Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sumber daya manusia merupakan salah satu modal penting dalam

pembangunan satu bangsa dan mutunya sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan dan latihan, kesehatan dan gizi, lingkungan hidup tempat mereka

tinggal, serta kemampuan ekonomi keluraga (Banowati, 2013:36). Hal tersebut

bahwa sumber daya manusia sangat penting dalam suatu daerah oleh karna itu

untuk mengembangkan dan meningkatkan Sumber daya manusia harus banyak

menerima pengetahuan baru dan meningkatkan pendidkan yang lebih tinggi untuk

menunjang sumber daya manusia yang lebih bagus.

Dalam UUD RI tentang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1

menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengandilan diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan

kewajiban bagi setiap manusia terutama anak-anak dalam usia sekolah yang

diharuskan dalam mengayam pendidikan SD,SMP,SMA, dan Perguruan tinggi.

Pendidikan disekolah memiliki konstribusi yang besar terhadap

pembentukan kemampuan dan pengalaman manusia. Sekolah atau disebut satuan

pendidikan adalah kelompok layanan pendidikn yang menyelenggarkan

pendidikan pada jalur formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis

1
pendidikan (Triwiyanto 2017: 75). Jadi pendidikan adalah susunan belajara dan

proses pembelajaran baik disekolah, keluarga maupun di masyarakat agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya mendapatkan pengetahuan.

Pendidikan yang putus ditengah jalan dalam proses belajara yang tidak

selesai dalam waktu yang ditentukan oleh sistem sekolah yang telah diikuti siswa-

siswi, oleh karna itu anak-anak yang tidak menyelesaikan pendidikannya akan

gagal dalam studi mereka disebabkan karna berbagai kondisi yang terjadi dalam

kehidupan mereka yang mengalami kesusahan untuk menganyam pendidikan. Hal

tesebut bahwa pendidikan yang tidak tercapai bagi anak-anak wajib menganyam

pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia yang menimbulkan

masalah bagi negara maupun daerah-daerah kota, kabupaten, kecamatan, mau

desa yang terdapat masalah dalam bidang pendidikan.

Vinny dkk (2017:314), pendidikan dasar wajib seorang anak adalah 9

tahun yaitu pendidikan SD dan SMP, apabila dilihat dari umur mereka yang wajib

untuk sekolah yaitu anak pada usia 7 sampai 15 tahun namun pemerintah telah

menetapkan bahwa seorang anak harus berpendidikan minimal 12 tahun atau

sampai lanjutan tingkat atas (SMA) . Dalam Titik dkk (2016 :17). Wajib belajar

sembilan tahun yang didukung pembangunan insfratruktur sekolah dan diteruskan

dengan wajib belajar sembilan tahun adalah program sektor pendidikan yang

diakui cukup sukses oleh karna itu pendidikan adalah hak yang sangat

fundamental dan wajib untuk dipenuhi dengan kerjasama dari orangtua,

masyarakat dan pemerintah.

2
Hal tersebut didukung dalam UUD RI No.20 tahun 2003 tentang

SISDIKNAS pasal 34 ayat 1-3 telah ditetapkan bahwa : (1). Setiap warga negara

yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar. (2). Pemerintah dan

pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang

pendidikan dasar tanpa memungut biaya. (3). Wajib belajar merupakan tanggung

jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, pemerintah dan

masyaraka dasar. Namun pada kenyataan secara umum masih banyak penduduk

usia sekolah di Indonesia yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar maupun

pendidikan menengah, dan perguruan tinggi terlebih khusus pada desa pedalaman

yaitu Desa Punan Bengalun Kabupaten Malinau, Provensi Kalimantan utara yang

terdapat ada beberapa anak usia sekolah yang putus sekolah dikarnakan adanya

faktor yang menghambat mereka dalam mengayam pendidikan.

Masyarakat Punan Bengalun masih digolongkan pedalaman dan dari segi

penduduknya dalam bidang pendidikan masih tergolong rendah dan

masyarakatnya masih belum paham dengan dunia pendidikan, masyarakat Punan

Bengalun banyak masyarakatnya belum mempunyai Ijaza SD, SMP, SMA

maupun Perguruan Tinggi. mereka masih berpacu dalam budaya mereka yaitu

bekerja mencari nafka di hutan, anak-anak mereka khususnya anak laki-laki

membantu oran tua mereka dalam bekerja untuk menafkai keluarga, sedangkan

anak perempuan mereka lebih memilih menikah dari pada mengayam pendidikan

dibangku sekolah dasar maupun sampai diperguruan tinggi. Hal tersebut

mengundang anak-anak mereka tidak melanjutkan pendidikan mereka karena

faktor-faktor eksternal maupun internal.

3
Dengan masalah tersebut bahwa Desa Punan Bengalun ternyata masih

terdapat ada anak putus sekolah mereka berhenti sekolah sewaktu masih dalam

proses belajar pembelajaran di bangku sekolah hal tersebut banyak faktor yang

mempengaruhi mereka untuk berhenti sekolah. Ada faktor yang menyebabkan

anak putus sekolah yaitu faktor dari luar anak itu sendiri dan faktor dalam dari

anak itu. Oleh karna itu dapat melihat permasalah anak putus sekolah yang ada di

Desa Punan Bengalun dengan memandang faktor-faktor yang mempengaruhi

anak-anak tidak melanjutkan pendidikannya dibangku sekolah adalah dengan

melihat faktor geografis pada wilayah tersebut kenapa demiakian, bahwa dalam

observasi pada wilayah penelitian terdapat signifikan faktor-faktor geografis yang

mempengaruhi anak putus sekolah dengan yaitu yang lokasi pemukiman wilayah

peneliti jauh dari sekolah yang ada di wilayah pemukiman sebelah, bahwa lokasi

penelitian ini merupakan dareah terpencil. Karna keterjangkauan jarak rumah ke

sekolah memungkinkan jauh untuk mengayam pendidikan mereka. Dan mereka

melewati medan yang dilaluinyapun tidak seperti di wilayah lainnya, mereka

harus melewati bukit-bukit sepanjang perjalanan, untuk menuju kesekolah juga

anak-anak harus melewati hutan adat dan perkebunan masyarakat luar maupun

masyarakat asli Desa Punan Bengalun, ditambah lagi belum adanya pengaspalan

jalan dari pemukiman warga menuju ke sekolah. Dan belum ada trasportasi untuk

menuju ke sekolah, akan tetapi mereka memiliki kendaraan tetapi kendaraan itu

hanya untuk dipinjamkan karna warga disana tidak semua memilik kendaraan

pribadi, kadang kala mereka menumpang ke kendaraan warga, kadang juga

4
mereka berjalan kaki untuk sampai kesekolah maupun begitu juga dengan pulang

sekolah.

Bukan hanya itu yang menyebabkan mereka putus sekolah secara geografi

tidak hanya memandang sebagian faktor fisik saja melain sosial ekonomi pada

masyarakat Desa Punan Bengalun yang mempengaruhi gejala-gelaja anak-anak

yang putus sekolah merupakan salah satu masalah sosial yang banyak terjadi

dikehidupan masyarakat saat ini. Masalah anak tidak melanjutkan pendidikan atau

memutuskan pendidikan dipertengahan jalan akan berakibat buruk pada suatu

bangsa apabila tidak secepatnya ditanggulangi, karena putus sekolah akan

memutus juga pengetahuan tentang pentingnya pendidikan untuk memajukan

bangsa dan negara begitupun dengan masyarakat yang ada di Desa Punan

Bengalun.

Masalah anak putus sekolah bukanlah hal yang hanya terjadi di Desa Punan

Bengalun, akan tetapi fenomena ini marak dibahas atau diperbincangkan di

seluruh lapisan masyarakat yang menyadari bagaimana pentingnya pendidikan.

Hal ini disebabkan oleh ketidak pahaman dari beberapa beberapa orang tua yang

salah mempersepsikan pendidikan bagi anaknya, yang beranggapan bahwa

pendidikan hanya bertujuan untuk menjadi seorang guru ataupun tentara, polisi,

perawat,bidan dan lain sebagainya. Terkhusus beberapa orang tua atau masyarakat

yang ada di Desa Punan Bengalun segelintir orang tua hanya memahami sekolah

hanya sekedar untuk belajar membaca dan menulis semata agar tidak mudah

tertipu dengan orang lain. Sehingga kita sering melihat ada orang tua yang

5
memberhentikan anaknya dengan maksud akan lebih berguna jika anaknya

membantu bekerja di hutan atau memelihara hewan ternak.

Di dalam geografi, arus manusia, materi, informasi dan energi dicakup

dalam pengerian Intraksi Keruangan. Pengertian ini dinyatakan lebih luas dari

pada yang tampak sekilas. Di dalam istilah tersebut tercangkup pula saling

keterlibatan antara gejalah-gejalah yang ada, sedangkan gejalah-gejalah tersebut

saling berpengaruh. Hal tersebut masalah anak putus sekolah yang ada di Desa

Punan Bengalun merupakan permasalahan yang tidak luput dengan antara

Manusia, Lingkungan alam dan sosial, dan Ruang (spasial) yang saling

berpengaruh dalam aktivitas manusia dalam kehidupan di dalam permukaan bumi.

Baik aktivitas sosial ekonomi wilayah, aktivitas politik, aktivitas Industri,

Aktivitas pendidikan dll yang berkaitan dengan Interaksi Keruangan (Spasial).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan latar belakang

peneliti yang meggeluti ilmu pendidikan geografi dimana interaksi manusia dalam

lingkungan baik itu akan berdampak positif maupun negatif merupakan salah satu

kajian dari ilmu pendidikan geografi, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian terhadap anak putus sekolah dalam menganalisisi faktor geografis

dalam lingkup keruangan “spasial” apa saja yang mempengaruhi anak putus

sekolah yang berjudul: “Analisis Faktor-Faktor Geografis Yang Mempengaruhi

Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SMP/MTs Di Desa Punan Bengalun

Kecematan Malinau Barat”.

6
B. Indentifikasi Masalah

1. Lokasi dan keterjangakauan (accessability) tempat tinggal siswa

menuju sekolah SMP/MTs jauh dari tempat tinggal.

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Punan Bengalun dari segi

sosial mereka memandang sekolah itu kurang berkesan atau pengaruh

dalam kehidupan mereka dan segi ekonominya masyarakat pekerja

mencari kayu dihutan untuk dijual dan menjadi buruh dari pendapatan

mereka sesuai dengan hasil yang didapat dalam bekerja, yang di Desa

Punan Bengalun Kecematan Malinau Barat, Kabupaten malinau,

Provensi Kalimantan Utara.

3. Masih ada anak usia wajib sekolah tidak melanjutkan pendidikan

mereka ke jenjang SMP.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka batasan masalahnya adalah

faktor-faktor geografis yang mempengaruhi anak putus sekolah pada jenjang

SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat Kabupaten

Malinau Provinsi Kalimantan Utara.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah faktor aksesibiltas mempengaruhi anak putus sekolah pada jenjang

SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten

Malinau, Provinsi Kalimantan Utara ?

7
2. Apakah faktor lokasi mempengaruhi anak putus sekolah pada jenjang

SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten

Malinau, Provinsi Kalimantan Utara ?

3. Apakah faktor sosial ekonomi mempengaruhi anak putus sekolah pada

jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat,

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara ?

4. Apakah faktor-faktor geografis mempengaruhi anak putus sekolah pada

jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat,

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan oleh peneliti yang

didasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitiannya adalah :

Untuk mengatahui apakah faktor-faktor geografis mempengaruhi anak putus

sekolah pada jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau

Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.

F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Geografis

Yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah pada jenjang SMP/MTs di Punan

Bengalun Kecematan Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provensi Kalimantan

Utara yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

terlebih khususnya pada arti pentingnya bersekolah untuk menganyam pendidikan

baik dari pendidikan keluarga, pendidikan masyarakatn maupun pendidikan

8
disekolah untuk mendukung sumber daya manusia dan sebagai referensi dalam

bidang pendidikan geografi yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan

ilmu pendidikan dalam kajian geografi dan bagi para peneliti yang berminat dalam

melakukan riset terhadap masalah-masalah pendidikan dalam kajian geografi.

BAB III

9
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Peneitian

Lokasi penelitian di Desa Punan Bengalun, Kecamatan Malinau Barat,

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia yang terdapat masalah

dalam pendidikan yaitu anak putus sekolah, waktu pelaksanaan penelitian ini, dari

observasi sampai pengumpuan dan pengelolahan data dilaksanakan selama waktu

kurang lebih 3 bulan.

B. Metode Penelitian

Nanang Martono dalam Sudaryono (2017:92), Penelitian Kuantitatif

merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, yaitu sebuah metode

penelitian yang bertujuan menggambarkan fenomena atau gejala sosial secara

kuantitatif atau menganalisis bagaimana fenomena atau gejala sosial yang terjadi

dimasyarakat saling berhubungan satu sama lain.

C. Variabel Penelitian Dan Devinisi Operasional Variabel

1. Variabel

Sudaryono (2017: 151), istilah variabel dipakai sebagai sinomin untuk

suatu konsep atau hal yang sedang diriset. Dalam konteks penjelasan ini, variabel

yang dimaksud adalah suatu simbol yang akan diberi angka atau nilai. Secara

teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lain.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

10
1. Veriabel Bebas (X)

Veriabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2018:57). Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Aksesibilitas

(X1), Faktor Lokasi (X2), dan Faktor Sosial Ekonomi (X3).

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018:57). Variabel

terikat pada penelitian ini adalah anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Faktor geografis

Faktor geografis adalah macam-macam jenis yang ada didalam faktor

alam yang mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia yang mempunyai

ketekaitan manusia dengang alam baik secara langsung maupun tidak

langsung. Hal itu terdapat faktor-faktor geografis yang mempengaruhi

kehidupan manusia yaitu faktor dari relasi ruang (lokasi dan Aksesbilitas

wilayah), relatif (tinggi rendahnya permukaan bumi), dan sosial ekonomi

(pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan pekerjaan orang tua).

b. Anak putus sekolah

Anak putus sekolah adalah suatu keadaan dimana anak-anak yang tidak

melanjutkan pendidikannya pada jenjang tertentu.

3. Definisi Operasional Variabel

11
a. Faktor geografis

Faktor geografis adalah macam-macam jenis yang ada didalam faktor

alam yang mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia yang mempunyai

ketekaitan manusia dengang alam baik secara langsung maupun tidak

langsung. Hal itu terdapat faktor-faktor geografis yang mempengaruhi

kehidupan manusia yaitu faktor dari relasi ruang (lokasi dan Aksesbilitas

wilayah), relatif (tinggi rendahnya permukaan bumi), dan sosial ekonomi

(pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan pekerjaan orang tua).

b. Anak putus sekolah

Anak putus sekolah adalah suatu keadaan dimana anak-anak yang tidak

melanjutkan pendidikannya pada jenjang tertentu.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2006:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa populasi merupakan individu-individu

keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masyarakat Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat dengan

jumlah populasi 270 yang tersebar di 2 RT/RW.

2. Sampel

12
Sudaryono, (2017:169) Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik

simpling Purposive. Dalam Sugiyono, (2018 : 138) Teknik pengambilan simpling

Purposive adalah teknik penentuan sample dengan mempertimbangkan tertentu.

Sampel dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah di Desa Punan Bengalun

yang berjumlah 27 orang anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi/Pengamatan Langsung

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan secara berlangsung

(Sudaryono 2017: 216). Teknik observasi atau pengamatan langsung yang

dilakukan oleh peneliti digunakan untuk mengetahui keadaan kondisi lokasi

wilayah permukiman masyarakat dengan lokasi sekolah yang terdekat, kondisi

aksesbilitas menuju ke sekolah terdekat, dan Ekonomi Sosial, dan untuk

mengetahui tentang jumlah anak putus sekolah sehingga peneliti dapat

mendeskripsikan masalah pendidikan yang ada di Desa Punan Bengalun

Kecematan Malinau Barat Kabupaten Malinau Kalimantan Utara.

2. Angket (Questionnaire)

13
Angket merupakan instrumen penelitian utama dalam survei. Dengan kata

lain angket (Questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna, dengan kata lain, angket merupakan daftar pertanyaan lengkap

mengenai banyak hal yang diperlukan oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban

atas pertanyaan penelitian (Sudaryono, 2017:207). Teknik ini digunakan untuk

mengetahui dan memperoleh data langsung sebagai data dengan menggunakan

daftar pertanyaan seperti informasi: umur responden, jenis kelamin, tingkat

pendidikan formal, dan sebagainya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, foto-foto,

data yang relevan penelitian (Sudaryono 2017: 219).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif

Sumaatmatja, (1981:115) metode analisa kuantitatif yang mengelolah dan

menginterpretasikan data yang berbentuk angka dan perhitungan yang bersifat

matematik, dikenal juga sebagai metode analisa statistik. Dalam Sugiyono,

(2018:22) Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

terkumpul. Adapun analisis data yang dilakukan sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Data

14
Uji normalitas data adalah uji yang dilakukan untuk menilai sebaran data

variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Untuk

menguji kenormalan data dilakukan dengan uji lilliefors.

2. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi lliniar sederhana adalah untuk mengukur persamaan dan

hubungan X dan Y. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor

geografis yang mempunayi hubungan dengan anak putus sekolah. Berikut rumus

regresi linier sederhana :

Rumus 1.2
Y '=a+bX
(Sugiyono 2018:300)

Keterangan :

Y = Subjek/nilai dalam variabel dependen


a = Konstanta, yaitu nilai Y’ jika X = 0
b = koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen.
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

3. Uji Signifikan Hipotesi (Uji t)

Uji-t merupakan uji bagaimana pengaruh masing-masing variabel (X)

secara sendiri-sendiri terhadap variabel bebas (Y), Maka itu untuk menguji

signifikan atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t

sebagai berikut :

r
√ n−2
t=
1−r 2

15
Keterangan : t = Nilai t hitung
r = Nilai koefisien korelasi
r2 = Nilai koefisien determinasi
N = Jumlah Data Pengamatan ( Sample )

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

16
A. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis Wilayah Dan Luas Wilayah

Kecamatan Malinau Barat merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Malinau Provensi Kalimantan Utara Wilayah Kecematan Malinau

Barat merupakan pemekaran Kecematan Malinau Kota berdasarkan Perda No. 5

Tahun 2002. Batas-batas wilayah Kecematan Malinau Barat yaitu sebelah utara

dan timur berbatasan dengan Kecamatan Malinau Kota dan Kabupaten Tanah

Tidung, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan, sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Malinau Selatan, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Mentarang, dengan tinggi wilayah (MDPL) 63,20 meter dan luas

wilayah Kecamatan Malinau Barat 767, 12 Km2, dengan jumlah Desa 9 yang 4

desa diantaranya merupakan desa pedalaman. Tingkat satuan lingkungan setempat

(SLS) disetiap desa adalah sebanyak satu tingkatan, yakni Rukun Tetangga (RT).

Pada pencatatan Kecamatan Malinau Barat dalam angka 2018 dari BPS

Kabupaten Malinau tercatat ada 43 RT di wilayah Kecamatan Malinau Barat.

Tabel 4.1
Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan
Malinau Barat

17
Desa Tinggi Koordinat Wilayah
No (mdpl) Bujur Lintang
(1) (2) (3) (4)
1 Punan bengalun 43 3,41 116,66
2 Sesua 37 3,48 116,66
3 Sempayang 32 3,52 166,66
4 Kuala Lapang 31 3,53555 116,6077
5 Tanjung Lapang 30 3,5351 116,5873
6 Taras 31 3,5207 116,5539
7 Long Kanipe 28 3,8019 116,4839
8 Sentaban 30 3,4884 116,4892
9 Long Bila 25 3,4801 116,4839
Sumber : Kecamatan Malinau Barat Dalam Angka 2018, BPS Kab. Malinau

Tabel 4.2
Jarak dari ibukota desa ibukota Kecamatan dan Kabupaten di Kecamatan
Malinau Barat
No Desa Ibukota Kecamatan Ibukota Kabupaten
Malinau Barat (Km) (Km)
1 Punan bengalun 27 Km 24 Km
2 Sesua 15 Km 12 Km
3 Sempayang 10 Km 7 Km
4 Kuala Lapang 2 Km 3 Km
5 Tanjung Lapang 1 Km 5 Km
6 Taras 5 Km 8 Km
7 Long Kanipe 19 Km 23 Km
8 Sentaban 17 Km 20 Km
9 Long Bila 20 Km 25 Km
Sumber : Kecamatan Malinau Barat Dalam Angka 2018, BPS Kab. Malinau

Tabel 4.3
Jumah Rukun Tetangga (RT) Menurut Desa di Kecamatan Malinau Barat

18
No Desa Ibukota Desa RT
1 Punan bengalun Punan bengalun 2
2 Sesua Sesua 7
3 Sempayang Sempayang 3
4 Kuala Lapang Kuala Lapang 8
5 Tanjung Lapang Tanjung Lapang 14
6 Taras Taras 3
7 Long Kanipe Long Kanipe 2
8 Sentaban Sentaban 2
9 Long Bila Long Bila 2
Jumlah 43
Sumber : Kecamatan Malinau Barat Dalam Angka 2018, BPS Kab. Malinau

Desa Punan Bengalun merupakan salah satu desa yang terletak di hulu

Kecematan Malinau Barat Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Utara, dengan

letak astronomisnya pada posisi 3°24’32,3473” LU - 3°24’18,4691” LU dan

116°39' 11,3041 BT - 116°39' 29,6878 BT. Dengan letak geografis wilayah

sebagai berikut : (a). Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sesua, (b). Sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Punan Dulau Ujang, (c). Sebelah barat berbatasan

dengan Desa Gong Solok, (d). Sebelah timur berbatasan dengan Desa Seputuk

Kab. Tana Tidung. Untuk mengunjungi desa ini dapat memakai kendaraan

bermotor, berupa roda dua atau roda empat atau lewat sungai menggunakan

perahu bermesin ketinting. Jarak antara Pusat Kabupaten Malinau dengan Desa

Punan Bengalun kurang lebih 24 km, dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam.

Sedangkan jarak dengan pusat Kecamatan 27 Km.

b. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

19
a. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Punan Bengalun berdasarkan data dari kantor Desa

Punan Bengalun Pada Tahun 2019 bahwa jumlah penduduk berkisar 270 Jiwa,

yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 133 jiwa dan penduduk perempuan

sebanyak 137 jiwa, yang tersebar di 59 KK dengan rata-rata Anggota Keluarga

4,58. Berdasarkan data penduduk Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau

Barat Kabupaten Malinau, mayoritas penduduk aslinya merupakan suku Dayak

Punan Bengalun.

Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Desa Punan Bengalun Menurut umur dan jenis kelamin
No Kelompok Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Umur Laki-Laki Perempuan (Jiwa) (%)
1 0-5 6 8 14 5,18 %
2 6-10 12 21 33 12,22 %
3 11-15 14 12 26 9,62 %
4 16-20 16 15 31 11, 48 %
5 21-25 14 15 29 10,74 %
6 26-30 18 17 35 12,96 %
7 30-35 16 19 35 12,96 %
8 36-40 19 15 34 12,62 %
9 45+ 18 15 33 12,22 %
JUMLAH 133 137 270 100.00 %
Sumber : Data Dokumentasi Desa Punan Bengalun 2020.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan suatu daerah dapat dijadikan indikator untuk

mengukur kualitas sumber daya manusia di derah tersebut. Oleh karna itu

pendidikan hal yang paling penting bagi setiap manusia di dalam perkembangan

suatu daerah dalam kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik. Jika

dicermati mengenai jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, maka

20
dapat dikategorikan sebagai salah satu desa di mana tingkat pendidikannya masih

rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5
Jumlah penduduk Desa Punan Bengalun menurut tingkat pendidikan
No Tingkat Jumlah Penduduk Frekuensi Presentase
Pendidikan Laki-Laki Perempuan (Jiwa) (%)
1 Belum/Tidak 89 112 201 74,44 %
Sekolah
2 Tidak Tamat 33 20 53 19,63 %
Sekolah
3 SD 6 3 9 3,33 %
4 SMP 5 2 7 2,60 %
5 SMA/SMK - - - -
6 Perguruan Tinggi - - - -
JUMLAH 133 137 270 100,00 %
Sumber : Data Dokumentasi Desa Punan Bengalun 2020.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka dapat diketahui bawa jumlah penduduk

masyarakat punan bengalun menurut tingkat pendidikan dimana jumlah

presentase yang paling tinggi yaitu masyarakat yang belum/tidak sekolah dengan

presentase 74,44 %, yang masyarakat tidak tamat sekolah memiliki tingkat

presentase 19,63 %, tingkat presentase jenjang SD 3,33 %, dan sisa presentase

2,60 % itu masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan SMP/MTs.

c. Keadaan Ekonomi

Desa Punan Bengalun merupakan salah satu desa yang ada di wilayah

Kecamatan Malinau Barat yang terletak di hulu Kecamatan Malinau Barat.

Meskipun di hulu kecamatan namun masyarakat desa punan bengalun dominan

bermata pencarian sebagai petani dengan memanfaat lahan yang ada dengan

mengembangkan jenis tanaman pertanian dengan sistem tradisional, seperti

tanaman buah-buahan, kacang tanah, pisang dan lain-lain dan memanfaatkan

Hutan sebagai mempertanahkan hidup mereka, seperti mencari makanan berupa

21
mecari babi hutan, rusa, kancil, ikan sungai (air tawar), rotan, kayu (Bahan rumah

Kayu), dan lain-lain.

Tabel 4.6
Jumlah penduduk Desa Punan Bengalun menurut mata pencarian pokok
No Mata Jumlah penduduk Frekuensi Presentase
Pencarian Laki-laki Perempuan (Jiwa) (%)
1 Petani 63 57 120 69,76 %
2 Buruh 12 8 20 11,63 %
3 Tukang 3 - 3 1,74 %
4 Wiraswasta - - - -
5 TNI/PORLI - - - -
6 PNS - - -
7 Lainnya 5 24 29 16,87 %
JUMLAH 83 89 172 100,00 %
Sumber : Data Dokumentasi Desa Punan Bengalun 2020.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka dapat diketahui bawa mata pencarian

penduduk desa punan bengalun tidak bervariasi, dimana jumlah yang paling besar

adalah bermata pencarian petani dengan tingkat presentase 69,76 %, dan 11,63 %

itu mata pencarian sebagai buruh, sedangkan yang paling rendah presentase yaitu

1,75 %, dan sisa 16, 87 % itu mata pencarian lainnya.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang

mengalami putus sekolah atau berhenti sekolah pada jenjang SMP/MTs di Desa

Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat Kabupaten Malinau, dengan jumlah

responden 27 anak putus sekolah. Karakteristik dalam penelitian ini meliputi :

jenis kelamin, umur, dan anak putus sekolah.

22
1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis keamin

yang dapat kita ketahui pada tabel dibawa ini.

Tabel 4.7
Daftar Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (Jiwa) Presentase
. (%)
1 Laki-Laki 16 59,26%
2 Perempuan 11 40,74%
Jumlah 27 100,00 %
Sumber : Hasil anaisis penulis 2020.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang didominasikan yaitu responden dengan jenis kelamin laki-laki dengan

tingkat presentase 59,26 % sedangkan perempuan memiliki tingkat presentase

40,74 %.

2. Umur

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan umur yang dapat

kita ketahui pada tabel dibawa ini.

Tabel 4.8
Daftar Karakteristik Resonden Menurut Umur
No Umur Frekunsi Persentasi
. (Tahun) (Jiwa) (%)
1 11-15 21 77,78 %
2 16-20 6 22,22 %
3 21-25 - -
Jumlah 27 100,00 %
Sumber : Hasil anaisis penulis 2020.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur

responden yang didominasikan yaitu umur 11-15 dengan tingkat presentase

77,78% sedangkan 22,22 % itu diumur 16-20.

23
3. Anak Putus Sekolah

Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan anak putus

sekolah atau berhentinya anak pada kelas VII,VIII, IX pada jenjang pendidikan

SMP/NTs yang dapat kita ketahui pada tabel dibawa ini.

Tabel 4.9
Karakteristik Responden Menurut Anak Putus Sekolah Pada Jenjang
SMP/MTs
No. Berhenti dikelas Frekuensi Presentase (%)
(Jenjang SMP/MTs)
1 Kelas VII 8 29,63 %
2 Kelas VIII 15 55,56 %
3 Kelas IX 4 14,81 %
Jumlah 27 100,00 %
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bawa karakteristik

responden yang tidak menyelesaikan pendidikannya pada jenjang SMP

bervariasi, dimana jumlah yang paling besar adalah kelas VIII 55,56 %, disusul

Kelas VII 28,63%, dan Kelas IX dengan tingkat presentase 14,81%.

C. Hasil Penelitian

1. Penyajian Data

Secara operasional tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah faktor-faktor geografis dapat mempengaruhi anak putus sekolah pada

jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat,

Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan teknik uji

normalitas data, regresi linier sederhana, uji-t dan analisa geografi dengan

pendekatan keruangan (Spasial). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu

variabel bebas yakni faktor geografis (X) dan variabel terikat yakni anak putus

24
sekolah (Y). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear

sederhana.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang

diberikan kepada anak putus sekolah tentang faktor geografis dengan jumlah item

sebanyak 20 nomor dengan menggumakan skala likert yang terdiri dari dari 4

alternatif pilihan jawaban, dimana skor pada alternatif jawaban yaitu : 4, 3, 2, 1.

Sedangkan untuk anak putus sekolah diperoleh dari data dengan menggunakan

instrumen berupa angket sebanyak 14 nomor dengan menggunakan skala likert

yang terdiri dari dari 3 alternatif pilihan jawaban, dimana skor pada alternatif

jawaban yaitu : 3, 2, 1. Berikut penyajian data yang diperoleh dari angket faktor

geografis (faktor aksesibilitas, faktor lokasi, dan faktor sosial ekonomi) dan anak

putus sekolah :

25
Tabel 4.10
Data Hasil Penelitian Faktor Aksesibilitas ( X 1 )
No. Responden Skor Item Untuk Butir Angket No : Skor Total
1 2 3 4 5 6
R.1 3 3 4 4 2 1 17
R.2 3 4 4 4 2 1 18
R.3 4 3 4 4 3 3 21
R.4 4 4 4 4 2 1 19
R.5 3 4 4 4 2 1 18
R.6 3 3 4 4 2 1 17
R.7 4 4 4 4 2 1 19
R.8 3 3 4 4 2 1 17
R.9 4 2 4 4 2 2 18
R.10 3 4 4 4 2 1 18
R.11 4 4 4 4 2 1 19
R.12 4 4 4 4 2 1 19
R.13 3 4 4 4 2 1 18
R.14 4 3 4 4 4 1 19
R.15 3 4 4 4 2 4 21
R.16 1 4 4 4 2 1 16
R.17 4 4 4 4 2 1 19
R.18 4 4 4 4 3 1 20
R.19 3 4 4 4 2 1 18
R.20 4 4 4 4 3 2 21
R.21 4 2 4 4 2 2 18
R.22 4 2 4 4 3 3 20
R.23 4 3 4 4 3 2 19
R.24 4 4 4 4 3 3 22
R.25 4 3 4 4 3 3 21
R.26 4 2 4 4 2 2 18
R.27 3 4 4 4 2 1 18
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

26
Tabel 4.11
Data Hasil Penelitian Faktor Lokasi ( X 2 )
No. Responden Skor Item Untuk Butir Angket No : Skor Total
1 2 3 4 5 6
R.1 2 3 4 3 3 2 17
R.2 2 4 4 3 2 2 17
R.3 4 4 4 4 3 3 22
R.4 2 3 3 3 2 3 16
R.5 2 3 3 3 2 2 15
R.6 2 3 3 3 2 2 15
R.7 2 3 4 2 2 2 16
R.8 2 3 3 4 3 2 17
R.9 2 2 3 3 3 4 17
R.10 2 3 3 3 2 2 15
R.11 4 3 4 3 2 3 19
R.12 2 3 3 3 2 2 15
R.13 2 4 3 3 2 3 17
R.14 2 4 4 3 2 3 18
R.15 4 4 4 3 2 2 19
R.16 2 4 3 3 3 2 17
R.17 2 4 3 3 2 2 16
R.18 2 3 3 4 3 3 18
R.19 2 4 3 3 2 3 17
R.20 2 2 2 3 2 2 13
R.21 2 3 3 3 2 2 15
R.22 4 4 4 3 2 3 20
R.23 4 4 3 3 3 2 19
R.24 2 3 3 3 3 3 17
R.25 2 2 2 3 3 4 16
R.26 2 2 2 3 3 4 16
R.27 2 3 4 3 2 2 16
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

27
Tabel 4.12
Data Hasil Penelitian Faktor Sosial Ekonomi ( X 3 )
No. Responden Skor Item Untuk Butir Angket No : Skor Total
1 2 3 4 5 6 7 8
R.1 3 3 1 3 1 3 1 3 18
R.2 4 4 3 3 3 4 1 3 25
R.3 3 4 3 4 3 4 4 3 28
R.4 4 4 3 3 2 4 4 3 27
R.5 4 4 3 4 2 4 4 3 28
R.6 3 3 1 4 1 4 4 3 23
R.7 4 4 3 3 1 4 4 3 26
R.8 3 4 3 4 2 4 4 3 27
R.9 3 4 4 4 3 4 3 3 28
R.10 4 4 3 4 2 4 4 3 28
R.11 4 4 3 2 1 3 1 3 23
R.12 3 4 3 4 1 4 1 3 23
R.13 4 4 3 3 2 4 1 3 24
R.14 4 4 3 3 2 1 1 3 21
R.15 4 4 1 4 1 1 4 3 22
R.16 4 4 3 3 1 3 1 3 22
R.17 4 4 3 3 2 3 1 3 23
R.18 4 4 3 4 1 4 4 3 27
R.19 3 4 2 4 2 4 4 3 26
R.20 3 3 3 4 2 4 4 3 26
R.21 3 3 2 4 2 4 3 3 24
R.22 3 3 2 4 2 3 3 3 23
R.23 3 4 3 4 3 4 4 3 28
R.24 3 4 3 4 3 4 4 3 28
R.25 3 3 2 4 2 4 3 3 24
R.26 3 4 3 4 3 4 4 3 28
R.27 3 3 1 3 2 4 1 3 18
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

28
Tabel 4.13
Data Hasil Penelitian Anak Putus Sekolah (Y)
No. Skor Item Untuk Butir Angket No : Skor
Res Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
R.1 3 3 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 31
R.2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 34
R.3 3 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 35
R.4 3 1 2 3 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 29
R.5 1 1 2 3 2 1 3 3 3 2 1 2 2 2 28
R.6 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 35
R.7 3 1 2 3 1 1 3 3 3 2 2 2 1 2 29
R.8 3 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 3 2 3 36
R.9 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 36
R.10 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 34
R.11 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 3 1 2 31
R.12 1 1 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 32
R.13 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 36
R.14 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 3 26
R.15 3 3 2 3 3 1 2 2 3 1 2 2 1 3 31
R.16 3 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 34
R.17 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 40
R.18 2 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 35
R.10 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 35
R.20 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 37
R.21 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 1 2 29
R.22 3 3 2 3 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 35
R.23 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2 36
R.24 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 29
R.25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 2 37
R.26 3 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 3 2 32
R.27 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 33
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

29
2. Analisis Data

Untuk menguji sejauh mana pengaruh faktor-faktor geografis (X) yakni

faktor aksesibilitas (X1), faktor lokasi (X2) dan faktor sosial ekonomi (X3)

terhadap anak putus sekolah (Y) di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau

Barat, digunakan analisis data dengan teknik uji normalitas, uji regresi linier

sederhana, dan uji-t.

1) Data Faktor Aksesibilitas (X1) Terhadap Anak Putus Sekolah


(Y)

Tabel 4.14
Data Aksesibilitas (X1) Terhadap Anak Putus Sekolah (Y)
No. Res X1 Y X1Y X12 Y2
R.1 17 31 527 289 961
R.2 18 34 612 324 1156
R.3 21 35 735 441 1225
R.4 19 29 551 361 841
R.5 18 28 504 324 784
R.6 17 35 595 289 1225
R.7 19 29 551 361 841
R.8 17 36 612 289 1296
R.9 18 36 648 324 1296
R.10 18 34 612 324 1156
R.11 19 31 589 361 961
R.12 19 32 608 361 1024
R.13 18 36 648 324 1296
R.14 19 26 494 361 676
R.15 21 31 651 441 961
R.16 16 34 544 256 1156
R.17 19 40 760 361 1600
R.18 20 35 700 400 1225
R.19 18 35 630 324 1225
R.20 21 37 777 441 1369
R.21 18 29 522 324 841
R.22 20 35 700 400 1225
R.23 19 36 684 361 1296
R.24 22 29 638 484 841
R.25 21 37 777 441 1369
R.26 18 32 576 324 1024
R.27 18 33 594 324 1089
N = 27 ∑ X i=¿5 ∑ Y =¿8 ∑ X i Y ❑=¿16.8 ∑ X 2=¿9.6 ∑ Y 2=¿29.9

30
08 95 39 14 59
X́ 1 =¿18,81 Y =33,14
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

a. Uji Normalitas Data Faktor Aksesibilitas (X1)

Untuk mengetahui apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi

normal, maka dilakukan pengujian data normalitas dengan menggunakan uji

lilliefors. Pengujian data normalitas yang dilakukan dengan langkah-langka

sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesisi

H0 = Populasi x berdistibusi normal


Ha = Populasi x tidak berdistribusi normal

Langkah ke 2 : tarif signifikan

α : 0,05 pada tabel Lilliefors untuk n = 27, Ltabel = 0,1665

Langkah Ke 3 : Kriteria pengujian

Tolak H0 pada n = 27 jika Ltabel> 0,1665


Terima H0 pada n = 27 jika Ltabel ≤ 0,1665

Langkah ke 4 : Perhitungan

31
Tabel 4.15
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Faktor Aksesibilitas (X1)
No X F Z F(z) S(z) F(zi)-S(zi) F(zi)-
Ku S(zi)
m
1 16 1 3.188335224 0.999284527 0.346998139 0.0652286388 0.065
2 17 3 4.188335224 0.99998595 0.455831783 0.0544154167 0.054
3 17 3 4.188335224 0.99998595 0.455831783 0.0544154167 0.054
4 17 3 4.188335224 0.99998595 0.455831783 0.0544154167 0.054
5 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
6 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
7 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
8 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
9 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
10 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
11 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
12 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
13 18 9 5.188335224 0.999999894 0.564665426 0.0435334468 0.043
14 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
15 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
16 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
17 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
18 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
19 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
20 19 7 6.188335224 1 0.67349907 0.032650093 0.032
21 20 2 7.188335224 1 0.782332713 0.0217667287 0.021
22 20 2 7.188335224 1 0.782332713 0.0217667287 0.021
23 21 4 8.188335224 1 0.891166357 0.108833643 0.108
24 21 4 8.188335224 1 0.891166357 0.108833643 0.108
25 21 4 8.188335224 1 0.891166357 0.108833643 0.108
26 21 4 8.188335224 1 0.891166357 0.108833643 0.108
27 22 1 9.188335224 1 1 0 0
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Langkah ke 5 : menyimpulkan hasil perhitungan

Berdasarkan hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji-

lilliefors diperoleh Lhitung yaitu 0,108. Berdasarkan tabel uji lillierfors pada α =

0,05 maka diperoleh Ltabel yaitu 0,1665. Jadi dalam pengujian ini didapat Lhitung <

Ltabel yaitu 0,108 < 0,1665. Sesuai kriteria pengujian jika L hitung < Ltabel maka Ha

32
ditolak dan H0 di terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Regresi Linier Sederhana dan Uji-t Data Faktor Aksesibilitas

(X1) dan Anak Putus Sekolah (Y)

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel faktor

aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y) dengan uji regresi linier sederhana

dan uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesis pengujian

H0 : β = 0; tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor

aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y).

Ha : β ≠ 0; ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor aksesibilitas

(X1) dan anak putus sekolah (Y).

Langkah ke 2 : menentukan kreteria pengujian

Terima H0 jika t hitung ≤ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Tolak H0 jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Langkah ke 3 : memasukkan besaran statistik ke dalam rumus

Dari faktor aksesbilitas (X1) terhadap anak putus sekoah (Y), maka

selanjutnya menghitung persamaan regresi linear sederhana, koefisien korelasi (r)

dan uji signifikan. Untuk mengetahui pengaruh faktor aksesibilitas (X 1) dan anak

putus (Y) sekolah yang dianalisis pada tabel 4.14, maka penyelesaianya sebagai

berikut :

a=¿ ¿

( 895 )( 9.614 )− (508 )( 16.839 )


a=
( 27 )( 9.614 )−¿ ¿

33
50.318
a= =33,2351387054=33,24
1.514

b=n ∑ X i Y i−¿ ¿ ¿

( 27 ) (16.839 )−( 508 ) ( 895 )


b=
( 27 ) ( 9.614 )−¿ ¿

300
b= =0,19815059445=0,20
1.514

Sehingga model persamaan regresi linier sederhannya adalah : Y=33,24 +

0,20 X. Untuk mengukur kekuatan hubungan variabel X1 dan Y yaitu antara faktor

aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y), maka dilakukan analisis korelasi

yang hasilnya dinyatakan oleh suatu bilangan yang dikenal dengan koefisien

korelasi, maka persamaan koefisien korelasi (r) dapat dihitung dengan rumus :

r =n ∑ X i Y i – ( ∑ X i ) ¿ ¿ ¿

27. ( 16.839 )−( 508 ) ( 895 )


r=
√¿¿ ¿

454.663−454.363
r=
√ ( 259.578−258.064 ) ( 808.893−801.025 )

300 300
r= =
√ 1.541 x 7.814 √ 11.830 .396

300
r= =0,8722121918=0,87
3.439,53

Jadi, terdapat hubungan yang kuat pada nilai korelasi yang positif sebesar

0,87 atau 87% antara faktor aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y), maka

anak putus sekolah memang sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas. Untuk menguji

34
signifikan atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t

sebagai berikut :

r 2=0,872

¿ 0,7569

0,87 √ 27−2 0,87 √ 25


Ujit= =
√ 1−0 , 7569 0,8775
0,87(5) 4,35
¿ = =8,82352941176=8,823
0,493 0,493

Langkah ke 4 : menyimpulkan hasil perhitungan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung

yaitu 8,82. Berdasarkan tabel distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 = 25 maka

diperoleh ttabel yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 8,823

> 2,052. Sesuai kriteria pengujian jika t hitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha di

terima.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan

signifikan antara faktor aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y).

35
2) Data Faktor Lokasi (X2) Terhadap Anak Putus Sekolah (Y)

Tabel 4.16
Data Faktor Lokasi (X2) Terhadap Anak Putus Sekoah (Y)
No. Res X2 Y X2Y X 22 Y2
R.1 17 31 527 289 961
R.2 17 34 578 289 1156
R.3 22 35 770 484 1225
R.4 16 29 464 256 841
R.5 15 28 420 225 784
R.6 15 35 525 225 1225
R.7 16 29 464 256 841
R.8 17 36 612 289 1296
R.9 17 36 612 289 1296
R.10 15 34 510 225 1156
R.11 19 31 589 361 961
R.12 15 32 480 225 1024
R.13 17 36 612 289 1296
R.14 18 26 468 324 676
R.15 19 31 589 361 961
R.16 17 34 578 289 1156
R.17 16 40 640 256 1600
R.18 18 35 630 324 1225
R.19 17 35 595 289 1225
R.20 13 37 481 169 1369
R.21 15 29 435 225 841
R.22 20 35 700 400 1225
R.23 19 36 684 361 1296
R.24 17 29 493 289 841
R.25 16 37 592 256 1369
R.26 16 32 512 256 1024
R.27 16 33 528 256 1089
N = 27 ∑ X 2=¿4 ∑ Y =¿8 ∑ X 2 Y ❑=¿15.0 ∑ X 2=¿7.7 ∑ Y 2=¿29.9
55 95 88 57 59

X́ 2 =¿16,8 Y =33,14
5
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

36
a. Uji Normalitas Data Faktor Lokasi (X2)

Untuk mengetahui apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi

normal, maka dilakukan pengujian data normalitas dengan menggunakan uji

lilliefors. Pengujian data normalitas yang dilakukan dengan langkah-langka

sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesisi

H0 = Populasi x berdistibusi normal


Ha = Populasi x tidak berdistribusi normal

Langkah ke 2 : tarif signifikan

α : 0,05 pada tabel Lilliefors untuk n = 27, Ltabel = 0,1665

Langkah Ke 3 : Kriteria pengujian

Tolak H0 pada n = 27 jika Ltabel> 0,1665


Terima H0 pada n = 27 jika Ltabel ≤ 0,1665

Langkah ke 4 : Perhitungan

37
Tabel 4.17
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Faktor Lokasi (X2)
No x Peringkat Z F(z) S(z) F(zi)-S(zi) F(zi)-
S(zi)
1 13 1 3.912434467 0.999954315 1 -4.568520005 0.045
2 15 5 5.912434467 0.999999998 5 -4.000000002 0.040
3 15 5 5.912434467 0.999999998 5 -4.000000002 0.040
4 15 5 5.912434467 0.999999998 5 -4.000000002 0.040
5 15 5 5.912434467 0.999999998 5 -4.000000002 0.040
6 15 5 5.912434467 0.999999998 5 -4.000000002 0.040
7 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
8 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
9 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
10 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
11 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
12 16 6 6.912434467 1 6 -5 0.050
13 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
14 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
15 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
16 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
17 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
18 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
19 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
20 17 8 7.912434467 1 8 -7 0.070
21 18 2 8.912434467 1 2 -1 0.010
22 18 2 8.912434467 1 2 -1 0.010
23 19 3 9.912434467 1 3 -2 0.020
24 19 3 9.912434467 1 3 -2 0.020
25 19 3 9.912434467 1 3 -2 0.020
26 20 1 10.91243447 1 1 0 0
27 22 1 12.91243447 1 1 0 0
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Langkah ke 4 : menyimpulkan hasil perhitungan

Berdasarkan hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji-

lilliefors diperoleh Lhitung yaitu 0,070. Berdasarkan tabel uji lillierfors pada ɑ =

0,05 maka diperoleh Ltabel yaitu 0,1665. Jadi dalam pengujian ini didapat Lhitung <

Ltabel yaitu 0,070 < 0,1665. Sesuai kriteria pengujian jika L hitung < Ltabel maka Ha

38
ditolak dan H0 di terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Regresi Linier Sederhana dan Uji-t Data Faktor Lokasi (X2)

dan Anak Putus Sekolah (Y)

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel faktor

lokasi (X2) dan anak putus sekolah (Y) dengan uji regresi linier sederhana dan uji-

t dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesis pengujian

H0 : β = 0; tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor lokasi

(X2) dan anak putus sekolah (Y)

Ha : β ≠ 0; ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor lokasi (X 2) dan

anak putus sekolah (Y).

Langkah ke 2 : menentukan kreteria pengujian

Terima H0 jika t hitung ≤ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Tolak H0 jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Langkah ke 3 : memasukkan besaran statistik ke dalam rumus

Dari data faktor lokasi (X2) terhadap anak putus sekoah (Y), maka

selanjutnya menghitung persamaan regresi linear sederhana, koefisien korelasi (r)

dan uji signifikan. Untuk mengetahui pengaruh faktor lokasi (X 2) dan anak putus

sekolah (Y) yang dianalisis pada tabel 4.16, maka penyelesaianya sebagai

berikut :

a=¿ ¿

39
( 895 )( 7.757 )−( 455 )( 15.088 )
a=
(27 )( 7.757 )−¿ ¿

77.475
a= =32, 094034797=32,094
2.414

b=n ∑ X i Y i−¿ ¿ ¿

( 27 ) (15.088 )−( 455 )( 895 )


b=
( 27 ) (7.757 )−¿ ¿

151
b= =0,06255178128=0,062
2.141

Sehingga model persamaan regresi linier sederhananya adalah : Y= 32,094

+ 0,062. Untuk mengukur kekuatan hubungan variabel X2 dan Y yaitu antara

faktor lokasi (X2) dan anak putus sekolah (Y) dapat dihitung korelasinya dengan

dilakukan analisis korelasi yang hasilnya dinyatakan oleh suatu bilangan yang

dikenal dengan koefisien korelasi, maka persamaan koefisien korelasi (r) dapat

dihitung dengan rumus :

r =n ∑ X i Y i – ( ∑ X i ) ¿ ¿ ¿

27. ( 15.088 )−( 455 ) ( 895 )


r=
√¿ ¿ ¿

407.376−407.225
r=
√ ( 209.439−207.025 )( 808.893−801.025 )

151 151
r= =
√ 2.414 x 7.868 √ 18.993 .352

151
r= =0,3464783868=0,35
4.358,1362

40
Jadi, terdapat hubungan yang kuat pada korelasi yang positif sebesar 0,35

atau 35% antara faktor lokasi (X2) dan anak putus sekolah (Y), maka anak putus

sekolah memang sangat dipengaruhi oleh lokasi. Untuk menguji signifikan atau

tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t sebagai berikut :.

r 2=0,352

¿ 0,1225

0,35 √ 27−2 0,35 √25


Ujit= =
√ 1−0 , 1225 0,8775
0,35(5) 1,75
¿ = =4,72972972973=4,729
0,937 0,937

Langkah ke 4 : Menyimpulkan hasil pengujian

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung

yaitu 4,729. Berdasarkan tabel distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 = 25 maka

diperoleh ttabel yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 4,729

> 2,052. Sesuai kriteria pengujian jika t hitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha di

terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif

signifikan antara faktor lokasi dan anak putus sekolah.

41
3) Data Faktor Sosial Ekonomi (X3) Terhadap Anak Putus Sekolah
(Y)

Tabel 4.18
Data Sosial Ekonomi (X3) Terhadap Anak Putus Sekoah (Y)
No. Res X3 Y X 3Y X32 Y2
R.1 18 31 558 324 961
R.2 25 34 850 625 1156
R.3 28 35 980 784 1225
R.4 27 29 783 729 841
R.5 28 28 784 784 784
R.6 23 35 805 529 1225
R.7 26 29 754 676 841
R.8 27 36 972 729 1296
R.9 28 36 1008 784 1296
R.10 28 34 952 784 1156
R.11 23 31 713 529 961
R.12 23 32 736 529 1024
R.13 24 36 864 576 1296
R.14 21 26 546 441 676
R.15 22 31 682 484 961
R.16 22 34 748 484 1156
R.17 23 40 920 529 1600
R.18 27 35 945 729 1225
R.19 26 35 910 676 1225
R.20 26 37 962 676 1369
R.21 24 29 696 576 841
R.22 23 35 805 529 1225
R.23 28 36 1008 784 1296
R.24 28 29 812 784 841
R.25 24 37 888 576 1369
R.26 28 32 896 784 1024
R.27 18 33 594 324 1089
N = 27 ∑ X 3=¿6 ∑ Y =¿8 ∑ X 3 Y =¿22. ∑ X 2=¿16.7 ∑ Y 2=¿29.9
68 95 171 58 59

X́ 3 =¿24,7 Y =33,14
4
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

a. Uji Normalitas Data Faktor Sosial Ekonomi (X3)

42
Untuk mengetahui apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi

normal, maka dilakukan pengujian data normalitas dengan menggunakan uji

lilliefors. Pengujian data normalitas yang dilakukan dengan langkah-langka

sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesisi

H0 = Populasi x berdistibusi normal


Ha = Populasi x tidak berdistribusi normal

Langkah ke 2 : tarif signifikan

α : 0,05 pada tabel Lilliefors untuk n = 27, Ltabel = 0,1665

Langkah Ke 3 : Kriteria pengujian

Tolak H0 pada n = 27 jika Ltabel> 0,1665


Terima H0 pada n = 27 jika Ltabel ≤ 0,1665

Langkah ke 4 : Perhitungan

43
Tabel 4.19
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Faktor Sosial Ekonomi (X3)
No X Peringkat Z F(z) S(z) F(zi)-S(zi) F(zi)-
S(zi)
1 18 2 9.703032819 0.977249868 0.285714286 0.0691535582 0.069
2 18 2 9.703032819 0.977249868 0.285714286 0.0691535582 0.069
3 21 1 12.70303282 0.841344746 0.142857143 0.0698487603 0.069
4 22 2 13.70303282 0.977249868 0.285714286 0.0691535582 0.069
5 22 2 13.70303282 0.977249868 0.285714286 0.0691535582 0.069
6 23 5 14.70303282 0.999999713 0.714285714 0.0285713999 0.028
7 23 5 14.70303282 0.999999713 0.714285714 0.0285713999 0.028
8 23 5 14.70303282 0.999999713 0.714285714 0.0285713999 0.028
9 23 5 14.70303282 0.999999713 0.714285714 0.0285713999 0.028
10 23 5 14.70303282 0.999999713 0.714285714 0.0285713999 0.028
11 24 3 15.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
12 24 3 15.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
13 24 3 15.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
14 25 1 16.70303282 0.841344746 0.142857143 0.0698487603 0.069
15 26 3 17.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
16 26 3 17.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
17 26 3 17.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
18 27 3 18.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
19 27 3 18.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
20 27 3 18.70303282 0.998650102 0.428571429 0.0570078673 0.057
21 28 7 19.70303282 1 1 0 0
22 28 7 19.70303282 1 1 0 0
23 28 7 19.70303282 1 1 0 0
24 28 7 19.70303282 1 1 0 0
25 28 7 19.70303282 1 1 0 0
26 28 7 19.70303282 1 1 0 0
27 28 7 19.70303282 1 1 0 0
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Langkah ke 5 : menyimpulkan hasil pengujian

Berdasarkan hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji-

lilliefors diperoleh Lhitung yaitu 0,069. Berdasarkan tabel uji lillierfors pada α =

44
0,05 maka diperoleh Ltabel yaitu 0,1665. Jadi dalam pengujian ini didapat Lhitung <

Ltabel yaitu 0,069 < 0,1665. Sesuai kriteria pengujian jika L hitung < Ltabel maka Ha

ditolak dan H0 di terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Regresi Linier Sederhana dan Uji-t Data Faktor Sosial

Ekonomi (X3) dan Anak Putus Sekolah (Y)

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel faktor

sosial ekonomi (X3) dan anak putus sekolah (Y) dengan uji regresi linier

sederhana dan uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah ke 1 : menentukan hipotesis pengujian

H0 : β = 0; tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor sosial

ekonomi (X3) dan anak putus sekolah (Y).

Ha : β = 0; ada pengaruh yang positif dan signifikan antara faktor sosial ekonomi

(X3) dan anak putus sekolah (Y).

Langkah ke 2 : menentukan kreteria pengujian

Terima H0 jika t hitung ≤ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Tolak H0 jika t hitung ≥ t tabel (α = 0,05; dk = n – 2)

Langkah ke 3 : memasukkan besaran statistik ke dalam rumus

Dari data faktor sosial ekonomi (X3) terhadap anak putus sekoah (Y),

maka selanjutnya menghitung persamaan regresi linear sederhana, koefisien

korelasi (r) dan uji signifikan. Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi

45
(X3) dan anak putus sekolah (Y) yang dianalisis pada tabel 4.18 maka

penyelesaianya sebagai berikut :

a=¿ ¿

( 895 )( 16.758 )−( 668 ) ( 22.171 )


a=
( 27 )( 16.758 )−¿ ¿

118.182
a= =18,933354694=18,933
6.242

b=n ∑ X i Y i−¿ ¿ ¿

( 27 ) (22.171 ) −( 668 ) ( 895 )


b=
( 27 )( 16.758 ) −¿ ¿

757
b= =0,1212752323=0,121
6.242

Sehingga model persamaan regresi linier sederhanya adalah Y= 18,993 +

0,121. Untuk mengukur kekuatan hubungan variabel (X3) dan (Y) yaitu antara

faktor sosial ekonomi (X3) dan anak putus sekolah (Y) dapat dihitung korelasinya

dengan dilakukan analisis korelasi yang hasilnya dinyatakan oleh suatu bilangan

yang dikenal dengan koefisien korelasi, maka persamaan koefisien korelasi (r)

dapat dihitung dengan rumus :

r =n ∑ X i Y i – ( ∑ X i ) ¿ ¿ ¿

27. ( 22.171 )−( 668 ) ( 895 )


r=
√¿¿ ¿

598.617−597.860
r=
√ ( 452.466−446.224 ) ( 808.893−801.025 )

757 757
r= =
√ ( 6.242 ) (7.868) √49.112 .056

46
757
r= =0,10801942181=0,11
7.007,999

Jadi, terdapat hubungan yang kuat pada nilai korelasi yang positif sebesar

0,11 atau 11% antara faktor sosial ekonomi (X 3) dan anak putus sekolah (Y),

maka anak putus sekolah sangat dipengaruhi oleh sosial ekonomi. Untuk menguji

signifikan atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t

sebagai berikut :

r 2=0,112

¿ 1,2121

0,11 √ 27−2 0,11 √25


Uji t= =
√ 1−0 , 121 0,876
0,11(5) 5,5
¿ = =5,8886509636=5,889
0,934 0,934

Langkah ke 4 : Menyimpulkan hasil penelitian

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung

yaitu 5,889. Berdasarkan tabel distribusi t pada ɑ = 0,05; dk = n-2 = 25, maka

diperoleh ttabel yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 5,889

> 2,052. Sesuai kriteria pengujian jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha di

terima.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara faktor sosial ekonomi (X3) dan anak putus sekolah (Y).

a. Menghitung Regresi dan Korelasi antara Faktor Geografis (X) dan

Anak Putus Sekolah (Y)

1) Penyajian Data

47
Sebelum dimasukkan ke dalam rumus maka terlebih dahulu dibuat tabel

hasil perhitungan antara variabel X (pengaruh faktor geografis) yang terdiri dari

faktor aksesibilitas (X1), lokasi (X2) dan sosial ekonomi (X3) dan variabel Y (anak

putus sekolah) dengan menggunakan program Microsoft Excel. Ringkasan data

hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.20 dan 4.21 sebagai berikut :

Tabel 4.20
Data Hasil Pengukuran Faktor Geografis (X) Dan Anak Putus Sekolah (Y)
No. Res Faktor Geografis (X) Anak Putus Sekolah
(Y)
AK ( x 1) LK( x 2) SE( x 3)
R.1 17 17 18 31
R.2 18 17 25 34
R.3 21 22 28 35
R.4 19 16 27 29
R.5 18 15 28 28
R.6 17 15 23 35
R.7 19 16 26 29
R.8 17 17 27 36
R.9 18 17 28 36
R.10 18 15 28 34
R.11 19 19 23 31
R.12 19 15 23 32
R.13 18 17 24 36
R.14 19 18 21 26
R.15 21 19 22 31
R.16 16 17 22 34
R.17 19 16 23 40
R.18 20 18 27 35
R.19 18 17 26 35
R.20 21 13 26 37
R.21 18 15 24 29
R.22 20 20 23 35
R.23 19 19 28 36
R.24 22 17 28 29
R.25 21 16 24 37
R.26 18 16 28 32
R.27 18 16 18 33
N 27 27 27 27
Jumlah 503 455 668 895
X́ 18,63 16,85 24,74 32,37
s( SD) 1,471476 1,854386 2,981902 3,34783
s2(variance) 2,165242 3,438746 8,891738 11,207977

48
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Tabel 4.21
Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Dan Korelasi
No. Res X i Yi Xi Y i X 2i Y 2i
R.1 52 31 1612 2704 961
R.2 59 34 2006 3481 1156
R.3 67 35 2345 4489 1225
R.4 62 29 1798 3844 841
R.5 61 28 1708 3721 784
R.6 55 35 1925 3025 1225
R.7 61 29 1769 3721 841
R.8 61 36 2196 3721 1296
R.9 63 36 2268 3969 1296
R.10 61 34 2074 3721 1156
R.11 61 31 1891 3721 961
R.12 57 32 1824 3249 1024
R.13 59 36 2124 3481 1296
R.14 58 26 1508 3364 676
R.15 62 31 1922 3844 961
R.16 55 34 1870 3025 1156
R.17 58 40 2320 3364 1600
R.18 65 35 2275 4225 1225
R.19 61 35 2135 3721 1225
R.20 60 37 2220 3600 1369
R.21 57 29 1653 3249 841
R.22 63 35 2205 3969 1225
R.23 66 36 2376 4356 1296
R24 67 29 1943 4489 841
R.25 61 37 2257 3721 1369
R.26 62 32 1984 3844 1024
R.27 52 33 1716 2704 1089

∑❑ ∑ X i=¿1.6 ∑ Y i=¿8 ∑ X i Y I =¿53.92 ∑ X 2i =¿98.32 ∑ Y 2i =¿29.9


26 95 4 2 59
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

2) Menghitung Harga a dan b

49
Dari Tabel Penolong Untuk Menghitung Persamaan Regresi Dan Korelasi

diatas maka selanjutnya menghitung koefisien a dan b dengan rumus sebagai

berikut :

a=¿ ¿

b=n ∑ X i Y i−¿ ¿ ¿

Untuk mengetahui data faktor-faktor geografis (X) dan anak putus sekolah

(Y) yang dianalisis pada tabel 4.21 maka penyelesaianya sebagai berikut :

Penyelesaian hitung nilai dari (a)

( 895 )( 98.322 )−( 1.626 ) ( 53.924 )


a=
(27 )( 98.322 )−¿ ¿

317.766
a= =29,3738214088=29,37
10.818

Penyelesaian hitung nilai dari (b)

( 27 ) (53.924 )−( 1.626 ) ( 895 )


b=
( 27 ) ( 98.322 )−¿ ¿

678
b= =0,0626733222=0,062
10.818

Hari hasil penghitungan koefisien a dan b maka nilai dari a adalah 29,37

dan b adalah 0,062

3) Menyusun Persamaan Regresi

Untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan menggunakan uji regresi

linier sederhana dengan tujuan untuk mengetahui persamaan, hubungan, dan

pengaruh faktor-faktor geografis (X) terhadap anak putus sekolah (Y) pada

50
jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut : Ý =a+bX

Setelah koefisien a dan b ditentukan, maka persamaan regresi linear

sederhana dapat disusun. Persamaan regresi linier sederhana faktor-faktor

geografis (X) dan anak putus sekolah (Y) adalah sebagai beriukut :
~
Y =29,37+ 0,062 X

Persamaan regresi linier sederhan yang telah ditemukan tersebut dapat

digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai daam variabel

depeden akan terjadi bila niai dalam variabel independen ditetapkan. Pada faktor-

faktor geografis = 80, maka nilai untuk anak putus sekolah adalah :
~
Y =29,37+(0,062).(80)
¿ 29,37+ 4,96
¿ 34,33

4) Garis Regresi

Garis regresi dapat digambarkan berdasarkan persamaan yang telah


~
ditemukan, yaitu Y =29,37+ 0,062 X .

Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

51
5) Pengujian Korelasi/Hubungan Antara Dua Variabel

Antara faktor-faktor geografis (X) dan anak putus sekolah (Y) dapat

dihitung korelasinya. Korelasi dapat dihitung dengan rumus :

r =n ∑ X i Y i – ( ∑ X i ) ¿ ¿ ¿

Koefisen – koefisien yang ditemukan dalam tabel 4.21 dapat dimasukkan

dalam rumus diatas, sehingga penyelesaiannya sebagai berikut :

27. ( 53.924 ) −( 1.626 )( 895 )


r=
√¿ ¿ ¿

1.455 .948−1.455.270
r=
√ ( 2.654 .694−2.643 .874 ) ( 808.893−801.025 )

678 678
r= =
√ 10.818 x 7.868 √ 85.116.024

497
r= =0,7348928308=0,73
9.225,835

Koefisien r tabel untuk taraf kesalahan 5% dengan n = 27 diperoleh 0,381

dan untuk 1% = 0,487. Karena koefisen r hitung lebih besar dari r tabel baik untuk

kesalahan 5% maupun 1% (0,73 > 0,487 > 0,381), maka dapat disimpulkan

terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,73 antara faktor-faktor

geografis (X) dan anak putus sekolah (Y). Koefisien determinasinya r 2 = 0,732 =

0,5329 hal ini berarti nilai rata-rata untuk anak putus sekolah 53,29 % ditentukan

oleh faktor geografis dan sisanya 46,71 % ditentukan oleh faktor lain. Jadi, anak

putus sekolah pada jenjang SMP/MTs di Desa Punan Bengalun Kecamatan

52
Malinau Barat memang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis. Untuk

menguji signifikan atau tidak maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

uji-t sebagai berikut :

r 2=0,732

¿ 0,5329

0,73 √ 27−2 0,73 √ 25


Ujit= =
√ 1−0 , 5329 0,4671
0,73(5) 3,65
¿ = =5,34407027818=5,344
0,683 0,683

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung

yaitu 5,344. Berdasarkan tabel distribusi t pada ɑ = 0,05; dk = n-2 = 25 maka

diperoleh ttabel yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 5,344

> 2,052. Sesuai kriteria pengujian jika ttabel > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor geografis (X) dan anak putus

sekolah (Y) pada jenjang SMP/MTs.

3. Analisa Geografi

a. Aksesibilitas

Setelah mengetahui faktor-faktor geografis yang mempenaruhi anak putus

sekolah pada jenjang SMP yang dianalisis mengunakan regresi inear sederhana

dan uji-t maka seanjutnya, perlu menganalisis jaringan jalan disetiap wilayah desa

yang tersebar di Kecamatan Malinau Barat untuk mengetahui tingkat aksesibilitas

suatu daerah dengan daerah lain maka dapat dihitung dengan rumus indeks alpha

dengan ditemukan indeks alpha dari setiap desa yang tesebar wilayah di

53
Kecamatan Malinau Barat dan untuk menghitung jaringan jalan dan titik tempat

mengunakan data SHP jaringan jalan yang di olah menggunakan software

Quantum GIS 2.14.5 berikut penyajian data untuk menghitung jaringan jalan dan

titik tempat di wilayah Kecamatan Malinau Barat :

Tabel : 4.22
Perhitungan Nilai Indek Alpha
N Desa Ruas jalan Titik Sub Graf Indek Alpha
o (m) Simpul (s)
(t) ( m−t +S
2 t−S
x 100 )

1 Punan bengalun 2 4 2 0
2 Sesua 49 43 7 15,18
3 Sempayang 23 24 3 4,44
4 Kuala Lapang 100 85 8 14,19
5 Tanjung Lapang 96 73 14 28,03
6 Taras 48 39 3 16,00
7 Long Kanipe 31 33 2 0
8 Sentaban 7 9 2 0
9 Long Bila 4 6 2 0
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Dari hasil penghitungan jaringan jalan di wilayah Kecamatan Malinau

Barat dapat dilsimpulkan bahwa semakin banyak jaringan jalan (Mata-rantai)

pada suatu wilayah (Sub Graf) maka semakin tinggi juga tingkat aksesbilitas

(Nilai Alpha) dan semakin sedikit jaringan jalan (Mata-rantai) pada wilayah (Sub

Garf) maka tingkat aksesbilitasnya (Nilai Alpha) rendah. Dengan hasil dari

penghitungan indek alpha maka kita dapat membandingkan antara suatu sistem

jaringan jalan dengan sistem jaringan jalan yang lain dengan melihat nilai indeks

alpha yang paling tertinggi terdapat pada Desa Tanjung Lapang yaitu dengan nilai

28,03 berarti tingkat aksesibilitasnya atau jaringan jalannya tinggi sedangkan

paling rendah ada terdapat 4 desa yaitu Desa Punan Bengaun, Long Kanipe,

Sentaban, Long Bila dengan nilai indeks alphanya yaitu 0 maka dapat di

54
identifikasikan bahwa wilayah desa punan bengalun memiliki jaringan jalann

yang rendah.

Tabel 4.23
Hasil Perhitungan Jarak Menggunakan QGIS 3.10
No Jarak Desa Punan Bengalun menuju SMP/MTs terdekat
1 Desa Punan Bengalun SMPN 02 Malinau Barat
10.741 Kilometer
Sumber : Hasil analisis penulis 2020

Berdasarkan hasil mengukur jarak antara desa Punan Bengalun menuju ke

SMP?MTs di desa Sesua memiliki jarak 10.741 Kilometer dengan menggunakan

jalur jalan utama karna jaringan jalan pada aksesibilitas desa Punan Bengalun

hanya satu jalur bulum ada jalur akses lainnya menuju ke sekolah maupun ke kota

kecamatan, kota kabupaten karena lokasi desa tersebut di hulu Kecamatan

Malinau Barat yang belum bisa dibuka akses-akses lainnya.

b. Sebaran Lokasi SMP/MTs

Desa Punan Bengalun, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau,

Provensi Kalimantan Utara menjadi salah satu tempat penelitian, dengan mulainya

observasi lapangan di Desa Punan Bengalun maka dapat diindentifikasi bahwa

ada beberapa masalah utama yaitu pada pengembangan dan perencanaan wilayah

yang kurang diperhatikan dalam pembangunan akses jalan, jaringan lampu, dan

jaringan telepon untuk mempermudah intraksi antar wilayah dalam aktivitas

sosial,ekonomi,pendidikan dan sebagainya, selain itu masalah anak menempuh

pendidikan yang menjadi salah satu sorotan dalam penelitian ini ialah anak putus

sekolah karena anak-anak memiih sekolah SMP/MTs yang tidak bisa dijangkau

untuk bisa menempuh pendidikan dibangku SMP/MTs hal itu yang membuat

mereka berhenti sekolah bukan karna lokasi SMP/MTs yang tidak bisa dijangkau

55
biaya transportasi untuk menuju ke sekolah juga membuat kendala mereka untuk

menunjang pendidikan.

Setelah mengetahui hasil tingkat pada aksesibilitas maka seanjutnya

menganalisis pola sebaran SMP/MTs di Kecamatan Malinau Barat dengan analisis

tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) yang diungkapkan ke dalam Skala

R ( R Scale ) yang dapat dihitung dengan rumus yaitu sebagai berikut : R=2¿ ¿

Untuk mendapatkan nilai pada analisis tetangga terdekat, maka kita

menggunkan Google Earth. Setelah menadapatkan nilai kuantitatif dari (panjang

peta, panjang tanah, dan arah) dari semua pengukuran jarak setiap tarik lurus

titik lokasi SMP pada tampilan penggaris maka perlu dicatat nilai kuantitatif

panjang peta dari setiap yang diukur pada titik satu dengan titik yang lain berikut

tabel hasil dari pengukuran jarak SMP yang tersebar di Kecamatan Malinau Barat.

Tabel 4.24
Lokasi sekolah pada jenjang SMP/MTs di Kecamatan Malinau Barat
No Nama Sekolah Alamat Sekolah Titik Koordinat
Lintang Bujur
1 SMP Negeri 2 JL.Aki Asar RT. IV 3°28'27.52" LU 116°39'16.41"BT
Malinau Barat NO. 21 Sesua
2 SMP Negeri 3 JL. Cipta Utama RT. 3°32'5.72"LU 116°37'2.91"BT
Malinau Barat VI
3 SMP Negeri 1 JL. Batu Narit RT. 1 3°31'46.86"LU 116°34'59.55"BT
Malinau Barat
4 SMP Negeri 4 Desa Sentaban RT. 3°27'24.41"LU 116°29'49.99"BT
Malinau Barat 002
Sumber : Hasil analisis penulis 2020.

Tabel 4.25
Jarak anatara SMP/MTs yang ada di Kecamatan Mainau Barat

56
No Titik satu dengan titik yang lain Jarak anatara satu titik
dengan titik yang lain
1 Titk (1) SMPN 2 Malinau Barat ke Titik (2) 7,80 Km
SMPN 3 Negeri Malinau Barat
2 Titik (2) SMPN 3 Malinau Barat ke Titik (3) 3,87 Km
SMPN 1 Malinau Barat
3 Titik (3) SMPN 1 Malinau Barat ke titik (4) 11,20 Km
SMPN 4 Malinau Barat
Sumber : Hasil analisis penulis tahun 2020.

Tabel 4.26
Perhitungan Jarak tiap titik terhadap tetangga terdekat
No Jarak tiap titik terhadap tetangga terdekat
1 1-2 7,80 Km
2 2-1 7,80 Km
3 2-3 3,87 Km
4 3-2 3,87 Km
5 3-4 11,20 Km
6 4-3 11,20 Km
∑❑ 45, 74Km
Sumber : Hasil Analisis Penulis Tahun 2020

Penyelesaian :

R=¿ ¿
( 2 √ 0,005 ) 45,74 ( 2 ×0,070 ) 45,74
R= =
4 4
0,14 × 45,74 6,40
R= = =1,60
4 4
R=1,60

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai R yaitu

parameter tetangga terdekat untuk wilayah Kecamatan Malinau Barat yaitu 1,60

dengan memperhatitakn nilai metriks tetangga terdekat pada gambar 3.1 hlm 35.

Maka dari itu dapat diambil simpulan bahwa pola penyebaran lokasi SMP/MTs di

Kecamatan Malinau Barat adalah tidak merata (random pattern).

D. Pembahasan Hasil Penelitian

57
Penelitian ini pada dasarnya untuk mengetahui faktor-faktor geografis

yang merupakan (faktor aksesbilitas/keterjangkauan, faktor lokasi, dan faktor

sosial ekonomi) terhadap anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs di Desa

Punan Bengalun Kecamatan Malinau Barat. Berdasarkan hasil pengujian data

faktor aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y) dengan menggunakan uji-t

diperoleh thitung yaitu 8,82. Berdasarkan tabel distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 =

25, maka diperoleh ttabel yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel

yaitu 8,823 > 2,052. Sesuai kriteria pengujian jika ttabel > ttabel maka H0 ditolak dan

Ha di terima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

positif dan signifikan antara faktor aksesibilitas (X1) dan anak putus sekolah (Y).

Berdasarkan hasil pengujian data faktor lokasi (X2) dan anak putus sekolah

dengan (Y) menggunakan uji-t diperoleh thitung yaitu 4,729. Berdasarkan tabel

distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 = 25, maka diperoleh t tabel yaitu 2,052. Jadi

dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 4,729 > 2,052. Sesuai kriteria

pengujian jika ttabel > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha di terima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif signifikan antara faktor lokasi

(X2) dan anak putus sekolah (Y)

Hasil Pengelolahan pengujian data faktor sosial ekonomi (X3) dan anak

putus sekolah (Y) dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung yaitu 5,889.

Berdasarkan tabel distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 = 25, maka diperoleh t tabel

yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 5,889 > 2,052.

Sesuai kriteria pengujian jika ttabel > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha di terima. Dengan

58
demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor

sosial ekonomi (X3) dan anak putus sekolah (Y).

Berdasarkan hasil pengujian data faktor-faktor geografis (X) dan anak

putus sekolah (Y) dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung yaitu 5,344.

Berdasarkan tabel distribusi t pada α = 0,05; dk = n-2 = 25, maka diperoleh t tabel

yaitu 2,052. Jadi dalam pengujian ini didapat thitung > ttabel yaitu 5,344 > 2,052.

Sesuai kriteria pengujian jika ttabel > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor geografis (X) dan anak putus

sekolah (Y) pada jenjang SMP/MTs.

Seperti telah kita ketahui, bahwa gejala, fakta dan kenyataan geografi pada

hakekatnya adalah merupakan kenyataan nilai kuantitatif. Berdasarkan hasil

analisa geografi pada penelitisn ini terdapat ada 5 desa yang cukup tinggi tingkat

aksesibilitas atau tingkat suatu jaringan jalan dan 4 desa memiliko tingkat

aksesibilitas atau tingkat jaringan jalan yaitu Desa Punan Bengalun, Long Kanipe,

Sentaban, Long Bila dengan nilai indeks alpha 0, maka dapat diindentifikasi

bahwa Desa Punan Bengalun memiliki tingkat aksesbilitas atau tingkat jaringan

jalan yang rendah. Dari hasil pengamatan lapangan bahwa lokasi Desa Punan

Bengalun memiliki satu untuk menuju kesekolah yang terdekat dan tidak memiliki

jalan lain menuju ke sekolah lainnya karena desa ini belum dibuka jaringan jalan

baru.

Dari analisis perhitungan jarak lokasi Desa Punan Bengalun dan

SMP/MTs yang terdekaat menggunakan QGIS 2.14.5 yang memiliki jarak 10.741

Kilometer dengan menggunakan jalur jalan utama karna jaringan jalan pada

59
jaringan jalan Desa Punan Bengalun hanya satu jalur bulum ada jalur akses

lainnya menuju ke sekolah maupun ke Kota Kecamatan, Kota Kabupaten karena

lokasi desa tersebut di hulu Kecamatan Malinau Barat yang belum bisa dibuka

akses-akses lainnya.

Berdasarkan hasil perhitungan tetangga terdekat untuk mengetahui sebaran

sekolah SMP/MTs di wilayah Kecamatan Malinau Barat dapat diketahui bahwa

nilai R yaitu parameter tetangga terdekat untuk wilayah Kecamatan Malinau Barat

yaitu 1,60 dengan memperhatitakn nilai metriks tetangga terdekat pada gambar

3.1 hlm 35, maka dari itu dapat diambil simpulan bahwa pola penyebaran lokasi

SMP/MTs di Kecamatan Malinau Barat adalah tidak merata (random pattern).

Oleh karena itu pada pembahasan hasil penelitian ini menunjukan pola

penyebaran lokasi SMP/MTs tidak merata dengan 4 lokasi SMP/MTs yaitu SMPN

1 Malinau Barat, SMPN 2 Malinau Barat, SMPN 3 Malinau Barat, dan SMPN 4

Malinau Barat dengan luas daerah 767,12 Km2 dengan penyebaran sekolah yang

tidak merata maka anak-anak yang ingin bersekolah ke sekolah lainnya tidak bisa

terpenuhi karena jarak yang tidak bisa dijangkau dan hanya bisa sekolah di SMPN

2 Malinau Barat yang dekat dengan tempuh jarak 10.741.

Berdasarkan hasil analisis data dokumntasi, maka dapat diketahui bawa

pendidikan masyarakat di Desa Punan Bengalun jumlah presentase yang paling

tinggi yaitu masyarakat yang belum/tidak sekolah dengan presentase 74,44 %,

yang masyarakat tidak tamat sekolah memiliki tingkat presentase 19,63 %, tingkat

presentase jenjang SD 3,33 %, dan sisa presentase 2,60 % itu masyarakat yang

memiliki jenjang pendidikan SMP/MTs dan mata pencarian penduduk desa punan

60
bengalun tidak bervariasi, dimana jumlah yang paling besar adalah bermata

pencarian petani dengan tingkat presentase 69,76 %, dan 11,63 % itu mata

pencarian sebagai buruh, sedangkan yang paling rendah presentase yaitu 1,75 %,

dan sisa 16, 87 % itu mata pencarian lainnya.

61
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan analisis data yang

dilakukan pada bab sebelumnya mengenai analisis faktor-faktor geografis yang

mempengaruhi anak putus sekolah pada jenjang SMP/MTs di Desa Punan

Bengalun Kecamatan Malinau Barat maka dapat dikemukakan beberapa simpulan

yaitu :

1. Faktor aksesibilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

anak putus sekolah, sesuai dengan uji-t signifikan diperoleh thitung > ttabel

yaitu 8,823 > 2,052, sesuai kriteria pengujian jika t tabel > ttabel maka H0

ditolak dan Ha di terima.

2. Faktor lokasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap anak

putus sekolah, sesuai dengan uji-t signifikan yang diperoleh thitung >

ttabel yaitu 4,729 > 2,052, sesuai kriteria pengujian jika ttabel > ttabel maka

H0 ditolak dan Ha di terima.

3. Faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

anak putus sekolah, sesuai dengan uji-t signifikan diperoleh thitung > ttabel

yaitu 5,889 > 2,052, sesuai kriteria pengujian jika t tabel > ttabel maka H0

ditolak dan Ha di terima.

4. Faktor-faktor geografis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

anak putus sekolah, sesuai dengan uji-t signifikan diperoleh thitung > ttabel

62
yaitu 5,344 > 2,052, sesuai kriteria pengujian jika t tabel > ttabel maka H0

ditolak dan Ha di terima.

5. Berdasarkan hasil nilai aksesibilitas Desa Punan Mengalun memiliki

nilai indeks alpha : 0 dan jarak lokasi Desa Punan Bengalun ke SMP

berjarak 10.741 Km.

6. Berdasarkan hasil perhitungan tetangga terdekat untuk mengetahui

sebaran sekolah SMP/MTs di wilayah Kecamatan Malinau Barat dapat

diketahui bahwa nilai R yaitu parameter tetangga terdekat untuk

wilayah Kecamatan Malinau Barat yaitu 1,60 yaitu pola

penyebarannya tidak merata (random patter)

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat

diberikan yaitu :

1. Dari pihak pemerintah daerah setempat diharapkan supaya lebih

memerhatikan dan mendukung pendidikan dasar wajib 9 tahun yaitu

SD dan SMP/MTs di daerah pedalaman Desa Punan Bengalun maupun

desa lainnya dengan memberi bantuan berupa bus sekolah supaya ada

pemerataan sarana pendidikan dan anak-anak diwilayah pedalaman

bisa menjangkau sekolah sekolah yang tidak bisa mereka jangkau

dikarenakan tidak ada alat trasportasi maupun beasiswa tidak mampu

kepada siswa yang status ekonominya rendah.

63
2. Pemerintah setempat juga harus memperhatikan kondisi fisik jaringan

jalan terlebih khusus jalan yang ada Desa Punan Bengalun yang belum

di aspal, lampu jalan, dan juga menambahkan ruas-rusa jalan

3. Untuk peneliti selanjutnya yang serupa dengan penelitian ini sebaiknya

memberi tambahan variabel yang saling berpengaruh antara faktor

geografis dan anak putus sekolah.

64
65

Anda mungkin juga menyukai