Anda di halaman 1dari 132

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN


CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
DENGAN MEDIA BERBASIS
INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA
SISWA KELAS X PEMASARAN
SMK NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:
RIMA ISWANTI
K 7408141

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
Juli 2012

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rima Iswanti


NIM : K7408141
Jurusan/ Program Studi : P.IPS/ Pendidikan Ekonomi/ BKK PTN

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGGUNAAN METODE


PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN
MEDIA BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION AND
TECHNOLOGY (ICT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA SISWA KELAS X
PEMASARAN DI SMK NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu,
sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Rima Iswanti

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN


CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)
DENGAN MEDIA BERBASIS
INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGY (ICT)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELAKSANAKAN PELAYANAN PRIMA
SISWA KELAS X PEMASARAN
SMK NEGERI 6 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:
RIMA ISWANTI
K 7408141

Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd Leny Noviani, S.Pd, M.Si.


NIP. 19480713 197304 1 001 NIP. 1979 03 11 2005 01 2 001

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :
Tanggal :

Tim Penguji Skripsi


Ketua : Drs. Sunarto, MM 1. __________
Sekretaris : Jonet Ariyanto Nugroho, SE.,MM 2. __________
Anggota : Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd 3. __________
Anggota : Leny Noviani, S.Pd, M.Si. 4. __________

Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.


NIP 1960 07 27 1987 02 1 001
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Rima Iswanti. Penggunaan Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


(CPS) Dengan Media Berbasis Information Communication Technology
(ICT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pemasaran Di
SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Juli. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode


pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media berbasis
Information Communication Technology (ICT) dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata diklat melaksanakan pelayanan prima siswa kelas X Pemasaran
di SMK Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi
antara peneliti, guru kelas dan melibatkan pertisipasi siswa. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012,
yang berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan
berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, dan (d) dokumentasi. Prosedur
penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi. .
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media berbasis
Information Communication Technology (ICT) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
Hasil penelitian pada hasil belajar ranah afektif siklus I indikator kinerja belum
tercapai. Kurang dari 70% siswa yang mencapai kriteria tuntas yaitu baik dan baik
sekali. Hasil penelitian pada hasil belajar ranah psikomotorik siklus I indikator
kinerja belum tercapai. Kurang dari 70% siswa yang mencapai kriteria tuntas
yaitu baik dan baik sekali. Hasil penelitian pada hasil belajar kognitif siklus I telah
mencapai indikator kinerja, lebih dari 80% siswa telah mencapai standar
ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Nilai rata-rata kelas setelah penerapan
metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media berbasis
Information Communication Technology (ICT) mengalami peningkatan sebesar
8,55 (nilai sebelum siklus 65,39 dan nilai siklus I 73,94). Pada siklus II jumlah
siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 36 siswa. Nilai
rata-rata kelas pada siklus II yaitu 81,89 dan nilai rata-rata kelas mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,95 (nilai siklus I 73,94 dan nilai
siklus II 81,89). Bila dibandingkan dengan sebelum penerapan metode
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media berbasis
Information Communication Technology (ICT), nilai rata-rata siswa pada siklus II
ini mengalami kenaikan sebesar 16,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
dengan media berbasis Information Communication Technology (ICT) dapat
commit to
meningkatkan hasil belajar melaksanakan user
pelayanan prima.

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Rima Iswanti. The Implementation Of Creative Problem Solving (CPS)


Learning Method Using Information Communication Technology (ICT)-
Based Media For Improving Students Learning Achievement On
Implementing Excellence Service Subject At Tenth (X) Marketing Grade Of
SMK 6 Surakarta In 2011/2012 Academic Year. Thesis, Surakarta: Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012.

The objective of this research is to know the description of the


implementation Creative Problem Solving (CPS) learning method using
information communication technology (ICT) based media for improving students
learning achievement in implementing excellent service subject matter at tenth
(X) marketing grade of SMK 6 Surakarta in 2011/2012 academic year.
The research method that used by researcher was Classroom Action
Research. This research was condungted collaborative among researcher,
classroom teacher, and involveed the student’s participation. The subjects of this
research were students of X Marketing SMK Negeri 6 Surakarta in 2011/2012
academic year, which consist of 38 students. The techniques for data’s collection
were: (a) observation, (b) interview, (c) test, and (d) documentation. The research
procedure covers of four steps such as: (a) planning the action, (b) action, (c)
observation and interpretation, and (d) analysis and reflection.
Based on the result of the research, it can be concluded that Creative
Problem Solving learning method with information communication technology
based media can improve student learning achievement. It can be seen from the
improvement of the students learning score in cycle I. The learning achievement
of the afective research on cycle I was not able to reach indicator, which is less
than 70% student achieve good and very good criteria. The achievement of the
psicomotoric research on cycle I is not able to reach indicator, less than 70%
student achieve good and very good criteria. The learning achievement of the
cognitive research in cycle I has achieved the indicator that is 80 % students have
achieved the minimum passing grade that was 75. After the implementation of
Creative Problem Solving-learning method with information communication
technology -based media, the means score improves up to 8.55 (the score before
the cycle was 65.39 and cycle I 73.94). In cycle II, 36 students or 94.73% students
have achieved the minimum passing grade. The mean score in cycle II is 81.89
and the improvement of students mean score occurred from cycle I to cycle II in
the amount of 7.95 (cycle I 73.94 and cycle II 81.89). Comparing between the
condition before the implementation of Creative Problem Solving learning
method with information communication technology based media, there is an
improvement of students mean score in cycle II in the amount of 16.5. Thus, it can
be concluded that the implementation of Creative Problem Solving learning
method with information communication technology based media can improve the
student implementing excellent service learning achievement.
commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH”

(tiada daya dan upaya melainkan dengan izin Allah)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Qs. Insyirah : 6-8)

“Kebanyakan orang gagal adalah orang yang tak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan titik sukses saat mereka memutuskan untuk meyerah”

(Thomas Alfa Edyson)

“Keyakinan yang ada dalam diri kita merupakan kunci utama untuk meraih suatu
cita-cita dan harapan, dengan keyakinan suatu hal yang tidak mungkin akan
menjadi mungkin”

(Peneliti)

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:

Ibu, sosok yang pertama dari tujuan hidupku, terimakasih untuk semangat,
kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi.

Bapak, sosok yang menjadi panutanku, yang selalu mengajarkanku arti hidup

Adikku tersayang, Siti Amiroh, terimakasih untuk keceriaan yang


membangkitkan senyum dan semangat

Seseorang yang sulit dibaca dan dipahami jalan fikirannya, Mas Fauzi
Khoirudin, terimakasih atas pencerahan dan semangat yang sangat berarti

Sahabat seperjuangan, Santi Fauzi Bruandari, Putri Tunjungsari,


terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini

Nurul, Kiki, Rosita, Widy, Tia, Novita, Indar, terimakasih untuk segala
inspirasi dalam menyusun skripsi ini

Teman-teman seperjuangan PTN ’08, semangat kawan, perjuangan kita


belum usai

Almamater

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya serta dengan usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan
terima kasih dan penghargaan penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Dr. Wiedy Murtini, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi yang
telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
4. Dra. Sri Wahyuni selaku , M.M., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Tata Niaga yang telah memberikan bimbingan, pengarahan
dengan bijaksana.
5. M Sabandi, S.E, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak doa dan bimbingan serta semangat.
6. Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.
7. Leny Noviani, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Dra. Sri Supartini,M.M., selaku kepala sekolah SMK Negeri 6 Surakarta
terima kasih atas ijin dan kemudahan bagi peneliti dalam pelaksanaan
penelitian. commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9. Kusrin Susilowati, S.Pd., selaku guru mata diklat melaksanakan pelayanan


prima SMK Negeri 6 Surakarta yang telah banyak membantu peneliti dalam
penelitian ini. Terima kasih untuk bantuan waktu, tenaga serta pikiran dan
juga doa yang selalu diberikan kepada peneliti.
10. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril,
materiil maupun sprirituil, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya
mengiringi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK PTN’08, terima
kasih buat motivasi, inspirasi dan doanya.
12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca
guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan dan Indikator Penelitian ..................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ............................................................................... 7
1. P 7
embelajaran ........................................................................... 8
2. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving..................... 8
a. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................
b. Pengertian Metode Pembelajaran Creative Problem 9
Solving ...............................................................................
c. Kelebihan Metode Pembelajaran Creative Problem 12
commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Solving ...............................................................................
d. Kelemahan Metode Pembelajaran Creative Problem 14
Solving ...............................................................................
3. Media Pembelajaran Berbasis Information Communication 15
Technology (ICT) ................................................................... 15
a. Pengertian Media Pembelajaran ........................................ 16
b. Macam-Macam Media Pembelajaran ............................... 17
c. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran ........................ 18
d. Manfaat Media Pembelajaran ........................................... 20
e. Fungsi Media Pembelajaran .............................................
f. Media Pembelajaran Information Communication
Technology ( ICT) Sebagai Salah Satu Media 21
Pembelajaran ..................................................................... 23
4. Hasil Belajar ........................................................................... 23
a. Definisi Hasil Belajar ........................................................ 26
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............ 27
c. Pengukuran Hasil Belajar .................................................. 29
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 30
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 33
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 34
B. Subjek Penelitian ………………………………........................... 34
C. Sumber Data .................................................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
E. Uji Validitas Data .......................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data..................................................................... 38
G. Indikator Kinerja ........................................................................... 39
H. Prosedur Penelitian.........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
commit to user
A. Deskripsi Pra Tindakan …………………..................................... 49

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .......................................... 50


1. Siklus I ..................................................................................... 72
2. Siklus II .................................................................................... 95
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ................................... 102
D. Pembahasan....................................................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
106
A. Kesimpulan ....................................................................................
107
B. Implikasi ........................................................................................
108
C. Saran ..............................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
113
LAMPIRAN ...............................................................................................

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Nilai Pre Test Melaksanakan Pelayanan Prima .....………...... 2
Tabel 2.1 Skala Evaluasi Hasil Belajar Siswa ………...……………..... 29
Tabel 3.1 Indikator Ketercapaian Belajar Siswa .……...……................ 38
Tabel 4.1 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I ...................................... 64
Tabel 4.2 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I ............................ 66
Tabel 4.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I .................................... 68
Tabel 4.4 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ..................................... 85
Tabel 4.5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II ........................... 87
Tabel 4.6 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II................................... 89
Tabel 4.7 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ................ 92
Tabel 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I dan Siklus II ...... 94
Tabel 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II .............. 96

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ................................................................ 32
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ........................ 47
Gambar 4.1 Profil Capaian Hasil Belajar Afektif Siklus I ...................... 65
Gambar 4.2 Profil Capaian Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I ............ 67
Gambar 4.3 Profil Capaian Hasil Belajar Kognitif Siklus I .................... 69
Gambar 4.4 Profil Capaian Hasil Belajar Afektif Siklus II .................... 86
Gambar 4.5 Profil Capaian Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II .......... 88
Gambar 4.6 Profil Capaian Hasil Belajar Kognitif Siklus II .................. 89
Gambar 4.7 Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II ........................ 93
Gambar 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I dan Siklus II............... 95
Gambar 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II ..................... 97

commit to user

xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Catatan Lapangan Observasi Awal ............................................... 113
2 Daftar Siswa Kelas X PM 1 SMK N 6 Surakarta ......................... 114
3 Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan ........................................ 115
4 Lembar Observasi Guru ................................................................ 117
5 Lembar Observasi Siswa ............................................................. 121
6 Pedoman Wawancara Observasi Awal ........................................ 128
7 Pedoman Wawancara Setelah Tindakan ....................................... 130
8 Hasil Wawancara dengan Guru Observasi Awal ......................... 133
9 Hasil Wawancara dengan Siswa Observasi Awal ........................ 135
10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................................ 138
11 Silabus Siklus I ............................................................................. 145
12 Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ........................................... 146
13 Catatan Lapangan Siklus I ............................................................ 147
14 Gambar Kegiatan Siklus I ............................................................. 154
15 Soal Evaluasi Siklus I ................................................................... 157
16 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ......................................... 159
17 Soal Diskusi Kelompok Siklus I ................................................... 161
18 Hasil Presentasi Diskusi Kelomok Siklus I .................................. 167
19 Lembar Observasi Siswa Siklus I ................................................. 170
20 Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................. 174
21 Hasil Belajar Siklus I .................................................................... 176
22 Daftar Hadir Siswa Siklus I .......................................................... 180
23 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus I ....................................... 181
24 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus I ..................................... 183
25 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 186
26 Silabus Siklus II ............................................................................ 194
27 Pembagian Kelompok Siklus commit to user
II .................................................... 195

xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28 Catatan Lapangan Siklus II ........................................................... 196


29 Gambar Kegiatan Siklus II ........................................................... 204
30 Soal Evaluasi Siklus II .................................................................. 206
31 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ........................................ 208
32 Soal Diskusi Kelompok Siklus II ................................................. 210
33 Hasil Presentasi Diskusi Kelompok Siklus II ............................... 218
34 Lembar Observasi Siswa Siklus II ................................................ 225
35 Lembar Observasi Guru Siklus II ................................................. 229
36 Hasil Belajar Siklus II ................................................................... 231
37 Daftar Hadir Siswa Siklus II ......................................................... 235
38 Hasil Wawancara dengan Guru Siklus II ..................................... 236
39 Hasil Wawancara dengan Siswa Siklus II .................................... 238
40 Perijinan ........................................................................................ 241

commit to user

xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan ujung tombak perbaikan kualitas SDM sehingga
diperlukan adanya suatu peningkatan perbaikan kualitas pendidikan. Usaha
peningkatan mutu pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan merupakan
suatu kebijakan dalam dunia pendidikan yang harus segera diupayakan. Melalui
pendidikan yang berkualitas diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi
yang unggul, cerdas dan kompetitif. Usaha perbaikan kualitas pendidikan harus
dilakukan secara menyeluruh oleh semua pihak baik pemerintah, guru, peserta
didik, maupun orangtua siswa. Salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas
pendidikan adalah metode serta media pembelajaran. Metode serta media
pembelajaran penting untuk diperhatikan karena dengan metode dan media
pembelajaran yang tepat dapat memberikan dampak positif dalam menciptakan
proses pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar yang optimal sehingga
tujuan perbaikan kualitas pendidikan yang lebih baik dapat tercapai.
Sejak disahkannya Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, peran guru dituntut harus berubah sesuai tuntutan kurikulum yang telah
diberlakukan. Dalam pasal 20b disebutkan bahwa: ”Guru berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni”. Berdasarkan pasal tersebut, guru wajib meningkatkan kreatifitas supaya
mampu menciptakan suasana kelas dan pembelajaran yang aktif, nyaman,
menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa merasa belajar merupakan sesuatu
yang menarik dan ditunggu-tunggu.
SMK Negeri 6 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan
unggulan di kota Surakarta. Sekolah ini telah banyak melakukan upaya
peningkatan mutu pendidikan, antara lain melakukan penyediaan fasilitas kegiatan
pembelajaran yang baik meliputi laboratorium, perpustakaan, komputer, koneksi
commit
internet, dan lain sebagainya, namun to user fasilitas ini belum memberikan
kelengkapan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

hasil belajar yang optimal sehingga diperlukan adanya perbaikan pada proses
pembelajaran yang berlangsung.
Hasil observasi peneliti di SMK Negeri 6 Surakarta di kelas X Pemasaran
pada Mata Diklat Melakukan Pelayanan Prima diketahui bahwa proses
pembelajaran yang berlangsung belum mencapai tujuan yang diharapkan. Tingkat
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar masih rendah, sehingga
hasil belajarnya juga masih rendah, prestasi belajar siswa banyak yang kurang
dari nilai ketuntasan minimal yaitu 75, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.1
berikut :

Tabel 1.1 Nilai Pre Test Mata Diklat Melakukan Pelayanan Prima Kelas X SMK
Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012

KELAS NILAI PROSENTASE


RATA-RATA KETUNTASAN
X PEMASARAN 1 65,39 18,4%
X PEMASARAN 2 66,375 25%

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa kelas X Pemasaran 1 merupakan


kelas yang nilai Mata Diklat Melakukan Pelayanan Prima belum mencapai batas
nilai ketuntasan minimal paling banyak, siswa yang belum tuntas di kelas X
Pemasaran 1 ini berjumlah 33 dari 38 siswa. Rendahnya hasil belajar siswa
tersebut sebagai akibat proses pembelajaran yang kurang sesuai. Kondisi
pembelajaran Mata Diklat Melakukan Pelayanan Prima di SMK NEGERI 6
Surakarta cenderung masih berpusat pada guru. Guru memberi penjelasan dan
siswa mencatat disertai tanya jawab seperlunya kemudian dilanjutkan dengan
latihan soal atau tugas. Dibandingkan dengan siswa kelas X PM 2, siswa kelas X
PM 1 cenderung kurang aktif dan kurang berminat terhadap proses pembelajaran.
Mereka terkesan kurang memperdulikan apa yang disampaikan oleh guru,
sehingga hasil belajarnya lebih rendah daripada siswa kelas X PM 2.
Berdasarkan permasalahan tersebut, supaya dapat menarik minat serta
commit to user
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya Mata Diklat Melakukan
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Pelayanan Prima diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan


semangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran
seharusnya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengembangkan
potensi diri siswa secara optimal. Bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat
diwujudkan antara lain metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab,
metode eksperimen, dan metode penyelesaian masalah (problem solving). Adanya
permasalahan hasil belajar tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran yang
sesuai dengan Mata Diklat yang diajarkan supaya tercipta proses pembelajaran
yang bermakna dan menyenangkan.
Penggunaan metode dalam proses belajar mengajar dilakukan supaya terjadi
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar-menukar
pengalaman, serta informasi untuk memecahkan masalah. Semua siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Oleh karena itu dalam pembelajaran diperlukan adanya aktivitas yang melibatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Selain itu motivasi dan
partisipasi dari siswa juga sangat diperlukan. Hal ini dilakukan supaya
pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan metode Creative Problem Solving (CPS) dengan media berbasis
Information Communication and Technology (ICT) yang dimungkinkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran, aktivitas yang melibatkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik juga akan meningkat sehingga hasil belajar dapat
meningkat. Metode dan media belajar merupakan dua unsur yang sangat penting
dan saling berkaitan pada suatu proses belajar mengajar. Pemilihan salah satu
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang
sesuai. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut memotivasi, mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang diciptakan oleh guru. Kegiatan belajar Melakukan Pelayanan Prima
dengan memanfaatkan media berbasis Information Communication and
commit to
Technology (ICT) dapat memotivasi usermembantu peserta didik dalam
dan
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

menguasai materi pembelajaran serta meningkatkan keaktifan siswa dalam


pelaksanaan proses pembelajaran.
“Creative Problem Solving merupakan suatu proses, metode, atau sistem
untuk mendekati suatu masalah di(dalam) suatu jalan/cara imajinatif dan
menghasilkan tindakan efektif” (William E. Mitchell and Thomas F. Kowalik,
1999: 4). Pembelajaran di SMK sangatlah komplek dan berkaitan dengan dunia
kerja, sehingga siswa harus memahami akan pentingnya pembelajaran tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode CPS. Metode CPS memeliki
karakteristik mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang potensial yaitu menstimulasi siswa dalam berpikir dan
membuat konsep melalui keterampilan memecahkan masalah. Pada umumnya
pembelajaran pemasaran hanya bersifat hafalan akan tetapi pada metode ini
peserta didik dihadapkan pada suatu persoalan yang belum ada penyelesaiannya.
Metode CPS mengharuskan siswa untuk aktif, berfikir logis serta kreatif dalam
pemecahan masalah, sehingga siswa mempunyai ingatan yang lebih kuat
dibandingkan apabila siswa hanya menghafal suatu materi pembelajaran. Ada
banyak kegiatan yang melibatkan kreatifitas dalam pemecahan masalah seperti
riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar, kegiatan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang kreatif. Dengan CPS, siswa dapat
memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Penerapan metode
pembelajaran CPS dapat mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah yang
ada di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mempelajari suatu subjek. CPS menyiapkan siswa
untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk memperoleh serta
menggunakan secara tepat sumber-sumber serta materi pembelajaran.
Siswa juga dapat menggunakan teknologi informasi untuk dapat
memecahkan persoalan yang dihadapi atau yang lebih dikenal dengan media
berbasis ICT. Pembelajaran ini memberi kesempatan siswa untuk dapat menggali
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan serta penggunaan teknologi
commit
informasi untuk dapat memecahkan to user Dengan menggunakan metode
permasalahan.
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

dan media diatas maka diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
meningkatkan pemahaman terhadap materi pembelajaran, meningkatkan
keaktifan, mempunyai semangat belajar, serta mengasah daya kreativitas,
sehingga hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian
sebagai berikut: “Penggunaan Metode Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) Dengan Media Berbasis Information Communication and
Technology (ICT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Melakukan Pelayanan
Prima Siswa Kelas X Pemasaran Di SMK Negeri 6 Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan metode
pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT pada Mata Diklat Melakukan
Pelayanan Prima dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK
Negeri 6 Surakarta?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X Pemasaran SMK Negeri 6 Surakarta melalui penerapan metode
pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT pada Mata Diklat Melakukan
Pelayanan Prima tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan suatu inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam
pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang dapat dijadikan
commit to user
dasar penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

c. Memberikan manfaat untuk mendukung teori-teori di bidang pendidikan


tentang penggunaan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis
ICT.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa :
Siswa termotivasi untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
Selain itu untuk melatih siswa supaya dapat berpikir secara kritis dan
analitis.
b. Bagi Guru
Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran
CPS dengan media berbasis ICT dalam proses belajar mengajar di kelas
sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
merealisasikan tujuan pembelajaran bagi siswa dan juga sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
2) Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan
peningkatan mutu proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan
metode pembelajaran CPS serta pengaruh terhadap perkembangan siswa
setelah penggunaan metode pembelajaran CPS.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membelajarkan peserta
didik. Pembelajaran merupakan upaya yang diberikan pendidik supaya terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Sadiman dkk.
dalam Warsita mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran adalah usaha usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri peserta didik” (2008: 85). Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”.
Dalam konsep pembelajaran terkandung dua kegiatan yaitu belajar dan
mengajar. Pembelajaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan upaya
membelajarkan siswa supaya berkembang potensi intelektual yang ada pada
dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut terjadinya
komunikasi dua arah yang melibatkan dua pihak yaitu antara pihak yang
mengajar yakni guru yang mengajar dengan pihak yang belajar yakni siswa
sebagai peserta didik. Berdasar konsep tentang pembelajaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang terarah pada
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
Pembelajaran bertujuan mengubah siswa dari yang belum terdidik, menjadi
commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan akan sesuatu,
menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.

2. Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


a. Pengertian Metode Pembelajaran
Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh
metode pembelajaran yang digunakan. Metode secara umum dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, di antaranya:
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan eksperimen, tugas
belajar dan resitasi, kerja kelompok, sosiodrama (role playing), pemecahan
masalah (problem solving), sistem regu, karyawisata, dan sebagainya.
Mengenai definisi metode pembelajaran, Hamdani berpendapat,
“Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswa” (2011: 80). Sutikno (2009) juga
berpendapat, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi
pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran
pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan” (hlm.88). Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah cara yang
sistematis yang digunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan
siswa saat proses belajar mengajar berlangsung dalam upaya untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran yang ditetapkan oleh guru hendaknya
memungkinkan siswa banyak belajar proses (learning by process), bukan
hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya
hanya menekankan pada hasil belajar segi kognitif saja sedangkan belajar
proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

b. Pengertian Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


Proses pembelajaran yang aktif dapat tercapai salah satunya dengan
cara guru harus menentukan metode pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran yang digunakan harus menekankan pada proses belajar siswa
secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode
pembelajaran harus dapat membuat siswa dapat belajar lebih optimal.
Belajar optimal dapat dicapai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru
yang aktif pula.
Metode Creative Problem Solving (CPS) pertama kali diperkenalkan
oleh Alex Osborn, seorang Creator of Brain Storming, pendiri dari The
Creative Education Foundation (CEF) dan Co-founder of a Highly
Successful New York Advertising Agency. Pada awalnya metode ini
banyak dipergunakan di perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para
karyawan yang bekerja dalam perusahaan tersebut memiliki kreativitas yang
tinggi, baik dalam melaksanakan setiap tanggung jawab pekerjaannya
maupun dalam upaya membantu memecahkan setiap persoalan yang terjadi
di perusahaan, namun pada perkembangan selanjutnya metode ini juga
banyak diterapkan di dunia pendidikan.
Creative Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan, dan ketika dihadapkan
dengan suatu pertanyaan siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan
masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya
dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah
memperluas proses berpikir (Pepkins, 2004).
Metode pembelajaran CPS merupakan metode pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil
belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara seimbang. Pembelajaran CPS memacu keterlibatan siswa baik secara
fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses
pembelajaran. Pembelajarancommit to usermasalah mendorong siswa untuk
pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

memperoleh pengetahuan dari setiap sumber belajar yang tersedia yang


dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.
Ditinjau dari aspek psikologi belajar, metode CPS berdasar kepada
psikologi kognitif yang menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku karena adanya pengalaman (Sanjaya, 2011). Belajar bukan
semata-mata proses menghafal sejumlah fakta dan teori melainkan suatu
proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui
proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, yaitu
perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga
aspek afektif dan psikomotorik melalui pendalaman dari masalah yang
dihadapi.
Osborn mengemukakan bahwa metode Creative Problem Solving
mempunyai tiga macam prosedur, yaitu:
1) Menemukan fakta, meliputi proses merumuskan dan menjabarkan
masalah, mengumpulkan serta meneliti data dan informasi yang
relevan.
2) Menemukan gagasan, yaitu berkaitan dengan memunculkan dan
memodifikasi gagasan tentang strategi apa yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah.
3) Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak dari
pemecahan masalah. (Cahyono, 2007)

Langkah-langkah dalam metode pembelajaran Creative Problem


Solving juga dikemukakan oleh Pepkins yaitu sebagai berikut :
1) Klarifikasi Masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa
tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang
penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
2) Pengungkapan Pendapat
Siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai
macam strategi penyelesaian
commitmasalah.
to user Siswa diberi kesempatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap


untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari setiap ide yang
diungkapkan, siswa mampu untuk memberikan alasan.
3) Evaluasi dan Pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk
menyelesaikan masalah.
4) Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil
untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (2004).

Dalam penelitian ini, langkah-langkah metode Creative Problem


solving yang digunakan adalah langkah-langkah metode CPS yang
dikemukakan oleh Pepkins. Pada tahap klarifikasi masalah, siswa dilatih
agar terampil dalam merumuskan suatu permasalahan. Perumusan suatu
masalah secara tepat dan akurat dapat dilakukan ketika siswa mampu
menemukan dan memahami situasi dan kondisi dari suatu permasalahan.
Selanjutnya, siswa memilih informasi-informasi yang relevan dan
mengabaikan informasi-informasi yang tidak relevan sehingga siswa dapat
menemukan kata kunci dari permasalahan tersebut. Dari informasi yang
diperoleh dalam soal, selanjutnya dapat dipikirkan mengenai data apa yang
diketahui dalam soal, apakah yang ditanyakan, adakah data yang harus
dicari terlebih dahulu dan sebagainya.
Pada tahap pengungkapan gagasan, siswa diharapkan menjadi mahir
dalam merepresentasikan masalah. Siswa diberi kesempatan untuk
menemukan dan mengungkapkan gagasan tentang berbagai strategi
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan semua informasi dan kata
kunci permasalahan yang diperoleh dari tahap klarifikasi masalah,
selanjutnya untuk dapat merepresentasikan sebuah permasalahan dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

baik, hal mendasar yang diperlukan oleh siswa adalah membangun


gambaran berpikir logis dan kreatif.
Pada tahap evaluasi dan seleksi, siswa dilatih supaya terampil dalam
memilih dan mengembangkan strategi penyelesaian yang paling efektif
dalam menyelesaikan masalah tersebut disertai dengan alasan-alasan yang
logis terhadap strategi pemecahan masalah yang dipilih. Dibantu dengan
bimbingan dan arahan dari guru, siswa mengevaluasi dan menyeleksi
berbagai gagasan tentang strategi pemecahan masalah sehingga pada
akhirnya dapat diperoleh suatu strategi yang tepat dan optimal untuk
menyelesaikan masalah. Pada tahap implementasi, siswa menentukan
strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian
menerapkannya sampai menemukan solusi dari permasalahan yang
diberikan dan menafsirkan jawaban dengan tepat.

c. Kelebihan Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


Metode pembelajaran Creative Problem Solving memiliki beberapa
kelebihan antara lain sebagai berikut:
1) Merupakan metode yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4) Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada
dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti
oleh siswa, bukan sekedar belajar
commit dari guru atau dari buku-buku saja.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

7) Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.


8) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
9) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Mengembangkan minat siswa untuk terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir (Sanjaya, 2011).

Keunggulan metode Creative Problem Solving juga dinyatakan oleh


Hamdani yaitu :
1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2) Berpikir dan bertindak kreatif.
3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan khususnya dunia kerja (2011: 84).

Berdasarkan uraian dan rangkuman di atas, dapat disimpulkan bahwa


metode pembelajaran Creative Problem Solving memiliki beberapa
keuntungan, yaitu menjadikan pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan nyata, khususnya dengan kondisi dunia kerja dan kondisi
di masyarakat. Penggunaan metode ini juga melatih dan membiasakan para
siswa supaya mampu menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
dan merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif
dan menyeluruh, karena dalam proses belajar siswa banyak menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah.

commit to user
d. Kelemahan Metode Pembelajaran Creative Problem Solving
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Metode pembelajaran Creative Problem Solving (metode pemecahan


masalah) selain memiliki banyak kelebihan juga terdapat kelemahan-
kelemahan, antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan
kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-
kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa (Djamarah & Zain, 2010).

Sanjaya juga berpendapat mengenai kelemahan metode Creative


Problem Solving yaitu sebagai berikut:
1) Siswa yang tidak memiliki minat atau merasa bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencobanya.
2) Keberhasilan metode pembelajaran pemecahan masalah membutuhkan
banyak waktu untuk melakukan persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari (2011).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan


metode pembelajaran Creative Problem Solving adalah memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain. Beberapa keterbatasan, seperti terbatasnya alat atau media menyulitkan
commit
siswa untuk melihat langsung dan tomengamati
user sehingga siswa mengalami
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

kesulitan dalam menyimpulkan peristiwa/permasalahan tersebut, serta siswa


yang pasif dan malas akan tertinggal.

3. Media Pembelajaran Berbasis Information Communication and


Technology (ICT)
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah atau suatu
alat. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Media menurut
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Assosiation of Education
and Communication Technology (AECT) adalah segala bentuk yang
digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi (Sanaky, 2009). Media
pembelajaran merupakan salah satu alat atau wadah yang digunakan untuk
menyampaikan suatu pesan pembelajaran dalam proses interaksi antara
pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Briggs dalam Sanaky juga menyatakan “Media adalah segala wahana
atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar
untuk belajar” (2009: 3). Media pembelajaran adalah media yang dirancang
secara khusus untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
peserta didik sehingga terjadi proses pembelajaran. Media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Berdasar beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran bukan hanya sekedar suatu alat atau wadah yang digunakan
untuk menyampaikan suatu pesan pembelajaran dalam proses interaksi
antara pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Akan tetapi juga sebagai alat yang dirancang guna
membangkitkan motivasi commit to user
dan rangsangan belajar serta memberikan
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

pengaruh psikologis terhadap siswa untuk belajar. Selain membangkitkan


motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa
meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.
Penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi dalam
mencapai tujuan pembelajaran.

b. Macam-Macam Media Pembelajaran


Media pengajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga
peserta didik dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan
makna yang disampaikan itu. Macam- macam media pembelajaran dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung suara
3) Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat misalnya, rekaman
video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Saryulis,
2011).

Hamdani berpendapat bahwa secara garis besar media pembelajaran


terbagi atas:
1) Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang
memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak
mengandung unsur suara, seperti gambar, lukisan, foto, dan sebagainya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

3) Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan
juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video,
film, dan sebagainya.
4) Orang (people), yaitu orang yang menyimpan informasi.
5) Bahan (materials), yaitu suatu format yang digunakan untuk
menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga,
transparansi, film, slide, dan sebagainya.
6) Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering
disebut dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan
bahan pembelajaran, seperti komputer, radio, televisi, VCD/DVD, dan
sebagainya.
7) Teknik (technic), yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang dalam
memberikan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, seperti
ceramah, diskusi, seminar, simulasi, permainan, dan sejenisnya.
8) Latar (setting), yaitu lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun
di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara
khusus disiapkan untuk pembelajaran, seperti ruang kelas, studio,
perpustakaan, aula, teman, pasar, toko, museum, kantor, dan sebagainya
(2011).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media


pembelajaran bukan hanya berupa alat perantara seperti TV, radio, slide,
bahan cetakan. Media pembelajaran juga dapat berupa manusia sebagai
sumber belajar atau juga berupa kegiatan seperti diskusi, seminar, karya
wisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, menambah
keterampilan, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

c. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran


Penggunaan media pembelajaran memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2) Meningkatkan efisiensicommit to user
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

3) Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar.


4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Sanaki,
2009).
Sumantri dan Permana berpendapat, secara khusus media
pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik supaya lebih memahami
konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan
media yang paling tepat sesuai dengan karakteristik bahan.
2) Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
3) Menumbuhkan sikap dan keterampilan khusus dalam teknologi karena
peserta didik tertarik untuk menggunakan serta mengoperasikan media
tersebut.
4) Menciptakan situasi belajar tak terlupakan bagi peserta didik (2001).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan


penggunaan media adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
kegiatan belajar mengajar serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Media
pembelajaran juga memberi variasi metode pembelajaran dan meningkatkan
aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

d. Manfaat Media Pembelajaran


Media pembelajaran harus mampu meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar, merangsang siswa untuk mengingat apa yang sudah
dipelajari, serta mampu memberikan rangsangan belajar baru. Manfaat
media pembelajaran adalah:
1) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai
tujuan pembelajaran dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi


verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar. Pembelajar tidak
bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar (Sanaky, 2009).

Secara lebih khusus, Kemp dan Dayton mengidentifikasikan manfaat


media pembelajaran sebagai berikut:
1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Dengan bantuan
media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat
dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
di antara siswa dimanapun berada.
2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat
menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik
secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan
tidak membosankan.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media akan
terjadi komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru
cenderung bicara satu arah.
4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan
lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran
secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan
media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat
membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh.
6) Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih
leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

7) Media dapat menumbuhkan sikap positif terhadap materi dan proses


belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga
mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar
mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8) Mengubah peran guru kearah yang lebih positif produktif. Guru dapat
berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu
untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya,
seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian,
memotivasi belajar, dan lain sebagainya (Hamdani, 2011).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa


media memiliki manfaat untuk memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga kegiatan belajar mengajar lebih optimal, efektif, dan
efisien. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa.

e. Fungsi Media Pembelajaran


Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa
informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Fungsi media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
3) Menumbuhkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa
dengan sumber belajar.
4) Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama (Hamdani, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Sanaky juga berpendapat bahwa fungsi media pembelajaran adalah


untuk merangsang pembelajaran dengan:
1) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka.
2) Membuat duplikasi dari objek sebenarnya.
3) Membuat konsep abstrak ke konsep konkrit.
4) Memberi kesamaan persepsi.
5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak.
6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.
7) Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran (2009).

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan


bahwa fungsi media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar adalah
mendorong terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Siswa yang
belajar dengan mendengarkan saja akan memiliki tingkat pemahaman dan
lamanya ingatan bertahan yang kurang maksimal, dibandingkan dengan
siswa yang belajar dengan melihat atau mendengarkan dan melihat secara
bersamaan. Media pembelajaran mampu membangkitkan dan memberikan
suasana senang dan bahagia serta adanya keterlibatan mental dan emosional,
sehingga akan berpengaruh terhadap semangat belajar siswa dan kondisi
pembelajaran yang lebih hidup serta peningkatan pemahaman siswa
terhadap materi ajar.

f. Media Pembelajaran Information Communication and Technology


(ICT) Sebagai Salah Satu Media Pembelajaran
Saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pembelajaran dari teacher
centered menjadi student centered. Proses pembelajaran tidak lagi
didominasi oleh guru melainkan siswa dituntut untuk lebih aktif serta
berpartisipatif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dapat dirangsang melalui rancangan pembelajaran yang tepat
yang meliputi metode, model, maupun
commit to usersumber dan media pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

yang digunakan. Supaya menarik perhatian siswa, guru dituntut untuk


pandai dalam memilih media pembelajaran yang menarik dan inovatif.
Salah satu inovasi tersebut adalah menggunakan media pembelajaran
berbasis Information Communication and Technology (ICT) / Teknologi
Informasi dan komunikasi (TIK).
Masyarakat dunia saat ini tengah berada dalam era informasi dan
komunikasi. Perkembangan TIK yang sangat pesat telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Kehadiran
Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran merupakan
tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Dengan adanya TIK dalam
pembelajaran dapat memperkaya suasana pembelajaran. Pemanfaatan TIK
tidak hanya sebatas pada pengoperasian komputer melainkan juga
bagaimana menggunakan teknologi untuk berkolaborasi, berkomunikasi,
melakukan penelitian, dan menyelesaikan masalah dalam proses
pembelajaran. Wardiana dalam Warsita mengungkapkan, “Teknologi
informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah,
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas” (2008:
135). Sedangkan United Nation dalam Sutrisno menyatakan, “TIK
merupakan internet, telekomunikasi, peralatan teknologi informasi, media
dan penyiaran, perpustakaan dan pusat dokumen dan berbagai peralatan lain
yang berhubungan dengan aktivitas komunikasi” (2011: 57).
Pembelajaran berbasis TIK memiliki banyak keunggulan. Alessi dan
Trollip dalam Sutrisno memberi batasan yaitu penggunaan waktu yang
digunakan menjadi lebih efektif, bahan materi pelajaran menjadi lebih
mudah diakses, menarik, dan murah biayanya. Peserta didik juga dapat
belajar dengan lebih percaya diri sesuai dengan caranya sendiri, serta
peserta didik lebih banyak memiliki kesempatan bereksplorasi karena
termotivasi dengan hadirnya TIK dalam proses pembelajaran (2011).
Pembelajaran berbasis TIK dapat mendorong timbulnya komunikasi,
kreativitas, dan kemampuancommit to user masalah-masalah yang dihadapi
memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

oleh peserta didik. Webb dalam Sutrisno juga berpendapat bahwa iklim
pembelajaran yang menggunakan media TIK memberikan hasil antara lain:
1) Mempercepat pemahaman kognitif
2) Memperluas pengalaman belajar sehingga siswa dapat mempelajari
sains melalui pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari
3) Meningkatkan manajemen diri
4) Memfasilitasi pengumpulan data serta presentasinya (2011).

Di balik keandalan media TIK sebagai media pembelajaran, terdapat


beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan perangkat
yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan tertinggal zaman.
2) Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal
memerlukan pendamping guna menjelaskan penggunaannya
3) Perangkat keras dan lunak yang mahal dan cepat tertinggal zaman.
(Hamdani, 2011).

4. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang ketika ia
melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran bukan
semata-mata transformasi pengetahuan, namun sebagai upaya pendidikan
untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Oleh karena itu pengajar harus
memperhatikan hasil belajar. Hasil belajar merupakan puncak dari suatu
proses belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah
mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009).
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang
diajarkan dapat dipahami siswa.
Bloom memberi batasan mengenai hasil belajar yaitu bahwa hasil
belajar memiliki tiga ranah (domain) sebagai berikut:
1) Ranah kognitif
merupakan ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
evaluasi, dan kreasi (David R. Krathwohl dalam Miftah, 2012).
2) Ranah afektif
merupakan ranah yang berkenaan dengan sikap. Ranah afektif terdiri
dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah psikomotor
merupakan ranah yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ranah psikomotorik terdiri dari enam aspek
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2009).

Penguasaan aspek kognitif dapat diukur dengan tes lisan atau tes
tertulis meliputi pilihan ganda, uraian bebas, unjuk kerja, atau pengumpulan
hasil kerja siswa. Ranah afektif dapat diukur dengan teknik angket dan
observasi secara langsung, yang diukur adalah sikap dan minat peserta didik
terhadap pelajaran. Ranah psikomotorik dapat diukur dengan teknik angket
dan observasi secara langsung yang dapat berupa tes identifikasi, tes
simulasi, dan tes unjuk kerja.
Hasil belajar menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar.
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga
kecakapan dan keterampilan dalam melihat, mengamati, menganalisis dan
memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian. Hasil
belajar siswa adalah perubahan tingkah
commit to userlaku. Tingkah laku sebagai hasil
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Oleh sebab itu dalam penilaian hasil belajar rumusan
kemampuan dan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
(kompetensi) menjadi unsur penting sebagai dasar acuan penilaian.
Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar tersebut dapat terlihat
menjadi bermacam-macam bentuk. Gagne mengungkapkan, ada lima bentuk
perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar yaitu:
1) Informasi verbal yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik
secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama
terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2) Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan
(discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan
hukum. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
pemecahan masalah.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks
proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan
ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran.
4) Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa,
didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai
pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5) Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan
commit
pergerakan yang dikontrol oleh to user
otot dan fisik (Sudjana, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Jadi penilaian dilakukan terhadap proses pembelajaran yang


mencakup aktivitas dan hasil dari aktivitas belajar tersebut. Penilaian tidak
hanya dilakukan secara tertulis, tetapai juga secara lisan dan penilaian
perbuatan. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar akan
tersimpan dalam jangka waktu lama bahkan tidak akan pernah hilang. Hasil
belajar berperan serta dalam pembentukan pribadi individu sehingga akan
mengubah cara berfikir dan perilaku menjadi lebih baik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa meningkatakan hasil belajar siswa dalam penelitian ini
ditekankan pada hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor yang
dilakukan siswa selama berlangsungnya proses belajar.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi:
1) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi), seperti
mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna;
faktor psikologis, seperti kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minat
kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri, serta faktor
kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
Faktor eksternal meliputi: faktor sosial, seperti lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok; faktor budaya, seperti
adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; faktor
lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar; serta faktor
lingkungan spiritual atau keagamaan (2003).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

c. Pengukuran Hasil Belajar


Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar
memiliki sasaran yaitu berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan
pembelajaran. Ranah tujuan pembelajaran berdasarkan hasil belajar siswa
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek yaitu: (1) ingatan; (2) pemahaman; (3) aplikasi; (4) analisis;
(5) evaluasi; (6) kreasi (David R. Krathwohl dalam Miftah, 2012). Ranah
afektif berkaitan dengan sikap yang meliputi lima aspek, yaitu: (1)
penerimaan; (2) jawaban atau reaksi; (3) penilaian; (4) organisasi, dan (5)
internalisasi. Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yaitu: (1) gerakan refleks; (2) keterampilan gerakan dasar; (3)
kemampuan perseptual; (4) keharmonisan atau ketetapan; (5) gerakan
keterampilan kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana,
2009).
Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen
penilaian yang terdiri dari penilaian hasil belajar aspek kognitif, komponen
praktik yang melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap yang
berhubungan dengan kondisi afektif siswa. Berdasar pedoman tersebut, hasil
belajar yang hendak diteliti oleh peneliti adalah hasil belajar yang
berorientasi pada proses dan produk/ hasil pembelajaran. Proses merupakan
suatu kegiatan untuk menuju kepada hasil, sedangkan hasil merupakan
produk atau output dari suatu kegiatan. Penilaian proses dilakukan
bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran dengan cara
menilai langsung saat siswa melakukan diskusi, memecahkan masalah, dan
presentasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Penilaian hasil belajar afektif dilakukan dengan menilai aspek yang


berkenaan dengan sikap dan nilai yang tampak pada diri siswa selama
proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aspek hasil belajar afektif yang
dinilai meliputi aspek kemampuan kerjasama dalam diskusi, aspek
kemampuan memecahkan masalah, aspek kemampuan bertanya/
mengeluarkan pendapat, dan aspek kemampuan menjelaskan dalam
presentasi. Penilaian hasil belajar psikomotorik dilakukan dengan menilai
aspek yang berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak
siswa. Dalam penelitian ini aspek hasil belajar psikomotorik yang dinilai
meliputi aspek segera memasuki kelas pada saat guru datang, aspek
kecekatan bergabung dengan kelompok, aspek kesiapan dan keaktifan
melakukan presentasi, dan aspek mengacungkan tangan ketika bertanya/
mengeluarkan pendapat. Penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik
dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran dengan
cara menilai langsung saat siswa melakukan diskusi, memecahkan masalah,
dan presentasi.
Untuk melakukan penilaian proses, peneliti menggunakan penilaian
autentik (authenthic assessment). Menurut Mueller dalam Nuryani (2006),
penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang
bermakna. Mueller (2006) juga menyatakan bahwa penilaian autentik
merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Nuryani, 2006). Ketika
melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai
secara langsung, seperti kemampuan berdiskusi, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat, dan
kemampuan melakukan presentasi. Penilaian autentik juga digunakan untuk
menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan
sesuatu. Bentuk penilaian autentik dapat berupa penilaian kinerja, penilaian
informal, observasi, penggunaan pertanyaan, presentasi, diskusi, proyek,
commit
investigasi atau penyelidikan, to userjurnal, wawancara, konferensi, dan
portofolio,
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

evaluasi diri oleh siswa (Mertler, 2009). Penilaian autentik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penilaian kinerja siswa saat melakukan diskusi,
tanya-jawab, dan presentasi.
Indikator yang digunakan dalam menilai proses pembelajaran adalah
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan ketepatan serta ketelitian
dalam menyelesaikan masalah yang mencakup aspek afektif dan
psikomotorik siswa, sedangkan indikator untuk menilai produk adalah
ketuntasan belajar melalui test tertulis. Untuk melakukan penilaian autentik
terhadap proses pembelajaran menggunakan sebuah kriteria penilaian
(rubrik). Andrade menyatakan, “Rubrik merupakan alat pemberi skor yang
berisi daftar kinerja untuk sebuah pekerjaan atau tudas” (Nuryani, 2006).
Untuk melakukan penilaian baik terhadap proses pembelajaran maupun
terhadap ketuntasan belajar, peneliti menggunakan skala evaluasi sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Skala Evaluasi Hasil Belajar Siswa

NILAI (%) KATEGORI


81 – 100 atau lebih Baik Sekali
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
≤ 20 Kurang Sekali
(Sumber: Mulyadi, 2010: 147)

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian sejenis yang penulis gunakan dalam referensi penelitian ini
adalah :
1. Penelitian tentang Creative Problem Solving terdahulu pernah dilakukan Ulis
Supriyana dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Creative
Problem Solving Berbasis Portofolio Ditinjau dari Aktivitas Siswa pada
Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo. Hasil penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

menunjukkan bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving dapat


meningkatkan prestasi belajar siswa ditinjau dari aktivitas belajar siswa.
2. Penelitian tentang Creative Problem Solving terdahulu pernah dilakukan Dwi
Astuti Noviyanti dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Matematika dengan Pendekatan Creative
Problem Solving pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Creative Problem
Solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah subjek
penelitian ini di kelas X Pemasaran SMK Negeri 6 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012 dengan objek penelitian penerapan metode pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dengan media berbasis Information Communication and
Technology (ICT) untuk meningkatkan hasil belajar pada Mata Diklat Melakukan
Pelayanan Prima.

C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran di SMK Negeri 6 Surakarta saat ini dirasakan kurang
memotivasi siswa dalam pembelajaran. Siswa kurang aktif dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
siswa rendah. Siswa cenderung hanya menghafal materi pelajaran, kurang
memahami konsep pelajaran dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut
jika menemui masalah dalam kehidupan nyata. Siswa kurang mampu dalam
menentukan dan merumuskan masalah sehingga hasil belajar yang berkaitan
dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar menjadi kurang optimal.
Upaya peningkatan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
perlu adanya perbaikan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang menentukan keberhasilan
pembelajaran yakni meliputi input dan proses. Peran dari beberapa komponen
yang terdiri dari siswa, guru, kondisi atau situasi belajar, metode pembelajaran,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

dan media pembelajaran sangat penting dalam upaya mewujudkan keberhasilan


proses pembelajaran.
Pembelajaran di SMK sangatlah komplek dan berkaitan dengan dunia kerja,
sehingga siswa harus memahami akan pentingnya pembelajaran tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode CPS. Metode CPS memeliki
karakteristik mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang potensial yaitu menstimulasi siswa dalam berpikir dan
membuat konsep melalui keterampilan memecahkan masalah. Cahyono (2007)
mengemukakan bahwa dalam CPS siswa tidak hanya belajar dengan cara
menghafal tanpa berfikir, melainkan juga dengan keterampilan memecahkan
masalah sehingga metode ini dapat memperluas proses berpikir siswa. Upaya
membiasakan siswa menggunakan langkah-langkah yang kreatif dalam
memecahkan masalah diharapkan tidak hanya menjadikan siswa seorang problem
solver yang lebih baik, melainkan siswa akan lebih menguasai kemampuan-
kemampuan yang lain daripada siswa yang hanya diarahkan untuk melakukan
latihan saja. Kemampuan siswa akan bertambah seiring dengan proses belajar
yang secara bertahap melibatkan kemampuan berfikir siswa dalam proses
penemuan, khususnya dalam merumuskan, merepresentasikan, dan menyelesaikan
masalah.
Langkah-langkah metode CPS meliputi mengklarifikasi masalah,
mengungkapkan gagasan, evaluasi dan pemilihan, dan implementasi. Pada tahap
klarifikasi masalah, siswa dilatih supaya terampil dalam merumuskan suatu
permasalahan. Selanjutnya, siswa memilih informasi-informasi yang relevan dan
mengabaikan informasi-informasi yang tidak relevan sehingga siswa dapat
menemukan kata kunci dari permasalahan tersebut. Dari informasi yang diperoleh
dalam soal, selanjutnya dapat dipikirkan mengenai data apa yang diketahui dalam
soal, apakah yang ditanyakan, adakah data yang harus dicari terlebih dahulu dan
sebagainya.
Pada tahap pengungkapan gagasan, siswa diharapkan menjadi mahir dalam
merepresentasikan masalah. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan
mengungkapkan gagasan tentangcommit to user
berbagai strategi pemecahan masalah dengan
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

mempertimbangkan semua informasi dan kata kunci permasalahan yang diperoleh


dari tahap klarifikasi masalah, selanjutnya untuk dapat merepresentasikan sebuah
permasalahan dengan baik, hal mendasar yang diperlukan oleh siswa adalah
membangun gambaran berpikir logis dan kreatif.
Pada tahap evaluasi dan seleksi, siswa dilatih supaya terampil dalam
memilih dan mengembangkan strategi penyelesaian yang paling efektif dalam
menyelesaikan masalah tersebut disertai dengan alasan-alasan yang logis terhadap
strategi pemecahan masalah yang dipilih. Dengan bimbingan dan arahan dari
guru, siswa mengevaluasi dan menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi
pemecahan masalah sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu strategi yang
tepat dan optimal untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya pada tahap
implementasi, siswa menentukan strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan solusi dari permasalahan
yang diberikan dan menafsirkan jawaban dengan tepat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode CPS, siswa akan
membentuk kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa kemudian
melakukan presentasi dari hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan
bersama teman satu kelompoknya. Masalah yang harus diselesaikan merupakan
permasalahan yang sering terjadi di dunia kerja, sehingga siswa akan berusaha
untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Dalam proses pembelajaran dengan
metode CPS terjadi suatu aktivitas siswa dalam mengatasi permasalahan yang
terdapat dalam mata diklat Melaksanakan Pelayanan Prima yang melibatkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Aktivitas yang dilakukan siswa akan
berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga dengan metode CPS diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Kerangka
berfikir tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

KONDISI Guru menggunakan metode konvensional (metode


AWAL ceramah)

§ Kognitif belajar siswa masih dibawah KKM


§ Afektif siswa rendah
§ Psikomotor belajar siswa tidak optimal

Hasil belajar siswa rendah

TINDAKAN Guru menggunakan metode Creative Problem


Solving dengan media ICT

KONDISI AKHIR

Peningkatan Peningkatan Peningkatan


kognitif belajar afektif belajar psikomotorik
siswa siswa belajar siswa

- Hasil belajar kognitif siswa meningkat


- Hasil belajar afektif siswa meningkat
- Hasil belajar psikomotorik siswa meningkat

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Dengan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan


media berbasis Information Communication Technology (ICT) melalui langkah-
langkah: (1) Klarifikasi masalah, kegiatan ini memberikan pengalaman belajar
kepada siswa mengembangkan mental melalui proses berfikir. Siswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi saat dilibatkan dalam merumuskan suatu
permasalahan, (2) Pengungkapan gagasan, kegiatan ini melatih siswa untuk
commit to user
berfikir logis dan kreatif, (3) Evaluasi dan seleksi, kegiatan ini melatih siswa
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

untuk menyusun hipotesis yang rasional dan logis, (4) Implementasi, kegiatan ini
melatih siswa untuk belajar membuat keputusan. Rangkaian kegiatan yang
terdapat dalam metode pembelajaran CPS melatih siswa untuk berfikir logis dan
kreatif melalui pembelajaran yang diarahkan untuk penyelesaian masalah. Dengan
metode CPS siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa dilatih untuk aktif berfikir,
berkomunikasi, mencari, menyeleksi, dan menyimpulkan data. Pembelajaran
dengan metode CPS yang diimplementasikan dalam kegiatan pemecahan masalah
melalui diskusi kelompok dan presentasi akan meningkatkan aktivitas belajar
siswa yang melibatkan aspek kognitif afektif dan psikomotorik sehingga proses
belajar mengajar menjadi lebih berkualitas. Keterlibatan siswa dalam merumuskan
masalah, mengungkapkan gagasan, menyusun hipotesis, dan membuat keputusan
terhadap pemecahan masalah pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata diklat melaksanakan pelayanan prima.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah: “ Penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
dengan media berbasis Information Communication Technology (ICT) dapat
meningkatkan hasil belajar mata diklat melaksanakan pelayanan prima siswa kelas
X Pemasaran di SMK Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2011/2012”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 6 Surakarta, yang beralamat
di Jl. LU Adisucipto 38 Surakarta. Alasan pemilihan SMK Negeri 6 Surakarta
karena :
a. SMK Negeri 6 Surakarta merupakan sekolah kejuruan kelompok bisnis
dan menejemen, hal ini sesuai dengan mata kuliah yang dipelajari yaitu
pemasaran.
b. Data yang dibutuhkan untuk penelitian tersedia dan mudah diperoleh.
c. SMK Negeri 6 Surakarta memberikan izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
d. Terdapat permasalahan rendahnya hasil belajar siswa kelas X Pemasaran 1
pada Mata Diklat Melaksanakan Pelayanan Prima.

2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai
bulan Januari 2012. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas X Pemasaran 1 SMK Negeri 6
Surakarta yang terdiri dari 38 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara
kolaborasi dengan guru Mata Diklat Melaksanakan Pelayanan Prima dengan
metode pembelajaran Creative Problem Solving dan media berbasis ICT.

C. Sumber Data
Data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Sugiyono (2009:
137) menyatakan bahwa “Data primer adalah data yang langsung diberikan
kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung
commit to user
diberikan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

35
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

dokumentasi”. Data primer penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan siswa
dan guru serta observasi tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas
pembelajaran. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen atau arsip, yang
antara lain berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
observasi guru dan siswa, serta lembar penilaian.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Menurut Syaodih (2009: 219), “Observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat secara
langsung perilaku-perilaku siswa”. Observasi dalam penelitian ini dilakukan
oleh peneliti dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara
mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan kelebihan
dalam proses pembelajaran. Data yang terkumpul dari kegiatan observasi
berupa penilaian afektif dan psikomotorik siswa, catatan lapangan yang
menggambarkan proses pembelajaran saat observasi awal, proses penerapan
metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT pada tiap siklus, serta
catatan lapangan yang memuat refleksi yang dilakukan peneliti terhadap
pembelajaran.

2. Wawancara
Menurut Syaodih (2009: 222), “Wawancara atau interview merupakan
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka, pertanyaan
diberikan secara lisan dan jawabannya pun diterima secara lisan pula”.
Iskandar (2009 : 72) mengklasifikasikan wawancara dalam 2 bentuk yaitu:
a. Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti
telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang
berdasarkan masalah yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas
menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir
seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi
commitresponden.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk wawancara tidak


terstruktur, yaitu wawancara dimana pewawancara memberikan pertanyaan
sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, tetapi cara menyampaikan
pertanyaan tersebut tergantung pada kebijakan interviewer. Data yang
dihasilkan dari kegiatan wawancara ini berupa informasi tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, penentuan tindakan dan
respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

3. Tes
Tes pada umumnya bersifat mengukur, seperti yang diungkapkan oleh
Sudjana (2009), “Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur
hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran”(hlm.35). Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
aspek kognitif siswa yang dilakukan setelah penerapan metode CPS. Tes
dilakukan dengan cara tes tertulis. Pemberian tes dimaksudkan untuk
mengukur seberapa jauh hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa setelah
pemberian tindakan apakah sudah memenuhi target yang sudah ditetapkan atau
belum. Data yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tabel pengamatan berupa
nilai ujian siswa yang dipakai sebagai indikator ketercapaian hasil penelitian.

4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik (Nana Syaodih, 2009: 223). Data dokumentasi
dalam penelitian ini terdiri dari dokumen mengenai keadaan sekolah secara
umum, data siswa, rancangan pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi,
pedoman wawancara, lembar skor kelompok dan hasil evaluasi kognitif, afektif
dan psikomotorik dari setiap siklus. Disamping itu juga dilakukan pengambilan
gambar atau foto dari kegiatan proses belajar mengajar di kelas yang
berlangsung saat penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

E. Uji Validitas Data


Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk menguji validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi.
Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan
peneliti pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data.
Triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Moleong: 2009).
Hasil pengamatan dibandingkan dengan hasil wawancara, hasil observasi, dan
hasil tes tiap siklus sehingga kesimpulan yang diambil mengenai kualitas
pembelajaran merupakan kesimpulan yang benar.

F. Teknik Analisis Data


Data yang telah diperoleh dari pengumpulan data perlu dilakukan analisis
menggunakan teknik analisis data sehingga data yang ada dapat dimanfaatkan
dengan baik. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
data sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif komparatif
Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara
kondisi awal sebelum adanya tindakan dengan hasil yang diperoleh pada
siklus I dan siklus selanjutnya sehingga dapat dilihat perbedaannya.
2. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar kognitif
siswa yang diperoleh dari tes tertulis. Data kuantitatif yang digunakan adalah
kuantitatif sederhana yaitu berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi,
nilai terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

3. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan
lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif
diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan
membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan
parameter atau teori tertentu.

G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pelaksanaan
tindakan kelas ini dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Indikator Ketercapaian Belajar Siswa


Permasalahan Indikator Kinerja Ukuran Cara Penilaian
Keberhasilan
Rendahnya hasil belajar Meningkatnya 80 % siswa Nilai rata–rata
kognitif siswa pada Mata hasil belajar memperoleh hasil hasil belajar
Diklat Melaksanakan kognitif siswa pada belajar kognitif di kognitif siswa
Pelayanan Prima, hal ini Mata Diklat atas batas ketuntasan diperoleh dari skor
terlihat dari: Siswa yang Melaksanakan ( ≥ 75) yang dihitung dari
tuntas sebanyak 7 siswa Pelayanan Prima = ∑ nilai siswa
(18,42 %) dan siswa yang ∑ jumlah siswa
tidak tuntas sebanyak 31
siswa (81,57 %)

Rendahnya hasil belajar Meningkatnya 70% siswa Nilai rata–rata


afektif siswa pada Mata hasil belajar afektif memperoleh hasil hasil belajar afektif
Diklat Melaksanakan siswa pada Mata belajar afektif baik + siswa diperoleh
Pelayanan Prima, hal ini Diklat baik sekali dari skor yang
terlihat dari: siswa yang Melaksanakan dihitung dari
hasil belajar afektifnya Pelayanan Prima = ∑ nilai siswa
baik+baik sekali sebanyak ∑ jumlah siswa
15 siswa (39,47%)

Rendahnya hasil belajar Meningkatnya 70% siswa Nilai rata–rata


psikomotorik siswa pada hasil belajar memperoleh hasil hasil belajar
Mata Diklat psikomotorik siswa belajar psikomotorik psikomotorik
Melaksanakan Pelayanan pada Mata Diklat baik + baik sekali siswa diperoleh
Prima, hal ini terlihat dari: Melaksanakan dari skor yang
siswa yang hasil belajar Pelayanan Prima dihitung dari
psikomotor nya baik + ∑ nilai siswa
baik sekali sebanyak 17 commit to user ∑ jumlah siswa
siswa (44,73%)
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini disusun untuk dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus memiliki beberapa tahapan yang meliputi: perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Pada tahap perencanaan, dilakukan dialog awal / refleksi diri untuk
mengetahui permasalahan awal, dan digunakan sebagai landasan dalam
melakukan rencana perbaikan pembelajaran.
2) Setelah ditemukan permasalahan, peneliti bersama dengan guru
membuat rencana tindakan yang hendak dilakukan, yaitu meliputi
metode pembelajaran apa yang hendak diterapkan, dan waktu serta hari
pelaksanaan.
3) Membuat kesepakatan dengan guru Mata Diklat Melaksanakan
Pelayanan Prima untuk menetapkan materi yang akan diajarkan.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga.
5) Menyusun soal-soal pemecahan masalah untuk pertemuan 1.
6) Menyusun soal test untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif.
7) Menyusun lembar pengamatan untuk siswa, sebagai berikut:
a) Hasil belajar ranah afektif
b) Hasil belajar ranah psikomotorik
8) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
9) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.
10) Menetapkan indikator ketercapaian, seperti yang tercantum pada
tabel 3.1 di atas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I dilaksanakan selama 3X pertemuan dengan rincian
pelaksanaan sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama diisi dengan kegiatan penyampaian materi
dilanjutkan dengan pemberian contoh soal permasalahan. Kegiatan
berikutnya adalah pembentukan kelompok dan pembagian soal masalah
sesuai dengan materi pelajaran untuk dipecahkan melalui diskusi
kelompok. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu guru
melakukan absensi dilanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran
serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Guru memotivasi
siswa untuk menceritakan tentang hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
b) Tahap-tahap pembelajaran Creative Problem Solving adalah
sebagai berikut:
(1) Klasifikasi masalah, meliputi:
(a) Guru bersama-sama dengan siswa mengklasifikasikan
permasalahan sehingga para siswa dapat mengetahui
bagaimana penyelesaian permasalahan tersebut.
(b) Guru membentuk kelompok belajar, dimana satu
kelompok terdiri dari 5-6orang. Jumlah siswa dalam satu
kelas berjumlah 38 orang, sehingga terbentuk 7 kelompok.
(c) Siswa diminta untuk duduk dengan teman satu
kelompoknya.
(d) Guru membagikan soal masalah yang harus dipecahkan
oleh masing-masing kelompok.
(e) Guru membagikan lembar jawab berupa kertas HVS
kepada masing-masing kelompok.
(2) Pengungkapancommit to user
Gagasan
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Siswa bekerjasama dan berdiskusi dengan teman satu


kelompoknya untuk menggali serta mengungkapkan pendapat
tentang strategi dan solusi pemecahan masalah yang sedang
dihadapi.
(3) Evaluasi dan Seleksi
Setelah masing-masing kelompok mendapat gagasan/hipotesa
mengenai pemecahan masalah selanjutnya mengevaluasi dan
menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan
masalah, sehingga diperoleh solusi yang tepat.
c) Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok
untuk memindahkan hasil diskusi ke dalam media slide powerpoint,
kemudian siswa diminta untuk mempresentasikannya pada
pertemuan berikutnya.

2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dimulai dengan konfirmasi bahwa hari ini akan
diadakan presentasi terhadap hasil diskusi pemecahan masalah yang
telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut:
a) Guru melakukan absensi dan menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa.
b) Implementasi meliputi:
(1) Guru menjelaskan tatacara presentasi kelompok, satu
kelompok memperoleh kesempatan 15 menit untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
(2) Semua kelompok diminta untuk aktif mempresentasikan
tentang hasil diskusi kelompok.
(3) Kegiatan presentasi kelompok.
(4) Kegiatan tanya jawab antar kelompok.
(5) Guru memperikan tanggapan dan masukan terhadap presentasi
commit
kelompok, serta to user
memberi koreksi atas jawaban yang belum
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

tepat dan memberi tambahan materi yang sekiranya belum


disampaikan dalam presentasi siswa.
c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari jalannya presentasi
dan diskusi yang sudah dilaksanakan.
d) Guru menginformasikan kepada siswa pertemuan selanjutnya akan
diadakan ujian kompetensi secara individual.

3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dimulai dengan konfirmasi bahwa hari ini akan
diadakan test hasil belajar kognitif. Rincian kegiatannya adalah sebagai
berikut:
a) Guru melakukan absensi dan menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa.
b) Implementasi meliputi:
(1) Guru bersama dengan peneliti membagikan soal dan meminta
siswa untuk mengerjakan secara individual supaya dapat
diketahui apa yang telah dipelajari siswa selama pembelajaran
berlangsung.
(2) Guru bersama dengan peneliti melakukan pengawasan selama
siswa mengerjakan soal supaya kegiatan evaluasi berjalan
tertib dan tenang dan tes hasil belajar benar-benar
menunjukkan kemampuan siswa.
(3) Guru bersama dengan peneliti mengumpulkan lembar jawab
siswa.

c. Observasi
Peneliti sebagai observer mengamati semua proses kegitan belajar
mengajar yang berlangsung. Peneliti mengamati kinerja guru dalam
pengelolaan pembelajaran, mengamati kegiatan belajar siswa dalam
pembelajaran CPS, mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

mengamati diskusi siswa dalam kelompok, dan mengamati kegiatan


presentasi siswa.

d. Refleksi
Hasil pengamatan yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dan
dievaluasi oleh peneliti. Hasil analisis dan evaluasi kemudian di refleksikan
untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan kegiatan pembelajaran dengan
metode CPS yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil refleksi digunakan
untuk menentukan langkah-langkah berikutnya pada pelaksanaan tindakan.

2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Pada tahap perencanaan, dilakukan refleksi terhadap
kekurangan yang ada pada siklus I, selanjutnya peneliti bersama dengan
guru membuat rencana tindakan yang hendak dilakukan pada siklus II.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga dengan
mempraktikkan refleksi siklus I.
3) Menyiapkan tampilan slide powerpoint yang menarik untuk
penyampaian materi pelajaran.
4) Menyusun soal-soal pemecahan masalah untuk pertemuan 1.
5) Menyusun soal test untuk mengetahui hasil belajar ranah
kognitif.
6) Menyusun lembar pengamatan untuk siswa, sebagai berikut:
a) Hasil belajar ranah afektif
b) Hasil belajar ranah psikomotorik
7) Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
8) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari
siklus I yang telah dilakukan tetapi dengan materi yang berbeda. Pada siklus
II dilaksanakan selama 3X pertemuan dengan rincian pelaksanaan sebagai
berikut:
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama diisi dengan kegiatan penyampaian materi
dilanjutkan dengan pemberian contoh soal permasalahan. Kegiatan
berikutnya adalah pembentukan kelompok dan pembagian soal masalah
sesuai dengan materi pelajaran untuk dipecahkan melalui diskusi
kelompok. Rincian kegiatannya adalah sebagai berikut:
a) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu guru
melakukan absensi dilanjutkan penyampaian tujuan pembelajaran
serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Guru memotivasi
siswa untuk menceritakan tentang hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
b) Tahap-tahap pembelajaran Creative Problem Solving adalah
sebagai berikut:
(1) Klasifikasi masalah, meliputi:
(a) Guru bersama-sama dengan siswa mengklasifikasikan
permasalahan sehingga para siswa dapat mengetahui
bagaimana penyelesaian permasalahan tersebut.
(b) Guru membentuk kelompok belajar, dimana satu
kelompok terdiri dari 5-6 orang. Jumlah siswa dalam satu
kelas berjumlah 38 orang, sehingga terbentuk 7 kelompok.
(c) Siswa diminta untuk duduk dengan teman satu
kelompoknya.
(d) Guru membagikan soal masalah yang harus dipecahkan
commit to user
oleh masing-masing kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

(e) Guru membagikan lembar jawab berupa kertas HVS


kepada masing-masing kelompok.
(2) Pengungkapan Gagasan
Siswa bekerjasama dan berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya untuk menggali serta mengungkapkan pendapat
tentang strategi dan solusi pemecahan masalah yang sedang
dihadapi.
(3) Evaluasi dan Seleksi
Setelah masing-masing kelompok mendapat gagasan/hipotesa
mengenai pemecahan masalah selanjutnya mengevaluasi dan
menyeleksi berbagai gagasan tentang strategi pemecahan
masalah, sehingga diperoleh solusi yang tepat.
c) Guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok
untuk memindahkan hasil diskusi ke dalam media slide
powerpoint, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikannya
pada pertemuan berikutnya.

2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dimulai dengan konfirmasi bahwa hari ini akan
diadakan presentasi terhadap hasil diskusi pemecahan masalah yang
telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut:
a) Guru melakukan absensi dan menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa.
b) Implementasi meliputi:
(1) Guru menjelaskan tatacara presentasi kelompok, satu
kelompok memperoleh kesempatan 15 menit untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
(2) Semua kelompok diminta untuk aktif mempresentasikan
tentang hasil diskusi kelompok.
(3) Kegiatancommit to user
presentasi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

(4) Kegiatan tanya jawab antar kelompok.


(5) Guru memperikan tanggapan dan masukan terhadap
presentasi kelompok, serta memberi koreksi atas jawaban yang
belum tepat dan memberi tambahan materi yang sekiranya
belum disampaikan dalam presentasi siswa.
c) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari jalannya presentasi
dan diskusi yang sudah dilaksanakan.
d) Guru menginformasikan kepada siswa pertemuan selanjutnya akan
diadakan ujian kompetensi secara individual.

3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dimulai dengan konfirmasi bahwa hari ini akan
diadakan test hasil belajar kognitif. Rincian kegiatannya adalah sebagai
berikut:
a) Guru melakukan absensi dan menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa.
b) Implementasi meliputi:
(1) Guru bersama dengan peneliti membagikan soal dan
meminta siswa untuk mengerjakan secara individual supaya
dapat diketahui apa yang telah dipelajari siswa selama
pembelajaran berlangsung.
(2) Guru bersama dengan peneliti melakukan pengawasan
selama siswa mengerjakan soal supaya kegiatan evaluasi
berjalan tertib dan tenang dan tes hasil belajar benar-benar
menunjukkan kemampuan siswa.
(3) Guru bersama dengan peneliti mengumpulkan lembar jawab
siswa.

c. Observasi
Peneliti sebagai observer mengamati semua proses kegitan belajar
commit
mengajar yang berlangsung. to usermengamati kinerja guru dalam
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

pengelolaan pembelajaran, mengamati kegiatan belajar siswa dalam


pembelajaran CPS, mengamati kinerja siswa dalam pemecahan masalah,
mengamati diskusi siswa dalam kelompok, dan mengamati kegiatan
presentasi siswa.

d. Refleksi
Refleksi pada akhir siklus II dilakukan dengan melihat catatan hasil
observasi, wawancara, dan hasil test siswa. Refleksi yang dilakukan
meliputi refleksi siklus I dan siklus II. Refleksi ini dilakukan dengan
mendiskusikan hasil pengamatan, hasil wawancara dan hasil test untuk
mendapatkan kesimpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini pelaksanaan
pembelajaran dengan metode CPS dan media ICT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata diklat melaksanakan pelayanan prima, dan jika
indikator ketercapaian belum tercapai maka perlu dilakukan tindakan siklus
berikutnya.
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam
bagan berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan data I

Permasalahan Baru Perencanaan Pelaksanaan


Hasil Refleksi Tindakan II Tindakan II

Pengamatan/
Refleksi II Pengumpulan data II

Apabila permasalahan Dilanjutkan ke siklus


belum terselesaikan berikutnya

(Sumber : Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2007 :


74).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pra Tindakan


Sebelum melaksanakan proses penelitian, kegiatan awal yang dilakukan
adalah mengidentifikasi masalah yang timbul dalam pembelajaran mata diklat
melaksanakan pelayanan prima. Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan
melalui kegiatan wawancara terhadap guru dan siswa serta observasi awal pada
kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta. Kegiatan wawancara serta observasi
diperlukan guna mengetahui kondisi yang sebenarnya ada dilapangan terkait
dengan hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam proses
pembelajaran. Wawancara dan observasi awal dilakukan pada tanggal 25 Januari
2012 di SMK Negeri 6 Surakarta. Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara
diketahui bahwa proses pembelajaran tidak optimal yang disebabkan metode
pembelajaran yang diterapkan hanya berpusat pada guru, penyampaian materi
oleh guru juga masih dominan menggunakan metode ceramah, hanya sesekali
diselingi dengan tanya jawab (lampiran 9). Dari hasil observasi sebelum
diterapkannya metode pembelajaran CPS peran serta siswa dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas belum optimal (lampiran 6). Kebanyakan dari siswa hanya
mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Siswa kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa lebih
banyak diam. Hanya beberapa siswa yang serius mengikuti pembelajaran, hanya
sekitar 15-18 siswa yang mencatat penjelasan dari guru dan jarang sekali yang
bertanya kepada guru, dan umumnya siswa yang bertanya tersebut adalah siswa
yang pandai sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kurang efektif sebab
pembelajaran hanya didominasi dengan pemberian materi oleh guru tanpa adanya
keaktifan siswa. Rendahnya keterlibatan aspek afektif dan psikomotorik selama
proses pembelajaran serta minimnya pemanfaatan media pembelajaran yang ada
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, terlihat dari persentase siswa yang
memperoleh nilai diatas KKM masih rendah.
commit to user

50
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka timbul pemikiran untuk


menerapkan suatu metode yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
Metode yang dipilih untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode Creative
Problem Solving (CPS) dan untuk mengasah kreatifitas siswa maka dipilih media
pembelajaran berbasis Information Communication and Technology (ICT).
Penerapan metode CPS melalui langkah-langkah: (1) Klarifikasi Masalah, (2)
Pengungkapan Gagasan, (3) Evaluasi dan Seleksi, dan (4) Implementasi. Pada
metode CPS siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang belum ada
penyelesaiannya. Siswa diberi kebebasan untuk menggali informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan media
berbasis teknologi informasi untuk mencari data sebanyak-banyaknya dalam
memecahkan masalah. Penggunaan metode pembelajaran CPS juga disertai
dengan kegiatan diskusi dan presentasi. Kegiatan diskusi dilakukan untuk melatih
kerjasama di antara siswa, keberanian mengeluarkan pendapat, kemampuan
memecahkan masalah, dan dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan
belajar. Kegiatan presentasi dilakukan untuk melatih keberanian siswa tampil di
muka umum dan mengemukakan pendapat baik melalui kemampuan bertanya
maupun menjelaskan (catatan lapangan 1, lampiran 23). Dengan menggunakan
metode dan media diatas diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran, serta
mengasah kreativitas sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa, yang
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus


Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus
II dengan menerapkan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
dengan media berbasis Information Communication Tecnology (ICT) yang
masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan
refleksi tindakan. Pengukuran peningkatan hasil belajar aspek afektif dan
commit
psikomotorik siswa melalui penilaian to useryaitu melakukan penilaian secara
autentik,
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

langsung dengan mengamati proses belajar yang sedang berlangsung, serta tes
hasil belajar aspek kognitif dalam bentuk pilihan ganda dan uraian.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin,
tanggal 5 Maret 2012 di ruang guru SMK Negeri 6 Surakarta. Guru bersama
peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Peneliti mengungkapkan bahwa kualitas proses pembelajaran
mata diklat melaksanakan pelayanan prima dirasa masih kurang sehingga
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Kemudian disepakati bahwa
penelitian akan mulai dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2012. Siklus
pertama dengan materi memberikan bantuan kepada pelanggan
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai
berikut :
1) Peneliti bersama guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang
meliputi: silabus mata diklat melaksanakan pelayanan prima, RPP, serta
soal masalah yang akan dicari pemecahan masalahnya oleh siswa.
2) Peneliti bersama guru menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun materi pokok yang
digunakan dalam penerapan metode pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) pada siklus I ini adalah Memberikan Bantuan Kepada
Pelanggan.
3) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario penerapan metode
pembelajaran Creative Problem Solving. Skenario pembelajaran yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Pertemuan pertama (Rabu, 7 Maret 2012)
Alokasi waktu : 3 X 45 Menit
a) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
b) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
commit to user
serta kesiapan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, standar kompetensi dan


kompetensi dasar yang harus dicapai
d) Guru menjelaskan tujuan dan pelaksanaan metode Creative
Problem solving, dengan alur pelaksanaan sebagai berikut:
(1) Klarifikasi Masalah:
(a) Guru menyampaikan materi pokok memberikan bantuan
kepada pelanggan yang disajikan dalam tayangan slide.
(b) Guru memberi contoh soal masalah dan cara
pemecahannya.
(c) Guru bersama peneliti membagi kelas menjadi 7 kelompok.
(d) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mencari data-
data terkait dengan pemecahan melalui laptop yang sudah
tersambung dengan internet.
(e) Guru bersama peneliti membagikan soal kasus masalah
yang harus dipecahkan kepada kelompok sesuai dengan
materi.
(f) Guru bersama peneliti membagikan lembar kerja untuk
menuliskan jawaban pemecahan masalah.
(2) Pengungkapan Gagasan
(a) Bersama dengan kelompok, siswa menggali dan
mengungkapkan jawaban yang paling tepat berkaitan
dengan masalah yang dihadapi tersebut.
(b) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi
kelompok dan melakukan penilaian proses pembelajaran
terhadap aspek afektif dan psikomotorik.
(3) Evaluasi dan Seleksi
Setelah diperoleh beberapa alternatif jawaban mengenai soal
diskusi, masing-masing kelompok mengevaluasi dan
menyeleksi berbagai jawaban yang diperoleh sehingga
diperoleh jawaban yang paling tepat berkaitan dengan soal
commit tersebut.
diskusi yang dihadapi to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

(4) Implementasi
Data yang telah dievaluasi dan diseleksi selanjutnya dipilih
untuk dijadikan jawaban dari soal pemecahan masalah.
e) Guru bersama peneliti dan siswa menyimpulkan pembelajaran pada
hari ini dan mengadakan refleksi.
f) Guru memberi tugas (pekerjaaan rumah) kepada masing-masing
kelompok untuk memindahkan hasil diskusi dari kertas ke dalam
bentuk slide yang akan dipresentasikan pada pertemuan
selanjutnya.
g) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam.

Pertemuan Kedua (Rabu, 14 Maret 2012 )


Alokasi waktu 3 X 45 Menit
a) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
b) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
serta kesiapan siswa.
c) Guru mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan memberi
instruksi akan melaksanakan kegiatan presentasi dari hasil diskusi
kelompok pada pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok diberi
waktu 15 menit untuk presentasi
d) Guru menghimbau semua siswa untuk aktif dalam kegiatan
presentasi dan berpartisipasi dengan bertanya dan mengemukakan
pendapat masing-masing.
e) Guru mempersilahkan siswa untuk bergabung dalam kelompoknya
masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan
sebelumnya.
f) Guru meminta masing-masing kelompok mempersiapkan materi
yang akan dipresentasikan.
g) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi pemecahan masalah. Semua siswa bebas untuk bertanya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

dan mengemukakan pendapat mengenai penjelasan dari kelompok


yang presentasi.
h) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan presentasi dan
melakukan penilaian proses yang meliputi aspek afektif dan
psikomotorik.
i) Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa, tanggapan
bisa berupa pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan
tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan.
j) Guru bersama peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari
jalannya presentasi yang sudah dilaksanakan.
k) Guru menginformasikan kepada siswa pertemuan selanjutnya akan
diadakan ujian kompetensi secara individual.
l) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam.

Pertemuan Ketiga (Rabu, 21 Maret 2012)


Alokasi waktu : 3 X 45 Menit
(1) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
(2) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
serta kesiapan siswa.
(3) Guru mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan menanyakan
kesiapan siswa untuk melakukan ujian kompetensi.
(4) Guru membacakan tata cara ujian kompetensi yang telah
diberitahukan sebelumnya.
(5) Guru meminta siswa untuk duduk pada posisi yang benar dan tertip
untuk mempersiapkan diri dalam mengerjakan uji kompetensi.
(6) Guru bersama peneliti membagikan soal dan meminta agar siswa
mengerjakan uji kompetensi secara mandiri.
(7) Guru bersama peneliti mengawasi dengan baik jalannya uji
kompetensi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

(8) Guru memberikan intruksi kepada siswa untuk mengoreksi kembali


jawabannya supaya mendapatkan hasil yang maksimal dan
terhindar dari kesalahan akibat kurang teliti.
(9) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab siswa.
(10) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk materi selanjutnya.
(11) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam
4) Guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes.
Instrumen tes dari soal masalah ketika diskusi dan soal evaluasi akhir
siklus (uji kompetensi). Sedangkan instrumen non-tes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dan guru
dengan mengamati capaian hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa
selama proses belajar siklus I.
5) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan supaya dapat menghasilkan suatu
peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa pembelajaran menjadi
lebih efektif, siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Jenis tindakan beserta
kelengkapannya telah direncanakan dengan baik oleh guru dan peneliti,
maka guru tinggal melaksanakan skenario tindakan yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan
rencana, maka selama guru melaksanakan tindakan peneliti melakukan
pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan tindakan I
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan seperti yang telah direncanakan yaitu
tanggal 7, 14, dan 21 Maret 2012 di ruang kelas X PM 1. Pertemuan
dilaksanakan selama 9 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan
RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah jenis-jenis pelanggan
dan bagaimana cara memberikan bantuan kepada pelanggan berdasar
karakteristik berbagai jenis pelanggan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Pada pertemuan pertama, terlebih dahulu diadakan apersepsi, yaitu


menanyakan kembali materi yang telah diajarkan pada pertemuan
sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan pengarahan tentang metode CPS
kepada siswa supaya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode CPS
dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan yang diberikan berupa pengertian
dari metode pembelajaran CPS serta cara pelaksanaan metode CPS yang
berupa tahap-tahap pelaksanaan pada metode pembelajaran CPS yang
meliputi: (1) Klarifikasi masalah. Klarifikasi masalah meliputi pemberian
penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat
memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. (2)
Pengungkapan gagasan. Pada tahap pengungkapan gagasan, siswa
dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam
strategi penyelesaian masalah. Siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. (3) Evaluasi dan seleksi. Pada tahap evaluasi dan
pemilihan ini setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau
strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. (4)
Implementasi. Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Dengan adanya pengarahan
tersebut, siswa mendapatkan gambaran yang jelas mengenai metode CPS
sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
pada tiap tahapan dengan baik. Selain menjelaskan tentang pengertian dan
bagaimana penerapan metode CPS, guru juga memberikan penjelasan
tentang aspek yang dinilai selama pelaksanaan pembelajaran. Aspek yang
dinilai meliputi aspek yang berkaitan dengan ranah afektif dan
psikomotorik. Setelah memberikan pengarahan, selanjutnya guru
menjelaskan pokok-pokok materi melalui tayangan slide, kemudian masing-
masing siswa bergabung ke kelompoknya untuk berdiskusi membahas soal
masalah yang telah diberikan yang difasilitasi dengan suatu media ICT (satu
commit to
laptop yang tersambung dengan user internet untuk masing-masing
koneksi
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

kelompok) dan siswa diminta untuk menyusun hasil diskusi menjadi sebuah
laporan. Guru bersama peneliti melakukan bimbingan secara berkala pada
tiap-tiap kelompok.
Penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving melalui
langkah-langkah: (1) klarifikasi masalah, (2) pengungkapan gagasan, (3)
evaluasi dan seleksi, dan (4) implementasi dengan media berbasis ICT pada
pertemuan pertama ini cukup mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Pada tahap klarifikasi masalah, siswa dibantu oleh guru
memahami cara penyelesaian masalah yang diharapkan sehingga dapat
mencari penyelesaian masalah sesuai dengan tujuannya. Materi pelajaran
pada siklus I ini adalah KD 3: Memberikan Bantuan Kepada Pelanggan,
dengan indikator: (1) Mendeskripsikan pengertian pelanggan, (2)
Mengidentifikasi jenis-jenis pelanggan, (3) Menganalisis perilaku
pelanggan, (4) Menganalisis kebutuhan pelanggan, dan (5) Menganalisis
kebutuhan pelanggan. Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk
meencari dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi.
Kegiatan ini memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan
mental melalui proses berfikir melalui keterlibatan siswa dalam
merumuskan suatu masalah dan alternatif tindakan yang akan dipilih.
Kelompok 1 mengangkat masalah Akun @XLCare Tampung Keluhan
Pelanggan, kelompok 2 mengangkat masalah Honda Uji Kemampuan Staf
Purnajual, kelompok 3 mengangkat masalah Strategi Mie Sedap Menggaet
Konsumen, kelompok 4 mengangkat masalah Optimalkan Pelayanan
Pelanggan, XL Tangani Pengaduan Melalui Jejaring Sosial, kelompok 5
mengangkat masalah surat keluhan pelanggan terhadap PT LG, kelompok 6
mengangkat masalah surat keluhan pelanggan terhadap PT Tiki, dan
kelompok 7 mengangkat masalah Kronologi Penarikan Indomie di Taiwan.
Pada pertemuan pertama ini siswa telah cukup mampu dalam
merumuskan masalah dan alternatif tindakan pemecahan masalahnya.
Selama pelaksanaan klarifikasi masalah, siswa yang sebelumnya pasif
commit todan
menjadi lebih aktif dalam menggali usermemahami materi supaya mampu
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

menemukan masalah serta merumuskan alternatif pemecahan masalah yang


relevan dengan materi, tetapi masih ada beberapa kelompok yang
mengalami kesulitan, sehingga guru harus mengulangi penjelasan mengenai
permasalahan yang dimaksud kembali. Secara keseluruhan, melalui tahapan
klarifikasi masalah ini mental siswa menjadi berkembang melalui proses
berfikir. Siswa menjadi lebih terampil dalam merumuskan suatu
permasalahan. 5 dari 7 kelompok telah mampu menemukan dan memahami
situasi dan kondisi dari permasalahan. Siswa telah mampu memilih
informasi-informasi yang relevan dan mengabaikan informasi-informasi
yang tidak relevan sehingga diperoleh alternatif pemecahan masalah yang
sesuai.
Pada tahap pengungkapan gagasan, siswa bersama dengan
kelompoknya menggali dan mengungkapkan jawaban yang paling tepat
berkaitan dengan masalah yang dihadapi tersebut. Siswa telah cukup aktif
dalam mengungkapkan gagasannya. Siswa yang semula tidak berani
berpendapat menjadi lebih berani menyatakan pendapatnya. Gagasan yang
disampaikan oleh siswa cukup relevan dengan materi pelajaran. Kegiatan ini
melatih siswa untuk berfikir logis dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan siswa menghubungkan permasalahan dengan konsep materi.
Kelompok 1 yang mengangkat masalah tentang Akun @XLCare Tampung
Keluhan Pelanggan relevan dengan indikator menganalisis kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Duwi mngungkapkan gagasan bahwa saat ini harapan
pelanggan terhadap mutu pelayanan yang diberikan semakin meningkat,
sehingga banyak didapati pelanggan yang mengeluh. Sri Widodo
mengungkapkan gagasan bahwa setiap perusahaan ingin memberikan
kepuasan kepada pelanggan, tetapi dalam praktiknya tidak mudah untuk
memuaskan pelanggan. Nathasya juga mengungkapkan gagasannya bahwa
perusahaan harus menampung berbagai keluhan pelanggannya untuk
mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan dan diinginkan oleh
pelanggan. Wika menambahkan bahwa dengan mengetahui keinginan dan
commit todapat
kebutuhan pelanggan perusahaan user memberikan kepuasan kepada
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

pelanggan. Pada siklus I ini sebagian besar siswa telah cukup logis dan
kreatif dalam menyampaikan gagasan yang berkenaan dengan pemecahan
masalah dari soal yang dihadapi, hanya ada beberapa siswa yang mengalami
kesulitan sehingga harus dibantu oleh guru.
Pada tahap evaluasi dan seleksi, setelah siswa memperoleh beberapa
daftar jawaban mengenai masalah yang dihadapi, masing-masing kelompok
mengevaluasi dan menyeleksi berbagai jawaban yang diperoleh mengenai
permasalahan tersebut. Siswa telah cukup mampu dalam memilih data yang
rasional dan logis sehingga sesuai untuk dijadikan jawaban. Kegiatan ini
melatih siswa untuk menyusun hipotesis yang rasional dan logis. Sebanyak
5 dari 7 kelompok telah mampu melakukan evaluasi dan seleksi dengan baik
mana gagasan yang dapat dijadikan alternatif jawaban dan mana yang tidak
sehingga mereka berhasil menyusun jawaban dari soal masalah yang mereka
hadapi, namun ada satu kelompok yakni kelompok 5 yang masih mengalami
kesulitan melakukan evaluasi dan seleksi dari data dan gagasan-gagasan
yang diungkapkan sehingga belum mampu memberikan jawaban yang tepat.
Pada tahap implementasi, siswa telah berhasil menemukan jawaban dari
permasalahan yang dihadapi. Jawaban siswa telah sesuai dengan
permasalahan dan relevan dengan materi yang diajarkan. Hal ini
ditunjukkan dari 6 kelompok dari 7 kelompok telah mampu memberikan
jawaban dari soal masalah dengan tepat. Hal ini berarti siswa telah cukup
mampu dalam membuat keputusan dari berbagai pilihan yang ada. Pada
pertemuan kedua, masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah mereka dan dilanjutkan dengan
tanya jawab. Pertemuan yang ketiga dilakukan evaluasi belajar siswa dari
siklus pertama (catatan lapangan 1, lampiran 13).
Proses pelaksanaan pembelajaran sudah lebih baik dari pembelajaran
sebelum menggunakan metode CPS. Siswa sudah fokus memperhatikan
penjelasan dari guru. Pemanfaatan media ICT yang dilakukan oleh guru
dalam menyampaikan materi seperti tampilan slide yang bervariasi, disertai
commit
dengan gambar-gambar yang to userdengan materi pelajaran mampu
berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

menarik perhatian siswa. Pada pembelajaran siklus I masih ada beberapa


siswa yang kurang fokus terhadap pelajaran, yaitu siswa yang berada di
deretan belakang. Mereka cenderung acuh terhadap penjelasan guru, dan
asyik mengobrol dan bercanda dengan teman sebelahnya. Pada saat kegiatan
diskusi kelompok, siswa sudah terlihat antusias. Siswa mampu bekerjasama
dengan anggota kelompoknya dalam mencari data, mengungkapkan
gagasan, serta menyusun jawaban, tetapi masih ada beberapa kelompok
yang masih bingung dalam mencari data yang berhubungan dengan masalah
yang harus mereka pecahkan. Keaktifan siswa juga terlihat pada saat
kegiatan presentasi. Hampir semua siswa aktif dalam melakukan presentasi
dan tanya-jawab, hanya beberapa siswa saja yang masih pasif saat
presentasi.
Pelaksanaan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT
pada siklus I ini dirasa mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran yang sebelumnya hanya berpusat kepada guru saja, dan
metode yang digunakan gurupun hanya monoton, yaitu dengan ceramah saja
menjadi lebih bervariasi dengan memanfaatkan media ICT. Siswa menjadi
lebih tertarik dan lebih termotivasi untuk memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru. Langkah-langkah metode CPS yang meliputi
kegiatan klarifikasi masalah, pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi,
serta implementasi mampu meningkatkan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Siswa tidak hanya mendengar dan mencatat apa yang
dijelaskan oleh guru, melainkan siswa diarahkan supaya aktif berfikir,
mencari data, berkomunikasi dengan kelompok, menyeleksi, serta
menyimpulkan data. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya berfokus pada
pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif saja melainkan juga
melibatkan aspek afektif dan psikomotorik siswa.
Penggunaan metode CPS juga diisi dengan kegiatan diskusi, dan
presentasi. Kegiatan diskusi akan melatih kerjasama di antara siswa,
keberanian mengeluarkan pendapat, kemampuan memecahkan masalah, dan
dapat membantu siswa laincommit
yang to user
mengalami kesulitan belajar. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

presentasi yang dilakukan bermanfaat untuk melatih keberanian siswa


tampil di muka umum dan mengemukakan pendapat baik melalui
kemampuan bertanya maupun menjelaskan. Secara keseluruhan, metode
CPS yang diimplementasikan dengan kegiatan memecahkan soal masalah,
diskusi kelompok dan presentasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Observasi dan Evaluasi


Pelaksanaan kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan penelitian. Peneliti mengamati proses pembelajaran
melaksanakan pelayanan prima dengan berpedoman pada lembar observasi
yang telah disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi
penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media
berbasis ICT. Pada saat observasi berlangsung, peneliti memantau
pelaksanaan metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media
berbasis ICT. Guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT dan
menjelaskan materi tentang memberikan bantuan kepada pelanggan. Peneliti
juga melakukan penilaian terhadap proses kegiatan pembelajaran yang
meliputi aspek afektif dan psikomotorik siswa. Penilaian aspek afektif
dilakukan dengan mengamati kemampuan kerjasama dalam diskusi,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bertanya/ mengeluarkan
pendapat, serta kemampuan menjelaskan pada saat presentasi. Penilaian
aspek psikomotorik dilakukan dengan mengamati kecepatan siswa untuk
segera memasuki kelas, kecekatan siswa bergabung dalam kelompok,
kesiapan dan keaktifan siswa melakukan presentasi, serta kemampuan siswa
untuk mengacungkan tangan terlebih dahulu ketika akan bertanya/
mengeluarkan pendapat (lampiran 19).
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Maret
2012. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh guru,
commit to tetapi
user masih ada beberapa siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

duduk di deretan belakang kurang memperhatikan. Proses pembelajaran


pada pertemuan pertama di isi dengan kegiatan penjelasan materi oleh guru
dengan menggunakan slide dan diskusi kelompok memecahkan masalah.
Proses pembelajaran berjalan lancar. Siswa melaksanakan diskusi dengan
baik bersama anggota kelompoknya masing-masing. Kegiatan diskusi
didominasi dengan saling tukar pendapat antar anggota kelompok untuk
melakukan pemecahan masalah melalui langkah-langkah klarifikasi
masalah, pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, dan implementasi.
Sebagian besar siswa sudah dapat bekerjasama dengan anggota kelompok,
tetapi dalam mencari data yang berhubungan dengan soal pemecahan
masalah dan dalam menyusun jawaban masih ada yang mengalami
kesulitan. Pada pertemuan kedua yaitu hari Rabu, tanggal 14 Maret 2012,
guru bersama dengan peneliti meminta kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi mereka dan tanya jawab. Semua kelompok mendapat
kesempatan melakukan presentasi pada hari itu juga. Pada pertemuan kedua
ini keaktifan siswa semakin meningkat. Hal ini terlihat pada saat kegiatan
presentasi dan tanya jawab banyak siswa yang bersemangat untuk bertanya
dan memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain. Siswa yang
semula tidak berani mengeluarkan pendapat menjadi lebih berani
berpendapat. Kelompok yang presentasi juga mempresentasikan hasil
diskusi dengan baik dan memaksimalkan penggunaan media ICT. Suasana
kelas menjadi lebih hidup. Pada akhir kegiatan presentasi, guru memberikan
penguatan berupa tanggapan terhadap kegiatan presentasi yang telah
dilakukan siswa. Pada pertemuan ketiga, Rabu, 21 Maret 2012, digunakan
guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari siklus I berupa uji
kompetensi untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Uji kompetensi
berupa soal pilihan ganda dan esai untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Creative
Problem Solving dengan media berbasis ICT pada pertemuan sebelumnya
(catatan lapangan 1, lampiran 13). Rincian dari kegiatan tersebut, yaitu
deskripsi tentang jalannya commit to user
proses pembelajaran mata diklat melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

pelayanan prima dengan menggunakan metode Creative Problem Solving


dengan media berbasis ICT sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan
tindakan I.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar melaksanakan pelayanan prima di kelas X PM 1, diperoleh
gambaran tentang kualitas proses belajar siswa dan pencapaian hasil belajar
siswa pada mata diklat melaksanakan pelayanan prima materi memberikan
bantuan kepada pelanggan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung,
yaitu sebagai berikut:
1) Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I
Hasil belajar afektif siswa diperoleh melalui penilaian autentik,
yaitu dengan melakukan penilaian secara langsung berdasarkan pada
pengamatan terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran siklus I
berlangsung. Penilaian terhadap hasil belajar afektif siswa dilakukan
pada aspek kemampuan kerjasama dalam diskusi, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat,
dan kemampuan menjelaskan dalam presentasi. Penilaian hasil belajar
afektif dalam penelitian ini menggunakan rubrik dan dalam pengambilan
nilainya menggunakan skala likert yakni 1 sampai 5 berdasar deskriptor
yang telah ditentukan. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar afektif
siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I

Aspek yang Indikator Jumlah Siswa dan Persentase


diukur Ketercapai
an Baik Persen Baik Persen Cukup Persen Kurang Persen Kurang Persen
Baik + Sekali tase tase tase tase Sekali tase
Baik Sekali (%) (%) (%) (%) (%)
(%)
Kemampuan
kerjasama
dalam diskusi 70 3 7,89 21 55,26 6 15,78 5 13,15 3 7,89

Kemampuan
memecah 70 2 5,26 18 47,36 7 18,42 5 13,15 6 15,78
kan masalah
Kemampuan
bertanya/me
ngeluarkan 70 2 5,26 19 50,00 8 21,05 4 10,52 5 13,15
pendapat
Kemampuan
menjelaskan
dalam 70 3 7,89 21 55,26 8 21,05 4 10,52 2 5,26
presentasi
(Sumber : Data primer yang diolah,2012)

Berdasarkan tabel di atas dan hasil pengamatan terhadap hasil


belajar ranah afektif siswa dapat diidentifikasi bahwa sikap siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, yaitu saat diskusi, presentasi dan
tanya- jawab masih kurang. Indikator ketercapaian yang ditetapkan yaitu
sebesar 70% masih belum tercapai pada semua aspek. Pada aspek
kemampuan kerjasama dalam diskusi yang diperoleh pada siklus I masih
belum mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan. Hanya 63,15%
(24 siswa) yang telah mencapai ketuntasan, dan 36,84% (14 siswa)
belum mencapai ketuntasan. Aspek kemampuan memecahkan masalah
pada siklus I juga belum mencapai indikator ketercapaian. Siswa yang
tuntas hanya sebesar 52,63% (20 siswa) dan yang lainnya belum
mencapai ketuntasan yaitu sebesar 47,36% (18 siswa). Aspek
kemampuan bertanya atau mengeluarkan pendapat pada siklus I juga
belum mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan. Siswa yang
commit
telah tuntas hanya sebesar to user
55,26% (21 siswa) dan yang lainnya yaitu
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

sebesar 44,73% (17 siswa) belum mencapai ketuntasan. Aspek


kemampuan menjelaskan dalam presentasi hasil diskusi pada siklus I
juga belum mencapai indikator ketercapaian, siswa yang telah tuntas
hanya sebesar 63,15% (24 siswa) dan yang lainnya belum mencapai
ketuntasan yaitu sebesar 36,84% (14 siswa). Perolehan hasil
belajar ranah afektif siswa siklus I tersebut juga dapat dilihat pada grafik
4.1 berikut.

Gambar 4.1 Profil Capaian Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Siklus I

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

2) Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I


Hasil belajar psikomotorik siswa dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap aspekcommit to usermemasuki kelasa saat guru datang,
siswa segera
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

kecekatan bergabung dalam kelompok, kesiapan dan keaktifan


melakukan presentasi, dan mengacungkan tangan saat bertanya atau
mengeluarkan pendapat secara langsung pada saat proses pembelajaran
siklus I berlangsung. Penilaian hasil belajar psikomotorik dalam
penelitian ini menggunakan rubrik dan dalam pengambilan nilainya
menggunakan skala likert. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar
afektif siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I


Aspek yang Indikator Jumlah Siswa dan Persentase
diukur Ketercapai
an Baik Persen Baik Persen Cukup Persen Kurang Persen Kurang Persen
Baik + Sekali tase tase tase tase Sekali tase
Baik Sekali (%) (%) (%) (%) (%)
(%)
Segera
memasuki
kelas pada 70 4 10,52 22 57,89 5 13,15 3 7,89 4 10,52
waktu guru
datang
Kecekatan
bergabung
dalam 70 3 7,89 21 55,26 7 18,42 4 10,52 3 7,89
kelompok
Kesiapan
dan 70 2 5,26 20 52,63 7 18,42 5 13,15 4 10,52
keaktifan
melakukan
presentasi
Mengacung
kan tangan
ketika 70 3 7,89 21 55,26 6 15,78 3 7,89 5 13,15
bertanya/me
ngeluarkan
pendapat
(Sumber: Data primer yang diolah, 2012)

Berdasarkan tabel di atas dan hasil pengamatan terhadap hasil


belajar ranah psikomotorik siswa dapat diidentifikasi bahwa keterampilan
siswa selama proses pembelajaran pada siklus I masih kurang. Semua
commit to user
aspek yang diukur belum dapat mencapai indikator ketercapaian yang
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

ditetapkan yaitu sebesar 70%. Pada aspek kesegeraan siswa untuk


memasuki kelas pada saat guru datang siklus I baru 68,42% (26 siswa)
yang telah mencapai ketuntasan dan yang lainnya dibawah KKM yaitu
31,57% (12 siswa). Pada aspek kecekatan siswa bergabung dalam
kelompok pada siklus I juga belum mencapai indikator ketuntasan, siswa
yang telah tuntas hanya 63,15% (24 siswa) dan yang lainnya belum
tuntas yaitu 36,84% (14 siswa). Aspek kesiapan dan keaktifan melakukan
presentasi pada siklus I juga masih kurang. 57,89% (22 siswa) telah
mencapai ketuntasan, sedangkan 42,10% (16 siswa) belum mencapai
kriteria ketuntasan. Demikian juga pada aspek mengacungkan tangan
ketika bertanya atau mengeluarkan pendapat pada siklus I juga belum
mencapai indikator ketuntasan. Siswa yang telah tuntas baru sebesar
63,15% (24 siswa) dan yang lainnya yaitu sebesar 36,84% (14 siswa)
belum tuntas. Perolehan hasil belajar ranah psikomotorik siswa
siklus I tersebut juga dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut.

Gambar 4.2 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

3) Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dapat dilihat
bahwa penerapan metode CPS mampu meningkatkan hasil belajar ranah
kognitif siswa. Dengan metode CPS siswa menjadi lebih aktif selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Siswa tidak hanya sekedar
mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran. Siswa lebih
aktif berfikir, berkomunikasi, mencari, menyeleksi, dan menyimpulkan
data selama proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi kelompok
memecahkan masalah dan diskusi sehingga siswa lebih memahami
materi pelajaran yang dipelajari dan hasil belajar siswa ranah kognitifpun
meningkat. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya nilai rata-rata kelas.
Sebelum penerapan metode pembelajaran CPS, nilai rata-rata kelas
adalah 65,39. Setelah pernerapan metode CPS nilai rata-rata kelas yang
dicapai meningkat menjadi 73,94. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai
diatas kriteria ketuntasan minimal 75 juga meningkat dari sebelumnya
yang hanya 7 siswa dengan persentase sebesar 18,42% menjadi 31 siswa
dengan persentase sebesar 81,57 %. Indikator ketuntasan yang ditetapkan
yaitu sebesar 80% telah tercapai. Ketuntasan belajar siswa tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I

Kriteria Indikator Ketuntasan: 80%


Ketuntasan Hasil Belajar
Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 31 siswa 81,57%
Tidak Tuntas 7 siswa 18,42%
Jumlah 38 siswa 100,00%
(Sumber : Data primer yang diolah, 2012)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Ketercapaian hasil belajar kognitif siswa juga dapat dilihat pada


grafik berikut ini:

Gambar 4.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

d. Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Dari segi guru, terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan dalam siklus I
ini, antara lain sebagai berikut:
a) Beberapa kebaikan guru pada saat siklus I adalah:
(1) Penyampaian materi secara singkat mudah dipahami dan dapat
diterima siswa dengan baik.
(2) Interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran sudah
cukup baik walaupun belum maksimal.
(3) Penyampaian terhadap masalah yang hendak dipecahkan sudah
cukup baik.
(4) Penerapan metode pembelajaran telah cukup baik sesuai dengan
langkah-langkah yang tersusun dalam rancangan pelaksanaan
pembelajaran.
commit to user
b) Beberapa kelemahan guru pada saat siklus I adalah:
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

(1) Guru kurang mampu menguasai kelas, hal ini terlihat dari posisi
guru menjelaskan yang selalu berada di depan kelas sehingga
siswa yang bagian belakang kurang diperhatikan. Hal ini
berdampak pada siswa yang duduk di bagian belakang kelas
kurang memperhatikan penjelasan guru dan cenderung
mengobrol dengan teman sebelah.
(2) Guru kurang mampu mengkondisikan siswa terutama saat
pembagian kelompok yang kurang kondusif serta kurang
mengelola waktu saat penjelasan materi.
(3) Pada saat evaluasi, guru lebih banyak berada di depan kelas
sehingga kurang memperhatikan kondisi siswa yang duduk
dibarisan belakang. Hal ini mengakibatkan siswa yang duduk
dibelakang melakukan kecurangan dengan menanyakan jawaban
pada teman sebelahnya tanpa diketahui oleh guru.
2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu
sebagai berikut:
a) Beberapa kebaikan siswa pada saat siklus I adalah:
(1) Siswa tenang saat guru menjelaskan materi pelajaran.
(2) Aspek afektif dan psikomotorik siswa telah meningkat.
(3) Siswa cukup tertib pada saat mengerjakan tes evaluasi I.

b) Beberapa kekurangan siswa pada saat siklus I, adalah:


(1) Masih ada siswa yang terkesan acuh tak acuh pada saat guru
menjelaskan materi, khususnya para siswa yang duduk di
belakang.
(2) Beberapa siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti
kegiatan diskusi sehingga penyampaian pendapat kurang
maksimal
(3) Siswa masih bingung mengenai cara mendapatkan data yang
relevan dengan masalah yang ingin dipecahkan sehingga data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

yang mereka kumpulkan kurang sesuai dengan harapan dari


guru dan peneliti.
(4) Hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik kurang maksimal,
masih ada beberapa siswa yang nilainya dibawah batas tuntas
yaitu 70
(5) Pada saat kuis berlangsung, beberapa siswa yang duduk
dibarisan belakang kurang sportif dalam mengerjakan soal. Hal
ini terbukti dengan adanya siswa yang berbuat curang seperti
bertanya dan menyontek jawaban teman sebelahnya.

Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi


yang dapat dilakukan adalah :
1) Saat mengajar, guru harus lebih mampu menguasai kelas dengan baik
sehingga pengajaran dan perhatian guru tidak terfokus pada satu posisi
saja namun bisa menata kepada seluruh siswa baik yang di depan,
tengah, maupun belakang. Sehingga siswa dapat fokus dan konsentrasi
terhadap penjelasan guru.
2) Guru harus lebih mampu mengalokasikan kegiatan diskusi supaya
kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan kekompakan siswa dalam
diskusi dapat dimunculkan.
3) Guru lebih rinci lagi dalam menjelaskan cara-cara pemecahan masalah
sehingga siswa mampu mendapatkan data-data serta pemecahan
masalah sesuai yang diharapkan.
4) Guru harus lebih memperhatikan kondisi siswa yang duduk dibarisan
belakang pada saat evaluasi sehingga tidak memungkinkan bagi siswa
untuk berbuat curang.
5) Penerapan metode Crative Problem Solving untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa terlihat sudah melebihi indikator ketercapaian
yakni 80,00%. Sedangkan rata-rata hasil belajar ranah afektif dan
psikomotorik hanya mencapai 58,41 dan 63,15 dari indikator
commitMaka
ketercapaian yakni 70,00%. to user
secara umum hasil tersebut belum
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

dapat mencapai target yang ditetapkan sehingga diperlukan perbaikan


pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, untuk memperbaiki kekurangan yang
terjadi dan lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus I maka
dilaksanakan siklus II.

2. Siklus II
Penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media
berbasis ICT berdasarkan refleksi pada Siklus I menunjukkan bahwa masih
terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi guru maupun dari segi siswa
sehingga proses dan hasil belajar kurang maksimal terutama hasil belajar ranah
afektif dan psikomotorik. Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I
diperlukan adanya perbaikan pada siklus II. Langkah-langkah penerapan
metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT
pada Siklus II adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Proses kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada aktivitas
siswa dan guru seperti pada pelaksanaan siklus I. Kegiatan perencanaan
tindakan II dilaksanakan pada hari Sabtu 24 Maret 2012 di ruang guru
SMK Negeri 6 Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan
tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I,
kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan
dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni pada setiap hari Rabu tanggal
28 Maret, 4 dan 11 April 2012 dengan rancangan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang
meliputi: silabus mata diklat memberikan bantuan kepada pelanggan,
RPP, serta soal masalah yang akan dicari pemecahan masalahnya oleh
siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

2) Peneliti bersama guru menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan


standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adapun materi pokok yang
digunakan dalam penerapan metode pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) pada siklus I ini adalah Melakukan Komunikasi dengan
Pelanggan.
3) Peneliti bersama guru mendiskusikan skenario penerapan metode
pembelajaran Creative Problem Solving. Skenario pembelajaran yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Pertemuan pertama (Rabu, 7 Maret 2012)
Alokasi waktu : 3 X 45 Menit
a) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
b) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
serta kesiapan siswa.
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dicapai
d) Guru menjelaskan tujuan dan pelaksanaan metode Creative
Problem solving, dengan alur pelaksanaan sebagai berikut:
(1) Klarifikasi Masalah:
(a) Guru menyampaikan materi pokok memberikan bantuan
kepada pelanggan yang disajikan dalam tayangan slide
disertai tanya jawab dengan siswa.
(b) Guru bersama peneliti membagi kelas menjadi 7
kelompok.
(c) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mencari
data-data terkait dengan pemecahan melalui laptop yang
sudah tersambung dengan internet.
(d) Guru bersama peneliti membagikan soal kasus masalah
yang harus dipecahkan kepada kelompok sesuai dengan
materi.
(e) Guru bersama peneliti membagikan lembar kerja untuk
commit
menuliskan to user
jawaban pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

(2) Pengungkapan Gagasan


(a) Bersama dengan kelompok, siswa menggali dan
mengungkapkan jawaban yang paling tepat berkaitan
dengan masalah yang dihadapi tersebut.
(b) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya diskusi
kelompok dan melakukan penilaian proses pembelajaran
terhadap aspek afektif dan psikomotorik.
(3) Evaluasi dan Seleksi
Setelah diperoleh beberapa alternatif jawaban mengenai soal
diskusi, masing-masing kelompok mengevaluasi dan
menyeleksi berbagai jawaban yang diperoleh sehingga
diperoleh jawaban yang paling tepat berkaitan dengan soal
diskusi yang dihadapi tersebut.
(4) Implementasi
Data yang telah dievaluasi dan diseleksi selanjutnya dipilih
untuk dijadikan jawaban dari soal pemecahan masalah.
e) Guru bersama peneliti dan siswa menyimpulkan pembelajaran pada
hari ini dan mengadakan refleksi.
f) Guru memberi tugas (pekerjaaan rumah) kepada masing-masing
kelompok untuk memindahkan hasil diskusi dari kertas ke dalam
bentuk slide yang akan dipresentasikan pada pertemuan
selanjutnya.
g) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam.

Pertemuan Kedua (Rabu, 14 Maret 2012 )


Alokasi waktu 3 X 45 Menit
a) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
b) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
serta kesiapan siswa.
c) Guru mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan memberi
instruksi akan melaksanakan kegiatan presentasi dari hasil diskusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

kelompok pada pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok diberi


waktu 15 menit untuk presentasi
d) Guru menghimbau semua siswa untuk aktif dalam kegiatan
presentasi dan berpartisipasi dengan bertanya dan mengemukakan
pendapat masing-masing.
e) Guru mempersilahkan siswa untuk bergabung dalam kelompoknya
masing-masing berdasar pembagian kelompok pada pertemuan
sebelumnya.
f) Guru meminta masing-masing kelompok mempersiapkan materi
yang akan dipresentasikan.
g) Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi pemecahan masalah. Semua siswa bebas untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat mengenai penjelasan dari kelompok
yang presentasi.
h) Guru bersama peneliti mengamati kegiatan presentasi dan
melakukan penilaian proses yang meliputi aspek afektif dan
psikomotorik.
i) Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan
materi dari apa yang belum dijelaskan siswa.
j) Guru bersama peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari
jalannya presentasi yang sudah dilaksanakan.
k) Guru menginformasikan kepada siswa pertemuan selanjutnya akan
diadakan ujian kompetensi secara individual.
l) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam.

Pertemuan Ketiga (Rabu, 21 Maret 2012)


Alokasi waktu : 3 X 45 Menit
a) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam.
b) Guru melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas
serta kesiapan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

c) Guru mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan menanyakan


kesiapan siswa untuk melakukan ujian kompetensi.
d) Guru membacakan tata cara ujian kompetensi yang telah
diberitahukan sebelumnya.
e) Guru meminta siswa untuk duduk pada posisi yang benar dan tertip
untuk mempersiapkan diri dalam mengerjakan uji kompetensi.
f) Guru bersama peneliti membagikan soal dan meminta agar siswa
mengerjakan uji kompetensi secara mandiri.
g) Guru bersama peneliti mengawasi dengan baik jalannya uji
kompetensi.
h) Guru memberikan intruksi kepada siswa untuk mengoreksi
kembali jawabannya supaya mendapatkan hasil yang maksimal
dan terhindar dari kesalahan akibat kurang teliti.
i) Guru bersama peneliti meminta lembar jawab siswa.
j) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan
selanjutnya.
k) Guru menutup kelas dan mengucapkan salam
4) Guru menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan non tes.
Instrumen tes dari soal masalah ketika diskusi dan soal evaluasi akhir
siklus (uji kompetensi). Sedangkan instrumen non-tes dinilai
berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan peneliti dan guru
dengan mengamati capaian hasil belajar afektif dan psikomotorik
siswa selama proses belajar siklus II.
5) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan supaya dapat menghasilkan
suatu peningkatan dalam proses pembelajaran yang berupa pembelajaran
menjadi lebih efektif, siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dan hasilcommit
belajartosiswa
user dapat meningkat. Jenis tindakan
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

beserta kelengkapannya telah direncanakan dengan baik oleh guru dan


peneliti, selanjutnya guru tinggal melaksanakan skenario tindakan yang
telah ditetapkan. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh guru
sesuai dengan rencana, maka selama guru melaksanakan tindakan peneliti
melakukan pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas.
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan seperti
yang telah direncanakan yaitu tanggal 28 Maret, 4 dan 11 April 2012 di
ruang kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta. Pertemuan dilaksanakan
selama 9 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP.
Pelaksanaan tindakan II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan I,
hanya pada pelaksanaan tindakan II ini terdapat penguatan yang masih
diperlukan dari tindakan I. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan
tindakan II merupakan kelanjutan dari materi yang diajarkan pada siklus I.
Materi pada pelaksanaan tindakan II ini adalah melakukan komunikasi
dengan pelanggan.
Pada pertemuan pertama, guru terlebih dahulu mengadakan
apersepsi, yaitu menanyakan kembali materi yang telah diajarkan pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan pengarahan tentang
metode CPS kepada siswa supaya dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan metode CPS dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan yang
diberikan berupa perbaikan mengenai cara pelaksanaan metode CPS
seperti yang sudah dilaksanakan sebelumnya pada pembelajaran siklus I
yaitu meliputi tahap-tahap pelaksanaan pada metode pembelajaran CPS.
Dengan adanya pengarahan tersebut, siswa menjadi lebih paham mengenai
metode CPS sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan pada tiap tahapan di siklus II ini lebih baik dari siklus
sebelumnya. Selain menjelaskan tentang pengertian dan bagaimana
penerapan metode CPS, guru juga memberikan penjelasan tentang aspek
yang dinilai selama pelaksanaan pembelajaran. Aspek yang dinilai
meliputi aspek yang berkaitan dengan ranah afektif dan psikomotorik.
commit toselanjutnya
Setelah memberikan pengarahan, user guru menjelaskan pokok-
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

pokok materi melalui tayangan slide, kemudian masing-masing siswa


bergabung ke kelompoknya untuk berdiskusi membahas soal masalah yang
telah diberikan yang difasilitasi dengan suatu media ICT (satu laptop yang
tersambung dengan koneksi internet untuk masing-masing kelompok) dan
siswa diminta untuk menyusun hasil diskusi menjadi sebuah laporan.
Kegiatan diskusi kelompok pemecahan masalah dilaksanakan dengan
menggunakan metode pembelajaran CPS yakni: (1) Klarifikasi masalah.
Pada tahap klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada
siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang
penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Kegiatan ini memberikan
pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan mental melalui proses
berfikir melalui keterlibatan siswa dalam merumuskan suatu masalah dan
alternatif tindakan yang akan dipilih. Pada siklus II ini siswa telah cukup
mampu dalam merumuskan masalah dan alternatif tindakan pemecahan
masalahnya, tetapi masih ada beberapa kelompok yang mengalami
kesulitan, sehingga guru harus mengulangi penjelasan mengenai
permasalahn yang dimaksud kembali (2) Pengungkapan gagasan. Pada
tahap pengungkapan gagasan, siswa dibebaskan untuk mengungkapkan
pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. Siswa
diberi kesempatan untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis
data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada
siklus II ini sebagian besar siswa telah cukup aktif dalam mengungkapkan
gagasannya. Siswa yang Pada siklus I belum berani berpendapat menjadi
lebih berani menyatakan pendapatnya. Gagasan yang disampaikan oleh
siswa cukup relevan dengan materi pelajaran. Kegiatan ini melatih siswa
untuk berfikir logis dan kreatif. (3) Evaluasi dan seleksi. Pada tahap
evaluasi dan pemilihan ini setiap kelompok mendiskusikan pendapat-
pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
masalah. Pada siklus II ini siswa telah cukup mampu dalam memilih data
yang sesuai untuk dijadikan jawaban. Kegiatan ini melatih siswa untuk
menyusun hipotesis yang commit
rasionaltodan
user
logis (4) Implementasi. Pada tahap
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk


menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut. Jawaban siswa pada siklus II telah
sesuai dengan permasalahan dan relevan dengan materi yang diajarkan.
Kegiatan ini melatih siswa untuk membuat keputusan. Guru bersama
peneliti melakukan bimbingan secara berkala pada tiap-tiap kelompok.
Pada pertemuan kedua, masing-masing kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah mereka dan dilanjutkan
dengan tanya jawab. Pertemuan yang ketiga dilakukan evaluasi belajar
siswa dari siklus pertama (catatan lapangan 2, lampiran 27).
Proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sudah lebih baik
dari pembelajaran sebelumnya pada siklus I. Siswa sudah fokus
memperhatikan penjelasan dari guru. Pemanfaatan media ICT yang
dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi seperti tampilan slide
yang bervariasi, disertai dengan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi pelajaran mampu menarik perhatian siswa. Pada pembelajaran
siklus II sudah tidak ada lagi siswa yang kurang fokus terhadap pelajaran,
asyik mengobrol dan bercanda dengan teman sebelahnya. Mereka semua
konsentrasi terhadap penjelasan guru. Pada saat kegiatan diskusi
kelompok, keaktifan siswa semakin terlihat. Siswa telah mampu
bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam mencari data,
mengungkapkan gagasan, serta menyusun jawaban. Tidak terlihat lagi
siswa yang bingung dalam mencari data yang berhubungan dengan
masalah yang harus mereka pecahkan. Keaktifan siswa juga terlihat pada
saat kegiatan presentasi. Hampir semua siswa aktif dalam melakukan
presentasi dan tanya-jawab.
Pelaksanaan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT
pada siklus II ini dirasa telah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran yang sebelumnya penerapan metode CPS hanya berpusat
kepada guru saja, dan metode yang digunakan gurupun hanya monoton,
yaitu dengan ceramah sajacommit
menjaditolebih
user bervariasi dengan memanfaatkan
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

media ICT. Siswa menjadi lebih tertarik dan lebih termotivasi untuk
memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Langkah-langkah
metode CPS yang meliputi kegiatan klarifikasi masalah, pengungkapan
gagasan, evaluasi dan seleksi, serta implementasi mampu meningkatkan
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Siswa tidak hanya mendengar
dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, melainkan siswa diarahkan
supaya aktif berfikir, mencari data, berkomunikasi dengan kelompok,
menyeleksi, serta menyimpulkan data. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak
hanya berfokus pada pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif saja
melainkan juga melibatkan aspek afektif dan psikomotorik siswa.
Penggunaan metode CPS juga diisi dengan kegiatan diskusi, dan
presentasi. Kegiatan diskusi akan melatih kerjasama di antara siswa,
keberanian mengeluarkan pendapat, kemampuan memecahkan masalah,
dan dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan presentasi yang dilakukan bermanfaat untuk melatih keberanian
siswa tampil di muka umum dan mengemukakan pendapat baik melalui
kemampuan bertanya maupun menjelaskan. Secara keseluruhan, metode
CPS yang diimplementasikan dengan kegiatan memecahkan soal masalah,
diskusi kelompok dan presentasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus I tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pertemuan Pertama (Rabu, 28 Maret 2012)
a) Guru membuka kelas dengan memberi salam, kemudian
melakukan presensi kepada siswa dan melihat keadaan kelas serta
kesiapan siswa. Pada hari tersebut ada satu siswa yang tidak
mengikuti pelajaran yaitu Anisa A.N karena mendapat jadwal
praktek di toko ViskaMart .
b) Guru menjelaskan tujuan belajar, standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.
c) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa hari ini proses belajar
mengajar masih dilakukan dengan metode Creative Problem
commit
Solving dengan media to user
berbasis ICT.
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

d) Guru menggali pengetahuan dasar siswa dengan cara menanyakan


kembali tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya dan bertanya kepada siswa apakah siswa sudah belajar
tentang materi yang akan dipelajari. Sebagian siswa secara aktif
merespon pertanyaan yang guru ajukan dengan berusaha menjawab
pertanyaan tersebut dengan baik. Pertanyaan tersebut dijawab oleh
tiga siswa yaitu Nathasya Bella P, Vicky Dwika P Y, dan Whina
Nursyah.
e) Guru menjelaskan garis besar materi yaitu mengenai cara
berkomunikasi dengan pelanggan serta hambatan-hambatan dalam
melakukan komunikasi dengan pelanggan melalui tayangan slide.
Pada saat guru menjelaskan materi, sebagian besar siswa
memperhatikan penjelasan guru dengan seksama.
f) Setelah selesai menjelaskan materi, selanjutnya guru membagi
siswa menjadi 7 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari dari
5-6 orang. Pembagian kelompok dilakukan secara acak
berdasarkan tempat duduk.
g) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk duduk bergabung
dengan anggota kelompoknya masing-masing, tempat duduk ditata
sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman dan proses diskusi
dapat berjalan dengan baik.
h) Guru bersama peneliti membagikan soal masalah kepada siswa dan
kertas HVS untuk lembar diskusi.
i) Guru memberikan penjelasan awal mengenai masalah yang akan
dipecahkan, sehingga siswa memahami cara penyelesaian masalah
yang diharapkan dan dapat mencari penyelesaian masalah sesuai
dengan tujuannya. (Klarifikasi Masalah)
j) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mencari strategi serta
data-data yang terkait dengan pemecahan masalah sebanyak-
banyaknya melalui laptop yang sudah tersambung dengan internet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

k) Bersama dengan kelompok, siswa menggali dan mengungkapkan


jawaban yang paling tepat berkaitan dengan masalah yang
dihadapi tersebut. (Pengungkapan Gagasan)
l) Guru berjalan mengelilingi tiap kelompok untuk memberikan
pengarahan dan penilaian proses. Secara keseluruhan proses
diskusi berjalan lancar. Sebagian besar siswa aktif melakukan
diskusi.
m) Setelah siswa memperoleh beberapa daftar jawaban mengenai
masalah yang dihadapi, masing-masing kelompok mengevaluasi
dan menyeleksi berbagai jawaban yang diperoleh mengenai
permasalahan tersebut, sehingga pada akhirnya diperoleh jawaban
yang paling tepat dan optimal berkaitan dengan masalah yang
dihadapi tersebut. (Evaluasi dan Seleksi)
n) Siswa menyusun jawaban yang dianggap paling tepat kedalam
lembar jawab. (Implementasi)
o) Jam pelajaran hampir usai, Guru bersama peneliti dan siswa
membuat kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari
p) Guru meminta siswa untuk melanjutkan diskusi dirumah dan
memindahkan hasil diskusi dalam bentuk slide. Pada pertemuan
mendatang siswa diminta untuk melakukan presentasi.
q) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

2) Pertemuan Kedua (Rabu, 4 April 2012)


a) Guru mengawalai kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan
salam, kemudian melakukan presensi siswa, dan semua siswa
hadir.
b) Guru mengulas tentang pertemuan sebelumnya dan
mempersilahkan siswa untuk berformasi dalam kelompoknya
masing-masing berdasarkan pembagian kelompok pada pertemuan
sebelumnya dan mempersiapkan kegiatan presentasi dan diskusi
kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

c) Guru menginstruksikan semua siswa supaya aktif berpartisipasi


dalam bertanya dan mengemukakan ide masing-masing.
d) Guru menjelaskan tata cara presentasi dimana kelompok yang maju
presentasi berdasarkan undian nomor yang diambil ketua masing-
masing tiap kelompok, hal ini dilakukan agar tidak terjadi gaduh
dalam menentukan urutan kelompok yang maju presentasi.
Terdapat 7 kelompok dengan soal masalah yang berbeda-beda
untuk setiap masing-masing kelompok.
e) Guru memberi masing-masing kelompok waktu presentasi dan
tanya jawab selama 15 menit. Semua kelompok akan
mempresentasikan hasil diskusinya. Kegiatan presentasi dimulai,
dan yang mendapat undian presentasi pertama kali adalah
kelompok 5, selanjutnya kelompok 7, 1, 2, 6, 4, dan terakhir
kelompok 4. Presentasi berjalan lancar, hali ini terlihat dari
banyaknya siswa yang mengacungkan tangan untuk bertanya.
Hampir seluruh siswa memperoleh kesempatan bertanya.
f) Guru mengawasi jalannya presentasi dengan baik dan memberikan
penilaian proses terhadap aspek afektif dan psikomotorik.
g) Pada akhir presentasi, guru memberikan tanggapan terhadap
presentasi, tanggapan berupa pelurusan dari penjelasan siswa yang
kurang tepat dan tambahan penjelasan dari apa yang siswa belum
jelaskan.
h) Guru, peneliti dan siswa membuat kesimpulan dari materi yang
sudah dipresentasikan dan menginformasikan bahwa pertemuan
berikutnya akan diadakan uji kompetensi siklus II. Suasana
pembelajaran terlihat tertib dari awal sampai akhir pelajaran.
i) Kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan guru mengucap salam
penutup.

3) Pertemuan Ketiga (Rabu, 11 April 2012)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan


salam, kemudian dilanjutkan dengan presensi siswa untuk
memastikan jumlah siswa yang hadir dan mengikuti proses
pembelajaran, ternyata semua siswa hadir.
b) Guru membacakan tata cara ujian kompetensi yang telah
diberitahukan sebelumnya.
c) Guru membagikan soal uji kompetensi untuk materi memberikan
bantuan kepada pelanggan dan meminta siswa untuk mengerjakan
secara mandiri.
d) Guru bersama peneliti mengawasi jalannya ujian agar hasil uji
kompetensi benar-benar menunjukkan kemampuan siswa. Pada
saat uji kompetensi berlangsung masih ada beberapa siswa yang
tolah toleh menanyakan jawaban kepada temannya, namun guru
langsung menegur siswa kemudian memperingatkan siswa untuk
mengerjakan soal secara mandiri.
e) Waktu yang ditetapkan untuk mengerjakan soal evaluasi selesai,
siswa kemudian diminta untuk mengumpulkan lembar jawab soal
yang sudah selesai dikerjakan.
f) Kemudian guru mengumumkan kelompok presentasi dan diskusi
kelas terbaik, dengan memberikan penghargaan dan menutup
pelajaran dengan salam dan meninggalkan kelas.

c. Observasi dan Evaluasi


Peneliti mengamati proses pembelajaran melaksanakan pelayanan
prima dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun.
Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan metode
pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT. Pada saat observasi
berlangsung, peneliti memantau pelaksanaan metode pembelajaran CPS
dengan media berbasis ICT. Guru melakukan penyajian kelas
menggunakan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT dan
menjelaskan materi tentang melakukan
commit to user komunikasi dengan pelanggan.
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

Peneliti juga melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar


mengajar yang meliputi aspek afektif dan psikomotorik siswa. Penilaian
aspek afektif dan psikomotorik dilakukan menggunakan penilaian autentik
(authentic assessment) dengan menggunakan rubrik. Pemberian nilai
dilakukan dengan menggunakan skala likert, yakni nilai 1 sampai 5 sesuai
dengan deskriptor yang telah ditentukan.
Penilaian aspek afektif dilakukan dengan mengamati sikap siswa
selama proses pembelajaran yakni kemampuan kerjasama dalam diskusi,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan bertanya/ mengeluarkan
pendapat, serta kemampuan menjelaskan pada saat presentasi. Penilaian
aspek psikomotorik dilakukan dengan mengamati kecepatan siswa untuk
segera memasuki kelas, kecekatan siswa bergabung dalam kelompok,
kesiapan dan keaktifan siswa melakukan presentasi, serta kemampuan
siswa untuk mengacungkan tangan terlebih dahulu ketika akan bertanya/
mengeluarkan pendapat (lampiran 32).
Kualitas proses pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan.
Siswa lebih aktif dan termotifasi dalam belajar. Kegiatan diskusi kelompok
juga lebih bersemangat dan kooperatif. Siswa lebih mampu dalam mencari
dan menyajikan data yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari
soal yang dihadapi. Keaktifan siswa selama kegiatan presentasi dan tanya
jawab juga meningkat. Siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan baik. Siswa juga sangat antusias dalam melakukan
kegiatan tanya jawab, hampir semua siswa bertanya atau menanggapi
presentasi kelompok lain. Guru juga lebih mampu dalam memotivasi siswa
untuk belajar. Pemanfaatan media ICT yang dilakukan guru dalam
menjelaskan materi menjadikan proses belajar menjadi lebih bervariasi dan
tidak membosankan. Pada siklus II ini guru lebih mampu dalam
melakukan klarifikasi masalah sehingga siswa mampu memecahkan
masalah dengan lebih baik.
Awal pembelajaran atau pertemuan pertama dimulai hari Rabu
commit
tanggal 28 Maret 2012, pada saattoguru
usermenjelaskan, semua siswa sudah
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

fokus memperhatikan, kekurangan-kekurangan yang terdapat di siklus


pertama seperti guru yang kurang menguasai kelas dan sikap beberapa
siswa yang tidak aktif saat guru menjelaskan dan proses diskusi sudah
tidak terlihat lagi. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di isi
dengan kegiatan penjelasan materi oleh guru dengan menggunakan slide
dan diskusi kelompok memecahkan masalah. Proses pembelajaran berjalan
lancar. Siswa melaksanakan diskusi dengan baik bersama anggota
kelompoknya masing-masing. Kegiatan diskusi didominasi dengan saling
tukar pendapat antar anggota kelompok. Sebagian besar siswa sudah dapat
bekerjasama dengan anggota kelompok, mereka juga sudah tidak
mengalami kesulitan lagi dalam mencari data yang berhubungan dengan
soal pemecahan masalah dan dalam menyusun jawaban. Pada pertemuan
kedua yaitu hari Rabu, tanggal 4 April 2012, guru, peneliti dan siswa
mengawali kegiatan presentasi. Semua kelompok akan mempresentasikan
hasil diskusinya, dan yang mendapat undian presentasi pertama kali adalah
kelompok 5, selanjutnya kelompok 7, 1, 2, 6, 4, dan terakhir kelompok 4.
Pada pertemuan kedua ini keaktifan siswa semakin meningkat. Hal ini
terlihat pada saat kegiatan presentasi dan tanya jawab semakin banyak
siswa yang antusias untuk bertanya dan memberikan tanggapan terhadap
presentasi kelompok lain. Siswa yang semula tidak berani mengeluarkan
pendapat menjadi lebih berani berpendapat. Kelompok yang presentasi
juga lebih baik dalam mempresentasikan hasil diskusi dan lebih
memaksimalkan penggunaan media ICT. Suasana kelas menjadi lebih
hidup. Pada akhir kegiatan presentasi, guru memberikan penguatan berupa
tanggapan terhadap kegiatan presentasi yang telah dilakukan siswa. Pada
pertemuan ketiga atau pertemuan terakhir pada hari Rabu, tanggal 11 April
2012 digunakan guru dan peneliti untuk melakukan evaluasi akhir dari
siklus II berupa uji kompetensi agar hasil belajar siswa dapat diketahui.
Evaluasi berupa soal pilihan ganda dan esai untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa sebagai hasil dari pembelajaran dengan menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

metode Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT pada


pertemuan sebelumnya (catatan lapangan 2, lampiran 27).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar melaksanakan pelayanan prima di kelas X PM 1, diperoleh
gambaran tentang kualitas proses belajar dan pencapaian hasil belajar
siswa selama kegiatan belajar mengajar siklus II berlangsung, yaitu
sebagai berikut:
1) Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II
Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa penerapan metode CPS mampu meningkatkan hasil
belajar ranah afektif siswa. Siswa telah lebih memahami mengenai
penerapan metode CPS dan mulai terbiasa dengan metode yang
digunakan. Sikap siswa selama proses pembelajaran menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Sama seperti pada siklus I, hasil belajar afektif siswa
pada siklus II ini juga diperoleh melalui penilaian autentik, yaitu dengan
melakukan penilaian secara langsung berdasarkan pada pengamatan
terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran siklus II berlangsung.
Penilaian terhadap hasil belajar afektif siswa dilakukan pada aspek
kemampuan kerjasama dalam diskusi, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, dan kemampuan
menjelaskan dalam presentasi. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar
afektif siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

commitSiswa
Tabel 4.4 Hasil Belajar Afektif to user
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Aspek yang Indikator Jumlah Siswa dan Presentase


diukur Ketercapai
an Baik Persen Baik Persen Cukup Persen Kurang Persen Kurang Persen
Baik+Baik Sekali tase tase tase tase Sekali tase
Sekali (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Kemampuan
kerjasama 70 5 13,15 25 65,78 4 10,52 2 5,26 2 5,26
dalam
diskusi
Kemampuan
memecahkan 70 4 10,52 23 60,52 5 13,15 2 5,26 3 7,89
masalah
Kemampuan
bertanya / 70 5 13,15 24 63,15 4 10,52 3 7,89 2 5,26
mengeluarkan
pendapat
Kemampuan
menjelaskan 70 5 13,15 23 60,52 6 15,78 3 7,89 1 2,63
dalam
presentasi
hasil diskusi
(Sumber : Data primer yang diolah, 2012)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar ranah


afektif siswa sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Indikator
ketercapaian yang ditetapkan yaitu sebesar 70% telah tercapai. Hal ini
terbukti dari aspek kemampuan kerjasama dalam diskusi pada siklus II
yaitu sebanyak 78,94% (30 siswa) telah mencapai kriteria ketuntasan dan
sisanya sebesar 21,05% (8 siswa) belum mencapai kriteria ketuntasan.
Aspek kemampuan memecahkan masalah pada siklus II juga telah
mencapai indikator ketercapaian yang ditetapkan. Sebanyak 71,05% (27
siswa) telah mencapai ketuntasan, dan yang belum tuntas sebanyak
28,94% (11 siswa). Aspek kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat
pada siklus II sebanyak 76,31% (29 siswa) telah mencapai ketuntasan
dan sisanya sebanyak 23,68% (9 siswa) masih belum mencapai
ketuntasan. Aspek kemampuan menjelaskan dalam presentasi hasil
diskusi pada siklus II juga telah mencapai indikator ketercapaian yang
ditetapkan, siswa yang telah tuntas sebanyak 73,68% (28 siswa) dan yang
commit26,31%
masih belum tuntas sebanyak to user (10 siswa). Hasil capaian hasil
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

belajar afektif siswa pada siklus II untuk materi melakukan komunikasi


dengan pelanggan tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.4 Profil Capaian Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

2) Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II


Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus II mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya. Siswa semakin aktif dalam kegiatan
diskusi, presentasi, dan tanya jawab. Hasil belajar psikomotorik siswa
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap aspek siswa segera
memasuki kelasa saat guru datang, kecekatan bergabung dalam
kelompok, kesiapan dan keaktifan melakukan presentasi, dan
mengacungkan tangan saat bertanya atau mengeluarkan pendapat secara
commit
langsung pada saat proses to user siklus II berlangsung. Penilaian
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

hasil belajar psikomotorik dalam penelitian ini menggunakan rubrik dan


dalam pengambilan nilainya menggunakan skala likert. Hasil
pengamatan terhadap hasil belajar afektif siswa pada siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II

Aspek Indikator Jumlah Siswa dan Persentase


yang Ketercapai
diukur an Baik Persen Baik Persen Cukup Persen Kurang Persen Kurang Persen
Baik + Sekali tase tase tase tase Sekali tase
Baik Sekali (%) (%) (%) (%) (%)
(%)

Segera
memasuki
kelas pada 70 5 13,15 24 63,15 6 15,78 2 5,26 1 2,63
waktu guru
datang
Kecekatan
bergabung
dalam 70 4 10,52 26 68,42 3 7,89 3 7,89 2 5,26
kelompok
Kesiapan
dan 70 5 13,15 27 71,05 2 5,26 2 5,26 2 5,26
keaktifan
melakukan
presentasi
Mengacung
kan tangan
ketika 70 6 15,78 22 57,89 6 15,78 3 7,89 1 2,63
bertanya/me
ngeluarkan
pendapat
(Sumber : Data primer yang diolah, 2012)

Berdasarkan pengamatan hasil belajar ranah psikomotorik siswa


dapat diidentifikasi bahwa siswa sudah sangat lebih baik dari siklus
sebelumnya. Indikator ketercapaian yang ditetapkan sebesar 70% telah
tercapai pada semua aspek yang diukur. Hal ini dapat diketahui dari
aspek kesegeraan siswa untuk memasuki kelas pada saat guru datang
siklus II yaitu sebanyak 76,31% (29 siswa) telah mencapai ketuntasan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

dan yang belum tuntas sebanyak 23,68% (9 siswa). Pada aspek kecekatan
siswa bergabung dalam kelompok pada siklus II juga telah mencapai
indikator ketercapaian yang ditetapkan. Sebanyak 78,94% (30 siswa)
telah mencapai ketuntasan, dan sisanya yaitu sebanyak 21,08% (8 siswa)
belum tuntas. Pada aspek kesiapan dan keaktifan siswa melakukan
presentasi pada siklus II sebanyak 84,21% (32 siswa) telah mencapai
kriteria ketuntasan dan yang lainnya masih belum tuntas yaitu sebanyak
15,78% (6 siswa). Pada aspek mengacungkan tangan ketika bertanya
atau mengeluarkan pendapat pada siklus II juga telah mencapai indikator
ketercapaian yang ditetapkan. Sebanyak 73,68% (28 siswa) telah
mencapai kriteria ketuntasan dan yang belum tuntas sebanyak 26,31%
(10 siswa). Perolehan hasil belajar ranah psikomotorik siswa siklus II
tersebut juga dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut.

Gambar 4.5 Profil Capaian Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus II

(Sumber: Data Hasil Penelitian)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

3) Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II


Berdasarkan hasil evaluasi siklus II dapat diidentifikasi bahwa
siswa semakin mampu dalam pemahaman dan analisis pada materi
melakukan komunikasi dengan pelanggan. Nilai rata-rata kelas pada
siklus II mengalami peningkatan dari sebelumnya 73,94 menjadi 81,89.
Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 75 sebesar 94,73%
atau 36 siswa. Meningkat dari siklus sebelumnya yang hanya 81,57%
atau 31 siswa. Hasil belajar kognitif siswa siklus II dapat dilihat pada
tabel 4. 6 berikut.

Tabel 4.6 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II

Kriteria Indikator Keberhasilan 80%


Ketuntasan Hasi Belajar Kognitif
Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 36 siswa 94,73%
Tidak Tuntas 2 siswa 5,26%
Jumlah 38 siswa 100,00%
(Sumber: Data primer yang diolah, 2012)

Hasil belajar kognitif siswa juga dapat dilihat pada grafik berikut
ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.6 Profil Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II

(Sumber: Data Hasil Penelitian)

d. Analisis dan Refleksi


Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat
dilihat bahwa penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving
dengan media berbasis ICT dapat meningkatkan hasil siswa pada mata
diklat melaksanakan pelayanan prima apabila dibandingkan dengan metode
konvensional. Rata-rata ulangan harian siswa kelas X PM 1 pada siklus II
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Sebanyak 94,73%
siswa dinyatakan tuntas, karena pencapaian hasil belajar siswa diatas KKM,
yaitu 75, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2,56%. Dari hasil
refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan metode pembelajaran
Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT pada siklus II dinilai
hasil belajar lebih meningkat dibandingkan siklus I. Hasil belajar ranah
afektif dan psikomotorik sudah melampaui indikator ketercapaian 70% dan
hasil belajar ranah kognitif telah mencapai indikator ketercapaian 80%.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

1) Dilihat dari segi guru, terdapat beberapa kebaikan dan kelemahan antara
lain:
a) Beberapa kelebihan guru pada siklus II ini adalah:
(1) Guru lebih bisa membangkitkan semangat dan motivasi siswa
untuk lebih memperhatikan penjelasan guru saat kegiatan
belajar mengajar sedang berlangsung.
(2) Guru lebih jelas dalam menyampaikan informasi dan
penjelasan kepada siswa daripada sebelumnya.
(3) Guru sudah lebih baik dalam mengkondisikan siswa untuk
bergabung dengan kelompoknya daripada sebelumnya. Selain
itu guru juga lebih mampu dalam mengkoordinir siswa yang
akan maju presentasi.
(4) Guru sudah dapat memposisikan diri saat evaluasi berlangsung
dan tidak hanya berada didepan kelas tetapi berkeliling untuk
mengawasi dengan ketat jalannya evaluasi. Hal tersebut
dilakukan agar siswa terutama siswa yang duduk dibarisan
belakang tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat curang.
(2) Beberapa kelemahan guru dalam siklus II ini adalah:
(1) Mengelola waktu saat penjelasan materi.
(2) Mengkondisikan anggota kelompok yang kurang aktif dalam
diskusi tetapi malah berdandan secara sembunyi-sembunyi.

2) Dilihat dari segi siswa, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan


antara lain:
a) Beberapa kelebihan siswa dalam siklus II ini adalah:
(1) Siswa lebih berani dalam menyampaikan gagasan
(2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
mengalami peningkatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

(3) Sebagian besar siswa aktif berperan serta dalam diskusi kelas
sehingga kelas nampak hidup, proses dan hasil belajar
meningkat.
(4) Siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran, terlihat dari
semua anggota kelompok yang mengangkat tangan pada saat
kelompok lain melakukan presentasi.
(5) Pada kegiatan evaluasi, siswa lebih tenang dan tertib dalam
mengerjakan soal.
b) Beberapa kekurangan siswa dalam siklus II ini adalah:
(1) Beberapa siswa masih bingung sehingga mengalami kesulitan
dalam mencari data-data yang relevan.
(2) Siswa terganggu saat kegiatan evaluasi yakni dalam hal saling
pinjam penghapus saat evaluasi.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis tersebut, tindakan refleksi


yang dapat dilakukan adalah:
1) Guru masih harus berusaha untuk melakukan pendekatan dan motivasi
siswa, sehingga setiap siswa yang mengalami kesulitan akan teratasi,
siswa tetap bersemangat dan tidak mengalami kebosanan.
2) Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
3) Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran
pada saat mengajar, sehingga siswa lebih bersemangat mengikuti
pelajaran, peran siswa lebih dominan dan tidak cepat bosan.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, dan II dapat


dinyatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar melaksanakan pelayanan
prima melalui penggunaan metode pembelajaran Creative Problem Solving
dengan media berbasis ICT dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

meliputi hasil belajar ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif. Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II

Aspek yang Indikator Hasil Belajar Afektif Siswa


diukur ketercapaian Baik Sekali + Baik
(%) Siklus I Siklus II
Baik Baik Jumlah Persen Baik Baik Jumlah Persen
Sekali Siswa tase Sekali Siswa tase
Kemampuan 70 3 21 24 63,15 5 25 30 78,94
kerjasama dalam
diskusi
Kemampuan 70 2 18 20 52,63 4 23 27 71,05
memecahkan
masalah
Kemampuan 70 2 19 21 55,26 5 24 29 76,31
bertanya/me
ngeluarkan
pendapat
Kemampuan 70 3 21 24 63,15 5 23 28 73,68
menjelaskan
dalam presentasi
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Peningkatan hasil belajar afektif siswa mata diklat melaksanakan pelayanan


prima tersebut juga dapat dilihat pada grafik histogram berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.7 Hasil Belajar Afektif Siklus I dan II

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

Tabel 4.7 dan gambar 4.7 diatas menunjukkan hasil belajar afektif siswa
dalam proses belajar mengajar mata diklat melaksanakan pelayanan prima pada
siklus I dan II terus mengalami peningkatan. Pada aspek kemampuan kerjasama
dalam diskusi yang mengalami peningkatan sebesar 15,69% dari 63,15% pada
siklus I menjadi 78,94%. Aspek kemampuan memecahkan masalah juga
mengalami peningkatan sebesar 18,42% dari 52,63% menjadi 71,05%. Aspek
kemampuan bertanya/ mengeluarkan pendapat mengalami kenaikan cukup tinggi
yaitu sebesar 21,05% dari 55,26% menjadi 76,31%. Pada aspek kemampuan
menjelaskan dalam presentasi mengalami kenaikan sebesar 10,53% dari 63,15%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

menjadi 73,68%. Hasil belajar ranah afektif telah mencapai indikator ketercapaian
yang ditetapkan yaitu sebesar 70%.

Tabel 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Aspek yang Indikator Hasil Belajar Afektif Siswa


diukur ketercapaian Baik Sekali + Baik
(%) Siklus I Siklus II
Baik Baik Jumlah Persen Baik Baik Jumlah Persen
Sekali Siswa tase Sekali Siswa Tase
Segera 70 4 22 26 68,42 5 24 29 76,31
memasuki kelas
pada waktu guru
datang
Kecekatan 70 3 21 24 63,15 4 26 30 78,94
bergabung
dalam kelompok
Kesiapan dan 70 2 20 22 57,89 5 27 32 84,21
keaktifan
melakukan
presentasi
Mengacung 70 3 21 24 63,15 6 22 28 73,68
kan tangan saat
bertanya/menge
luarkan pendapat
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Peningkatan hasil belajar afektif siswa mata diklat melaksanakan pelayanan


prima tersebut juga dapat dilihat pada grafik histogram berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Siklus I dan II

(Sumber : Data Hasil Penelitian)

Tabel 4.8 dan gambar 4.8 diatas menunjukkan hasil belajar psikomotorik
siswa dalam proses belajar mengajar mata diklat melaksanakan pelayanan prima
pada siklus I dan II terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari aspek
segera memasuki kelas pada waktu guru datang yang mengalami kenaikan sebesar
7,89% dari 68,42% menjadi 76,31%. Aspek kecekatan bergabung dalam
kelompok juga mengalami peningkatan sebesar 15,79% dari 63,15% menjadi
78,94%. Aspek kemampuan kesiapan dan keaktifan melakukan presentasi
mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu sebesar 26,32% dari 57,89% menjadi
84,21%, demikian juga pada aspek mengacungkan tangan ketika bertanya/
mengeluarkan pendapat mengalami kenaikan sebesar 10,53% dari 63,15%

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

menjadi 73,68%. Secara keseluruhan hasil belajar psikomotorik siswa telah


mencapai indikator ketercapaian yang ditetapkan yaitu sebesar 70%.

Tabel 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II

Indikator Keberhasilan 80%

Pra Siklus Siklus I Siklus II


Kriteria
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Siswa tase Siswa tase Siswa tase

Tuntas 6 15,78% 31 81,57% 36 94,73%

Tidak
32 84,21% 7 18,42% 2 5,26%
Tuntas

Sumber : (Sumber : Data Hasil Penelitian)

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa setiap siklus yang
diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Sebelum penerapan metode CPS, siswa yang tuntas pada kompetensi dasar
pertama berjumlah 6 siswa dengan persentase 15,78% dan nilai rata-rata kelas
65,39. Pada siklus I, ketuntasan belajar yang tercapai adalah sebanyak 31 siswa
dengan persentase sebesar 81,57% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar
73,94. Pada siklus I ini ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 65,79% dan
nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 8,55 dari pembelajaran sebelum penerapan
metode CPS. Pada siklus I indikator ketercapaian yang ditetapkan yaitu sebesar
80% sudah tercapai. Pada siklus II hasil belajar kognitif semakin meningkat.
Ketuntasan hasil belajar yang tercapai sebanyak 35 siswa dengan persentase
sebesar 94,73%, meningkat sebesar 13,16% dari siklus sebelumnya dan nilai rata-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

rata kelas yang dicapai sebesar 81,89 meningkat sebesar 7,95 dari siklus
sebelumnya.
Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa juga bisa dilihat pada grafik
histogram berikut ini:

Gambar 4.9 Hasil Belajar Kognitif Siswa Pra Siklus , Siklus I dan II

(Sumber : Data Hasil Penelitian

Tabel 4.9 dan gambar 4.9 diatas menunjukan bahwa setelah adanya
penerapan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT berdampak
positif terhadap peningkatan proses dan hasil belajar mata diklat melaksanakan
pelayanan prima. Penerapan metode pembelajaran CPS menjadikan proses
pembelajaran lebih berkualitas. Metode CPS yang meliputi langkah-langkah
klarifikasi masalah, pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta
implementasi memberikan pembelajaran yang bervariasi. Dengan metode CPS
siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi
commit to user
pelajaran, akan tetapi siswa dilatih untuk aktif berfikir, berkomunikasi, mencari,
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

menyeleksi dan menyimpulkan data. Pembelajaran dengan metode CPS juga


diimplementasikan dengan kegiatan diskusi kelompok, presentasi dan tanya
jawab. Siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga
siswa lebih mudah memahami materi. Dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, meningkatkan
aktivitas siswa, sehingga hasil belajar siswa meningkat, tidak hanya hasil belajar
ranah kognitif, melainkan juga ranah afektif, dan psikomotorik.
D. Pembahasan
Penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media
berbasis ICT bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap,
yaitu : (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
evaluasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari
siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui kondisi / keadaan yang ada di kelas X Pemasaran SMK Negeri 6
Surakarta. Survei awal dilakukan pada bulan Januari 2012. Dari hasil survei ini,
peneliti menemukan bahwa hasil belajar memberikan bantuan kepada pelanggan
pada siswa kelas X Pemasaran SMK Negeri 6 Surakarta masih belum maksimal,
metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar masih monoton dan
berpusat pada guru. Kegiatan yang dilakukan siswa hanyalah mendengarkan
penjelasan dari guru dan mencatat (lampiran 9). Oleh karena itu, peneliti
mengadakan diskusi dengan guru mata diklat melaksanakan pelayanan prima dan
mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan
metode pembelajaran Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT,
karena setelah diterapkannya metode pembelajaran Creative Problem Solving
dengan media berbasis ICT, siswa dituntut untuk kreatif dalam memecahkan
masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, aktif dalam diskusi kelompok
dan presentasi,serta lebih berani dalam tanya jawab dan mengungkapkan
pendapat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

Setelah mengadakan diskusi dengan guru, selanjutnya peneliti bersama


dengan guru mata diklat melaksanakan pelayanan prima menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam siklus I tindakan
kelas. Sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan guru, maka materi pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah memberikan bantuan kepada pelanggan.
Setelah guru menyampaikan materi dengan menggunakan slide, maka kegiatan
selanjutnya adalah diskusi kelompok. Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok
dimana tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang (lampiran 12). Pembagian kelompok
dilakukan secara acak berdasarkan tempat duduk. Setelah itu guru
menginstruksikan kepada semua siswa untuk duduk bergabung dengan
kelompoknya. Guru membagikan soal masalah untuk didiskusikan dan dicari
pemecahan masalahnya kepada masing-masing kelompok dan kertas kerja, guru
mempersilahkan siswa untuk mencari data-data yang relevan dengan pemecahan
masalah sebanyak-banyaknya melalui laptop yang sudah tersambung dengan
internet. Dan selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok masing-masing (catatan lapangan 1, lampiran 13). Namun, dari hasil
pengamatan terhadap proses belajar mengajar melaksanakan pelayanan prima
pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi guru
maupun dari segi siswa, yaitu guru kurang menguasai kelas dan kurang
perhatiannya sebagian kecil siswa saat guru menyampaikan materi terutama siswa
yang duduk pada deretan belakang. Sebagian kecil siswa masih sering melakukan
kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran seperti
mengobrol dan bergurau dengan teman sebangkunya. Hal ini dikarenakan
terkadang suara guru kurang keras sehingga siswa yang ada dibelakang tidak
mendengarkan penjelasan guru. Pelaksanaan diskusi juga belum berjalan
maksimal, kegiatan diskusi masih didomonasi oleh beberapa siswa dan siswa
masih bingung dalam mencari data-data yang berhubungan dengan masalah yang
sedang dihadapi. Karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana
pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
pembelajaran melaksanakan pelayanan prima pada siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Materi pembelajaran pada siklus II adalah lanjutan dari materi siklus I yaitu
melakukan komunikasi dengan pelanggan. Pelaksanaan dalam siklus ke II ini
hampir sama seperti siklus I, guru menyampaikan materi dengan menggunakan
slide, dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan
didasarkan atas perbaikan dari kelemahan siklus I. Dari hasil pengamatan terhadap
proses belajar mengajar melaksanakan pelayanan prima pada siklus II ini guru
sudah dapat menguasai kelas mulai dari depan hingga ke belakang dan sebagian
besar siswa telah aktif berperan serta dalam diskusi kelompok, hal ini terlihat dari
banyaknya siswa yang berani mengungkapkan pendapat maupun bertanya pada
anggota kelompok masing-masing, dan siswa telah mampu mencari data yang
berkaitan dengan pemecahan masalah (catatan lapangan 2, lampiran 27). Kualitas
pembelajaran baik proses maupun hasil sudah semakin meningkat.
Pada saat dilakukan wawancara dengan siswa, diketahui bahwa siswa cukup
tertarik dengan pembelajaran menggunakan metode Creative Problem Solving
dengan media berbasis ICT selain siswa menjadi aktif dalam pembelajaran, siswa
juga merasa lebih memahami materi. Siswa juga diajarkan untuk bekerjasama
dalam mempelajari suatu materi pelajaran dan memecahkan soal masalah tentang
hal-hal yang berkaitan dengan dunia nyata sesuai materi yang diajarkan (lampiran
36).
Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
melaksanakan pelayanan prima yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga
kualitas proses dan hasil belajar memberikan bantuan kepada pelanggan dapat
meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja guru
dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan menyenangkan.
Keberhasilan pembelajaran memberikan bantuan kepada pelanggan dengan
menggunakan metode Creative Problem Solving dengan media berbasis ICT dapat
dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1. Siswa terlihat antusias ketika akan memulai kegiatan belajar mengajar dan
selama proses kegiatan belajar mengajar siswa bersemangat serta aktif
berpartisipasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

2. Kegiatan belajar mengajar di kelas tidak lagi berpusat pada guru melainkan
menjadi berpusat pada siswa (student centered). Hal ini terlihat dari keaktifan
siswa selama proses pembelajaran baik saat diskusi kelompok, presentasi, dan
tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja sama dan
menumbuhkan kebersamaan di dalam kelompok belajar.
3. Siswa menjadi lebih bertanggungjawab karena dituntut untuk dapat
memecahkan masalah yang diberikan kepada mereka serta bertanggungjawab
dalam mencari data yang relevan yang mendukung atas jawaban mereka.
4. Penggunaan media oleh guru menjadikan siswa mudah dalam mengingat dan
memahami materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif. Penggunaan media juga menjadikan proses pencarian data yang
berhubungan dengan pemecahan masalah menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Siswa menjadi lebih berani untuk maju ke depan kelas mempresentasikan
tugas yang diberikan guru. Hal ini terlihat pada saat presentasi hasil diskusi
siswa antusias melakukan tanya jawab, memberikan sanggahan, dan
memberikan tanggapan terhadap pendapat kelompok yang maju presentasi.
6. Siswa lebih tanggap terhadap masalah yang ada dan terampil serta kreatif
dalam menyelesaikan masalah yang ada.
7. Penerapkan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT dalam
proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Hasil
belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil
belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 75. Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang
disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan
metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas penerapan metode pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) dengan media berbasis Information Communication and
Technology (ICT) yang dilaksanakan di kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta
ini telah dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) analisis dan
refleksi tindakan. Tiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, dimana
masing-masing pertemuan berlangsung selama 3 X 45 menit.
Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh
simpulan hasil penelitian, yaitu bahwa penerapan metode pembelajaran CPS
dengan media berbasis ICT melalui langkah-langkah: klarifikasi masalah,
pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta implementasi telah dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta.
Penerapan metode pembelajaran CPS mampu meningkatkan kualitas proses
belajar siswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa diperoleh
keterangan bahwa siswa merasa senang dengan dilaksanakan metode
pembelajaran ini. Siswa merasa lebih menguasai materi karena siswa dilibatkan
secara langsung dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Metode pembelajaran CPS melatih siswa untuk berfikir logis dan
kreatif melalui pembelajaran yang diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Siswa
menjadi lebih aktif dalam berfikir, berkomunikasi, mencari, menyeleksi dan
menyimpulkan data. Siswa juga lebih termotivasi untuk belajar karena dilibatkan
dalam proses pencarian data, perumusan masalah, serta penggunaan media
pembelajaran ICT.
Pembelajaran dengan metode CPS yang di implementasikan dalam
kegiatan diskusi kelompok dan presentasi mampu meningkatkan hasil
belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Peningkatan aspek
afektif atau sikap selama commit to user
proses pembelajaran terjadi pada tiap indikator,

108
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

yaitu kemampuan kerjasama dalam diskusi, kemampuan memecahkan


masalah, kemampuan bertanya atau mengeluarkan pendapat, dan
kemampuan menjelaskan dalam presentasi. Indikator ketercapaian yang
telah ditentukan yaitu 70% siswa mencapai kriteria baik sekali dan baik
telah tercapai. Aspek psikomotorik juga mengalami peningkatan pada
semua indikator, yaitu dari segi segera memasuki kelas saat guru datang,
kecekatan bergabung dengan kelompok, kesiapan dan keaktifan
melakukan presentasi, dan mengacungkan tangan ketika bertanya atau
mengeluarkan pendapat. Aspek kognitif yang terlihat dari nilai evaluasi
siswa juga mengalami peningkatan, indikator ketercapaian yang telah
ditetapkan dapat terpenuhi, yaitu 80% siswa mampu memperoleh nilai di
atas KKM 75, tingkat ketuntasan belajar juga semakin membaik.
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode pembelajaran CPS dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa melalui
penerapan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan media
berbasis Information Communication and Technology (ICT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Siswa terlihat lebih antuias dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran karena dilibatkan langsung dalam proses berfikir mencari
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Siswa juga lebih
aktif dalam kegiatan diskusi dan aktif bertanya atau mengeluarkan pendapat.
Penerapan metode pembelajaran CPS dengan media berbasis ICT mampu
meningkatkan hasil belajar siswa secara berturut-turut pada tiap-tiap siklus dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menerapkan metode
pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari disesuaikan dengan
materi dan kondisi siswa dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa secara optimal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

C. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru :
a. Melihat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini, disarankan kepada guru
untuk dapat menerapkan metode pembelajaran CPS dengan langkah
klarifikasi masalah, pengungkapan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta
implementasi sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa disesuaikan
dengan materi dan kondisi kelas.
b. Diharapkan kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menyampaikan materi dan mengelola kelas sehingga pembelajaran tidak
monoton sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya
a. Diharapkan kepada guru untuk melakukan pendekatan kepada siswa supaya
siswa lebih fokus selama proses belajar mengajar terutama terhadap siswa
yang kurang memperhatikan pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan
adanya variasi saat menyampaikan materi pelajaran, sehingga menarik siswa
untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran
c. Diharapkan kepada guru supaya lebih aktif memotivasi siswa untuk lebih
berani dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan penguatan kepada siswa seperti
anggukan, senyuman, tepuk tangan, penghargaan, dan hadiah.
d. Diharapkan kepada guru untuk mengembangkan model dan metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran.
e. Diharapkan kepada guru supaya lebih mengoptimalkan pemanfaatan media
pembelajaran yang sudah disediakan oleh pihak sekolah, seperti
pemanfaatan komputer dan LCD serta koneksi internet untuk menciptakan
pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menarik sehingga proses dan hasil
pembelajaran dapat terus meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id

2. Bagi Siswa :
a. Diharapkan kepada siswa supaya lebih fleksibel ketika melaksanakan
diskusi dengan kelompok heterogen supaya hubungan sosial antar siswa
menjadi lebih baik.
b. Siswa diharapkan supaya lebih disiplin dan bertanggungjawab dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
c. Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam melakukan diskusi kelompok
serta lebih berani untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, dan menjelaskan
saat presentasi.

3. Bagi sekolah
a. Pihak sekolah hendaknya memberikan fasilitas dan kesempatan kepada guru
untuk mengikuti pelatihan dan seminar-seminar yang berkaitan dengan
model dan metode pembelajaran yang inovatif.
b. Sekolah hendaknya mengadakan rapat evaluasi tentang pelaksanaan
pembelajaran untuk membahas permasalahan yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar, supaya dapat diketahui solusi yang tepat terhadap masalah
yang sedang terjadi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ayip Miftah. 2011. Kemampuan Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom.


Diperoleh 22 Juni 2012, dari http://ayip7miftah.wordpress.com

Adi Nur Cahyono. 2007. Pengembangan Model Creative Problem Solving


Berbasis Teknologi dalam Pembelajaran Matematika di SMA. Diperoleh 5
Maret 2012, dari http://adinegara.com/seminar-nasinal-matematika-v-
2009.pdf

Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.


Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV


Maulana.

Craig A. Mertler. 2009. Classroom Assessment : Overview Assessment Technique.


Diperoleh 22 Juni 2012, dari http://ghoesstin_wannabe.htm

Dwi Astuti Noviyanti. 2009. Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar


Matematika dengan Pendekatan Creative Problem Solving pada siswa kelas
VII SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Skripsi.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hujair.A.H.Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safira Insani Press.

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat : Gaung Persada.

Pepkins, K.L. 2004. Creative Problem Solving In Math. Artikel. Diperoleh 10


Januari 2012, dari www.uh.edu

Kasihani Kasbollah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Malang: UNM

Mitchell, William E.Kowalik, Thomas F. 1999. Creative Problem Solving.


Jakarta: Genigraphics.
commit to user

112
perpustakaan.uns.ac.id 113
digilib.uns.ac.id

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mudjia Raharjo. 2009. Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, Diperoleh 28 Mei


2012, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian Pendidikan /
triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: CV Maulana.

Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nuryani Rustaman. 2006. Penilaian Otentik. Diperoleh 16 Juni 2012, dari


http://file.upi.edu/direktori/penilaian_otentik_sgr'06.pdf

Oemar Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rochiati Wiriatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Saryulis. 2011. Media Pembelajaran. Diperoleh 16 Mei 2012, dari


http://education-all.blogspot.com/2011/07/media-pembelajaran.html

Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id

Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi


dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada.

Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Cet IV.
Jakarta: Rineka Cipta.

Ulis Supriyana. 2009. Penerapan Model Creative Problem Solving berbasis


Portofolio Ditinjau dari Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Matematika
Kelas X SMA Negeri 2 Sukoharjo. Skripsi.

Undang-Undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. 2006. Tentang Guru


dan Dosen. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

commit to user

Anda mungkin juga menyukai