Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses interaksi dari komunikator kepada
komunikan untuk mendapatkan sebuah informasi, menyampaikan pesan,
bertukar pikiran, mengekspresikan emosi, serta menyalurkan budaya dan lain
sebagainya.
Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya.
Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain
adalah sebuah pertukaran kebudayaan. Saling berkomunikasi menunjukkan
jati diri kemanusiannya.1
Kebudayaan terwujud karena adanya komunikasi. Komunikasi yang dilakukan
setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang dikeluarkan oleh pemikiran
individu-individu.
Hubungan didirikan karena adanya konsep, gagasan yang kemudian di
diskusikan dengan komunikasi yang baik.2 Kebudayaan dan komunikasi juga
didukung oleh ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan kebudayaan dan
komunikasi tidak akan berjalan lancer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Apa saja atribut kebudayaan serta prosesnya?
3. Apa saja faktor penghambat efektifitas komunikasi antarbudaya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebudayaan.
2. Untuk mengetahui atribut kebudayaan serta prosesnya.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat efektifitas komunikasi.

1
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hal 49
2
Nurudin,Ibid

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan
Suatu set dari sikap, perilaku, sifat, symbol-simbol yang dimiliki bersama oleh
orang-orang dan biasanya dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.3
Manusia tidak lahir dengan membawa kebudayaannya, melainkan
budayanya diwariskan dari generasi ke generasi. Maksud budaya itu sendiri
ialah suatu cara hidup yang bekembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur rumit, termasuk sistem agama, politik, adat itiadat, bahasa,
perkakas, bangunan dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif.4
Kata budaya berasal dari sansekerta, budhayah yaitu bentuk jamak dari
budhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupam
dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian cara
hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih
diinginkan.
Tiap masyarakat memiliki kebudayaan, bagaimanapun sederhananya
kebudayaan itu, dan setiap manusia adalah makhluk yang berbudaya. Dalam
arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan.5
Budaya atau kebudayaan di dalam masyarakat tersebar dan tergenerasi
melalui komunikasi, komunikasi yang dilakukan dengan cara berkumpul,
berdiskusi, saling menyapa dan lain sebagainya.
Sepperti yang telah dijelaskan diatas setiap manusia adalah makhluk
berbudaya, maksudnya yakni budaya memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia, yaitu mengatur berperilaku dan bersikap di dalam
masyarakat.

3
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali pers, hal 45.
4
http://id.m.wikipedia.org/wiki/budaya
5
T.O. Ihrom, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, hal 18.

2
Agama dan budaya memiliki kaitan yang sangat erat. Di dalam budaya
atau kebudayaan pasti memiliki pedoman yaitu agama. Di dalam agama,
kehidupan manusia di dalam masyarakat atau tingkah laku bermasyarakat dan
bersosial yang berdasarkan ajaran agama.

Budaya juga memainkan peranan penting dalam mengasah pemahaman


kita terhadap diri dan identitas. Hal ini memiliki pengaruh yang besar dalam
seluruh konteks kehidupan manusia.
Budaya berpengaruh pada self concept:
- Idea atau citra tentang diri sendiri dan mengapa berperilaku sebagaimana
sebagaimana dia perbuat.6
Komunikasi terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika berinteraksi kepada
orang lain aka nada sejumlah informasi yang kita berikan atau terima dari atau
kepada orang tersebut.7 Komunikasi memainkan peranan penting dalam
pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku kita
sehari-hari.
Dalam membahas budaya, kita seringkali tidak dapat melepaskan diri dari
istilah masyarakat, ras, dan etnik. Ketiga istilah tersebut digunakan secara
bergantian dan campur aduk.

6
Sarlito W. Sarwono, psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers, hal 69.
7
Sarlito W. Sarwono, Ibid

3
B. Atribut Kebudayaan
Pada hakikatnya kebudayaan mempunyai sifat dinamis namun juga statis.
Sifat dinamis yang dimaksud adalah dapat berubah seiring dengan berjalannya
waktu. Kemudian sifat statis yang dimaksud adalah esensi kebudayaan itu
sendiri yang tidak dapat berubah sampai kapanpun.
Atribut kebudayaan juga merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu
sendiri yang bersifat statis. Atribut kebudayaan berfungsi sebagai identitas
dari suatu kebudayaan yang kongkret.8
Maka dari itu, seperti penjelasan sebelumnya manusia adalah makhluk
berbudaya, karena setiap manusia pasti mempelajari atribut kebudayaan.
Atribut kebudayaan membentuk identiras diri. Identitas sebagai manusia yang
berbudi atau berakal, berperilaku, dan bersifat baik selayaknya manusia.
Yang dimaksud kebudayaan yaitu berupa sifat, sikap, pakaian, kegiatan,
bangunan, karya seni, adat istiadat dan lain sebagainya menunjukkan identitas
dan jati diri manusia tersebut.
Kebudayaan serta atribut budayanya yang diwariskan dari generasi
kegenerasi selanjutnya merupakan warisan identitas. Namun, jika kita
perhatikan zaman modern ini banyak orang yang seolah mulai meninggalkan
identitas nya yaitu mulai meninggalkan atribut kebudayaannya. Hal ini
dikarenakan ketidakinginan untuk melestarikannya, anggapan mereka tentang
identitas atau atribut kebudayaan terlalu berbelit dan rumit. Banyak saat ini
manusia bersifat dan bersikap jauh dari atribut kebudayaannya. Banyak yang
memelih untuk mengikuti budaya kebarat-baratan. Efek sampingnya ialah
banyak manusia yang kurang peduli terhadap sesama, kurang peka, dan terlalu
individualis. Efek positifnya yaitu pola pikirnya lebih maju dan tidak terlalu
kuno.
Selain daripada itu hal ini juga mempengaruhi kelestarian budaya yang
bulau memudar. Warisan dari nenek moyang turun-temurun pun dapat terhenti
jika masalah ini dibiarkan dan yang paling penting adalah ketakutan akan
hilangnya identitas diri yang sudah diwariskan.

8
Http://kahfidirgacahya.blogspot.co.id/dinamika-kebudayaan

4
Pasalnya identitas kebudayaan bukan hanya sekedar bahasa sehari-hari
kebudayaan, melainkan contoh kongkrit lain yang mendukung suatu kebudayaan
seperti rumah adat, makanan, hiasan, baju, tari-tarian dan lain sebagainya.
Tidak terlestarikannya suatu atribut kebudayaan dengan baik juga bisa
dikarenakan proses sosialisasi yang tidak terlaksana dengan baik. Proses
sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan sistem
social.9
Institusi pendidikan merupakan salah satu agen penting dalam
menyosialisasikan nilai-nilai budaya kepada anak-anak generasi pewaris
kebudayaan.10
Bukan hanya pendidikan formal saja seperti sekolah dan sejenisnya tetapi
pendidikan nonformal yang diajarkan oleh orang tua dirumah itu yang paling
sangat berpengaruh terhadap kelestarian kebudayaan.
Banyak orang tua muda modern saat ini yang kurang menegerti
kebudayaan akan mengajarkan hal yang sama kepada anaknya. Kurang tertarik
nya orang tua terhadap kebudayaan mempengaruhi regenerasi pewarisan
kebudayaan. Walaupun tidak sepenuhnya mengarkan segala aspek kebudayaan
tetapi satu hal kecil saja yang diajarkan berdasarkan kebudayaan akan memiliki
efek samping yang luar biasa jika setiap orang tua seperti itu.
Dalam hal ini sosial berperan aktif untuk memberikan dorongan kepada
seseorang untuk tetap melestarikan kebudayaan, dengan mengaktifkan atribut
kebudayaan di setiap kesempatan seharinya.
Lalu proses enkulturasi juga mempengaruhi orang untuk bisa
mengaktifkan suatu atribut kebudayaan. Proses enkulturasi sendiri adalah proses
seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Jika
seroang tidak dapat menyesuaikan diri pada ada dan perarturan yang hidup dalam
kebudayaannya, maka bisa dipastikan proses sosialisasi awal yang sempurna tidak
dapat tertransmisi dengan sempurna.
Jika kita perhatikan contoh orang sekitar yang dalam keluarga nya proses
ini seringkali tidak berjalan dengan baik, bahkan berhenti ditengah jalan, ini
9
Http://kahfidirgacahya.blogspot.co.id/dinamika-kebudayaan
10
Sarlito W. Sarwono, psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers, hal 47.

5
dikarenakan mereka gagal menyesuaikan diri dikehidupan mereka sekarang ini
dengan kebudayaan asli mereka. Akibatnya banyak yang ogah-ogahan
mencobanya lagi.

            Dewasa ini sering sekali ditemukan dua kebudayaan yang bertemu dalam
satu keluarga dibawah payung ikatan pernikahan. Namun, permasalahannya dua
kebudayaan yang bertemu ini seringkali memunculkan kebudayaan baru di
dalamnya. Tapi tidak menutup kemungkinan ada satu kebudayaan yang tetap
bertahan atau kedua kebudayaan tetap berjalan dengan sendiri-sendiri.
            Masalah yang sering muncul adalah dominansi suatu kebudayaan
terhadapa suatu kebudayaan lainnya dalam suatu keluarga. Hal ini biasa dikatakan
sebagai asimilasi. Jika kita melihat dari efektivitasnya, asimilasi suatu kebudayaan
dalam suatu keluarga tidaklah perlu terjadi, dikarenakan akan ada satu
kesenjangan sosial tentang suatu kebudayaan dalam satu keluarga.11
Yang kita ketahui asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang
disertai dengan hilangnya cirri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Hasil proses ini yaitu semakin tipisnya perbedaan antar
individu. Efek sampingnya ialah hilangnya kebudayaan aslinya yang
mengakibatkan memudarnya pewaris generasi dari kebudayaan tertentu.
Ada baiknya jika kedua kebudayaan yang berbeda ini saling bekerja sama
dalam membangun generasi pewaris dengan mengurangi egoisme terhadap
budaya yang dibawa masing-masing dan jangan merasa budayanya paling baik
dan benar. Ini merupakan konsekuensi yang sulit bagi orang tua, terlebih orang
tua yang berbeda budaya.

Akulturasi sendiri merupakan proses sosial yang timbul bila suatu


kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan itu
sendiri. Hal ini adalah proses yang efektif dalam satu keluarga. Karena selain
tidak menghilangkan kebudayaan masing-masing, proses ini juga dapat

11
Http://kahfidirgacahya.blogspot.co.id/dinamika-kebudayaan

6
memperkaya khasanah budaya dikarenakan ada satu atirbut kebudayaan baru dari
hasil akulturasi tersebut.
            Secara garis besar, esensi kebudayaan yang bersifat statis haruslah
dipertahankan keberadaannya. Karena, esensi kebudayaan ini merupakan nadi dari
suatu keberlangsungan kebudayaan itu sendiri.

C. Faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi


Efektifitas komunikasi tergantung kepada bagaimana seseorang
berkomunikasi baik dengan individu maupun dengan kelompok.
Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi
objektivitas antar budaya dengan komunikasi. Komunikasi adalah proses
budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuat proses
kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan.
Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala
menggunkan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain.12 Bahasa
merupakan salah satu atribut kebudayaan yang menunjang efektifitasnya
sebuah komunikasi antarbudaya.

Jika ditinjau secara lebih kongkret, hubungan antara komunikasi dengan


kebudayaan akan semakin jelas;
1. Dalam memperaktikan komunikasi manusia membutuhkan peralatan
tertentu. Minimal membutuhkan sarana berbicara yang salah satunya ialah
bahasa.
2. Komunikasi menghasilkan matapencaharian hidup manusia.
3. Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi.
Misalnya sistem hukum Indonesia. Sebab semua kegiatan kemasyarakatan
membutuhkan komunikasi yang baik.
4. Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi tang tak
lepas dari komunikasi.

12
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hal 53

7
Dari itu kita bisa lihat peranan penting komunikasi dalam kebudayaan.
Kebudayaan berasal dari komunikasi antar individu yang memiliki konsep dan
gagasan pemikiran yang dikeluarkan dengan cara didiskusikan.
Bahasa menciptakan budaya dan budaya memengaruhi bahasa. Bahasa adalah
media komunikasi pada manusia, walaupun manusia adalah makhluk yang
memahami symbol-simbol. Di ujung lain symbol-simbol pada manusia adalah
seni dan ilmu pengetahuan.

kendala atau stumbing bloks dalam tercapainya komunikasi lintas budaya yang
efektif;

 Asumsi Kesamaan, salah satu alasan mengapa kesalahpahaman terjadi dalam


komunikasi lintas budaya adalah orang yang naik enggan mengasumsi bahwa
semua orang itu sama.
 Perbedaan bahasa, saat seseorang dengan budaya tertentu berusaha
berkomunikasi dengan budaya lain namun memiliki kendala dengan bahasa
yang kurang fasih dan sulit memahami maka kecendrungan untuk tidak saling
berkomunikasi timbul.
 Kesalahpahaman non-verbal, seperi yang sudah kita ketahui, perilaku non-
verbal memberikan pesan komunikasi yang paling banyak. Kesalahan
penafsiran atas komunikasi non-verbal ini menimbulkan malas untuk saling
berkomunikasi.
 Kecendrungan untuk menilai negative, nilai-nilai budaya juga memengaruhi
atribusi kita terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Sifat egois yang
mennganggap budaya kita yang paling baik dan benar seringkali
menimbulkan beberapa konflik dan pertikaian kecil antar budaya.
 Kecemasan yang tinggi atau ketegangan, komunikasi lintas budaya seringkali
berhubungan dengan ketegangan yang tinggi dibandingkan dengan
komunikasi intrabudaya. Ketegangan ini dipengaruhi dan disebabkan oleh
penjelasan sebelumnya yaitu asumsi kesamaan, perbedaan bahasa,
kesalahpahaman non-verbal, dan kecendrungan menilai negatif. Hal-hal ini
yang menimbulkan kecemasan atau ketegangan seseorang dengan kebudayaan

8
tertentu terhadap seseorang dengan kebudayaan lainnya. Yang jika dibiarkan
ditakutkan akan menimbulkan konflik dan pertikaian yang besar.13

Solusinya ialah saling menerima dan mendengarkan serta memaklumi kebudayaan


lain adalah satu-satunya kunci untuk menjaga efektifitas dalam berkomunikasi
antar individu, antar kelompok dan antarbudaya. Setiap manusia yang berbudaya
harus memiliki sifat tolerasni yang tinggi.

13
Sarlito W. Sarwono, psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers, hal 66-67.

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya kebudayaan akan saling berjalan dengan baik dipengaruhi


oleh komunikasi yang baik pula. Komunikasi adalah satu-satunya kunci menjalin
hubungan baik antar budaya. Komunikasi yang efektif dipengaruhi oleh bahasa.
Bahasa menciptakan budaya dan budaya memengaruhi bahasa. Disarnkan bagi
setiap individu untuk memperkaya berbagai macam bahasa, tujuannya adalah
memperkaya budaya. Bukan meninggalkan budaya tertentu tetapi menambah
budaya dari komunikasi yang dijalan melalui bahasa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Http://kahfidirgacahya.blogspot.co.id/dinamika-kebudayaan
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers
Sarlito W. Sarwono, psikologi Lintas Budaya, Jakarta: Rajawali Pers
T.O. Ihrom, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai