Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH BERFIKIR KRITIS


DOSEN PENGAMPU
RAHAYU BUDI UTAMI,S.Si.T, M.Kes

O
L
E
H

DISUSUN OLEH
SITI HUZAIMAH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
1. MORAL REASONING

2. ANALISIS WACANA

1. MORAL REASONING
Secara etimologis, kata moral sama dengan kata etika karena kedua kata tersebut sama-
sama mempunyai arti yaitu kebiasaan atau adat.
Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota
kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas serta loyalitas pada kelompok (Falah, 2006).
teori perkembangan moral kognitif (Kohlberg, 2006),
pertimbangan moral/alasan moral dapat dinilai dengan menggunakan tiga kerangka level yang
terdiri dari:
1) Pre-conventional level
Tingkat Pra konvensional ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap satu dan tahap dua:
Tahap 1 : Orientasi patuh dan takut hukuman.
Tahap 2: Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental.
2. Conventional level

Tingkat konvensional dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap tiga dan tahap empat

Tahap 3: Orientasi anak yang baik.

Ciri-ciri altruistik cukup menonjol, yaitu ia lebih mementingkan orang lain daripada dirinya
sendiri.

Tahap 4: Moralitas pelestarian otoritas dan aturan sosial.

3) The post conventional level

Tingkat pasca konvensional ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap lima dan tahap enam.

Tahap 5: Moralitas Kontrak sosial dan hak-hak individu.

Tahap 6: Moralitas prinsip-prinsip individu dan conscience.

Menurut Kohlberg ( Shaffer, 1985; Durkin, 1995; Hook, 1999)

Tingkat pra konvensional ialah tingkat kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun.

Tingkat konvensional ialah tingkat kebanyakan remaja dan orang dewasa.

Tingkat pasca konvensional ialah tingkat yang dicapai oleh sejumlah minoritas orang dewasa
dan biasanya dicapai setelah usia 24 tahun.

Kohlberg (dalam Duska dan Whelan, 1984;) mengatakan ada tiga pengalaman sosial yang
mempengaruhi penalaran moral, yaitu :

a. Kesempatan Alih Peran Alih peran


b. Konflik Sosio Kognitif
c. Iklim Moral Lingkungan Sosial
Pengukuran Moral Reasoning

penalaran moral dapat diukur dengan menggunakan Multidimensional Ethics Scale (MES).

Lima konstruk moral terefleksi dalam MES adalah:

1) Justice atau moral equity.


2) Relativism.
3) Egoism.
4) Utilitarianism.
5) Deontology atau contractual.

3. ANALISIS WACANA
Eriyanto (2001) kemudian menjelaskan ketiga makna tersebut sebagai berikut.
 Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi
juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik gambar, efek suara, citra, dan sebagainya.
 Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi
pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi.
 Wacana di sini dimaknai sebagai teks dan konteks secara bersama-sama.

 Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik formal, karena memusatkan perhatian pada
level di atas kalimat, seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar
dari kalimat.
 Analisis wacana pada bidang psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan.
 Sementara dalam bidang politik, analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa

Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam wacana.


 Pandangan pertama diwakili kaum positivisme-empiris.
 Pandangan kedua disebut sebagai konstruktivisme.
 Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis.

PARADIGMA DAN TEORI KRITIS DALAM WACANA


ada empat paradigma yang bisa dikelompokkan dalam teori- teori penelitian ilmiah komunikasi
sebagai wacana.
Paradigma-paradigma itu adalah sebagai berikut:
a. paradigma humanis radikal.
b. paradigma struktural radikal.
c. paradigma interpretif.
d. paradigma fungsionalis.

Guba & Lincoln (1994:17-30) juga menyusun beberapa paradigma dalam teori ilmu komunikasi
sebagai wacana:
Paradigma yang dikemukakan itu terdiri dari:

a. paradigma positivistik

b. paradigma pospositivistik

c. paradigma kritis

d. paradigma konstruktivisme

Perbedaan antara ketiga paradigma ini juga dapat dibahas empat dimensi.

Keempat dimensi tersebut adalah:

1. Dimensi epistemologis,

2. Dimensi ontologis,

3. Dimensi metodologi

4. Dimensi aksiologis.

Terdapat beberapa karakteristik utama pada seluruh filsafat pengetahuan paradigma kritis yang bisa
dilihat secara jelas.

 Ciri pertama adalah ciri pemahaman paradigma kritis tentang realitas.

 Ciri kedua adalah ciri tujuan penelitian paradigma kritis.

 Ciri ketiga adalah ciri titik perhatian penelitian paradigma kritis

 Karakteristik keempat dari paradigma kritis adalah pendasaran diri paradigma kritis mengenai
cara dan metodologi penelitiannya.

APA ITU ANALISIS WACANA

Dalam analisis wacana dikenal adanya tiga sudut pandang mengenai bahasa:

1. Pandangan pertama, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar
dirinya.

2. Pandangan kedua, subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-
hubungan sosialnya.

3. Pandangan ketiga, bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membetuk
subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya.
Hal-hal yang mencirikan sebuah analisis wacana kritis (Eriyanto:2006

1. Tindakan.
2. Konteks.

Syafi’ie (1990 dalam Lubis,1993) membedakan konteks dalam pemakaian bahasa menjadi empat
macam:

1. Konteks fisik
2. Konteks fisik Konteks epistemis
3. Konteks linguistik
4. Konteks sosial

3. Historis.
4. Kekuasaan.
5. Ideologi.

MODEL-MODEL ANALISIS WACANA KRITIS

Dalam analisis wacana kritis dikenal adanya beberapa pendekatan diantaranya adalah:

1) Analisis Bahasa Kritis,

2) Analisis Wacana Pendekatan Prancis

3) Pendekatan Kognisi Sosial

4) Pendekatan Perubahan Sosial

5) Pendekatan Wacana Sejarah

Analisis Bahasa Kritis

Van Dijk mengungkapkan bahwa wacana terdiri dari atas beberapa elemen, yaitu:

1)Tematik

2) Skematik

3) Sematik

4) Sintaksis

5) Stilistik
6) Retoris

 Teori Teun Van A Dijk Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung.

Yaitu

1. struktur makro
2. Superstruktur (Skematik/ Alur):
3. Struktur Mikro.

Struktur Mikro. Struktur ini terdiri atas:

. Analisis Semantik,

Tinjauan semantik suatu laporan akan meliputi latar, detail, ilustrasi, maksud dan pengandaian yang ada
dalam wacana itu.

1) Latar:
2) Detail:
3) maksud
4) Pra anggapan

b. Analisis Kalimat (Sintaksis).

Adapun strategi wacana dalam level sintaksis adalah sebagai berikut:

1) Koherensi:

Sehingga dua fakta tersebut dapat menjadi berhubungan.


a) Koherensi sebab akibat.
b) Koherensi Penjelas
c) Koherensi pembeda

2. Pengingkaran:

3. Bentuk kalimat

4. Kata ganti

C. Analisis Leksikon (Makna Kata)

. Stailistik (Retoris).

1)Gaya Penulisan:
Deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi.

2)Grafis:

(a)Struktur Makro (Tematik):

(b) Superstruktur (Skematik/Alur).

Anda mungkin juga menyukai