Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE


RUANG PERAWATAN ANAK HEMATO ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 25 September 2015

Oleh:
Raihanatussaziah,S.Kep
NIM.I1B111024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE
RUANG PERAWATAN ANAK HEMATO ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 25 September 2015


Oleh :

Raihanatussaziah,S.Kep
NIM.I1B111024

Banjarmasin, 25 September 2015

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Windy Yuliana B, S.kep.,Ns Ayu Susanti, S.Kep, Ns


NIK. 1990 2014 1 152 NIP. 19800930 200312 2 005
I. PENDAHULUAN
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan
tertentu baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses
hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Selama proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami
beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan,
hal ini akan berdampak negatif bagi anak.
Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap
upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang
dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang
pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi
berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah
dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di
rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan
yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami
kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu
tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi
bermain.
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi
anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi
bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan
bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia
prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana anak
mulai menyukai bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Origami adalah seni
melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari oru
yang artinya melipat, dan gami yang artinya kertas. Ketika dua kata itu
bergabung menjadi origami yang artinya melipat kertas. Origami bermanfaat
untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas,
keterampilan serta ketekunan. Puzzle merupakan suatu bentuk permainan
menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir.
Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan
kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah yang positif.
Sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara terapi
bermain terhadap stres hospitalisasi. Begitu juga dengan penelitian mengenai
terapi bermain dengan menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain
menyusun puzzle, terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh
karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi
bermain.

II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah  dilakukan terapi bermain pada anak di ruang perawatan anak
Hemato Onkologi RSUD Ulin Banjarmasin selama 45 menit, diharapkan dapat
menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama dirawat di RS.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih keterampilan anak.
d. Melatih kemampuan kosentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
di ruang yang sama.
III. MANFAAT TERAPI BERMAIN
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.
3. Memberi tempat distraksi dan relaksasi.
4. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
5. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
6. Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap
yang positif terhadap orang lain.
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
8. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

IV. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN


1. Jenis Program Bermain
a. Menyusun puzzle
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih kemampuan motorik halus
b. Melatih kemampuan kosentrasi anak
3. Karakteristik Peserta dan Kriteria Inklusi Peserta
a. Usia 2 tahun
b. Jumlah anak 1 orang dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum anak mulai membaik
d. Anak dapat duduk
e. Anak kooperatif
f. Anak tidak menderita demam netropenia
g. Anak yang sedang terpasang obat kemoterapi atau yang sedang
menjalani transfusi boleh mengikuti terapi bermain
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : Sabtu, 26 September 2015
b. Waktu : 11.00-11.30 WITA
c. Tempat : Ruang Perawatan Anak Hemato Onkologi RSUD
Ulin Banjarmasin
5. Metode
Menyusun puzzle
6. Alat yang Digunakan
Puzzle

Terapis Waktu Subjek Terapi


Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
a. Anak dan orang tua diberitahu keluarga sudah siap.
tujuan bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan
tempat pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi
anak untuk bermain (anak tidak
mengantuk, anak tidak rewel, kondisi
anak memungkinkan untuk diajak
bermain, keadaan umum anak
membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di tempat
tidur anak atau duduk/disesuaikan
dengan kondisi anak.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti puzzle.
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam. menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri. saling berkenalan, anak,
c. Memanggil anak dengan nama dan keluarga
panggilan yang dia senangi. memperhatikan terapis.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan terapi
bermain menyusun puzzle pada orang
tua/anak.
e. Memberi kesempatan pada anak dan
orang tua untuk bertanya kalau ada
hal yang belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak sebelum
kegiatan dilakukan.
g. Meminta persetujuan (informed
consent) orang tua responden.

 Menyusun Puzzle 25 Anak dan keluarga


a. Memberi petunjuk pada anak tentang menit memperhatikan
prosedur lomba menyusun puzzle. penjelasan terapis, anak
b. Memotivasi keterlibatan anak dan melakukan kegiatan yang
orang tua. diberikan oleh terapis,
c. Mempersilahkan anak untuk memilih anak dan keluarga
tempat duduk yang disenangi. memberikan respon yang
d. Anak mulai menyusun puzzle baik.
didampingi oleh orang tua anak.
e. Mengobservasi emosi dan hubungan
interpersonal anak.
f. Menanyakan perasaan anak apakah
sudah merasa bosan.
g. Memberi pujian ketika anak berhasil
menyusun puzzle dengan benar.
h. Memberikan Reward kepada para
pemenang.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga
a. Menanyakan perasaan anak setelah tampak senang,
mewarnai. menjawab salam
b. Menanyakan perasaan dan pendapat
orang tua tentang bermain menyusun
puzzle.
c. Berpamitan dengan anak dan orang
tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat respon anak dan orang tua.

7. Evaluasi yang Diharapkan


a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
3) Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi Proses
1) Leader mampu memimpin acara.
2) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Anak mampu mencocokkan puzzel dengan arahan terapis dan orang
tua
2) Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain
Kesimpulan: An. AA usia 8 tahun setelah dilakukan terapi bermain, anak merasa
gembira, anak mau melakukan anjuran dokter dan perawat ( seperti tidak menarik
tangan saat disuntik, mau minum obat teratur). Tujuan yang tercapai seperti terapi
bermain dapat menstimulasi perkembangan motorik halus anak, dapat
bersosialisasi. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi
berkurang.
Dokumentasi terapi bermain (memasang puzzle) 25 September 2015
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E B., 1991, Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa


Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15. Jakarta: EGC.

Markum, dkk., 1990, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: IDI.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. ,2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4. Jakarta:


EGC.

Suryanti, Sodikin, Mustiyah Y. Pengaruh terapi bermain mewarnai dan origami


terhadap tingkat kecemasan sebagai efek hospitalisasi pada anak usia pra
sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga, 2011.

Wardhani, H. Terapi bermain: cooperative play dengan puzzle meningkatkan


kemampuan sosialisasi anak retardasi mental. 2012.

Anda mungkin juga menyukai