Anda di halaman 1dari 13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
I. Data umum
1. Nama KK : Tn. P (umur 37 tahun)
2. Alamat : Cipedes tengah No. 96 Kecamatan Sukajadi
3. Pekerjaan : Jualan jajanan keliling
4. Pendidikan KK : SMP
5. Tipe keluarga : Keluarga inti
6. Suku bangsa : Jawa (Ngawi)
7. Agama : Islam
8. Komposisi keluarga :
Hub Status
No. Nama Sex dgn Usia Pend pekerjaan Kesehatan
KK

1 Ny. S.W P Istri 34 SMP IRT Sehat


2 L P Anak 11 SD Sekolah Sehat
3 N.N L Anak 9 SD Sekolah Thypoid
4 H P Anak 5 - - Sehat

9. Status sosek : Penghasilan keluarga diperoleh dari hasil pekerjaan


berjualan jajanan keliling oleh bpk P rata- rata Rp. 25.000 – 30.000,- sehari. Ny. S.W
menjadi buruh cuci dengan upah Rp. 120.000 – 150.000,- / bulan. Keluarga
mengatakan penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan saja,
sehingga keluarga tidak memiliki tabungan khusus untuk perawatan kesehatan.
Sebelumnya bapak P pernah bekerja sebagai buruh kasar pada sebuah perusahaan
hingga akhirnya di PHK sekitar enam tahun lalu.
10. Aktivitas rekreasi : Kegiatan yang dilakukan anak – anak hanya
bermain dengan teman disekitar rumah dan nonton televisi bersama pada sore

1
hari. Kadang –kadang ( 2 – 3 tahun sekali) keluarga pulang kampung ke Ngawi
(daerah asal bpk P) dan atau ke Magetan (daearah asal ibu S.W) untuk
bersilaturahmi dengan sanak family.

11. Genogram

45 37
50
34

24 16 14
21 9 10

11
5

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan anak usia sekolah.
Keluarga telah melaksanakan sebagian tugas perkembangan yaitu membantu
sosialisasi anak untuk meningkatkan prestasi belajar dan mempertahankan hubungan
perkawinan yang bahagia. Keluarga mengatakan berusaha menanamkan rasa
tanggung jawab anak dengan mengajari anak membantu pekerjaan orang tua
meskipun hanya pekerjaan rumah tangga yang ringan, khususnya pada anak
pertama.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Sebagai keluarga
dengan anak usia sekolah, tugas perkembangan keluarga telah cukup terpenuhi,
kecuali dalam hal penyediaan biaya yang makin meningkat kadang kurang terpenuhi,
baik dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan lebih – lebih lagi penyediaan biaya
khusus untuk perawatan kesehatan.

2
3. Riwayat kesehatan keluarga inti : bpk P mengatakan tidak mempunyai
penyakit keturunan. Sejak kecil hingga sekarang tidak pernah mengalami penyakit
yang berat. Penyakit yang pernah dialaminya hanya batuk pilek biasa atau sakit
maagh. Ibu S.W mempunyai riwayat penyakit thypoid, pernah dirawat dirumah sakit
sekitar dua tahun lalu. Setelah itu pernah beberapa kali kambuh. Bila penyakitnya
kambuh keluarga hanya membeli obat di toko obat dan tidak dibawa ke sarana
pelayanan kesehatan.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Ayah Tn. P telah meninggal
sekitar 8 tahun yang lalu akibat kecelakaan kerja. Juga kakak pertamanya telah
meninggal ketika masih duduk disekolah dasar (tidak tahu akibat penyakit apa). Dari
pihak keluarga Ny. S.W dikatakan juga tidak ada penyakit keturunan. Kakak kedua Ny.
S.W telah meninggal lebih dari 10 tahun lalu akibat penyakit kuning (Hepatitis).

III. Data lingkungan


1. Karakteristik rumah : Keluarga Tn. P menempati rumah yang sekarang ini
sejak 8 tahun lalu. Rumah ini dibeli ketika bpk P masih bekerja sebagai buruh pada
sebuah perusahaan. Jenis rumah adalah semi permanent dengan luas rumah + 30 m2
(lebar 4,5 m dan panjang 7 m); terdiri dari 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan
WC dan ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga. Lantai rumah terbuat
dari semen yang lembab, tidak ada sinar matahari yang bisa langsung masuk dalam
rumah, hanya terdapat satu buah jendela kecil dibagian depan rumah. Jendela kamar
tidak ada karena rumahnya berhimpitan dengan rumah tetangga. Keluarga mengaku
terkadang merasa pengap dan sumpek dengan keadaan rumah. Sumber air berasal
dari air tanah (sumur bor) yang digunakan secara bersama – sama dengan tetangga.
Kebiasaan memasak menggunakan kompor gas tabung 3 kg, tapi kadang-kadang juga
masih menggunakan kayu bakar atau batok kelapa.
Ruang tamu berukuran kecil, tidak terdapat kursi maupun meja. Sebagai alas hanya
terdapat tikar. Ruang keluarga juga berfungsi sebagai tempat tidur dan ruang makan.

Perangkat rumah tangga yang dimiliki hanya sebuah lemari kayu berukuran sedang,
satu buah televisi yang diletakkan pada sebuah meja kecil yang juga berfungsi
sebagai tempat penyimpanan barang tertentu.

3
Denah rumah :

WC/
kmr
dapur
Kamar Kamar mnd
tidur 1 tidur 2

R. Tamu R. Kelg

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya : Sebagai warga pendatang


mereka cukup mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mereka cukup
akrab dengan tetangga kanan dan kiri rumahnya sehingga cukup sering para tetangga
datang menjenguk bila ada yang sakit maupun sekedar untuk silaturahmi. Para
tetangga juga sering mengingatkan agar anak N.N yang sakit segera dibawa ke rumah
sakit atau puskesmas, tetapi keluarga selalu mengatakan bahwa sudah dibelikan
obat. Rata – rata tetangga bpk P bekerja sebagai wiraswasta, buruh, dan ada yang
pegawai negeri. Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat adalah posyandu,
sedang puskesmas berjarak + 3 km. Alat transportasi yang digunakan biasanya adalah
ojek atau angkot.
3. Mobilitas keluarga : Keluarga ini telah belasan tahun meninggalkan
kampong halamannya untuk merantau di Bandung. Pada awalnya mereka merantau
karena diajak kerabatnya yang lebih dulu merantau ke Jakarta. Sempat beberapa
bulan di Jakarta akhirnya mereka pindah ke Bandung dan bekerja sebagai buruh
kasar. Di Bandung, mereka sempat beberapa kali pindah rumah sampai akhirnya
menetap ditempat ini hingga sekarang. Biasanya mereka mudik setiap 2 - 3 tahun
sekali dengan memanfaatkan suasana lebaran. Setiap hari pak P pergi berjualan
makanan (jajanan) disebuah sekolah, bila dagangannya tidak habis ditempat
tersebut maka ia menjajakan keliling dengan berjalan kaki. Ibu SW tinggal dirumah
sambil bekerja sebagai buruh cuci dari beberapa orang disekitarnya. Sedang anak –
anaknya selain ke sekolah juga sering bermain dilingkungan rumahnya.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Keluarga
mengatakan tidak pernah mengikuti perkumpulan atau kegiatan semacamnya

4
dengan alasan tidak punya waktu; tetapi keluarga mengatakan mengetahui bahwa
dilingkungannya ada kegiatan pengajian rutin setiap minggunya. Keluarga
menyatakan hari – harinya dihabiskan untuk mencari nafkah. Malam hari bpk P dan
ibu SW mulai menyiapkan dagangan dan pagi hari bapak P yang pergi berjualan,
sedang ibu SW mengurus rumah sambil bekerja sebagai buruh cuci bila ada. Anak L
dan NN (bila sehat) biasanya pergi mengaji pada setiap sore hari.
5. Sistim pendukung keluarga : Yang merawat anak NN selama sakit adalah
ibu SW dan pak P bila sudah pulang dari berjualan. Keluarga mengatakan tidak
memiliki tabungan yang dapat digunakan sewaktu – waktu. Jarak rumah dengan
puskesmas terdekat + 3 km. Keluarga lebih memilih membeli obat diwarung bila ada
yang sakit. Keluarga baru akan membawa ke rumah sakit atau puskesmas bila
sakitnya berat.

IV. Struktur keluarga


1. Pola komunikasi keluarga : Keluarga mengatakan bahwa komunikasi
diantara anggota keluarga cukup terjaga. Malam hari merupakan waktu dimana
semua anggota keluarga bisa berkumpul bersama. Keputusan tidak membawa anak
NN ke puskemas lagi atau rumah sakit merupakan kemauan pak P yang dituruti oleh
ibu SW mengingat kemampuan keuangan keluarga yang terbatas.
2. Struktur peran keluarga : Pak P merupakan kepala keluarga yang harus
bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya. Terkadang pak P menerima
pekerjaan sampingan lainnya bila ada. Ny. SW merupakan ibu rumah tangga yang
juga bersedia menerima pekerjaan lainnya untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga. Ketiga anaknya dipandang berperilaku sewajarnya sesuai dengan usianya.
Bila ada suatu masalah biasanya yang memutuskan adalah bapak P.
3. Nilai atau norma keluarga : Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
dikatakan adalah menyesuaikan dengan nilai agama dan kebiasaan yang berlaku
secara tutun temurun. Dalam keluarga ini masih berlaku kebiasaan “tarak” ialah
bahwa orang yang sedang sakit / setelah melahirkan / setelah sunat dan
semacamnya tidak boleh makan telur, daging dan ikan asin karena dianggap akan
membuat lukanya basah atau sakitnya tidak mudah sembuh. kebiasaan ini juga
diberlakukan kepada anak NN yang sedang sakit, sehingga keluarga hanya

5
menyediakan lauk berupa tempe, tahu atau kerupuk. Hal ini diakui keluarga
disamping karena masalah keuangan juga karena kebiasaan / adat tersebut. Keluarga
percaya bahwa penyakit yang diderita anak NN merupakan penyakit biasa yang bisa
diobati.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afeksi : bapak P dan ibu SW mengatakan tetap mengajarkan kepada
semua anaknya untuk saling menghormati antar anggota keluarga. Keluarga
mengatakan senang karena sejauh ini anak – anaknya menjadi anak yang baik dan
menurut pada orang tua.
2. Fungsi sosialisasi : Meskipun tidak aktif dalam perkumpulan di masyarakat
tetapi semua anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan baik dilingkungan
masyarakat sekitar. Keluarga mengatakan bahwa, meskipun tidak dapat menjalankan
semua ibadah wajib sebagai orang muslim, tetapi mereka selalu menekankan agar
tetap berperilaku tidak menyimpang dari ajaran agama.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
Keluarga mengatakan telah berusaha agar bisa mencapai keadaan keluarga yang
sehat. Anak N.N sakit sejak seminggu yang lalu dengan keluhan demam dan sering
menggigil, tidak mau makan, mengeluh pusing dan nyeri perut, kadang – kadang
muntah. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan saat ini sangat kurang meskipun
jaraknya tidak terlalu jauh. Hal ini karena pak P harus mencari nafkah setiap hari
sejak pagi hingga sore sedang anggota keluarga yang lain juga merasa tidak bisa. Ibu
SW menyatakan merasa tidak yakin dengan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Anak NN pernah dibawa ke Puskesmas dan diberikan obat tetapi belum sembuh. Saat
ini obat sudah habis dan keluarga membelikan obat ditoko dengan jenis obat yang
sama yang diberikan dokter puskesmas (amoxicillin 500 mg, paracetamol tab, vit B
kompleks). Ibu S.W memberi makan anak N.N dengan makanan nasi biasa dan sayur
serta lauk bila ada. Anak N.N tidak mau makan bila diberikan bubur. Selama sakit
anak N.N tidak pernah mandi, hanya diseka pada wajah dan leher setiap pagi. Juga
jarang sikat gigi, hanya kumur – kumur dengan air, itupun bila ibu S.W ingat. Bila anak
N.N demam keluarga mengompres bagian dahi anak dengan air. Keluarga
mengatakan demam anak NN seringkali muncul pada sore sampai malam hari.

6
Keluarga mengatakan anak NN minumnya sedikit. Setengah gelas baru bisa
dihabiskan dalam setengah hari. Keluarga mengakui bahwa anak N.N sering jajan
disekolah. Keluarga juga mengatakan tidak tahu persis sakit anaknya dan melihat
anaknya makin kurus setelah sakit.

Belakangan ini ibu S.W juga sering mengalami batuk ringan disertai kepala pusing dan
badan meriang. Bila keluhan itu muncul ibu S.W minum obat paramex yang dibeli
diwarung.

Ibu S.W mengatakan pernah membawa anak H untuk di imunisasi sewaktu masih
bayi sampai usia 2 tahun; tetapi ibu S.W tidak ingat apakah imunisasi anak – anaknya
lengkap atau tidak. Ketika ditanyakan tentang kepemilikan KMS terutama untuk anak
H, ibu SW mengatakan dulu punya tetapi sekarang sudah tidak ada lagi (lupa dimana
menyimpannya).

Bapak P juga mengaku sebagai seorang perokok aktif. Dalam sehari ia bisa
menghabiskan ½ sampai 1 bungkus rokok.

4. Fungsi reproduksi : bapak P dan ibu SW mengatakan sudah tidak ingin


punya anak anak lagi. Saat ini ibu SW mengikuti program KB jenis suntik pada seorang
bidan yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.
5. Fungsi ekonomi : Pak P mengatakan pernah bekerja pada sebuah
perusahaan namun kemudian ia di PHK karena perusahaan tersebut mengalami
kebangkrutan. Sejak saat itu penghasilan keluarga menjadi berkurang dan tidak
menentu. Bapak P merasa bersyukur karena sudah punya rumah sendiri sebelum di
PHK. Keluarga mengatakan selalu berusaha memanfaatkan penghasilannya saat ini
dengan melakukan penghematan sebisanya.
VI. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang : ibu SW mengatakan merasa
tertekan dan kasihan atas penyakit yang dialami anaknya sehingga tidak bisa bermain
dan sekolah. Kadang ia merasa kesal karena sudah lebih dari seminggu ini sakit
anaknya tak sembuh juga sehingga mengganggu aktivitasnya bekerja (sebagai buruh
cuci). Ibu SW juga merasa menyesal karena suaminyadi PHK yang membuat

7
kehidupan keluarganya jadi serba tak menentu dan makin sulit. Ia berharap agar
suaminya bisa mempunyai pekerjaan yang lebih baik kedepannya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : Keluarga mengaku
hanya bisa pasrah atas apa yang terjadi dan berusaha merawat sendiri anaknya serta
bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Strategi koping yang digunakan : Keluarga menunjukkan ekspresi sedih.
Menurut tetangga, keluarga bpk P cenderung lebih pemurung dan kurang
bersosialisasi sejak anaknya sakit.
4. Strategi adaptasi disfungsional : tidak ada koping disfungsional yang terjadi
pada keluarga ini, apa yang dilakukan oleh bpk P dan keluarga dalam merawat
anaknya yang sakit adalah akibat ketidaktahuan dan ketidakmampuan.
VII. Harapan keluarga
Keluarga berharap anak NN segera sehat kembali. Keluarga juga berharap agar asuhan
yang diberikan oleh perawat ini dapat membantu memulihkan kesehatan anaknya.
Keluarga merasa senang karena mendapat perhatian dari orang lain.

Bapak P berencana untuk pindah (kembali ke Ngawi) kumpul bersama sanak family yang
lain. Untuk itu pak P akan menjual rumah yang ditinggalinya sekarang sebagai modal
pulang kampong.

VIII. Pemeriksaan Fisik


Lihat halaman berikut

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Analisa dan sintesis data

Data Diagnose keperawatan

Data subyektif :
o Keluarga mengatakan anaknya minumnya sedikit Deficit volume cairan pada
o Anak NN mengatakan tidak ada selera makan dan anak NN keluarga Tn. P
minum, satu hari kira – kira 1 – 1½ gelas berhubungan dengan
o Anak NN dalam sehari BAK 3 – 5 kali, volumenya ketidakmampuan keluarga
sedikit dengan warna kuning pekat merawat anak dengan
o Keluarga mengatakan anak NN sering demam, penyakit thypoid
terutama pada sore sampai malam hari.
o Keluarga mengatakan bila anak NN panas diberi
kompres dengan air.
o Keluarga mengatakan pernah satu kali membawa

8
anak NN ke puskesmas tetapi tidak sembuh sehingga
merasa tidak yakin dengan pelayanan puskesmas

Data obyektif :
o Suhu tubuh 37,80 C
o TD : 108 / 70, HR : 70 x/mnt, RR : 20 x/mnt
o Bibir anak NN kering dan pecah – pecah
o CRT > 3 detik

Data subyektif :
o Anak NN mengatakan tidak selera makan, perut Gangguan pemenuhan
rasa mual dan beberapa kali muntah nutrisi kurang dari
o Keluarga mengatakan anak NN memang sering jajan kebutuhan tubuh pada
disekolah anak NN keluarga bpk P
o Ibu SW mengatakan memberi makan anak NN 3 kali berhubungan dengan
sehari berupa nasi biasa dan sayur. ketidakmampuan keluarga
o Keluarga mengatakan anak NN tidak mau makan merawat anak NN dengan
bila diberi bubur penyakit thypoid.
o Keluarga mengatakan anak NN makin kurus setelah
sakit
o Keluarga mengatakan masih memegang kebiasaan
tarak, ialah bahwa orang yang baru melahirkan,
anak yang habis sunat, atau orang yang sedang sakit
(luka) tidak boleh makan telur, daging, ikan asin.

Data obyektif :
o Anak NN tampak lemah berbaring ditempat tidur
o Keluarga menunjukkan jenis makan yang diberikan
kepada anak NN berupa nasi, sayur kangkung,
kerupuk, dan tempe goring serta sambal.

Data subyektif :
o Keluarga mengatakan anak N jarang dimandikan Deficit perawatan diri :
dan dikeramasi selama sakit, hanya diseka mandi, sikat gigi, keramas
wajahnya setiap pagi. pada anak NN keluarga Tn.
o Keluarga mengatakan anak NN juga tidak pernah P yang berhubungan
sikat gigi selama sakit, hanya kumur saja. dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anak
Data obyektif : yang sakit
o Anak NN penampilannya tampak lusuh dan kumal,
rambut kotor dan tidak terawat
o Badan dan mulu anak NN berbau, lidah kotor
o Banyak karang gigi

Data subyektif : Resiko timbulnya penyakit

9
o Keluarga mengatakan sering merasa sumpek dan yg disebabkan oleh
pengab dengan keadaan rumah lingkungan rumah yang
o Ibu SW mengatakan belakangan ini sering kurang sehat pada keluarga
mengalami batuk ringan disertai pusing dan bapak P yang berhubungan
meriang dengan ketidakmampuan
o Ibu SW mengatakan anak H pernah di imunisasi keluarga mengenal
tetapi tidak ingat lengkap atau tidak ancaman kesehatan
o Bapak P mengaku sebagai perokok aktif, dalam
sehari bisa menghabiskan ½ sampai 1 bungkus
rokok
Data obyektif :
o Ukuran rumah + 30 m2 terdiri dari 2 kamar tidur,
dapur, ruang keluarga dan ruang tamu
o Tidak ada jendela rumah dan ventilasi yang terbatas
sehingga pencahayaan minimal
o Sinar matahari tidak bisa langsung masuk rumah
o Ruangan rumah terasa pengap dan lembab

2. Skoring penentuan prioritas diagnosis


Dx : Deficit volume cairan pada anak NN keluarga Tn. P berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak dengan penyakit thypoid

No. Kriteria Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 = Anak NN mengalami deficit volume


1 cairan tubuh yang ditandai dengan
bibir kering dan pecah-pecah,
volume urin sedikit dgn warna
kuning pekat, CRT > 3 detik, minum
1 – 1½ gelas sehari

2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = Keluarga mempunyai keinginan


dapat diubah : dengan 2 untuk membuat anak NN sembuh,
mudah pemberian cairan / minum mudah
dengan volume sedikit tapi sering,
dengan penkes keluarga akan
memahami pentingnya intake cairan

3. Potensi masalah untuk 3/3 x 1 = Dengan pemberian minum sedikit2


dicegah : tinggi 1 tapi sering dapat memenuhi
kebutuhan cairan tubuh, sehingga
masalah kekurangan volume cairan
dapat dicegah. Dgn penkes, keluarga
akan memahami pentingnya intake

10
cairan.

4. Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = Keluarga mengatakan baru mengerti


masalah berat dan 1 masalah kekurangan cairan tubuh
harus segera di atasi dan menyadari bahwa masalah itu
hrs segera di atasi.

Total skor 5

Dx : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak NN


keluarga bpk P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anak NN dengan penyakit thypoid.

No. Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 = Masalah pemenuhan kebutuhan


1 nutrisi telah terjadi yang ditandai
dgn : tidak selera makan, mual,
muntah, tidak mau makan bubur,
keluarga mengatakan anak NN
makin kurus setelah sakit

2 Kemungkinan masalah ½x2=1 Keadaan sakit selalu mengakibatkan


dapat diubah : Sebagian selera makan turun, apalagi dgn
menu yang kurang menarik. Perlu
waktu yg cukup lama untuk
memulihkan keadaan ini. Tetapi
bukan berarti keadaan ini tdk dpt
diubah.

3 Potensi masalah untuk 2/3 x 1 = Masalah lebih lanjut masih mungkin


dicegah : cukup / 2/3 terjadi. Dengan penatakasanaan
sedang yang tepat dapat mengurangi
masalah yg berkenaan dgn
pemenuhan nutrisi.

4 Menonjolnya masalah : ½x1=½ Keluarga mengatakan bahwa semua


masalah ada tapi tak orang sakit pasti mengalami masalah
perlu segera ditangani ini. Masalah akan teratasi bila sudah
sembuh dari sakitnya

Total skor 3 1/6

Dx : Deficit perawatan diri : mandi, sikat gigi, keramas pada anak NN keluarga Tn. P
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak yang
sakit

11
No. Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : aktual 3/3 x 1 = Deficit perawatan diri telah terjadi


1 dibuktikan dengan pernyataan
keluarga bahwa anak NN tidak
pernah dimandikan, dikeramasi dan
tidak sikat gigi. Penampilan anak NN
lusuh, kumal & berbau

2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = Mandi, keramas dan sikat gigi dpt


dapat diubah : mudah 2 dilakukan ditempat tidur secara
perlahan. Dengan penkes keluarga
akan dpt melakukan pemenuhan
kebutuhaan tersebut.

3 Potensi masalah untuk 3/3 x 1 = Masalah dapat dicegah bila keluarga


dicegah : tinggi 1 mampu memenuhi kebutuhan
tersebut. Sumberdaya yang
dibutuhkan untuk itu telah tersedia

4 Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = Keluarga mengatakan tidak melihat


masalah tidak dirasakan 0 hal ini sebagai suatu masalah yang
serius

Total skor 4

Dx : Resiko timbulnya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan rumah yang


kurang sehat pada keluarga bapak P yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal ancaman kesehatan

No. Kriteria Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : 2/3 x 1 = Masalah masih berupa ancaman


ancaman kesehatan 2/3 kesehatan. Masalah akan terjadi bila
lingkungan tidak diperbaiki.

2 Kemungkinan masalah ½ x2=1 Untuk memodifikasi lingkungan


dapat diubah : sebagian rumah dibutuhkan sumber daya
tertentu. Keluarga memiliki
kemauan untuk merubahnya.
Keluarga mengatakan akan
memasang atap transparan bila
sudah ada rejeki.

3 Potensi masalah untuk 1/3 x 1 = Keadaan lingkungan sdh


dicegah : rendah 1/3 berlangsung lama. Masalah ini
bersifat kompleks karena b.d
kemampuan ekonomi keluarga yang
rendah

12
4 Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = Keluarga mengatakan tidak melihat
masalah tidak dirasakan 0 hal ini sebagai suatu masalah yang
serius

Total skor 2

Susunan diagnose keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Deficit volume cairan pada anak NN keluarga Tn. P berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anak dengan penyakit thypoid
2. Deficit perawatan diri : mandi, sikat gigi, keramas pada anak NN keluarga
Tn. P yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakit
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak NN
keluarga bpk P berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak NN
dengan penyakit thypoid.
4. Resiko timbulnya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan rumah yang
kurang sehat pada keluarga bapak P yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal ancaman kesehatan

13

Anda mungkin juga menyukai