Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM PENETUAN BERAT MOLEKUL

BERDASARKAN KERAPATAN GAS

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kimia Fisika
Yang diampu oleh Dr. H. Yahmin, S.Pd., M.Si dan Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh :
Akhmad Khabibulloh Amir (190351620475)
Meirna Rahayu (190351620427)
Offering B Angkatan 2019

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Februari 2021
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menetukan berat molekul senyawa yang mudah menguap dengan
cara mengukur kerapatan uap dari senyawa tersebut.
2. Mampu mengaplikasikan persamaan ideal dalam suatu percobaan.
B. DASAR TEORI
Gas terdiri dari partikel-partikel. Partikel-partikel ini selalu bergerak
dengan kecepatan dan arah yang beraneka ragam. Selain itu partikel gas tersebar
secara merata di semua bagian ruangan yang ditempati. Gaya atau interaksi antar
partikel- partikelnya sangat kecil.
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi gas
bila terjadi peningkatan suhu (umumnya 100oC). Jika senyawa-senyawa volatil
ini menguap, komponennya akan mengalami penurunan mutu. Berat molekul
senyawa volatil dapat diukur berdasarkan pengukuran massa jenis gas yang
menguap. Hal ini perlu dilakukan agar dalam tiap proses yang membutuhkan
panas dapat diantisipasi jumlah senyawa volatil yang menguap, sehingga aroma
dan cita rasa komponen dapat dipertahankan.
Namun pada kenyataannya diketahui bahwa suatu gas selalu dipengaruhi
oleh perubahan tekanan dan suhu lingkungan. Berbagai hukum yang dikenal
sebagai hukum-hukum gas menyatakan ketergantungan sejumlah tertentu gas
terhadap tekanan, suhu, dan volume. Hukum-hukum gas ini diperoleh dari
pengamatan-pengamatan eksperimental. Maka dari sini berat molekul senyawaa
volatil dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal yang
berdasarkan pengukuran massa jenis gas.
Persamaan gas ideal dalam menentukan berat molekul senyawa volatil
didapatkan dari turunan rumus persamaan gas ideal yaitu :
P.V = n.R.T
Diturunkan menjadi :
Mr = ρ . RT/P
(Tim Kimia Fisika, 2014 : 66).
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu
sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak
diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi
seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk
memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu
gas ideal yang mempunyai sifat-sifat
1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada
pengembangan.
Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap
Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas
sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang
dari gas ideal.
Yang dimaksud dengan bobot jenis suatu zat menurut defenisi lama
adalah bilangan yang menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau
berapa kg bobot 1 cm3 air pada suhu 40 C. jadi bilangan yang menyatakan berapa
kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 cm3 air pada suhu 40 C disebut juga
bobot jenis (Taba dkk., 2010).
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat yang tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif.
Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat
intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan
ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti
(Petrucci,1987).
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,
kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi
mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat
dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik.
Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Zat
yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan zat
yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air.
Dengan jalan yang saama. kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara.
gas yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara, dan
gas yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) akan turun dalam udara. Untuk
menghitung kerapatan suatu zat, kita harus membuat dua pengukuran; pertama,
menetapkan massa zat tersebut, dan kedua menentukan volumenya (Stoker,
1993).
Bobot molekul suatu zat adalah jumlah bobot dari atom-atom yang
ditunjukkan dalam rumusnya. Penggunaan istilah bobot molekul suatu zat´ tidak
berarti bahwa zat tertentu itu terdiri dari molekul-molekul. Istilah molekul´
merujuk ke suatu partikel netral, tetapi banyak zat yang terbuat dari partikel
bermuatan yang disebut ion. Beberapa ahli kimia menggunakan istilah bobot
rumus´ untuk merujuk jumlah bobot atom yang tertunjuk dalam rumus suatu zat,
dan menggunakan istilah ³bobot molekul´ untuk merujuk zat-zat yang terdiri dari
molekul. Defenisi yang lebih umum mengenai istilah bobot molekul diterima
dengan luas karena memungkinkan penggunaan suatu konsep yang dikenal
dalam semua kasus, tanpa memaksa pemakai istilah itu mencari terlebih dahulu
partikel macam apa yang dikandung oleh zat tertentu itu (Keenan dkk, 1980).
Oleh karena molekul itu terdiri atas atom-atom, maka massa molekul
harus menyatakan massa rumus yaitu massa diperoleh dari penjumlahan massa
atom relatif dari unsur-unsur penyusun molekul tersebut, dengan demikian
massa molekul relatif (Mr) adalah bilangan yang menyatakan jumlah massa
atom relatif dari unsur-unsur penyusun rumus molekul tersebut (Tim dosen
kimia, 2008).
Kerapatan gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas,
ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat
molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai
standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Kerapatan gas
diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat
molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur pV dan T-
nya. Menurut hukum gas ideal :
p V = n R T dimana n = m/BM……………………………….(1)
sehingga,
p V = (m/BM) RT…………………………………………… (2)
dengan mengubah persamaan
p(BM) = (m/V) RT = ρRT…………………………………....(3)
di mana:
BM : Berat molekul
p: Tekanan gas
V: Volume gas
T: Suhu absolut
R: Tetapan gas ideal
ρ : jenis
Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang
sederhana ialah pV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan
dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi
dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas
secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang
rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat
tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat
tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang.
Kerapatan yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan
kerapatan dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan
bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
p V = R T………………………………………… (4)
M = R T = (d/p)o R T………………………..…….(5)
Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur
tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara
tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut
secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan
uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T
maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal :
p = ρR T…………………………………………(6)
(Respati, 1992).
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa
perbandingan pV/T adalah konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata)
seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata
hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum
gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada
berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari
sifat gas ideal. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer
serta suhuyang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga
hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan
(Brady, 1999).
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini
menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana
yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday dan Resnick, 1978).
Persamaan keadaan atau gas ideal adalah persamaan termodinamika yang
menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan
gas ideal adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan
matematik antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan
materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam (Atkins, 1993).
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara
fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion,
air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Air memiliki massa jenis
sebesar 0,99655 g/mL (Sosrodarsono, 1976),
Kloroform adalah kimia relatif non-reaktif yang digunakan dalam
berbagai laboratorium untuk pekerjaan penelitian,industri seperti pewarna dan
pestisida serta obat-obatan. kepentingan mereka juga telah diwujudkan dalam
Ventilasi Pemanas dan penyejuk udara industri. Dalam rumah tangga, kloroform
digunakan terutama dalam hubungannya dengan bahan kimia lain seperti asam
asetat dan pelarut lain sebagai deterjen untuk membersihkan tujuan. Meskipun
komponen-komponen yang signifikan sekali terbentuk dalam pasta gigi, obat-
obatan dan gel atau balm, efek membahayakan mereka menyadari dan dilarang
dari penggunaan domestik. Menjadi kimia yang kuat, ketika dihirup, Kloroform
bisa membuat manusia dan hewan pingsan.
Terlepas dari efek yang merugikan mereka, Kloroform masih tetap
menggunakan mereka utuh tetapi hanya jika ditangani dengan sangat hati-hati
dan langkah-langkah keamanan. Hal ini bisa disiapkan dalam rumah tangga
yang menggunakan bahan baku seperti Bleach, aseton Murni dan banyak es.
Produksi rinci kloroform meliputi:
1. Lebih dari setengah liter pemutih dituangkan ke wadah kaca yang kuat dan
setumpuk potongan besar es ditambahkan ke dalamnya dan membiarkan
suhu yang lebih rendah.
2. ambahkan aseton untuk ini, seperti bahwa rasio aseton untuk kloroform
adalah dengan perbandingan 1:50. Sebagai panas meningkat drastis dalam
reaksi ini, es harus ditambahkan dari waktu ke waktu dan diperiksa untuk
overheating.
3. Biarkan reaksi kimia akan berlangsung selama sekitar 20 sampai 30 menit.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan bahan kimia lain seperti Butanon,
etanol, isopropil alkohol dan sebagainya.
4. Suatu zat murni berwarna putih mengendap di bagian bawah wadah yang
perlu hati-hati diekstrak. Pada saat yang sama, sisa pelarut harus dibuang
dengan hati-hati.
5. Sebagai tindakan keamanan, disarankan untuk memakai kloroform baru
dipersiapkan dalam waktu satu minggu. Bahkan, penyimpanan harus
dilakukan dalam botol gelap untuk menghindari reaksi dengan sinar
matahari. Selain itu menghindari ruang kosong antara bibir botol dan kimia
untuk mencegah oksidasi. (Respati, 1992)
Untuk faktor koreksi nilai BM (berat molekul) hasil perhitungan akan
mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih mengandung kesalahan. Ketika labu
erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh dengan udara. Setelah pemanasan
dan pendinginan dalam desikator, tidak semua uap cairan kembali ke bentuk
cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke
dalam labu erlenmeyer. Jadi massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih
kecil dari pada massa labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali
kebentuk cairannya. Oleh karena itu massa cairan X sebenarnya harus
ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam
labu erlenmeyer karena adanya uap cairan yang tidak mengembun. Massa udara
tersebut dapat dihitung dengan menganggap bahwa tekanan parsial udara yang
tidak dapat masuk sama dengan tekanan uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini
dapat diketahui dari literatur. Sebagai contoh untuk menghitung tekanan uap
CHCl3 pada suhu tertentu dapat digunakan persamaan:
Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T adalah suhu dalam
derajat Celsius (Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika, TGP FTUI).
C. PROSEDUR KERJA
1. Diambil sebuah labu erlenmeyer yang bersih dan kering, karet gelang, dan
selembar aluminium foil.
2. Diletakkan labu erlenmeyer, karet gelang, dan aluminium foil di atas neraca
untuk mendapatkan massa.
3. Diletakkan cairan volatil 5 mL pada gelas ukur ke dalam erlenmeyer.
4. Ditutup labu erlenmeyer dengan aluminium foil dan mengencangkan serta
ikat menggunakan karet gelang.
5. Dibuat lubang pada aluminium foil dengan menggunakan jarum
6. Direndam labu erlenmeyer dalam penangas air yang di dididihkan.
7. Diusahakan cairan dalam labu erlenmeyer terendam air semua.
8. Dibiarkan cairan dalam labu erlenmeyer menguap semuanya dan mencatat
suhu air dalam penangas air.
9. Dikeluarkan labu erlenmeyer dari penangas air dan didinginkan dalam suhu
kamar.
10. Diamati uap yang ada dalam labu erlenmeyer.
11. Dikeringkan bagian luar labu erlenmeyer lalu menimbang kembali
erlenmeyer beserta aluminium foil.
12. Ditentukan volume labu erlenmeyer dengan menambahkan air kedalam
erlenmeyer.
13. Untuk akurasi dengan menuang air yang ada dalam labu erlenmeyer
kedalam gelas ukur agar mendapatkan volume total.

D. DATA PENGAMATAN
No Pengamatan Nilai
.
1 Massa Air 103, 3 gram
2 Massa Erlenmeyer Kosong 78,7 gram
3 Massa Erkenmeyer + Air 182 gram
4 Suhu Penangas Air 92 °C E. ANALISIS
5 Erlenmeyer + Alumunium 79,4 gram DATA
Foil + Karet Gelang
6 Tekanan Udara 740 8mmHg
7 Suhu Ruangan 28° C
8 Massa Erlenmeyer + 79,8 gram
Alumunium Foil + Karet +
Kloroform (setelah dari
desikator)
9 Massa Kloroform 0,4 gram
10 Volume Kloroform 5 mL
Bobot Erlenmeyer + alumunium foil + karet gelang = 79,4 gram
Massa Erlenmeyer + alumunium foil + karet +kloroform = 79,8 gram
Massa kloroform = 0,4 gram
Massa Erlenmeyer + air = 182 gram
Massa Erlenmeyer kosong = 78,7 gram
Massa air = 103,3 gram
Massa jenis air (ρair) = 0,99655 g/mL
Volume air m 103,3 g
¿ = =103,66 mL
ρair 0,9965 g/mL

Volume gas = Volume air = 103,66 mL = 0,10366 L


Massa jenis kloroform (ρ) massa klorofom
¿
volume gas
0,4 g
¿
0,10366 L
¿ 3,86 g/ L
Suhu penangas air ¿ 92 ℃=365 K
740
Tekanan udara (P) ¿ 740 mmHg= =0,974 atm
760

ρRT
Mr=
P

3,86 g /L × 0,082 L atm/mol−1 K −1 ×365 K


¿
0,974 atm
¿ 118,61 g/mol

F. PEMBAHASAN
Percobaan ini merupakan percobaan tentang penentuan berat molekul
berdasarkan kerapatan gas. Percobaan ini memiliki tujuan agar dapat
menentukan berat molekul suatu senyawa yang mudah menguap dengan cara
mengukur kerapatan uap dari senyawa tersebut, serta agar dapat
mengaplikasikan persamaan gas ideal dalam suatu percobaan. Percobaan ini
merupakan alternative lain dari metode penentuan berat molekul berdasarkan
kerapatan gas dengan alat victor meyer. Persamaan gas ideal dan kerapatan gas
dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa.Senyawa yang
dipakai pada praktikum ini adalah kloroform karena senyawanya mudah
menguap menjadi gas.
Percobaan ini diawali dengan mencari massa dari Erlenmeyer ,
alumunium foil dan karet. Setelah ditimbang dengan neraca analitik, ditemukan
massa total dari ketiga benda tersebut yaitu sebesar 79,4 gram. Diletakkannya
cairan volatil 5 mL pada gelas ukur ke dalam erlenmeyer. Kemudian labu
erlenmeyer dengan aluminium foil dan mengencangkan serta di ikat
menggunakan karet gelang. Kemudian labu erlenmeyer dimasukkan dalam
penangas air yang di dididihkan. Dibiarkan cairan dalam labu erlenmeyer
menguap semuanya dan mencatat suhu air dalam penangas air sebesar 92 °C.
Labu erlenmeyer di keluarkan dari penangas air dan didinginkan dalam suhu
kama lalu kita timbang erlenmeyernya untuk mencari apakah ada perubahan
massa setelah direbus di dalam air .
Setelah di timbang ditemukan massa nya yaitu sebesar 79,8 gram.
Sehingga dapat diketahui nilai bobot dari kloroform yaitu sebesar 0,4 gram.
Selanjutnya dikeringkan bagian luar labu erlenmeyer lalu menimbang kembali
erlenmeyer beserta aluminium foil. bobot dari Erlenmeyer yang berisi air
Setelah ditimbang sebesar 182 gram. Selanjutnya adalah mencari nilai bobot dari
Erlenmeyer kosong, yang setelah ditimbang memiliki bobot sebesar 78,7 gram.
Maka dapat diketahui bobot dari air, yaitu sebesar 116,11 gram.
Kemudian menentukan volume labu erlenmeyer dengan
menambahkan air kedalam erlenmeyer. Selanjutnya kita dapat menghitung nilai
dari volume air dengan cara membagi antara nilai massa air dengan massa jenis
air. Menurut (Sosrodarsono, 1976), massa jenis air adalah sebesar 0,99655
g/mL, sehigga nilai volume air adalah sebesar 103,66 mL. air ini memiliki sifat
yang sama dengan udara, yaitu memiliki kecenderungan untuk memenuhi
ruangan secara keseluruhan. Sehingga dapat dianggap bahwa nilai volume air
bernilai sama dengan nilai volume udara dalam erlenmeyer yaitu sebesar
0,10366 L.
Data dari volume gas ini, dapat digunakan untuk mencari nilai dari massa
jenis kloroform, yaitu dengan cara membagi nilai bobot kloroform dengan
volume udara. Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai massa
jenis kloroform sebesar 3,86 g/L. Penangas air yang digunakan untuk percobaan
ini memiliki suhu sebesar 920 C; atau saat dikonversikan ke satuan Kelvin
bernilai sebesar 365 K. tekanan udara pada saat percobaan ini dilakukan sebesar
740 mmHg = 0,974 atm. Dari semua data ini dapat dicari nilai massa relative
ρRT
molekul dari kloroform, yaitu dengan rumus Mr = ; rumus ini didapatkan
P
dari persamaan gas ideal, (Respati, 1992). sehingga dengan rumus tersebut
didapatkan nilai massa molekul relative senyawa kloroform sebesar
118,61 g/mol.
Pada praktikum ini kloroform di ubah menjadi gas maka sesuai dengan
sifat kloroform yang mudah berubah kerapatannya. Pada saat kloroform
berubah, gas yang terdapat didalam Erlenmeyer akan memenuhi seluruh volume
wadah dan akan berhenti ketika tekanan diluar dan didalam Erlenmeyer sama.
sehingga dapat dicari nilai dari massa molekul relative suatu zat tersebut.
Menurut data hasil percobaan, nilai massa molekul relative senyawa kloroform
ini sebesar 118,61 gr/mol. Data ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut
(Srebnik, 2001), massa jenis kloroform adalah sebesar 119,5 g/mol. Adanya
ketidaksesuaian perhitungan dengan teori disebabkan karena faktor tidak semua
cairan kloroform yang menguap, kembali mengembun setelah di dinginkan
akibatnya akan mengurangi massa udara yang dapat masuk kembali.
Ketidakakuratan data ini dapat disebabkan karena adanya ketidaktepatan
pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau belum, sehingga dapat
berpengaruh terhadap penghitungan. Apabila masih terdapat cairan yang belum
menguap atau masih terisi di dalam erlenmeyer, maka akan dapat menyebabkan
adanya kesalahan penghitungan massa jenis gas dan akhirnya berdampak pada
kesalahan dalam penghitungan berat molekul.

G. KESIMPULAN
1. Suatu senyawa memiliki BM (berat molekul) yang mudah menguap atau
yang disebut dengan senyawa volatile, pada percobaan ini menggunakan
senyawa kloroform. Berat molekul senyawa kloroform dapat ditentukan
dengan cara mengukur kerapatan uap dari senyawa tersebut menggunakan
persamaan rumus gas ideal dengan berdasarkan pengukuran massa jenis gas
PV = nRT yang diturunkan menjadi Mr=ρRT / P. Berdasarkan data hasil
percobaan, didapatkan nilai massa molekul relative klorofom adalah sebesar
118,61 g/mol.
2. Persamaan rumus gas ideal dalam suatu percobaan dapat diaplikasikan untuk
menentukan berat molekul suatu senyawa yang mudah menguap.
PV=nRT
P V = (m/Mr) R T, dengan ρ=m/V maka
P Mr = (m/V) R T
ρRT
Mr=
P
Ket:
P = tekanan gas (mmHg) R = tetapan gas ideal (0,082 L atm/mol K)
V = volume gas (L) ρ = massa jenis gas (kg/m3)
T = suhu (K) Mr = massa molekul relative

H. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, PW. 1996. Kimia Fisik Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Basuki, Atastina Sri. 2003. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Laboratorium


Dasar Proses Kimia: TGP FTUI.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas, Jilid 1, edisi kelima. Jakarta : Binarupa


Aksara

Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H. 1980. Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. H. 1985. Kimia Dasar Prinsipdan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.

Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Yogyakarta: Rineka


Cipta

Stoker, H. S. 1993. Introduction to Chemical Principles. New York: Macmillan


Publishing Company.

Sosrodarsono S, Takeda K. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya


Paramita
Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, St. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Tim Dosen Kimia. 2008. Kimia Dasar. Makassar: UPT MKU Universitas
Hasanuddin.

Tim Kimia Fisika. 2014. Modul Praktikum Kimia Fisika 1. Padang : UNP

Anda mungkin juga menyukai