20). Jadi, sebelum proses diagonalisasi dengan
software yang ada, harus dibuat program untuk memperoleh ^S1 /2 dan ^S−1 /2, lalu ^
H ' dan
^ ''.
C
^ ', matriks C
Setelah diperoleh E dan C ^ ditentukan dengan
^ ^S1 /2 C
C= ^ ' ' S^ 1/ 2 … pers(24)
CITATION Rus 18 ¿ 1033( Siregar R . E . ,2018)
D. Contoh Penyelesaian secara Matriks
Dengan menggunakan basis φ 1dan φ 2, operator ^
H dalam bentuk matriks adalah

H = −12 −5
^
( )
−5 −8
Tentukanlah fungsi-fungsi eigen dan nilai-nilai eigen bersangkutan jika
a) matriks overlap adalah

^S= 1 0,2
(
0,2 1 )
b) matriks overlap adalah

^S= 1 0
( )
0 1

penyelesaian

a). Misalkan E adalah nilai eigen energi dengan fungsi eigen ψ = c1φ 1 + c2φ 2, maka
b).
−12−E −5−0,2 E c 1 =0
(−5−0,2 E −8−E )( )
c2
Sehingga
−5−0,2 E
|−5−0,2
−12−E
E −8−E
=0|
0,96 E2 +18E+71=0 → E1=−12,58 ; E2=−5,42
Substitusikan E1 ke persamaan matriks, diperoleh
0,58 −2.484 c 1 =0
(−2.484 4.58 c 2)( )
0,58 c 1−2.484 c 2=0 → c 2=0,2335 c 1
Normalisasi
c 12+ c 22 +2 c 1 c 2=1→ c 12 ( 1+0,23352 +2 ×0,2335 ×0,2 ) =1
→ c 1=0,93 ; c 2=0.22
ψ 1=0,93 φ 1+ 0,22φ 2
Substitusikan E2
−6,58 −3,916 c1 =0
(−3,916 )( )
−2,58 c 2
−6,58 c 1−3,916 c 2=0 → c 2=1,68 c 1
Normalisasi
c 12+ c 22 +2 c 1 c 2=1→ c 12 ( 1+1,682 +2 ×(−1,68)× 0,2 )=1
→ c 1=0,56 ; c 2=−0.95
ψ 1=0,56 φ 1−0,95 φ2
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan teoritis yang dikemukakan oleh Schrodinger untuk menjelaskan anomali
fisis yang terjadi memberikan suatu titik terang dalam membahas fisika lebih lanjut.
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal dianataranya:

Persamaan Schrodinger dapat ditinjau sebagai fungsi waktu untuk keadaan yang
kontiniiu, persamaan Schrodinger dapat ditinjau sebagai suatu fungsi gelombang yang tidak
terikat waktu untuk keadaan stasionernya.

Persamaan Schrodinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk


memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel.Suatu persamaan differensial
akan menghasilkan pecahan yang sesuai dengan fisika kuantum. Untuk menghasilkan
persamaan Schrodinger maka harus memenuhi kriteria berikut:

1. Taat asas dengan kekekalan energy


2. Linear dan Bernilai tunggal
3. Pemecahan Partikel Bebas Sesuai dengan Gelombang de Broglie Tunggal
Daftar Pustaka

S Meyur & Debnath. (2011). Solution of shrodinger equation with hulthen plus manning.
Rosen Potensial, 303-306.
Siregar , R. E. (2014). Mekanika Kuantum Molekul (Struktur Elektronik Atom dan Molekul).
Jatinangor: UNPAD Press.
Siregar, R. E. (2018). Fisika Kuantum. Jatinangor: Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai