Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PELATIHAN BT&CLS SMART EMERGENCY

NAMA : RISMA DIYAH PRASTIWI

NO.ABSEN : 02

INSTANSI : POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

1. Building Learning Commitmen (BLC)


Apa yang menjadi dasar bahwasannya anda diharuskan untuk mengikuti pelatihan
BT&CLS, dan apa motivasi anda serta apa yang anda harapkan dari mengikuti pelatihan
BT&CLS bersama Smart Emergency ? Jelaskan !
Jawaban : menurut saya yang menjadi dasar dalam mengikuti pelatihann BT&CLS yaitu
untuk tercapainya target kompetensi keperawatan yang mempunyai tingkat skill perawat
yang kompeten. Dan motivasi yang saya harapkan dalam mengikuti pelatihan BT&CLS
bersama Smart Emergency yaitu agar dapat mengembangkan diri, kredibilitas diri serta
mendapatkan modal dasar pelatihan kerja yang baik dalam keperawatan.

2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)


Dalam pelayanan kegawatdaruratan khususnya di “Pre Hospital” sangat diperlukan suatu
sistem pelayanan Ambulance (PSC 119), dalam kondisi saat ini (Pandemic Cov.19), hal
apa saja yang perlu di perhatikan untuk Team dan Mobil Ambulance saat beroperasi..?
Jawaban : mobil ambulance sebaiknya memiliki peralatan yang lengkap. Petugas atau
paramedic yang datang membantu penderita juga sebaiknya mendapatkan latihan khusus,
karena pada saat menangani penderita mereka harus menguasai keterampilan khusus
yang dapat menyelamatkan nyawa. Selain itu juga perlu memperhatikan hal-hal yang
juga perlu dipertimbangkan meliputi :
a. Koordinasi dengan rumah sakit tujuan yang disesuaikan dengan kondisi dan jenis
perlukaannya
b. Penjagaan jalan nafas, control perdarahan dan imobilisasi penderita
c. Koordinasi dengan petugas lapangan lainnya selain itu yang harus dilakukan oleh
seorang paramedic adalah :
1. Menjaga airway dan breathing
2. Control perdarahan dan syok
3. Imobilisasi penderita
4. Pengiriman ke rumah sakit terdekat yang cocok

3. Etiko Legal Keperawatan Gawat Darurat


Apa yang anda lakukan ketika menemukan kasus Kegawatdaruratan dilapangan, apakah
anda di perbolehkan menolong korban tersebut, jika iya., apa dasar hukum yang melandasi
tindakan anda tersebut...? Jelaskan
Jawaban : sesuai pasal 35 UU.34 Tahun 2014 tentang keperawatan yaitu :
(1) Dalam pertolongan pertama perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian
obat sesuai dengan kompetensinya
(2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa klien serta mencegah kecacatan lebih lanjut
(3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan yang
mengancam nyawa atau kecacatan klien.

4. Cardio Pulmonary Resucitation (CPR)


Ketika pasien mengalami Henti Jantung (Cardiac Arrest) pada pasien Dewasa, Anak dan
Bayi, apa yang anda lakukan untuk menolong pasien tersebut, tentunya sesuai dengan
Algoritme AHA 2015 yang telah di update pada tahun 2020 untuk pasien dengan Suspected
or Confirmed Covid-19...? Jelaskan
Jawaban : pertama untuk menolonag dipastikan 3A yaitu aman diri, aman lingkungan
dana man pasien. COVID-19 adalah penyakit menular melalui droplet, maka APD yang
dibutuhkan yaitu masker bedah/N95, kacamata google, gaun dan handsoon. Lalu cek
respon pasien dengan cara menepuk bahu dan memanggil namanya, namun jika tidak ada
respon aktifkan code blue. Kemudian cek nadi dan nafas dengan cara meraba nadi carotis
dan lihat pengembangan dada secara bersamaan 5-10 detik. Lakukan CPR 30:2 dengan
kedalaman kompresi 5-6cm. pada orang dewasa, pada anak CPR 30:2 dengan kedalaman
kompresi dada 5cm, lalu pada bayi CPR 30:2 dilakukan dengan dua jari dan dengan
kedalaman 4cm. Beberpa pembaharuan spesifik COVID-19 untuk algoritma bantuan hidup
dasar dan bantuan hidup jantung lanjut, BHD pada anak, dan henti jantung pada anak
ditunjukkan dengan tujuan untuk menggantikan alogaritma standart pada pasien terduga
atau positif COVID-19. Pada pasien yang negative COVID-19 atau tidak divurigai
COVID-19 sesusitasi jantung paru harus dilakukan berdasarkaan alogartima yang standart.
Kotak baru yang spesifik untuk COVID-19 diberi warna kuning, dan panduan yang spesifik
untuk COVID-19 dicetak tebal dan digaris bawah.

5. Airway And Breathing Management


Dalam kasus Airway and Breathing sering kali ditemukan ganguan atau bahkan sumbatan
jalan nafas, dalam situasi pandemik Covid-19 saat ini apa yang menjadi poin penting ketika
anda berhadapan dengan pasien suspected / confirmed Covid-19 untuk menangani pasien
tersebut yang mengalami gangguan Airway and Breathing...? Jelaskan
Jawaban : COVID-19 adalah penyakit yang menular jadi kita harus berhati-hati dengan
memakai APD sesuai kebutuhan. Poin penting untuk menangani pasien COVID-19 dengan
gangguan Airway dan Breathing adalah menghindari kontak langsung dengan pasien
seperti misalnya memberi bantuan nafas secara langsung mouth to mounth, memberikan
bantuan nafas menggunakan bag valve mask

6. Syok Management
Pasien Ny. M mengalami kecelakaan umur 40 tahun, diketahui terdapat fraktur terbuka di
Femur, berat badan 60 kg, kesadaran menurun (Somnolen), HR 150 x/menit, akral dingin,
CRT 4 detik, RR 35 x/menit, TD 80/50 mmHg, kehilangan darah 2.000 cc.
Tolong jelaskan kategori Syok yang dialami oleh pasien teresebut, dan hitung berapa
jumlah cairan yang di butuhkan oleh pasien diatas berdasarkan Estimated Blood Loss
(EBL)..?
Jawaban :
EBV : 650cc x 60kg = 3900cc
Kelas Syok : Kelas III (30-40%)
EBL : 30% x 3900 = 1170 ml
Kebutuhan resusitasi dengan kristaloid sebanyak 1170ml x 3 = 3510ml

7. Initial Assessment
Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan Initial Assessment..!! Jelaskan
Jawaban :
a. Danger : Aman diri (Penggunaan APD, aman dari transmisi penyakit, aman tututan
hukum (inform consent)), aman lingkungan, aman pasien.
b. Respon : Alert (kesadaran, orientasi baik), verbal (memberikan reaksi pada suara),
pain (memberikan reaksi pada pada rasa sakit, berespon jika dirangsang),
unconscious/unresponsive
c. Call for Help
d. Primary Survey
1) Airway : Lihat apakah ada sumbatan partial/total
Control Servical : lakukan dengan manual (Head tilt chin lift/Jaw Thurst) atau
menggunakan alat (Neck Collar).
2) Breathing + Control Ventilasi : Cek RR, saturasi O2,
3) Circulation + Kontrol Pendarahan : Apabila terdapat fraktur/luka terbuka: Tutup,
direct pressure, elevation, cari point pressure (apabila masih mengalami bleeding).
4) Disability + Status neurologis : Kaji GCS dan lateralisasi pupil
5) Exposure : lakukan Log Roll (dimiringkan pada sisi yang sehat), untuk observasi
bagian belakang tubuh pasien.
6) Folley Catheter : Memonitoring terapi cairan
7) Gastric Tube : Mencegah aspirasi, input makanan dan obat pada distensi abdomen
e. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada primary survey
f. Secondary Survey :
1) Heart Monitor : Untuk mengetahui irama jantung dan vital sign
2) Anamnesis : Keluhan, riwayat penggunaan obat, makanan & minuman (untuk
evaluasi gastric tube), riwayat penyakit dan alergi, biomekanik trauma.
3) Head to Toe Examination : Kaji bentuk, tumor, luka, sakit
4) Finger in every Orifice : Colok hidung, telingan, mulut, anus untuk memeriksa ada
perdarahan atau tidak.
5) Pemeriksaan Penunjang : pemeriksaan laboratorium & radiologi
g. Re-Evaluasi : Melakukan evaluasi pada secondary survey
h. Rujuk : Patikan identitas, diagnosa, hasil tindakan primary survey dan secondary
survey, dan data yang merujuk.

8. Trauma Musculosceletal
Terdapat kasus trauma akibat kecelakaan pada Cruris Dextra (Close Fraktur) dan luka
terbuka pada Radius Ulna, langkah apa yang anda lakukan untuk menangani pasien
tersebut dengan prinsip penanganan luka dan pembidaian..? Jelaskan
Jawaban :
a. Penangan luka terbuka pada radius ulna:
1) Lakukan evaluasi klinis secara menyeluruh
2) Periksa Primary Survey: airway, breathing, circulation, diability, exposure
3) Bila ada perdarahan lakukan tutup luka (dengan kasa steril), lakukan direct
pressure, elevation, lakukan point pressure apabila masih terdapat bleeding
4) Lakukan imobilisasi dalam sistem bidai (split), dilakukan dengan meluruskan
ekstrimitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan
yang berlebihan pada daerah fraktur, hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi
untuk meluruskan ekstrimitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi.
pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikan pendarahan,
mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.
Imobilisasi harus mencakup sendi diatas dan di bawah fraktur (meliputi 2 sendi),
beri bantalan empuk, ikatlah bidai di atas dan di bawah daerah fraktur, gunakan 3
bilah papan pada ekstremitas untuk mecegah rotasi
5) Selanjutnya dilakukan secondary survey dengan menanyakan mekanisme dari
kecelakaan, keadaan lingkungan, faktor predisposisi, serta pertolongan pertama
apa saja yang telah dilakukan sebelum di bawa ke fasilitas kesehatan untuk
mengetahui biomekanisme dari trauma
6) Evaluasi status neurovaskular pada ekstremitas setelah melakukan reduksi dan
pembidaian

b. Penanganan pada Cruris Dextra (Close Fraktur)


1) Penatalaksanaan awal yaitu stabilisasi ABCDE.
2) Dilanjutkan dengan imobilisasi dengan bidai yang diberi padding pada tonjolan
tulang untuk mencegah penekanan. Jika terdapat fraktur pada ekstremitas atas,
splinting dilakukan pada posisi anatomis fungsional dari tangan, yaitu
pergelangan tangan yang sedikit dorsofleksi, dan jari-jari di posisi fleksi 45 derajat
pada sendi metacarpophalangeal. Pada lengan bawah dan pergelangan tangan
dapat dilakukan pemasangan bidai dengan padding, sedangkan pada siku posisi
imobilisasinya adalah fleksi dengan bidai maupun armsling.
3) Kolaborasi dalam pemberian analgesic
4) Setelah dilakukan penatalaksanaan sementara, pasien perlu dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk dapat dilakukan tindakan definitif
bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai