Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

” ANALISIS KATION GOLONGAN I”

Dosen pembimbing :

apt. Firdha Senja Maelaningsih, M.Farm.

Disusun oleh :

Liana Agustiani

201030700202

FKKP005

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TANGERANG SELATAN

2020
Nama : Liana Agustiani

NIM : 201030700202

Kelas : FKKP005

Tanggal Praktikum : Jumat, 20 November 2020. Pukul 08.00 – 10.30

1. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi kation-kation golongan I, II, III, IV, dan V serta uji penegasan
dengan menggunakan beberapa pereaksi yang spesifik.
2. Mengetahui dan memahami analisis kation serta karakteristik satu sampel.

2. Prinsip Praktikum
1. Mengetahui dua langkah utama dalam analisis
2. Mengetahui definisi reaksi identifikasi
3. Mengetahui definisi kation
4. Mengetahui kation golongan I, II, III, IV dan V
5. Mengetahui dalam mengidentifikasi kation golongan I

3. Teori Dasar
Senyawa-senyawa di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses
ionisasi sehingga senyawa-senyawa di alam dapat mengalami ionisasi menjadi
kation.Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara langsung tanpa suatu proses
analisis.Secara garis besarnya analisis suatu senyawa kimia dapat dibedakan atas dua
macam , yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimisi komponen-
komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan langkah estimasinya adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif berkaitan
dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam satu
sampel. Berdasarkan hal tersebut maka percobaan dilakukan identifikasi kation dan
anion ini. Analisis kuantitatif biasanya digunakan dalam identifikasi kation dan anion
dengan melakukan uji spesifik.
Identifikasi kation banyak dilakukan terutama terhadap sampel yang berupa
bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi danlain-
lain. Dengan uji ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera ditentukan tanpa
memerlukan waktu yang terlalu lama.
Reaksi identifikasi adalah suatu cara untuk mengenal ion-ion, baik kation
maupun anion dalam larutan dengan menggunakan pereaksi-peraksi tertentu. Setiap
ion akan memberikan hasil reaksi tertentu yang dapat membedakan dengan ion-ion
yang lain.
Dengan adanya pemisahan suatu unsur berguna untuk memisahkan bahan
galian yang tercampur. Selain itu juga dapat digunakan untuk kasus- kasus keracunan
logam berat seperti Hg dan Pb. Identifikasi anion dan kation banyak dilakukan
mengungat keduanya merupakan bagian bahan obat, bahan baku dan sediaan obat.
Namun keduanya dapat juga sebagai pencemar yang perlu diketahui keberadaannya
agar dapat diantisipasi bila membahayakan.
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif.Untuk tujuan analisis kualitatif
sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat
kation itu terhadap beberapa reagensia.Dengan memakai apa yang disebut regensia
golongan secara sistematik,dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan
kation ,dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium
karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia- reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak.Jadi boleh kita
katakan ,bahwa klasifikasi kation yang paling umum , didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida,sulfida,dan karbonat dari kation tersebut (Svehla G,1985).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut (Mulyono HAM, 2005) :
Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer.Ion-ion ini adalah timbal,merkurium(I) (raksa), dan perak.
Golongan II Kation golongan tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.Ion-
ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik,(III),
aresenik (V), stibium (III), stibium (V),timah(II)dan timah(III) (IV).Keempat ion yang
pertama merupakan sub-golongan IIA dan keenam yang terakhir, sub golongan
IIB.Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA tidak dapat larut dalam
amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIB justru yang dapat
larut.Golongan III Kation golonganini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.Namun, kation
ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau
amoniakal.Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel (II),besi(II), besi(III),
kromium (III), aluminium, zink dan mangan (II). Golongan IV Kation golongan ini
tak bereaksi dengan reagensia golongan I,II,III.Kation-kation ini membentuk endapan
dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral
atau sedikit asam.Kation-kation golongan ini adalah : kalsium, strontium, dan barium.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-
reagensia golongan sebelumnya, merupakan kation yang terakhir, yang meliputi ion-
ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.Untuk membedakan
antara ion yang satu dengan ion yang lain sering digunakan uji nyala. Reaksi
identifikasi yang sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik golongan tertentu. Reaksi
golongan untuk kation golongan II adalah H2S yang hasilnya adalah endapan-
endapan dalam berbagai warna.
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun PbCl2
sedikit larut dalam air, karena itu timbale tidak pernah mengendap sempurna bila
ditambahkan HCl encer kepda suatu cuplikan, ion timbale yang tersisa itu di
endapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation
golongan IV (Mulyono HAM, 2005).
Kation golongan II diatas dua subgolongan yaitu subgolongan tembaga dan
sub golongan arsenik. Subgolongan tembaga terdiri dari Hydrargium (II), Plumbum
(II), Bismut (III), Cuprun (II), dan Codmium (II). Subgolongan arsenik terdiri dari
arsen (III), stibium (II), stibium (V), starnum (II), dan starnum (IV) (Svehla G, 1985).
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation golongan III
menurut vogel adalah larutan hydrogen sulfida dengan adanya ammonia dan
ammonium klorida atau laruta ammonium sulfida (Svehla G, 1985).
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia tertentu dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan
bahwa, klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan larutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut . Reaksi golongan II yaitu
membentuk endapan. Endapan dengan berbagai warna seperti Fe2S2 (hitam),
Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (hitam), CoS (hitam), MnS (merah jambu),
dan ZnS (putih) (Svehla G, 1985).
Logam-logam pada golongan III ini tidak diendapkan oleh reagensia golongan
untuk kation golongan I dan II, tetapi semuanya diendapkan dengan adanya
ammonium klorida, dan hydrogen sulfide dari larutan yang telah dijadikan basa
dengan larutan ammonia. Logam-logam ini diendapakan dengan silfide kecuali
alumunium dan kromium yang diendapkan sebagai hidroksida karena hidrolisis yang
sempurna dari sulfida dalam larutan air. Besi, alumunium dan krom (sering disertai
mangan) juga diendapkan sebagai hidrokdsida aleh larutan ammonia dengan adanya
ammonium klorida. Sedangkan logam-logam dari kation golongan ini tetap berada
dalam larutan dan dapat diendapkan sebagai sulfida oleh hydrogen sulfida. Maka
golongan ini biasanya dibagi menjadi golongan besi, meliputi besi, alumunium, atau
kromium sering disebut golongan III A dan dolongan Zink meliputi nikel, kobalt,
mangan dan seng atau disebut golongan III B (Svehla G, 1985).
Kation golongan IV, meliputi barium, stronsium, dan kalsium. Reagensia yang
dipakai untuk klasifikasi kation golongan IV adalah (NH4)2CO3, yang nantinya akan
menghasilkan endapan putih (Mulyono HAM, 2005).
Kation golongan V sering disebut sebagai golongan sisa sehingga tak ada
regensia umum untuk golongan V. Kation-kation golongan V tidak bereaksi dengan
HCl, H2S, (NH4)2CO3. Reaksi-reaksi atau uji-ujinya ia dapat dipakai untuk
mengidentifikasi ion-ion ini. Adapun kation yang termasuk golongan V adalah
magnesium, kalium, natrium, dan ion ammonium (Svehla G, 1985).
Dalam contoh campuran ditunjukan kesulitan untuk menentukan dengan pasti
kation-kation apa saja yang terdapat dalam campuran. Disebutkan bahwa pereaksi
spesifik dapat dipakai untuk tujuan itu dengan melakukan reaksi untuk ion perion.
Cara lain untuk analisa campuran adalah dengan reaksi selektif (Mulyono HAM,
2005).

4. Tinjauan Bahan
1. Air suling (FI III, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18.02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwrana ; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat pelarut atau pengencer.

2. HCl (FI III, 1979 : 53)


Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
RM / BM : HCl / 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian air asap dan bau hilang.
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik.

3. Thioasetamida (FI III, 1979 : 722)


Nama resmi : THIOASETAMIDA
Nama lain : Thioasetamida
RM / BM : CH3.C15NH2
Pemerian : Serbuk hablur putih
Kelarutan : larut dalam air dan dalam etanol 95 % P, praktis tidak larut dalam
benzene P Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut

4. Natrium hidroksida (FI III, 1979 : 412)


Nama resmi : NATRII HYDROHYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
RM / BM : NaOH / 40.00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering keras, rapuh
dan menujukan susunan hablur ; putih mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif, segera menyerap Karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
5. Ammonia (FI III 1979 : 86)
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonia
RM / BM : NH4OH / 35.05
Pemerian : Cairan jernih tidak bewarna ; bau khas, menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat ; ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.

5. Alat Dan Bahan

A. Alat
1. Botol Semprot
2. Bunsen
3. Gegep
4. Pipet Tetes
5. Rak Tabung
6. Sendok Tanduk
7. Tabung Reaksi
B. Bahan
1. Aquades
2. Sampel XX
3. Larutan HCL 2 N
4. Larutan NaOH 2 N
5. Larutan NH4OH
6. Larutan Thioasetamid
7. Tissue roll

6. Prosedur Kerja
Pada Video 2
IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN 1 AG+ DAN PB2+

1. ( Uji Organoleptik Kation AG+ )


a. Siapkan sampel AG+ dan sampel PB2+
b. Sampel AG+ amati dan dilihat dari bentuk AG+ berbentuk serbuk kasar,
berwarna putih dan sampel AG+ tidak berbau.
2. ( Pembuatan Larutan Induk Kation AG+ )
a. Ambil sampel AG+ dengan menggunakan spatula, lau masukkan kedalam
tabung reaksi, kemudian tambahkan dengan aquades aduk hingga larut.
3. ( Uji PH Dan Kelarutan Kation AG+ )
a. Ambil sampel larutan induk AG+ sebanyak 2 tetes dan letakan pada platetes.
b. Kemudian ambil kertas pH masukkan kedalam sampel
c. Lalu samakan pH – nya, dan untuk larutan AG+ menghasilkan pH = 5
d. Selanjutnya uji kelarutan pada sampel AG+ yaitu larut dengan aquades.
4. ( Uji Reaksi Pendahuluan Kation AG+ )
a. Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing pada reaksi pendahuluan yaitu dengan
sampel ditambahkan sampel HCl, sampel H2SO4, sampel Na2S, dan sampel
NaOH.
b. Ambil larutan induk AG+ teteskan pasa masing-masing pada tabung reaksi
sebanyak 5 tetes.
c. Kemudian tambahkan sesuai dengan sampel HCl, lalu ditambahkan 2 tetes
sampel HCl kedalam larutan AG+, maka akan menghasilkan endapan
berwarna putih.
d. Tambahkan sampel H2SO4 sebanyak 2 tetes kedalam larutan AG+, maka akan
menghasilkan endapan yang tidak terjadi perubahan.
e. Tambahkan sampel Na2S sebanyak 2 tetes kedalam larutan AG+, maka akan
menghasilkan endapan berwarna coklat.
f. Terakhir tambahkan sampel NaOH sebanyak 2 tetes kedalam larutan AG+,
maka akan mengahasilkan endapan berwarna hitam.
5. ( Uji Reaksi Penegasan Kation AG+ )
a. Uji sampel AG+ ditambahkan dengan HCl, kemudian ditambahkan Na4OH
encer dan akan larut, lalu ditambahkan dengan HNO3 maka akan
menghasilkan endapan berwarna putih.
b. Sampel +HCl ditambahkan Na4OH sebanyak 4 tetes, kemudian ditambahkan
HNO3 sebanyak 5 tetes maka akan terjadi endapan berwarna putih, untuk
reaksi penegasan AG+.
c. Kemudian sampel AG+ ditambahkan dengan reagen KI, maka akan
menghasilkan endapan berwarna kuning.

IDENTIFIKASI KATION GOLONGAN 1 PB2+

1. ( Uji Organoleptik Kation PB2+ )


a. Sampel PB2+ amati dan dilihat dari bentuk PB2+ berbentuk serbuk kasar,
berwarna putih dan tidak berbau.
1. ( Pembuatan Larutan Induk Kation PB2+ )
a. Ambil sampel PB2+ dengan menggunakan spatula, lalu masukkan kedalam
tabung reaksi dan tambahkan dengan aquades aduk hingga larut.
2. ( Uji PH Dan Kelarutan Kation PB2+ )
a. Ambil larutan sampel PB2+, masukkan ke platetes sebanyak 2 tetes.
b. Kemudian ambil kertas pH masukkan kedalam sampel PB2+
c. Lalu samakan pH –nya, untuk larutan PB2+ menghasilkan pH = 4
3. ( Uji Reaksi Pendahuluan Kation PB2+ )
a. Siapkan 4 tabung reaksi masing-masing pada reaksi pendahuluan yaitu dengan
sampel ditambahkan sampel +HCl, sampel +H2SO4, sampel +Na2OH dan
sampel +Na2S.
b. Ambil larutan sampel PB2+, masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi
sebanyak 5 tetes.
c. Kemudian tambahkan sesuai dengan sampel +HCl, lalu ditambahkan sampel
+HCl sebanyak 2 tetes kedalam larutan PB2+, maka akan menghasilkan
endapan berwarna putih.
d. Sampel larutan PB2+ ditambahkan dengan sampel +H2SO4 sebanyak 2 tetes,
maka akan menghasilkan endapan berwarna putih.
e. Sampel larutan PB2+ ditambahkan dengan sampel +NaOH sebanyak 2 tetes,
maka akan menghasilkan endapan berwarna putih.
f. Terakhir, sampel larutan PB2+ ditambahkan dengan sampel +Na2S sebanyak
2 tetes, maka akan menghasilkan endapan berwarna putih.
4. ( Uji Reaksi Penegasan Kation PB2+ )
a. Sampel +HCl yang menghasilkan endapan berwarna putih, kemudian
dipanaskan dengan menggunakan Bunsen selama 1-2 menit, lalu didinginkan,
maka hasilnya akan menjadi endapan seperti jarum.
b. Kemudian sampel PB2+ ditambahkan dengan KI dan akan menghasilkan
endapan berwarna kuning, lalu dipanaskan dengan menggunakan Bunsen
selama 1-2 menit, lalu didinginkan, maka hasilnya menjadi endapan seperti
sisik ikan.

7. Data Pengamatan
Tabel Pengamatan
A) Pemeriksaan Uji Organoleptik

No Jenis Kation Uji Pendahuluan Pengamatan


1 Kation AG+ Bentuk Serbuk kasar
Warna Putih
Kelarutan Larut dalam aquades
Bau Tidak berbau
2 Kation PB2+ Bentuk Serbuk kasar
Warna Putih
Kelarutan Larut dalam aquades
Bau Tidak berbau

B) Pemeriksaan Uji Pendahuluan

No Sampel Pereaksi Pengamatan


1 Larutan kation AG+ HCl Endapan putih
H2SO4 Endapan tidak terjadi perubahan
Na2S Endapan coklat
NaOH Endapan hitam
2 Larutan kation PB2+ +HCl Endapan putih
+ H2SO4 Endapan putih
+Na2S Endapan putih
+NaOH Endapan putih
8. Kesimpulan
Sebelum pengujian secara spesifik, maka dapat melihat sampel yang
diberikan dengan menggunakan uji organoleptik yaitu uji dengan melihat warna, bau
dan bentuk, selanjutnya dengan menguji kelarutan dan pengukuran pH pada sampel
dan dilanjutkan dengan pengujian dari reaksi pendahuluan dan terakhir yaitu
pengujian penegasan golongan dari s a m p e l t e r s e b u t , p e n g u j i a n g o l o n g a n
i n i d e n g a n m e n a m b a h k a n beberapa pereaksi seperti HCl, H2SO4, Na2S,
NaOH. Dimana Ag+ dan Pb2+ termasuk dalam golongan I yang ditandai dengan
terbentuknya endapan putih setelah direaksikan dengan HCl encer . Dalam pengujian
reaksi pendahuluan dari kation golongan 1 yaitu Pb 2+ dan Ag+ d e n g a n
m e n a m b a h k a n beberapa pereaksi seperti HCl, H2SO4, Na2S, NaOH. Maka
akan menghasilkan endapan.
Pada sampel Pb2+ p e n g u j i a n i n i d e n g a n m e n a m b a h k a n beberapa
pereaksi seperti +HCl, +H2SO4, +Na2S, +NaOH maka akan menghasilkan
endapan berwarna putih. Selanjutnya pada sampel Ag+ dengan menambahkan pereaksi
seperti HCl, H2SO4, Na2S, NaOH, maka kan menghasilkan endapan. Pengujian
sampe Ag+ dengan pereaksi HCl maka akan menghasilkan endapan putih, sampel
Ag+ dengan pereaksi H2SO4 maka akan menghasilkan endapan yang tidak terjadi
perubahan warna, sampel Ag+ dengan pereaksi Na2S maka akan menghasilkan
endapan coklat, dan sampel Ag+ dengan pereaksi NaOH maka akan menghasilkan
endapan hitam.

9. Daftar Pustaka

file:///C:/Users/asus/Downloads/10.%20Modul%20Praktikum%20Kimia
%20Dasar%20Farmasi%20(3).pdf
https://www.youtube.com/watch?v=nDeNcdZyHU0

Anda mungkin juga menyukai