Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Muhammad Nurwan Fauzan

NIM : B011181403
KELAS :E
Hukum Diplomatik & Hubungan Internasional
Hukum diplomatik merupakan kata atau istilah yang tidak asing lagi didengar bagi kita,
beberapa pemberitaan baik di media elektronik maupun media cetak tidak sedikit
memberitakan masalah diplomatik. Sejarah membuktikan bahwa sifat hubungan antar negara
dengan negara lain senantiasa berubah-ubah menurut perubahan masa dan keadaan, tetapi
cara memelihara dan menghidupkan perhubungan itu adalah satu, yaitu dengan
mempergunakan cara diplomasi. Dan dengan adanya perwakilan diplomatik ataupun legasi-
legasi, pos-pos yang tetap, menimbulkan kebutuhan untuk men ciptakan kelas satu golongan
pegawai baru yang disebut diplomat. Tetapi pemakaian istilah diplomat dan diplomasi baru
menjadi umum pada kira-kira abad ke-18. Pengertian lain dari hukum diplomatik, disebutkan
bahwa “The conduct by goverment officials of negotiations and other relations between
nationas; the art of science of conducting such negotiations; skill in managing negotiations,
handling of people so that there is little or no ill-will tact”. Dan “...diplomacy comprises any
means by which states establish or maintain mutual relations, communicate with each other,
or carry out political or legal transactions, in each case through their authorized agents”. Jika
ditinjau dari pengertian secara tradisionalnya, hukum diplomatik digunakan untuk merujuk
pada norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang kedudukan dan fungsi misi
diplomatik yang dipertukarkan oleh negara-negara yang telah membina hubungan diplomatik.
Pengertian hukum diplomatik secara tradisional itu kini telah meluas karena hukum
diplomatik sekarang bukan sekedar mencakup hubungan diplomatik dan konsuler antar
negara, akan tetapi juga meliputi keterwakilan negara dalam hubungannya dengan organisasi-
organisasi internasional. Ada beberapa faktor penting yang didapatkan dari pengertian hukum
diplomatik yang telah disebutkan sebelumnya diatas, yaitu hubungan antar bangsa untuk
merintis kerja sama dan persahabatan. Hubungan itu dilakukan dengan pertukaran misi
diplomatik. Para pejabat yang bersangkutan harus diakui statusnya sebagai wakil diplomatik.
Sedangkan khusus mengenai diplomasi sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu
cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk komunikasi antar wakil-
wakil yang sudah diakui. Praktik-praktik negara semacam itu sudah melembaga sejak dahulu
dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. [1]
Tugas dan fungsi perwakilan diplomatik sebagaimana telah diatur dalam perjanjian-
perjanjian internasional dan peraturan perundang-undangan nasional dan tugas dan fungsi
perwakilan diplomatik dalam melindungi warga negara Indonesia di negara lain. Memupuk
persatuan dan kerukunan antara sesama warga negara Indonesia di luar negeri dan
memberikan pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan
hukum Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta
hukum dan kebiasaan internasional. Selain itu memelihara dan melindungi kepentingan
negara dan warga negaranya dalam mengadakan perjanjian dengan penilaian dan
pengetahuan yang tepat mengenai kondisi-kondisi di negaranya sendiri dan di luar negeri,
menyelenggarakan upacara protokol dan konvensi dan persetujuan treatis.
Perwakilan Konsuler mempunyai tugas pokok mewakili dan memperjuangkan
kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia serta melindungi
kepentingan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia melalui pelaksanaan
hubungan kekonsuleran dengan Negara Penerima, termasuk peningkatan hubungan ekonomi,
sosial dan budaya sesuai dengan kebijakan Politik dan Hubungan Luar Negeri Pemerintah
Republik Indonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukum internasional dan
kebiasaan internasional. Ayat Dalam hal perkawinan dan perceraian, pencatatan dan
pemberian surat keterangan hanya dapat dilakukan bilamana perkawinan dan perceraian itu
telah dilakukan menurut hukum di negara tempat perkawinan dan perceraian itu
dilangsungkan dan sepanjang hukum dan ketentuan-ketentuan asing tersebut tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum Indonesia yang mengatur hal ini. Tugas dan
fungsi perwakilan diplomatik wajib dilaksanakan sesuai dengan Konvensi Wina 1961 tentang
Hubungan Diplomatik, oleh semua negara dan khusus untuk melindungi kepentingan warga
negara Indonesia di negara lain, maka tugas dan fungsi perwakilan diplomatik dilaksanakan
sesuai dengan UndangUndang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri,
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Di Luar Negeri dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108
Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri dan peraturan
perundangundangan lainnya yang berlaku. Tugas dan fungsi perwakilan diplomatik dalam
melindungi kepentingan warga negara Indonesia di negara lain didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri dan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri di mana perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memupuk
persatuan dan kerukunan antara sesama warga negara Indonesia di luar negeri dan
memberikan pengayoman, perlindungan, dan bantuan hukum bagi warga negara dan badan
hukum Indonesia di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundangundangan nasional serta
hukum dan kebiasaan internasional.[2]
Sanksi yang berlaku atas pelanggaran hak kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang
dilakukan oleh pejabat diplomatik menurut Konvensi Wina Tahun 1961 adalah dalam bentuk
penanggalan hak kekebalan dan keistimewaan diplomatik sehingga dapat diadili di negara
penerima, sedangkan tindakan yang lain adalah dinyatakan sebagai orang yang tidak
disenangi, kemudian dilanjutkan dengan tindakan recall oleh pemerintah negara pengirim
atau dideportasi oleh negara penerima.
Persoalan yang sering terjadi berkaitan dengan keberadaan perwakilan diplomatik adalah
tindakan-tindakan yang menjurus pada status persona non grata, dimana hal ini biasanya
dilakukan terhadap diplomat yang terbukti melakukan pelanggaran hukum diplomatik dalam
bentuk, misalnya kegiatan spionase, melindungi agen-agen rahasia asing dan membiarkan
mereka melakukan kegiatankegiatan dengan menggunakan fasilitas perwakilan, melindungi
orang-orang yang dikenakan hukuman, mencampuri urusan dalam negeri negara penerima,
melakukan penyelundupan atau membuat pernyataanpernyataan yang merugikan negara
setempat.
Kekebalan dan keistimewaan diplomatik bagi perwakilan asing di suatu negara pada
hakikatnya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu dengan membedakan sifat kekebalan
dan keistimewaan itu sendiri yang diberikan kepada para diplomat serta kekebalan dan
keistimewaan yang keduanya diberikan kepada perwakilan diplomatik: Pertama, kekebalan
tersebut meliputi tidak diganggu-gugatnya para diplomat termasuk tempat tinggal serta
miliknya seperti yang tercantum di dalam pasal-pasal 29, 30 dan 41, serta kekebalan mereka
dari yurisdiksi baik administrasi, perdata maupun pidana.
Pasal 22 ini mengakibatkan suatu tingkat perlindungan yang khusus di samping kewajiban
yang sudah ada guna menunjukkan kesungguhan dalam melindungi perwakilan asing yang
berada di suatu negara.
Deklarasi persona non grata yang dikenakan kepada seorang duta besar, termasuk anggota
staf perwakilan misi diplomatik lainnya, khususnya terhadap mereka yang sudah tiba atau
berada di negara penerima adalah dengan dilakukannya kegiatan-kegiatan yang dinilai
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 41 Konvensi Wina
1961 tentang Hubungan Diplomatik.
Sedangkan C.S.T., Kansil menambahkan bahwa alasan lain yang mungkin bagi diplomat
untuk di persona non grata adalah tindakan pembalasan terhadap negara yang telah
menyatakan persona non grata terhadap pejabat diplomatiknya, tetapi tindakan yang
demikian adalah berlawanan dengan jiwa hubungan internasional dan hendaknya menjadi
suatu pengecualian.
Tindakan persona non grata ini biasanya dilakukan terhadap diplomat yang terbukti
melakukan kegiatan spionase, melindungi agenagen rahasia asing dan membiarkan mereka
melakukan kegiatan-kegiatan dengan menggunakan fasilitas perwakilan, melindungi orang-
orang yang dikenakan hukuman, mencampuri urusan dalam negeri negara penerima,
melakukan penyelundupan atau membuat pernyataan-pernyataan yang merugikan negara
setempat.[3]
Pengakuan suatu negara terhadap negara lainnya terutama negara yang baru merdeka bisa
dilakukan dengan surat pernyataan resmi yang bisa dikirimkan oleh menteri Luar Negerinya
kepada Menteri Luar Negeri negara yang akan diakuinya yang menyatakan bahwa atas nama
Pemerintah dan rakyatnya mengakui negara baru tersebut sebagai negra yang berdaulat dan
merdeka.
Apabila duta besar yang dikirim berstatus sebagai duta besar pengganti, karena duta besar
terdahulu habis masa jabatannya, duta besar pengganti yang baru tiba harus segera
mengkonfirmasikan mengenai rencana penerimaan kepada kementerian luar negeri negara
penerima atau kementerian lain yang ditunjuk sekaligus memastikan bahwa surat penarikan
atas duta besar yang diganti telah diterima oleh negara penerima.
Pada pasal 14 konvensi Wina telah di tentukan secara tegas bahwa kepalakepala
perwakilan diplomatik dibedakan dalam tiga kelas yaitu: a. Para duta besar atau nuncios yang
diakreditasikan kepada kepala negara, dan para kepala perwakilan lain yang sama
pangkatnya; b. Para utusan, duta dan internuncios yang diakreditasikan pada kepala negara; c.
Para kuasa usaha atau Charge d'affaires yang diakreditasikan kepada Menteri Luar Negeri.
Oleh karena itu seiring dengan berjalannya proses globalisasi, dimana kebutuhan
masyarakat internasional yang kian beragam, menuntut pemerintah dari tiap negara untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat internasional yang kian beragam, menuntut pemerintah dari
tiap negara untuk memenuhi kebutuhan di negerinya yang mana tidak bisa dipenuhi hanya
dari sumber daya yang ada di dalam negeri saja, hal tersebut kemudian menciptakan
kebiasaan saling membutuhkan antar negara dengan masyarakat internasionalnya.
Dalam hal terjadi perang dan atau pemutusan hubungan diplomatik dengan suatu negara,
menteri atau pejabat lain yang ditunjuk oleh presiden, mengoordinasikan usaha untuk
mengamankan dan melindungi kepentingan nasional, termasuk WNI. Perwakilan Republik
Indonesia juga berkewajiban untuk mencatat keberadaan dan membuat surat-surat keterangan
kelahiran, perkawinan, perceraian, dan kematian WNI. Dalam penjelasannya ditegaskan
bahwa suratsurat-surat yang dapat dikeluarkan tersebut antara lain akta kelahiran, buku yang
memuat pula di dalamnya kutipan akta perkawinan, keterangan tentang perceraian, kematian,
dan lain-lain yang menyangkut masalah konsuler misalnya legalisasi dokumen-dokumen,
clearance, dan sebagainya. Bagi WNI yang mendapat ancaman hukum, menjalani hukuman,
maupun yang akan dideportasi karena pelanggaran hukum yang dilakukan di luar negeri,
Deplu dan Perwakilan RI di luar negeri mengupayakan langkah- langkah bantuan hukum dan
kemanusiaan melalui system hukum yang berlaku maupun melalui jalur diplomatik.
Deplu dan Perwakilan RI di luar negeri senantiasa memantau perkembangan setiap WNI
yang tercatat di perwakilan RI serta memberikan perlindungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kepada WNi tersebut, sedangkan bagi yang tidak tercatat, Deplu dan Perwakilan RI
akan mengupayakan diperolehnya data yang bersangkutan melalui instansi terkait di luar
negeri untuk kemudian diberikan perlindungan sebagaimana mestinya.[4]
DAFTAR PUSTAKA

[1] F. Anshari, “Implementasi Fungsi Perwakilan Diplomatik dalam Perlindungan Warga


Negara,” pp. 1–77, 2016.
[2] I. T. Kandureng, “TUGAS DAN FUNGSI PERWAKILAN DIPLOMATIK DALAM
MELINDUNGI KEPENTINGAN WARGA NEGARA INDONESIA DI NEGARA
LAIN,” vol. VI, no. 9, p. 121, 2018.
[3] S. M. Noor, B. Latif, and K. Kadaruddin, Hukum Diplomatik dan Hubungan
Internasional. 2016.
[4] P. Ruus, “ASPEK HUKUM PENYALAHGUNAAN HAK KEKEBALAN DAN
KEISTIMEWAAN DIPLOMATIK MENURUT KONVENSI WINA TAHUN
1961,”, vol. 4, no. 7, pp. 9–15, 2017.

Anda mungkin juga menyukai