Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN NEKROPSI ANJING

Rabu, 27 Juni 2013

Oleh :
Kelompok E

Dosen Pembimbing :
Dr. Drh. Eva Herlina, Msi, APVet.

BAGIAN PATOLOGI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Laporan Nekropsi Anjing

No. Protokol: P/ 121/13


Signalement :
Jenis Hewan : anjing
Bangsa : Golden Retriever
Jenis Kelamin : betina
Jumlah : 1 ekor
Umur : Kurang dari 1 tahun
Tanggal kematian :-
Tanggal nekropsi : Kamis, 27 Juni 2013
Nama Pemilik : Pejaten Shelter
Alamat Pemilik : Jakarta Selatan
Pembimbing kasus : Dr. Drh. Eva Herlina, Msi, APVet.
Anamnese : Pernah dilakukan ovariectomy, kematian
mendadak
Hasil pemeriksaan patologi anatomi :

Organ Epikrise Diagnosa


Keadaan umum luar
Kulit dan Bulu Terdapat alopecia, spot-spot Dermatitis parasitica,
hemorhagi, parasit rhipicephalus hernia umbilicalis
sp., benjolan didaerah umbilikal
Mukosa Kuning Jaundice
Subkutis Lemak tebal, kekuningan Jaundice
Perlemakan Ada bekuan darah di daerah Hematoma
abdomen belakang
Otot Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Pertulangan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Rongga thoraks Terdapat cairan 60 cc Hidrothoraks
Rongga abdomen Terdapat cairan 25 cc Ascites
Traktus Respiratorius
Sinus hidung Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Laring, faring Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Trakhea Terdapat busa -
Bronkhus Terdapat cairan merah bening Bronkhitis
Paru-paru Terlihat tegang, ada undulasi, Udema pulmonum.
warna kemerahan tidak Pneumonia alveolaris
homogen, terdapat cairan merah
bening, uji apung tenggelam
pada lobus cranialis et caudalis
sinistra
Rongga mulut Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Esofagus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lambung Tidak ada kelainan, ada sisa Tidak ada kelainan
makanan
Usus halus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Usus besar Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Pankreas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Hati Ada krepitasi, emfisema Autolisis
Kantung empedu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Traktus Sirkulatorius
Jantung Warna pucat, perluasan lumen Cardiomyopathy,
ventrikel kanan dan kiri dilatasi ventrikel
kanan dan kiri
Perikardium Terdapat cairan kemerahan Hidropericardium
sebanyak 15 cc

Sistem Urogenitalia
Ginjal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Vesika urinaria Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Sistem Limforetikuler
Limpa Tepi limpa tumpul, ada cairan Kongesti limpa
merah terbawa waktu disayat
Limfonodus Mengalami pembesaran dan Limfadenitis
kemerahan

Otak Autolisis Autolisis

Diagnosa : dermatitis parasitica, hernia umbilicalis, jaundice, hidrothoraks,


bronkhitis, edema pulmonum, pneumonia alveolaris, hidropericardium,
cardiomyopathy, dilatasi ventrikel kanan dan kiri, ascites, kongeti limpa,
limfadenitis.

PEMBAHASAN

Hewan yang dinekropsi yaitu seekor anjing golden retriever dengan ciri –
ciri rambut berwarna coklat. Pemeriksaan pada keadaan luar ditemukan adanya
alopecia dan spot-spot kemerahan pada kulit yang menandai adanya dermatitis
pada kulit. Selain itu, ditemukan banyak parasit caplak Rhipicephalus sanguineus,
parasit ini merupakan parasit yang sering ditemukan pada anjing dan menjadi
vektor beberapa parasit patogen pada anjing. Parasit yang dapat ditularkan lewat
caplak Rhipicephalus adalah parasit darah seperti Babesia canis dan Ehrlichia
canis (Zajac dan Conboy 2012). Ehrlichia adalah bakteri gram negatif yang
bersifat obligat intraseluler pada sel darah putih terutama monosit dan makrofag
anjing. Setelah menginfeksi monosit dan makrofag parasit ini masuk sirkulasi
limfe dan dapat menyebabkan splenomegali, limfadenomegali, petechie dan
ecchymoses pada kulit. Parasit lainnya yaitu Babesia merupakan parasit darah
yang dapat menyebabkan anemia karena destruksi sel darah merah dan
menyebabkan terjadinya hemolisis darah. Parasit ini tinggal di dalam sel darah
merah, meningkatkan tekanan osmotik dalam sel dan perlukaan sel hingga sel
menjadi lisis. Lisisnya sel darah merah ini menyebabkan pembentukan bilirubin
yang berlebih sehingga hati tidak mampu melakukan konjugasi (hiperbilirubin
tidak terkonjugasi). Bilirubin tidak terkonjugasi tidak dapat dikeluarkan melalui
ginjal. Kondisi ini menyebabkan banyak bilirubin bersirkulasi dalam darah dan
terjadi perubahan warna jaringan menjadi kuning (Kuntz 2008). Hal ini sesuai
dengan temuan pada kasus hewan nekropsi kali ini dimana ditemukan jaundice
pada mukosa mata, mulut, dan subkutan sehingga diduga hewan mengalami
jaundice prehepatik yang disebabkan oleh parasit darah.
Hernia adalah suatu keadaan penonjolan dari dalam rongga abdomen yang
tidak normal, melalui suatu defek/lubang di dinding rongga abdomen. Hernia
terbagi menjadi 3 jenis, yaitu hernia inguinal, hernia ventral (sayatan), dan hernia
umbilical. Hernia yang ditemukan di hewan nekropsi adalah hernia umbilical.
Hernia umbilical merupakan suatu kejadian hernia yang terjadi di daerah
umbilical. Angka kejadian hernia umbilical merupakan yang terendah dibanding
dengan hernia inguinal dan ventral, yaitu sekitar 3-8%.
Hernia dapat diakibatkan oleh lubang yang terbentuk secara kongenital,
kehilangan kekuatan dan elastisitas dari otot-otot daerah abdominal (penuaan,
tekanan berulang), trauma operasi, dan peningkatan tekanan rongga abdomen
(hidrops asites, kegemukan). Pada kejadian hernia hewan nekropsi ini
dimungkinkan akibat terjadinya hidrops asites sehingga tekanan rongga abdomen
meningkat dan terbentuklah defek/lubang. Setelah dilakukan nekropsi diketahui
isi dari hernia umbilical yang terjadi adalah omentum.
Pada hewan yang dinekropsi juga ditemukan gumpalan bekuan darah
subkutan di daerah inguinal. Gumpalan bekuan darah ini biasa disebut hematoma.
Hematoma adalah pengumpulan darah setempat, umumnya menggumpal, dalam
organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya pembuluh darah. Gumpalan darah
yang terjadi di hewan nekropsi terletak di subkutan, sehingga disebut
subcutaneous hematoma.
Pada pemeriksaan sistem limporetikuler ditemukan lesio berupa peradangan
limponodus atau limpadenomegali dan kongesti limpa. Limpadenomegali terlihat
pada hampir semua limponodus regional. Limponodus terlihat mengalami
kebengkakan dan menjadi lebih berwarna merah. Limpadenomegali terjadi akibat
adanya beberapa jenis parasit darah seperti Ehrlichia canis. Selain itu
limpadenomegali juga dapat muncul akibat respon limponodus untuk mengurangi
infeksi dari parasit darah (Shaw dan Day 2005). Pada limpa ditemukan kapsula
limpa yang menegang dan ada bagian limpa yang terikut pada saat dilakukan
penyayatan yaitu berupa darah. Hal tersebut menandakan adanya kebengkakan
limpa yang disebabkan karena kongesti.
Berdasarkan temuan pada organ lain yang menunjukan adanya gejala klinis
ikterus prehepatik yang disebabkan karena parasit darah. Limfadenomegali dan
kongesti limpa dapat diakibatkan karena banyaknya eritrosit yang lisis akibat
parasit darah atau disebut juga haemolisis. Eritrosit yang lisis akan dibawa ke
organ limporetikuler regional dan limpa. Pada organ limporetikuler regional
seperti limponodus, haemolitik menyebabkan pembesaran ukuran dan perubahan
warna menjadi lebih merah. Sedangkan pada limpa haemolitik yang banyak dapat
menyebabkan kebengkakan akibat akumulasi komponen eritrosit yang lisis untuk
dirombak dan dimanfaatkan kembali. Limpa terdiri dari pulpa merah dan pulpa
putih. Pulpa merah merupakan tempat perombakan eritrosit yang utama untuk
memisahkan haem dan globin sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Pulpa
putih terdiri dari sel-sel limfoid, yaitu limfosit T, dan limfosit B, dan makrofag
(Farizal 2012). Kongesti pada limpa dapat mengakibatkan gangguan jantung
terutama ventrikel kiri karena harus memompa darah lebih keras lagi
Pemeriksaan pada sistem pernapasan ditemukan pada distal trachea dan
bronkus terdapat cairan jernih serta pada paru-paru memiliki konsistensi yang
tegang dan mengalami undulasi. Selain itu pada lobus cranialis et caudalis
sinistra paru-paru setelah di uji apung sebagian besar tenggelam. Cairan jernih
yang ditemukan pada distal trachea dan bronkus menunjukkan adanya edema
pulmonum yang disebabkan gagal jantung berupa dilatasi ventrikel kiri dan
kanan. Menurut Macfarlane, Robin, dan Robin (2000) gagal jantung berupa
dilatasi atau hipertrofi otot jantung dapat menyebabkan kongesti pada vena dan
kapiler paru-paru sehingga menyebabkan edema pulmonum. Sedangkan pada uji
apung yang menunjukkan hasil tenggelam dapat diduga paru-paru juga
mengalami alveolar pneumonia yaitu adanya akumulasi cairan radang atau
eksudat di dalam lumen alveolus. Sebelumnya anjing juga diduga mengalami
infeksi parasit darah (babesiosis) sehingga dimungkinkan terjadi peradangan
terutama pada paru-paru dan menghasilkan akumulasi plasma darah dan sel-sel
radang pada daerah interstitial dan alveolus. Menurut Vegad dan Madhu (2010)
adanya edema maupun cairan eksudat dapat menyebabkan substansi udara di
dalam alveolus diganti dengan cairan sehingga merubah konsistensi paru-paru
menjadi lebih menegang dan keras. Adanya cairan pada paru-paru juga
menyebabkan bidang pengikatan oksigen menjadi berkurang dan hewan
mengalami shock hipoksia sehingga mengganggu berbagai jaringan dan organ
terutama otak.
Hasil inspeksi system sirkulasi menunjukkan adanya hidropericardium
sebanyak 15cc. Saat dilakukan inspeksi, jantung menunjukkan bentuk double
apex dengan ujung yang membulat. Hasil insisi ditemukan chicken fat clot pada
kedua ventrikel jantung serta cardiomyopathy yang ditandai dengan memucatnya
warna otot jantung akibat degenerasi. Dilatasi ventrikel kanan biasanya
merupakan konsekuensi dari kegagalan ventrikel kiri. Salah satu penyebab
kegagalan ventrikel kiri adalah akibat peningkatan beban kerja (Macfarlan et al.
2000). Parasit darah yang beredar dalam sirkulasi menyebabkan banyak sel darah
merah yang lisis, sehingga terjadi anemia akibat kekurangan sel darah merah.
Jantung akan mengkompensasi hal ini dengan bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh untuk mencegah terjadinya hipoksia di berbagai
organ. Untuk meningkatkan cardiac output, maka jantung akan berdilatasi dengan
meregangkan sel otot jantung untuk meningkatkan daya kontraksi sehingga stroke
volume meningkat. Namun, pada batas tertentu peregangan ini akan menurunkan
kekuatan kontraksi (McGavin dan Zachary 2007). Dilatasi ventrikel kiri akan pada
akhirnya akan menurunkan kinerja jantung kiri, sehingga terjadi hambatan pada
vena pulmonalis yang akan masuk ke atrium kiri sehingga terjadi edema
pulmonum. Hal ini mengganggu sirkulasi arteri pulmonalis sehingga ventrikel
kanan ikut berdilatasi. Kelemahan kedua otot ventrikel (cardimyopathy) ini
ditandai dengan ditemukannya endapan darah dan chicken fat clot pada lumen
kedua ventrikel. Chicken fat clot terdiri dari plasma, fibrin dan protein lainnya
yang mengindikasikan terjadinya anemia. Terpisahnya sel darah merah dan
komponen lainnya (erythrosit sedimentation rate) merupakan respon dari
peradangan sistemik (McGavin dan Zachary 2007). Peradangan sistemik yang
terjadi pada kasus ini merupakan akibat dari investasi parasit darah sehingga
chicken fat clot ditemukan di jantung. Kegagalan jantung juga mengakibatkan
hipotensi sehingga ditemukan plasma yang lolos dan membendung di rongga
pericardium/ hidropericardium, hirothorax (60cc) dan hidrops ascites (25cc).

KESIMPULAN

Causa mortis kasus ini adalah investasi parasit darah yang menyebabkan
terjadinya ikterus prehepatik. Gerbang kematian adalah otak yang mengalami
hipoksia akibat anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Danis D. 2008. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gitamedia Press.


Farizal J. 2012. Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia
mammosa) terhadap proliferasi limfosit dan produksi ROI makrofag.
[tesis]. Semarang : Biomedical Science. Universitas Diponegoro.
Jacob BP. 2013. The SAGES Manual of Hernia Repair. New York: Springer
Science.
Kuntz HD. 2008. Hepatology Textbooks And Atlas. 3rd Ed. Berlin: Springer
Macfarlane PS, Robin R, Robin C. 2000. Pathology Illustrated. Ed ke-5. London:
Harcoutt Publishers Limited.
McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathology Basis of Veterinary Disease. Fourth
edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Shaw SE, Day MJ. 2005. Arthropode-Borne Infectious Disease Of The Dog And
Cat. London: Manson Publishing.
Vegad JL, Madhu SW. 2010. A Textbook of Veterinary Systemic Pathology. Ed
ke-2. Delhi: Salasar Imaging Systems.
Zajac AM, Conboy GA. 2012. Veterinary Clinical Pathology. 8th Ed. Iowa:
Wiley-Blacwell.

Anda mungkin juga menyukai