Askep Emboli Paru
Askep Emboli Paru
2. ETIOLOGI
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau
panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau
gumpalan parasit maupun sel tumor. Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena
tungkai, yang disebut trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah
mengalir lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang
berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak
kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan
penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama
perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
o Stroke
o Serangan jantung
o Obesitas (kegemukan)
o Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu,
pemakaian pil kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)
o Persalinan
o Trauma berat
o Luka bakar
3. PATOFISIOLOGI
Ketika trombus menghambat sebagian sebagian atau seluruh aeteri pulmonal, ruang rugi alveolar
membesara karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit atau sama
sekali tidak. Selain itu, sejumlah substansi yang dilepas dari bekuan dan menyebabkan pembulu
darah dan bronkeolus berkonstriksi. Reaksi ini dibarengi dengan ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi menyebabkan sebagian darah terpirau (tidak ada pertukaran gas yang terjadi ) yang
mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2.
Konsekuensi hemodinamik adalah peningkatan tahanan vaskuler paru akibat penurunan jaringan-
jaringan vaskuler pulmonal, mengakibatkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan pada
akirnya meningkatkan kerja ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila
kebutuhan kerja ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikel kanan,
yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya syok.
ü Gejala DVT dengan tanda bengkak pada kaki dan nyeri pada perabaan vena
ü Haemoptisis
Gejala
a. dyspnea berat
b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. ada bukti gagal jantung kanan
e. hypotensi
f. shock
1) Lung scan (ventilation/perfusion scan) dapat menunjukkan pola perfusi abnormal pada area
ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan perfusi.
2) Pulmonary angiography terdapatnya defek atau arteri cutoff dengan tidak adanya darah
pada distal aliran darah.
3) Chest X-Ray sering kali normal (terutama pada keadaan subkutan) tetapi dapat
menunjukkan bayangan bekuan darah, kerusakan pembuluh darah, elevasi diagragma pada area
yang terkena, efusi pleura, infiltrasi/konsolidasi.
4) ABGs dapat menunjukkan penurunan PaO2, PaCO2 (hipoksemia/hipokapnea) dan elevasi
pH (alkalosis respirator) terutama jika obstruksi paru berat.
6) ECG mungkin normal atau menunjukkan perubahan yang mengindikasikan gangguan
ventrikel kanan, misalnya perubahan pada gelombang T/ST segmen, aksis deviasi/Right Bundle
Branch Block (RBBB), takikardia, dan disritmia sering kali timbul.
6. PENCEGAHAN
o Berikan latihan aktif/pasif pada kaki untuk mencegah vena statis pada klien bedrest atau klien
postoperasi dengan melakukan early ambulation
o Elastik stocking untuk menekan vena superficial dan meningkatkan aliran darah
o Cegah adanya tekanan di bawah daerah popliteal (seperti oleh bantal)
7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri.
Oksigen diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.
Terapi antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan
memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada.
Terapi antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus), kemudian dilanjutkan dengan
pemberian warfarin per-oral (melalui mulut).
Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari, sampai pemeriksaan darah
menunjukkan adanya perbaikan.
Lamanya pemberian antikoagulan (anti pembekuan darah) tergantung dari keadaan penderita.
Jika emboli paru disebabkan oleh faktor predisposisi sementara, (misalnya pembedahan),
pengobatan diteruskan selama 2-3 bulan.
Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6 bulan, tapi
kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu.
Pada saat menjalani terapi warfarin, darah harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui apakah
perlu dilakukan penyesuaian dosis warfarin atau tidak.
Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2 jenis
terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan.
Terapi trombolitik (obat yang memecah gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase atau
aktivator plasminogen jaringan.
Tetapi obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:
- telah menjalani pembedahan 10 hari sebelumnya
- wanita hamil
- menderita stroke
- mempunyai bakat untuk mengalami perdarahan yang hebat.
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami
kekambuhan, mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru
(pemindahan embolus dari arteri pulmonalis).
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada vena kava inferior.
Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang dirancang untuk menghalangi bekuan
yang besar agar tidak dapat masuk ke dalam pembuluh darah paru.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCDE.
Airway
a. kaji dan pertahankan jalan napas
b. lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d. pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak dapat
mempertahankan jalan napas
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi
>92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask
ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi pleura
h. Lakukan pemeriksaan foto thorak – mungkin normal, tapi lihat untuk mendapatkan:
a. Bukti adanya wedge shaped shadow (infarct)
b. Atelektaksis linier
c. Effuse pleura
d. Hemidiaphragm meningkat
e. Jika tanda klinis menunjukan adanya PE, lakukan ventilation perfusionscan (VQ) atau CT
Pulmonary Angiogram (CTPA) sesuai kebijakan setempat
Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Catat tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a. Sinus tachikardi
b. Adanya S1 Q3 T3
c. right bundle branch block (RBBB)
d. right axis deviation (RAD)
e. P pulmonale
e. Lakukan IV akses
f. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g. Jika ada kemungkina PE berikan heparin
h. Jika pasien mengalami thrombolisis, alteplase direkomendasikan sebagai obat pilihan. Berikan
50 mg IV dengan bolus. Jika pasien tidak berespon terhadap trombolisis, segera dirujuk ke
speialis untuk dilakukan thromboembolectomy.
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan
pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan PE
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Obstruksi trakeobronkial oleh bekuan darah, secret kental atau pendarahan aktif
Penurunan ekspansi paru
Proses peradangan
Ditandai dengan:
Intervensi
1. Kaji RR, kedalaman dan ekspansi dada. Catat kerja nafas termasuk penggunaan otot
aksesori pernafasan
2. Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara napas tambahan
3. Elevasi kepala pada tempat tidur, bantu untuk mengubah posisi
5. Berikan/bantu klien dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif. Lakukan suction oral
jika memungkinkan.
Kolaborasi
Ditandai dengan:
Intervensi:
1. Catat RR, kedalaman, penggunaan otot nafas tambahan, dan pernapasan mulut,
2. Observasi warna kulit dan sianosis pada jaringan hangat, seperti cuping telinga, bibir, lidah,
dan membrane bukal (buccalis)
3. Bantu klien untuk memelihara kepatenan jalan nafas, missal dengan batuk, suctioning
Kolaborasi:
3. Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal (actual) dan perifer (risiko tinggi)
berhubungan dengan:
Ditandai dengan:
ü Dispnea
ü Sianosis sentral
ü Perifer (tidak diaplikasikan, data ini aka nada pada diagnose actual)
Intervensi:
Kolaborasi
ü Heparin
Ditandai dengan:
ü Kelemahan, iritabilitas
ü Menangis
Intervensi:
1. Catat tingkat ansietas/ketakutan. Informasikan kepada kilen atau orang terdekat bahwa
perasaan tersebut normal dan berikan waktu pada kilen untuk mengutarakan perasaannya.
2. Jelaskan proses penyakit dan prosedur sesuai dengan kemampuan klien untuk dapat mengerti
dan menangani informasi
3. Temani klien atau buat situasi yang memungkinkan klien ditemani dengan orang terdekat
selama fase akut
Bantu klien untuk mengidentifikasikan perilaku meminta tolong seperti permintaan posisi yang
nyaman, teknik relaksasi
PENDAHULUAN
Selain untuk pernafasan, paru juga berperan sebagai saringan atau filter bagi gumpalan darah
( embolus ). Gumpalan darah yang berukuran kecil jika tersangkut pada pembuluh di paru dapat diatasi
oleh mekanisme fibrinolitik. Akan tetapi, jika gumpalan darah nya cukup besar, mekanisme fibrinolitik
tidak berlangsung dengan baik. Jika mekanisme fibrinolitik tidak berlangsung dengan baik ketika
terdapat gumpalan darah yang besar akan timbul emboli paru yang menyebabkan aliran darah
terhambat.
Embolus biasanya dari vena dalam (deepvein) pada kaki dan pelvis, yaitu vena femoris, vena
poplitea atau vena iliaka. Pada penderita penykit tromboflebitis yang melakukan perjalanan jarak jauh
engan menggunakan kendaraan sehingga kaki dalam keadan posisi menekuk untuk waktu yang lama,
thrombus akan mudah terlepas dan terjadi penggumpalan darah. Polissitemia vera dan penyakit
penggumpalan darah merupakan predisposisi untuk terjadinya emboli paru.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Tromboemboli berasal dari kata thrombus dan emboli. Trombus adalah kumpulan factor darah
terutama trombosit dan fibrin dengan terperangkapnya unsure seluler yang sering menyebabkan
obstruksi vaskuler pada akhir pembentukannya.
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus
secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-klinik specialis penyakit dalam dan syaraf)
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis oleh trombus yang berasal
dari suatu tempat. (brunner dan suddarth,2001.621)
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke
jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat
adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka
jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru. Sekitar 10% penderita
emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark paru. Jika tubuh bisa memecah
gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih
lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa
menyebabkan kematian mendadak.
B. Etiologi
Kebanyakan kasus emboli paru brunner dan suddarth (2001.621) disebabkan oleh
3. Lemak
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri pulmonal
yang tersumbat oleh thrombus. Gejala-gejala mungkin saja tidak spesifik. Nyeri dada adalah gejala yang
paling umum dan biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik. Kadang dapat subternal
dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium. Dyspnea adalah gejala yang paling
umum kedua yang di ikuti dengan takipnea, takikardi, gugup, batuk, diaforesis, hemoptisis, dan sinkop.
(brunner dan suddarth,2011)
Embolisme massif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat menyebabkan dyspnea
nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan lemah, syok, sinkop dan kematian mendadak.
(brunner dan suddarth, 2001.621)
Emboli kecil multiple dapat tersangkut pada arteri pulmonal terminal, mengakibatkan infark
kecil multiple pada paru-paru. Gambaran klinis dapat menyerupai bronkopneumoni atau gagal jantung.
(brunner dan suddarth,200.621)
D. Patofisiologi
Ketika trombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang rugi alveolar
membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit maupun tidak
sama sekali. Selain itu sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh
darah bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi ketidak seimbangan ventilasi perfusi,
menyebabkan darah terpirau dan mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2. (brunner
dan suddarth,2001.621)
Konsekuensi himidinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru akibat penurunan ukuran
jarring-jaring vascular pulmonal., menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya
mningkatkan kerja ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila kebutuhan
ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikl kanan yang mengarah pada
penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya syok. (brunner dan suddarth,2001.621)
Pemeriksaan diagnostic emboli paru menurut brunner dan suddarth, (2001.622) adalah :
Rontgen dada pada emboli paru biasanya normal tetapi dapat meunjukkan pneumokontriksi, infiltrat,
atelektasis, elevasi diagfragma pada posisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pulonal dan efussi pleura.
2. EKG
EKG biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter atau fibrilasi dan kemungkinan penyimpangan
aksis kanan, atau regangan vcentrikel kanan.
Pletismografi impedans dilakukan untuk menentukan adanya troimbosis pada vena profunda.
Gas darah arteri pada emboli paru dapat mennjukkan hipoksemia dan hipokapnea.
F. Komplikasi
3. Hipertensi
Menurut brunner dan suddarth (2001.623) Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan
(lisis) emboli yang ada dan mencegah pmbentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat
mencakup beragam modalitas :
Terapi antikoagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi metoda primer secara tradisional
untuk mengatasi trombosis vena profunda akut dan embolisme paru.
Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan dan vaskular pasien. Terapi oksigen
diberikan untuk memperbaiki hipoksia dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru dan dan
mengurangi hipertensi paru.
Intervensi bedah yang dilakukan adalah embolektomi paru tapi embolektomi dapat diindikasikandalam
kondisi berikut :
1. jika pasien mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas
3. jika anngiogram menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah paru.
H. Pencegahan
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha untuk
mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan untuk:
Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan
pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.
Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan gumpalan pada vena tungkai
setelah pembedahan adalah heparin. Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi dan
selama 7 hari setelah operasi.
Embolisme paru masif adalah benar-benar mengancam jiwa, kedarutan medis, kondisi klien cenderung
menurun dengan cepat.sasaran langsung pengobatan adalah untuk menstabilkan system
kardiorespirasi. Mayoritas klien yang mati akibat embolisme paru masif mengalami penurunan kondisi
dalam 2 jam pertama setelah kejadian embolik.
1. Oksigen nasal di berikan dengan segera untuk menghilangkan hipoksemia,distres pernapasan,dan
sianosis.
2. Infus itervena dimulai untuk membuat rute untuk mobat atau cairan yangt akan diperlukan.
3. Dilakukan angiografi paru,tindakan-tindakan hemodinamik ,penentuan gas darah arteri,dan pemindaian
perfusi paru.peningkatan tahanan paru mendadak meningkatkan kerja ventrikel kana,yang dapat
menyebabkan gagal jantung akut sebelah kanan syok kardiogenik.
4. Jika klien menderita akibat embolisme masif dan juga hipotensif,kateter urin indwelling dipasang untuk
memantau haluaran urin.
5. Hipotensi diatasi dengan infuse lambat dobutamin (mempunyai efek mendilatasi pada pembuluh
pulmonal dan bronki) dopamine.
6. EKG dipantau secara kontinu untuk mengetahui gagal ventrikel kanan,yang dapat terjadi secara
mendadak.
7. Glikosida digitalis,diuretic intravena dan agens andtidisritmia diberikan bila dibutuhkan.
8. Darah diambil untuk diperiksa elektrolit serum,nitrogen urea darah,hitung darah lengkap,dan
hematokrit.
9. Jika pengkajian klinis dan gas darah menunjukkan kebutuhan klien ditempatkan pada ventilator volume-
terkomtrol.
10. Morfin intravena dosis kecil diberikan untuk menghilangkan ansietas klien,untuk menyingkirkan
ketidaknyamaan pada dada,untuk memperbaiki toleransi selang endotrakea,dan untuk memudahkan
adaptasi terhadap ventilator mekanis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Nama
Usia
Perkerjaan
Agama
Pendidikan
Suku
Nama
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan
tentang :
a. Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan
bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup
hal-hal :
c. Alergi
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga,
yaitu :
a. Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi
dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain
itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c. Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara
tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien emboli paru antara lain : batuk,
peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama
klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang
spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik.
Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.
b. Dyspnea
Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan
subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika
klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea ? kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal
dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
c. Hemoptysis
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah
tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya
berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang
menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper
airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.
Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran yang lengkap
dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal,
cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga,
otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri
murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah yang
menimbulkan nyeri timbul.
Gejala: kelelahan, dispnea, ketidak mampuan untuk tidur, tirah baring lama,
tanda: gelisa, lemah, imsomnia, kecepatan jantung tak normal.
Gejala: perasaan takut, takut hasil pembedahan, perasaan mau pingsan, perubahan pola hidup, takut
mati.
8. Keamanan
C. Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif ,dyspnea berhubungan dengan penurunan kemampuan paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
4. Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan
D. Intervensi
Diagnosa 1
Pola nafas tidak efektif ,dyspnea berhubungan dengan penurunan kemampuan paru
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi 1
Rasional
Intervensi 2
Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
Rasional
Intervensi 3
Rasional
Rasional
Intervensi 5
Rasional
Intervensi 6
Rasional
Diagnosa 2
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi 1
Intervensi 2
Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
Rasional
Klien dapat mengerti tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
Intervensi 3
Rasional
Intervensi 4
Rasional
Diagnosa 3
Tujuan
Kriteria hasil
1. Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal dan warna kulit merah muda.
Intervensi 1
Rasional
Intervensi 2
Rasional
Intervensi 3
Rasional
Intervensi 4
Rasional
Intervensi 5
Rasional
Intervensi 6
Latih batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional
Diagnosa 4
Resiko gagal, jantung kanan berhubungan dengan peningkatan kerja ventrikel kanan
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi 1
Rasional
Intervensi 2
Rasional
Intervensi 3
Rasional
Agar pasien dapat istirahat dengan tenang
Intervensi 4
Rasional
Diagnosa 5
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi 1
Rasional
Mengetahui seberat atau sebesar apakah aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
Intervensi 2
Instruksi pasien tentang teknik penghematan energi
Rasional
Intervensi 3
Beri dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika intoleransi kembali
Rasional
Pasien dan keluarga dapat melakukan perawat diri sendiri apabila intoleransi kembali
BAB IV
KESIMPULAN
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus secara
tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-klinik specialis penyakit dalam dan syaraf)
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis oleh trombus yang berasal dari
suatu tempat. (brunner dan suddarth,2001.621)
Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark
paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan tapi gumpalan yang
besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan
dan gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.
oleh :
3. Lemak
Menurut brunner dan suddarth (2001.623) Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan (lisis)
emboli yang ada dan mencegah pmbentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat mencaklup
beragam modalitas :
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddrath.2001. buku ajarkeperawatan medikal-bedah. Jakarta : Buku kedokteran EGC
2. Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,EGC, Jakarta
3. http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-emboli-paru/
4. A. Price Sylvia dan M. Wilson Clorraine. 2006. Patofisiologi. Edisi Ke – 6. EGC: Jakarta
5. http://eprikenzu.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-pasien-emboli.html
Askep Emboli Paru
EMBOLI PARU
”Sistem Respirasi”
Disusun oleh:
6. Yuliani
A. Definisi
Emboli paru (PE) adalah penyumbatan arteri utama dari paru-paru atau salah satu cabang
dengan zat yang telah melakukan perjalanan dari tempat lain di tubuh melalui aliran darah (emboli).
(www.medterms.com)
Embolus adalah suatu obyek yang bergerak melalui aliran darah, pondok-pondok di pembuluh
darah dan blok itu. (Carl Rudolph Virchow,1848)
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis oleh suatu embolus yang terjadi secara tiba-tiba.
(www.medicastore.com)
Embolus paru adalah adanya material abnormal pada system pembuluh darah paru yang
mengkibatkan penyumbatan sebagian atau seluruhnya. (ilmu kesehatan anak,1985)
B. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau
panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak,cairan ketuban atau gumpalan
parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut thrombosis
vena dalam. Gumpalan cenderung terbentuk jika darah menglir lambat atau tidak mengalir sama sekali,
yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang
cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga
gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi factor
predisposisinya(factor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
1. Pembedahan
2. Strok
4. Obesitas(kegemukan)
6. Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu, pemilihan pil
kontrasepsi, kekurangan factor penghambat pembekuan darah bawaan)
7. Persalinan
Gejala sangat bervariasi, kadang-kadang tanpa gejala yang nyata, tetapi mungkin pula berahir
dengan kematian yang mendadak. Biasanya gejala yang timbul tergantung dari terjadi atau tidaknya
infark paru.
1. Sesak nafas yang mendadak yang penyebabnya secara jelas belum diketahui.
3. Rasa nyeri dada yang disebabkan olehn pengurangan sirkulasi koroner atas dasar penurunan tekanan
arterial dan curah jantung.
4. Kadang-kadang terjadi kegelisahan,kejang, koma yang disebabkan oleh pengurangan aliran darah
keserebral.
5. Pucat dan kadang-kadang sampai sianosis.
6. Frekwensi denyut jantung bisa meningkat, kadang-kadang terjadi aritmia, fibrilasi atrium,dilatasi
ventrikel kanan, peninggian bunyi jantung II, bising sistol pulmonal, irama derap diastolic.
D. Patofisiologi
Ketika thrombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang rugi alveolar
membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi, menerima aliran darah sedikit atau tidak sama
sekali. Selain itu, sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah dan
bronkeolus berkontriksi. Reaksi ini di barengi dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, menyebabkan
sebagian darah terpirau(tidak ada pertukaran gas yang terjadi) dan mengakibatkan penurunan kadar O2
dan peningkatan CO2.
Pemeriksaan diagnostic yang sering ditemukan pada klien emboli paru seperti yang dikemukakan oleh
doenges, M. E.(2000) berikut ini:
1. Lung scan (ventilation /perfusion scan): dapat menunjukkan pola perfusi abnormal pada area ventilasi
atau tidak adanya ventilasi dan perfusi.
2. Pulmonary angiography: terdapatnya defek atau arteri cutoff dengan tidak adanya darah pada distal
aliran darah.
3. Chest X-ray: seringkali normal (terutama pada keadaan subakut), tetapi dapat menunjukkan bayangan
bekuan darah, kerusakan pembuluh darah, elevasi diafragma pada area yang terkena efusi pleura,
infiltrasi konsolidasi.
4. ABGs:dapat menunjukkan penurunan PaO2, PaCO, (hipoksemia, hipokapnea) dan elevasi PH (alkaliosis
respiratory) terutama jika obstruksi paru berat.
5. Darah lengkap: dapat menunjukkan peningkatan HT (Hemokonsentrasi) peningkatan sel darah merah
polistemia.
6. ECG: mungkin normal atau menunjukkan perubahan yang mengidentifikasikan gangguan ventrikel
kanan, misalnya perubahan pada gelombang T atau ST segmen, aksis deviasi / right bundle branch block
(RBBB), takikardi dan disritmia sering kali timbul.
G. Komplikasi
Komplikasi utama adalah infark emboli arteri, yaitu, jaringan mati (nekrosis) yang disebabkan oleh
penyumbatan suplai darah pada jaringan itu.
Komplikasi utama emboli vena adalah emboli paru, yaitu, penyumbatan arteri utama dari paru-paru
atau salah satu cabang-cabangnya.
Arteri
Artikel utama: emboli arteri
emboli arteri dapat menyebabkan oklusi pembuluh di bagian manapun dari tubuh. Ini adalah penyebab
utama dari infark (yang juga dapat disebabkan oleh misalnya kompresi arteri, pecah atau vasokonstriksi
patologis).
Arteri embolis mungkin mulai di hati (dari trombus di atrium kiri sekunder untuk fibrilasi atrium atau
emboli septik dari endokarditis).
Pendaratan embolus di otak baik dari jantung atau arteri karotis kemungkinan akan menyebabkan
stroke iskemik.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan
Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri. Oksigen diberikan
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.
Terapi anti-koagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan memungkinkan
tubuh secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah ada.
Terapi anikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infuse), kemudian dilanjutkan dengan
pemberian warfarin per oral (melalui mulut). Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari,
sampai pemeriksaan darah menunjukkan adanya perbaikan. Lamanya pemberian antikoagulan (anti
pembekuan darah) tegantung dari keadaan penderita.
Jika emboli paru disebabkan oleh factor predisposisi sementara, (misalnya pembedahan), pengobatan
diteruskan selama 2-3 bulan. Jika penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan
selama 3-6 bulan, tapi kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu. Pada saat menjalani terapi
warfarin, darah harus diperiksa secara rutin untnk mengetahui apakah perlu dilakukan penyesuaian
dosis warfarin atau tidak.
Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bias memperoleh manfaat dari 2 jenis terapi
lainya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan.Terapi trombolitik (obat yang memecah gumpalan) bias
berupa streptokinase, urokinasi atau aktifator plasminogen jaringan.Tetapi obat-obatan ini tidak dapat
diberikan kepada penderita yang :
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi mengalami kekambuhan,
mungkin perlu dilakukan pembedahan, yaitu biasanya dilakukan emboliktomi paru (pemindahan
embolus dari arteri pulmonalis). Jika tidak bias diberikan terapi anti koagulan, maka dipasang penyaring
pada vena cava inferior. Alat ini dipasang pada vena sentra utama diperut, yang dirancang untuk
menghalangi bekuan yang besar agar tidak dapat masuk kedalam pembuluh darah paru.
A. Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Tanda :
b. Sirkulasi
Gejala :
- Riwayat cidera sinding vena seperti bedah / trauma vena iliaka dan pelvic, varises vena, sepsis, luka
bakar, dll.
Tanda :
- Takikardi
- Hipotensi
Gejala:
Gejala:
- Mual
e. Neurosensori
Gejala:
Tanda:
f. Pernafasan
Gejala:
- Dispenea
Tanda:
- Takipnea
- Dispnea, pernafasan tersengkal-sengkal
a. Pola nafas tidak efektif, yang berhubungan dengan: dengan obstruksi trakeo bronchial oleh bekuan
darah, skret kental atau perdarahan aktif ditandai dengan perubahan dalam kedalaman dan atau jumlah
respirasi.
b. Kerusakan pertukaran gas yang b.d perubahan aliran darah ke alveoli atau sebagian besar paru ditandai
dengan dispnea, kelemahan apprehension, somnolen sianosis.
c. Ketakutan atau kecemasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan bernafas normal ditandai
denga kelemahan, iritabilitas.
C. Intervensi
Criteria hasil :
Menunjukan pola nafas efektif dengan ferekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan baru jelas /
bersih
Intervensi:
2. Berikan atau bantu klien dengan latihan nafas dalam dan batuk efektif, lakukan suction oral jika
memungkinkan
2. Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi secara negative mempengaruhi
pertukaran gas.
Criteria hasil:
Menunjukakan ventilasi adekuat atau oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal
Laporan atau menunjukan perbaikan atau tak adanya gejala distress pernafasan.
Intervensi:
2. Auskultasi paru untuk penurunan/ tidak adanya bunyi nafas dan bunyi tambahan
Rasional:
Criteria hasil:
Intervensi:
1. Berikan tindakan kenyamanan
2. Jelaskan proses penyakit dan prosedur dalam tingkat kemampuan untuk memahami dan menangni
informasi
Rasional:
1. Alat untuk menurunkan setres dan perhatian tak langsung untuk meningkatkan relaksasi dan
kemampuan koping
D. Evaluasi
(arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli
bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak,
cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah
bisa dihindari.
Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau
disebut infark paru. Jika tubuh bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan
untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang
2. ETIOLOGI
vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung
udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang
disebut trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah
mengalir lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki
jika seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama.
Jika orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi
ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti
api)
o Stroke
o Serangan jantung
o Obesitas (kegemukan)
o Persalinan
o Trauma berat
o Luka bakar
b. Pembedahan sebelumnya
c. Trauma sebelumnya
e. Keganasan
h. Kehamilan lama
i. Obesitas
therapy (SERM)
k. Syndrome hyperviskositas
l. Nipas
m. Nepritik sindrom
p. Antikoagulan lupus
4. PATOFISIOLOGI
pulmonal, ruang rugi alveolar membesara karena area, meski terus mendapat
ventilasi, menerima aliran darah sedikit atau sama sekali tidak. Selain itu,
sejumlah substansi yang dilepas dari bekuan dan menyebabkan pembulu darah
dan bronkeolus berkonstriksi. Reaksi ini dibarengi dengan ketidak seimbangan
kerja ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal ventrikel
kanan, yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan terjadinya
syok.
c. haemoptisis
d. pingsan
g. demam
Tanda Klinis
a. Gejala DVT dengan tanda bengkak pada kaki dan nyeri pada perabaan
vena
e. Haemoptisis
Gejala
a. dyspnea berat
b. nyeri dada
e. hypotensi
f. shock
6. TEST DIAGNOSTIK
abnormal pada area ventilasi atau tidak adanya ventilasi dan perfusi.
3) Chest X-Ray sering kali normal (terutama pada keadaan subkutan) tetapi
infiltrasi/konsolidasi.
7. PENCEGAHAN
o Berikan latihan aktif/pasif pada kaki untuk mencegah vena statis pada
darah
o Profilaksis heparin
8. PENATALAKSANAAN
a) Pengobatan emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat
pereda nyeri.
normal.
lebih lanjut dan memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap
keadaan penderita.
diteruskan selama 3-6 bulan, tapi kadang diteruskan sampai batas yang
tidak tentu.
i) Pada saat menjalani terapi warfarin, darah harus diperiksa secara rutin
atau tidak.
j) Penderita dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh
pembedahan.
wanita hamil
menderita stroke
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang memiliki resiko tinggi
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang penyaring pada
vena kava inferior. Alat ini dipasang pada vena sentral utama di perut, yang
dirancang untuk menghalangi bekuan yang besar agar tidak dapat masuk ke