Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI

DAMPAK COVID-19 TERHADAP PEREKONOMIAN


DUNIA INTERNASIOAL

DISUSUN
OLEH :

NAMA : HAMRA
KELAS : XI IPA II

SMA NEGERI 11 LUWU UTARA


2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita persermbahkan kehadirat Allah SWT yang
maha kuasa, karena hanya dengan izin-Nya semata sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Dampak Covid-19 Terhadap
Perekonomian Dunia Internasioal” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dan tak lupa pula shalawat serta salam kami hanturkan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW. Semoga rahmat dan hidayahnya selalu
bercucuran kepada kita selaku umatnya pengikutnya yang setia sampai
akhir jaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari guru Ekonomi
namun tidak hanya itu yang dilakukan, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pemahaman dan pengetahuan pembaca tentang virus corona dan
dampaknya. Selain itu kami sadar bahwa tak ada gading yang tak retak, tak
retak bukanlah gading, begitu juga dengan makalah ini, sebenarnya masih
jauh dari kata sempurna maka dari itu kami sebagai penulis membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk kesempurnaan
tulisan ini.
Ucapan terimah kasih kepada semua pihak yang telah telah
membantu atas selesainya makalah ini, baik secara lansung maupun tidak
lansung.

Tolada, Juni 2020


Penulis

Hamra
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru
yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyeakitnya disebut
Coronavirus Disease (COVID-19). Diketahui, bahwa asal mula virus ini berawal
dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat
ini sudah dipastikan terdapat ratusan negara yang telah terjangkit virus ini.
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Coronaviruses
(Cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang
lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan
Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotic
yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan Indonesia, perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan berawal pada
tanggal 30 Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee
mengeluarkan pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia of
unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan sampai ke
lintas negara. Sampai saat ini terdapat 93 negara yang mengkorfirmasi terkena
virus Corona. Penyebaran virus Corona yang telah meluas ke berbagai belahan
dunia membawa dampak pada perekonomian dunia baik dari sisi perdagangan,
investasi dan pariwisata.
China merupakan negara eksportir terbesar dunia. Indonesia sering
melakukan kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra
dagang terbesar Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China
menyebabkan perdagangan China memburuk. Hal tersebut berpengaruh pada
perdagangan dunia termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah
dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di
Indonesia yang dapat menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang
tambang.
Dampak ekonomi akibat masifnya dan begitu cepatnya penularan virus
corona pada umumnya berasal dari berhentinya sebuah usaha, penurunan
aktivitas orang untuk bekerja karena keterbatasan aktifitas oleh pemerintah
maupun kesehatan sendiri akibat penyakit ini serta biaya-biaya yang dikeluarkan
akibat pandemi virus corona.
Berdasarkan hal diatas, maka dibuatlah makalah dengan judul “Dampak
Covid-19 Terhadap Perekonomian Global”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Covid-19 dan awal kemunculannya?
2. Apa saja dampak covid-19?
3. Apa dampak spesifik bagi perekomonian global akibat Covid-19?

C. Manfaat
1. Mengetahui apa itu Covid-19
2. Mengetahui apa saja dampak dari Covid-19
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Coronavirus
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan
protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan
salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus ke
dalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang)
(Wang, 2020).

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat


diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan
virus
(Wang, 2020; Korsman, 2012).
1. Awal Kemunculan Coronavirus
China tercatat sebagai negara yang pertama kali melaporkan kasus
Covid-19 di dunia. Untuk pertama kalinya, China melaporkan adanya
penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Pada pengujung tahun 2019 itu,
kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan
pemberitahuan tentang adanya sejenispneumoniayang penyebabnya tidak
diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di
kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Menurut pihak berwenang, beberapa
pasien adalah pedagang yang beroperasi di Pasar Ikan Huanan.Seiring waktu,
penelusuran menyebutkan, kasus Covid-19 sudah muncul sebelumnya.
Merujuk padalaporan WHO ke-37 tentang situasi Covid-19, 26 Februari 2020,
kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di China adalah pada 8 Desember.
Hanya saja, informasi tersebut juga bergantung pada inisiatif negara-negara
yang memberikan informasi penyakit kepada badan kesehatan global tersebut.
Adapun sebuah laporan yang diterbitkan dalam lamanjurnal medisThe
Lancetoleh dokter China dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, yang
merawat beberapa pasien yang paling awal, menyebutkan tanggal infeksi
pertama yang diketahui pada 1 Desember 2019.Informasi awal mula
munculnya Covid-19 masih terus berjalan ke belakang. Pada 16 Desember,
dokter di Rumah Sakit Pusat Wuhan mengirim sampel dari pasien lain dengan
demam persisten untuk pengujian laboratorium. Hasil-hasil itu menunjukkan
virus menyerupai sindrom penapasan akut parah (severe acute respiratory
syndrome/SARS).Pada 30 Desember 2019, Ai Fen, dokter yang juga kepala
departemen ruang gawat darurat rumah sakit tersebut, mengunggah gambar
laporan laboratorium di media sosial Tiongkok. Gambar itu diposting ulang
dan diedarkan olehdokter lain, Li Wenliang. Menurut data Pemerintah China
yang dilihatSouth China Morning Post, seorang penduduk Provinsi Hubei
berusia 55 tahun kemungkinan menjadi orang pertama yang terjangkit Covid-
19 pada 17 November 2019. Sejak tanggal itu dan seterusnya, satu hingga
lima kasus baru dilaporkan setiap hari.Angka penduduk di China yang
terjangkit Covid-19 menunjukkan treneksponensial. Pada 15 Desember 2019,
jumlah total infeksi mencapai 27.Peningkatan kasus Covid-19 harian
mencapai dua digit untuk pertama kalinya dilaporkan juga terjadi di China
pada 17 Desember 2020. Tiga hari berikutnya, jumlah total kasus penduduk
China terkonfirmasi Covid-19 telah mencapai 60 orang.
2. Penyebaran Coronavirus
a. Penyebaran Coronavirus di Dunia
Kasus covid-19 pertama di luar China dilaporkan di Thailand pada 13
Januari 2020. Masih di Benua Asia, pada 29 Januari 2020 Covid-19
mencapai Timur Tengah untuk pertama kalinya saat jumlah kasus Covid-
19 bertambah dan menyebar ke lebih banyak negara. Saat itu Uni Emirat
Arab melaporkan kasus impor dalam keluarga empat orang.Empat hari
sebelum Covid-19 mencapai kawasan Timur Tengah, dua benua sekaligus
juga melaporkan masuknya virus yang sama. Perancis menjadi negara
pertama di Benua Eropa yang mengonfirmasi tiga kasus Covid-19 tanggal
25 Januari 2020.Pada tanggal yang sama, kasus pertama Covid-19 juga
merambah Benua Australia. Kasus Covid-19 dikonfirmasi oleh Victoria
Health Authorities tanggal 25 Januari. Departemen Kesehatan
Commonwealth berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Victoria dan
telah memberi tahu WHO. Pasien, seorang pria dari Wuhan, terbang ke
Melbourne dari Guandong pada 19 Januari.Dalam perkembangannya,
Covid-19 menyebar ke Benua Afrika. Tanggal 14 Februari 2020,
kementerian kesehatan dan WHO mengumumkan bahwa kasus virus
korona orang asing pertama kali dikonfirmasi diMesir, negeri yang terletak
di Benua Asia dan Afrika. Dalam pernyataan bersama WHO, Juru Bicara
Kementerian Kesehatan Mesir Khaled Mogahed mengatakan bahwa kasus
tersebut dinyatakan positif covid-19 setelah ia menjalani tes
laboratorium.Hanya berselang 11 hari, 25 Februari 2020, Kementerian
Kesehatan, Penduduk, dan Reformasi Rumah Sakit Aljazair melaporkan
kasus Covid-19 pertama di negara Benua Afrika itu. Otoritas
kesehatanmelaporkan bahwa tes menunjukkan orang dewasa Italia, yang
tiba di Aljazair pada 17 Februari 2020, telah dinyatakan positif Covid-19.

B. Dampak Coronavirus Terhadap Perekonomian Global


Banyak Negara yang terkena Virus Corona termasuk Indonesia. Banyak
dampak yang disebabkan oleh COVID-19 terutama pada perekonomian Dunia.
Dimana banyak beberapa negara mengalami krisis Ekonomi akibat adanya
Covid-19. Penyebaran yang lebih luas dari penyakit ini memiliki potensi untuk
mengganggu perjalanan, perdagangan, dan rantai pasokan di seluruh Asia,
dengan efek knock-on pada ekonomi dunia, sehingga ini memicu krisis pada
perekonomian dunia.
Di Indonesia Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor
pariwisata. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal
China mencapai 2.07 juta orang pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen
dari total wisatawan asing sepanjang 2019.
Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang berkunjung ke
Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti hotel,
restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan adanya
virus Corona. Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40 persen yang
berdampak pada kelangsungan bisnis hotel.
Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau rumah makan
yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan. Melemahnya
pariwisata juga berdampak pada industri retail. Adapun daerah yang sektor
retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Medan dan Jakarta. Penyebaran virus Corona juga berdampak pada
sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena para wisatawan yang
datang ke suatu destinasi biasanya akan membeli oleh-oleh.
Jika wisatawan yang berkunjung berkurang, maka omset UMKM juga
akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016 sektor
UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis usaha mikro banyak
menyerap tenaga kerja.
Di China, Nilai perdagangan antara China dan AS juga turun 40 persen
dalam dua bulan pertama di 2020 dari US$42 miliar pada tahun lalu menjadi
US$25,4 miliar.
Sebagai tanda awal dampak ekonomi akibat virus corona, aktivitas
industri manufaktur turun ke level terendah pada Februari, dengan industri non-
manufaktur juga anjlok.
Dampak Lebih Dalam, Otoritas berwenang menyatakan bahwa data
terkait pertumbuhan ekonomi China Januari dan Februari akan digabungkan. Ini
sejalan dengan sejumlah indikator lain yang dirilis. Sebuah laporan yang ditulis
Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics mengatakan bahwa keputusan
untuk menggabungkan data pada Januari dan Februari berarti tingkat
pertumbuhan yang dipublikasikan tidak akan sepenuhnya mencerminkan tingkat
kelemahan baru-baru ini.
Akibat wabah virus corona, pemerintah China mengunci kawasan
tersebut. Pembatasan perjalanan dan karantina juga masih diberlakukan.
Gangguan akibat virus corona itu turut mempertanyakan kemampuan China
mengakhiri perjanjian dagang secara parsial dengan Amerika Serikat yang
ditandatangani pada Januari. Dalam perjanjian itu, China berkomitmen untuk
meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS sebesar US$200 miliar.
Akibat wabah coronavirus ini banyak beberapa Negara yang membuat
kebijakan-kebijakan guna menanggulangi penyebaran coronavirus, di Indonesia
Beberapa langkah yang dilakukan dalam menghadapi dampak dari virus Corona
ini adalah menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps
menjadi 4.75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4.00
persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5.50 persen.
Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi domestik di tengah tertahannya prospek pemulihan ekonomi global
sehubungan dengan terjadinya Covid-19. Bank Indonesia akan mencermati
perkembangan ekonomi global dan domestik untuk menjaga agar inflasi dan
stabilitas eksternal tetap terkendali serta memperkuat momentum pertumbuhan
ekonomi.
Pada tanggal 22-23 Februari 2020 telah berlangsung pertemuan G20
yang diadakan di Arab Saudi. Anggota G20 ini terdiri dari Amerika Serikat,
Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia,
Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki,
Inggris dan Uni Eropa.
Wabah virus Corona menjadi topik diskusi pada pertemuan tersebut.
Dalam pertemuan G20, negara-negara G20 menyampaikan simpati kepada
masyarakat dan negara yang terdampak virus Corona, khususnya China.
Munculnya berbagai tekanan global, salah satunya adalah Covid-19 mendorong
negara-negara G20 untuk meningkatkan kerja sama dengan mempererat kerja
sama internasional.
Negara-negara G20 juga sepakat memperkuat pemantauan terhadap
risiko global khususnya yang berasal dari Covid-19, serta meningkatkan
kewaspadaan terhadap berbagai potensi risiko dan sepakat untuk
mengimplementasikan kebijakan yang efektif baik dari sisi moneter, fiskal,
maupun structural.
Arab Saudi yang menjadi Presidensi G20 pada tahun 2020 mengusung
tema “Realizing The Opportunity of The 21st Century”. Hal ini dilatarbelakangi
perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga mengubah tatanan
perekonomian global menuju ekonomi dan keuangan digital.
Namun, partisipasi masyarakat dalam perekonomian khususnya
kelompok muda, perempuan dan UMKM dipandang belum optimal, sehingga
membutuhkan upaya untuk membuka akses kepada mereka dalam kegiatan
perekonomian melalui pemanfaatan teknologi. Selain itu, agenda Presidensi G20
adalah pengembangan pasar modal domestik dan penguatan pengaturan dan
pengawasan sektor keuangan.
Di sektor keuangan, penguatan sistem keuangan melalui implementasi
agenda reformasi sektor keuangan dan pemanfaatan teknologi menjadi fokus para
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20.
Rencana Financial Stability Board (FSB), Committee on Payments and
Market Infrastructure dan Standard Setting Bodies (SSBs) dalam menyusun peta
jalan (roadmap) penguatan sistem pembayaran lintas negara disambut baik oleh
G20. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan dukungan Indonesia atas agenda
Presidensi G20 Arab Saudi khususnya cross borde payments dan transisi LIBOR
(London Interbank Offered Rate).
Menurut data terbaru dari Johns Hopkins CSSE (11/4), virus corona alis
Covid-19 telah menyebar hingga ke 185 negara di dunia, dengan jumlah infeksi
mencapai 1.698.416 kasus dan yang dinyatakan sembuh mencapai 376.669 orang.
Demi meminimalisir bertambahnya jumlah infeksi, beberapa negara seperti Italia,
Spanyol, hingga India memberlakukan kebijakan lockdown, sementara negara
lainnya, termasuk Indonesia, lebih memilih kebijakan memberlakukan anjuran
social distracting bagi warganya. Kebijakan tersebut tentu berpengaruh besar bagi
perekonomian. Tidak hanya di Indonesia, pelemahan ekonomi akibat dari
pandemi virus Corona terjadi merata hampir di seluruh dunia. Berikut merupakan
beberapa dampak virus Corona terhadap perekonomian global.
1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan
Pandemi virus Corona menyebabkan banyak lembaga besar dan
bank memutuskan untuk mengubah perkiraan kondisi ekonomi global,
termasuk Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi atau
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
Dalam terbarunya, OECD menyebut jika pertumbuhan produk
domestik bruto China akan mengalami penurunan terbesar. China
diperkirakan hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi hingga tersisa 4,9
persen saja, jauh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang mencapai
angka 5,7 persen.
Kondisi ini tentu berimbas buruk bagi perekonomian global. OECD
memperkirakan Covid-19 akan membuat ekonomi global mengalami
penurunan pertumbuhan hingga tersisa 2,4 persen di tahun 2020, turun dari
proyeksi sebelumnya yang mencapai 2,9 persen.

2. Ancaman PHK Besar-besaran


Pembatasan yang sedang diterapkan di beberapa negara terkait
pandemi Corona, telah membuat banyak pabrik beroperasi. Apple, Jaguar,
Diageo, Land Rover hingga Volkswagen, merupakan segelintir pabrik besar
yang saat ini sudah mulai membatasi produksinya. Sebagai contoh,
Bloomberg Economics mencatat pabrik-pabrik besar yang ada di China hanya
menggunakan 60-70 persen kapasitas produksi mereka, bahkan beberapa
pabrik di negara yang terkena dampak paling parah, seperti Italia, dilaporkan
terpaksa menghentikan produksi mereka. Penurunan jumlah produksi inilah
yang memicu PHK besar-besaran, dan gelombang pengangguran pun sulit
dihindarkan. Kondisi ini dipastikan akan menyebabkan penurunan
kemampuan ekonomi yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang
seperti India, dan lainnya
Menurut Cedric Chehab, Kepala Risiko Negara dan Strategi Global
di Fitch Solutions, ketakutan terkait dampak virus Corona secara global, akan
menyebabkan para investor enggan mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi.
Di sisi lain, ketakutan global pun akan menurunkan harga saham di pasar-
pasar utama. Sementara di sisi lain, kekhawatiran atas penyebaran global dari
Virus Corona telah mendorong para investor menawar harga obligasi ke titik
terendah. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian arah ekonomi terkait
dampak Covid-19 secara luas. Dampak ini diperkirakan akan terus terjadi
hingga masa pandemi virus Corona benar-benar selesai.

3. Industri Travel Paling Terpukul


Keputusan beberapa negara yang melakukan lockdown dan pembatasan
pengunjung akibat pandemi virus Corona, membuat perusahaan yang bergerak
di bidang pariwisata, seperti hotel, travel agent, penerbangan, dan lainnya,
sangat terpukul.
Menurut Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline
Suharno, sejak Februari kemarin setidaknya ada 20 agen travel besar di
Indonesia yang terpaksa menawarkan cuti di luar tanggungan karena tidak bisa
membayar biaya operasional, termasuk gaji karyawannya.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi terjadi secara global.
Bahkan untuk negara-negara yang memilih mengambil kebijakan lockdown,
mereka harus rela kehilangan pendapatan dari sektor bisnis tersebut. Sebut
saja Italia dan Spanyol yang terkena dampak cukup parah akibat Covid-19.

4. Proses Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Sulit


Bloomberg Economics berasumsi jika proses pemulihan ekonomi akibat
pandemi virus Corona bisa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
kembali ke titik normal. Pola pemulihan ini bisa membentuk pola huruf ‘U’,
bukan pola huruf ‘V’ seperti yang diprediksi banyak pihak.
Hal senada disampaikan Li, manajer Made-in-China.com, yang
memprediksi angka produksi di China tidak akan mencapai level maksimal,
meski para karyawan pabrik sudah kembali bekerja. Hal ini disebabkan karena
hambatan rantai pasokan yang membuat kapasitas produksi jadi terbatas.
Terhambatnya rantai pasokan akan membuat para pekerja yang
dirumahkan selama pandemi, belum tentu langsung diminta kembali bekerja.
Imbasnya akan kembali kepada daya beli masyarakat yang akan sulit bangkit,
dan ketidakpastian ekonomi masih akan terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di
permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen
utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini
berperan dalam penempelan dan masuknya virus ke dalam sel host (interaksi protein
S dengan reseptornya di sel inang). Adapaun dampak Covid-19 terhadap
perekeonomian global yaitu
 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan
 Ancaman PHK Besar-besaran
 Pasar Saham Terjun Bebas
 Industri Travel Paling Terpukul
 Proses Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Sulit
B. Saran
Setiap tingkatan masyarakat bisa sama-sama saling menjaga diri dan selalu
bersiaga terhadap kasus covid-19 ini. Semakin kita menjaga dan menaati aturan yang
ditetapkan wabah pandemi global ini akan segera berlalu dan semua aspek dunia
akan stabil kembali.

Anda mungkin juga menyukai