OLEH
Richard H. Runturambi
16 601 047
2021
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...........................................................................................6
1.3. Batasan Masalah.................................................................................................6
1.4. Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.5. Tujuan penelitian................................................................................................7
1.6. Manfaat penelitian..............................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................8
2.1 Pengertian banjir................................................................................................8
2.2. Kerentanan Banjir............................................................................................10
2.3. Sistem Informasi Geografis..............................................................................16
2.4. Penelitian Terdahulu.............................................................................................24
2.5 Kerangka Pemikiran.........................................................................................27
BAB III............................................................................................................................28
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................28
3.1 Metode Penelitian.............................................................................................28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................28
3.3 Variabel Penelitian...........................................................................................29
3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................30
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................................31
BAB IV............................................................................................................................36
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................36
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian..............................................................36
4.1.1. Letak Wilayah..............................................................................................36
4.1.2. Bentuk DAS Tondano Timur........................................................................38
4.1.3. Peta Geologi Kecamatan Tondano Timur.....................................................40
4.1.4. Topografi Kecamatan Tondano Timur.........................................................42
4.2. Hasil dan Pembahasan Penelitian.....................................................................44
4.2.1. Iklim Kecamatan Tondano Timur.................................................................44
4.2.2. Curah Hujan.................................................................................................45
4.2.3. Bentuk Lahan...............................................................................................48
4.2.4. Kemirigan Lereng.........................................................................................50
4.2.5. Jenis Tanah...................................................................................................53
4.2.6. Penggunaan Lahan (Land Caver).................................................................55
4.2.7. Satuan Unit Lahan........................................................................................58
4.2.8. Kerentanan Banjir.........................................................................................61
BAB V.............................................................................................................................30
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................30
5.1. Kesimpulan......................................................................................................30
5.2. Saran................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................32
2
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar dan sebagainya. Kondisi
morfologi Indonesia yaitu relief bentang alam yang sangat bervariasi dan
Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan
dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Faktor kondisi alam tersebut diperparah
banjir secara tidak langsung. Bencana alam di Indonesia terus meningkat dari
tahun ke tahun, dan banjir terjadi setiap tahun di seluruh negeri. Tren peningkatan
banjir di Indonesia tidak hanya meluas, tetapi juga meningkatkan kerugian. Dulu,
banjir hanya melanda kota-kota besar di Indonesia, terutama yang ada di pulau
Jawa, namun kini bencana tersebut telah melanda dan menyebar ke seluruh
Bumi saat ini dalam keadaan tidak seimbang, terlihat dari terjadinya
yang disebabkan oleh faktor alam maupun ulah manusia tidak dapat dihindarkan.
Dalam PP RI Tahun 2011 tentang Sungai, Banjir adalah peristiwa meluapnya air
1
sungai melebihi palung sungai. Banjir karena luapan sungai tidak dapat diprediksi
sementara banjir karena rob walau tidak pasti namun dapat diprediksi waktu
kapan mulai rob dan lama waktu rob. Pengetahuan tentang wilayah yang memiliki
dengan segala daya upaya memanfaatkan alam. Penggunaan sumber daya alam
yang tidak wajar atau eksploitasi berlebihan dapat menyebabkan kerusakan dan
sering terjadi. Asdak (1995) menyatakan banjir adalah aliran/genangan air yang
Fenomena banjir dapat terjadi kapanpun dan dimana saja, untuk dapat
maka perlu diketahui faktor penyebabnya, yaitu faktor hujan, faktor hancurnya
alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan
2013), menyatakan bahwa faktor penyebab banjir adalah adanya interaksi antara
faktor penyebab yang bersifat alamiah (kondisi dan peristiwa alam) serta campur
Seyhan (1977) bencana alam banjir yang terjadi juga ditentukan oleh aspek
2
mampu membentuk badai atau hujan maksimum.
Ketiga aspek tersebut secara garis besar dapat digunakan sebagai dasar
penentuan apakah wilayah DAS ataupun bagian DAS (hulu, tengah, hilir)
termasuk kritis berat ataupun potensial kritis. Dengan kata lain, apakah wilayah
DAS ataupun bagian DAS sudah termasuk klasifikasi rawan atau sangat rawan
banjir. Sebelum terjadi bencana banjir di wilayah DAS perlu diketahui terlebih
dahulu di wilayah DAS atau di bagian DAS mana yang rawan/sangat rawan banjir
atau kritis/sangat kritis, dengan demikian ada waktu untuk mengantisipasi ataupun
bermuara di teluk Manado, memiliki panjang 39.9 Km dan luas DAS sebesar
544.13 Km2 . Sungai ini tidak luput dari masalah banjir yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi stabilitas keamanan dan kelayakan hidup dari suatu populasi yang
sebagai sumber air untuk PDAM, PLTA dan juga kebutuhan air untuk masyarakat
3
sekitar. Namun sungai tersebut berpotensi banjir. Pada tahun 1996, 2000, 2005
dan awal 2013 di sungai ini terjadi banjir sehingga mengakibatkan kerugian yang
cukup besar.
ibukota Kabupaten Minahasa, yaitu Kota Tondano yang terletak di antara 1.20
sampai 1.27 lintang utara dan antara 124.52 bujur timur. Kecamatan Tondano
timur merupakan daerah yang rentan terhadap banjir, dengan adanya banjir
sungai serta wilayah persawahan, yang kemudian hal ini tentunya berdampak juga
datar, curah hujan 151-200 mm/ tahun, aktivitas manusia untuk memenuhi
pohonuntuk perluasan lahan perkebunan, selain itu adanya alih fungsi lahan
pertanian menjadi non pertanian, antara lain lahan sawah dialihfungsikan menjadi
4
Gambar 1.1. Penumpukan Sampah, Sumber: manadopost.id diakses
18/07/2020
hancurnya keseimbangan lingkungan DAS. Akibat ilegal loging dan alih fungsi
lahan pertanian sawah ke non pertanian maka, ketika terjadi hujan, infiltrasi
terhambat sehingga terjadinya aliran permukaan atau run-off, karena kondisi curah
hujan yang tinggi, kemudian direspon secara cepat menjadi debit puncak banjir
berpotensi terjadinya banjir. Jika kondisi tersebut terus terjadi tanpa ada upaya
Risiko dan dampak bencana akibat banjir yang sering terjadi di Kecamatan
Tondano Timur, dapat dikurangi atau diminimalkan dengan upaya mitigasi yang
dimulai dengan menganalisis dan memetakan daerah yang rentan dan pola sebaran
dilaksanakan.
5
terhadap penelitian ini yaitu “Analisis Kerawanan Banjir Di Kecamatan Tondano
3. Alih fungsi lahan pertanian (Sawah) menjadi lahan non pertanian (Bangunan-
sebagai berikut:
wilayah kecamatan tondano timur di akibatkan karena faktor alami atau curah
menghindari terjadinya dampak bencana banjir yang lebih luas, maka upaya
6
banjir, seperti pengelolaan daerah rawan banjir, harus memperhatikan aspek
sebagai berikut:
kerentanan banjir dan peta pola sebarannya di daerah penelitian, oleh karena itu
penelitian
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
sungai sebagai akibat meluapnya air sungai yang tidak mampu ditampung oleh
sungai. Selain itu, banjir adalah interaksi antara manusia dengan alam dan sistem
alam itu sendiri. Bencana banjir ini merupakan aspek interaksi manusia dengan
alam yang timbul dari proses dimana manusia mencoba menggunakan alam yang
bermanfaat dan mengindari alam yang merugikan manusia Suwardi 1999 (dalam
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi dan kondisi topografi berupa dataran hingga cekungan. Selain, itu
terjadinya banjir juga dapat disebabkan oleh limpasan permukaan (runoff) yang
meluap dan volumenya melebihi kapasitas pegaliran dan sistem drainase atau
sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga di sebabkan oleh kemampuan
infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air.
Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan diatas
Banjir dapat berupa genangan pada lahan yang biasanya kering seperti
pada lahan pertanian, pemukiman, pusat kota. Banjir dapat juga terjadi karena
debi/volume air yang mengalir pada suatu sungai atau saluran drainase melebihi
atau diatas kapasitas pengalirannya. Luapan air biasanya tidak menjadi masalah
8
bila tidak menimbulkan kerugian, korban meninggal atau luka-luka, tidak
meredam pemukiman dalam waktu yang lama, tidak menimbulkan persoalan lain
bagi kehidupan sehari-hari. Bila genangan air terjadi cukup tinggi, dalam waktu
yang lama maka hal tersebut dapat menggangu kegiatan manusia. Dalam sepuluh
tahun terakhir ini, luas area dan frekuensi banjir semakin bertambah dan kerugian
sebagai banjir yang terjadi dalam jangka waktu enam jam dari permulaan curah
gumpalan awan, badai guruh yang dahsyat, siklon tropis atau lewatnya cuaca
dingin. Tipe banjir ini memerlukan peringatan setempat yang cepat dan resiko
memang harus dikurangi. Banjir bandang biasanya sebagai akibat dari larinya
tanah bagian atas karena hujan yang lebat, khususnya jika lereng tangkapan bisa
menyerap dan menahan sebagian besar air itu. Penyebab-penyebab lain banjir
kondisi tanahnya terjal, larinya tanah permukaan dalam jumlah besar, air mengalir
adalah :
lokasi dengan topografi dasar dan kemiringan rendah, seperti pada kota-kota
9
pantai. Hal ini menyebabkan kota-kota pantai memiliki potensi/peluang
yang kurang memadai, baik saluran utama maupun saluran yang lebih kecil.
2. Areal terbangun yang luas biasanya pada kawasan perkotaan dengan tingkat
bangunan fisik yang tinggi sehingga bidang perseapan tanah semakin kecil.
menentukan suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi
akan dapat menimbulkan bencana (disaster). Banjir menjadi bencana jika terjadi
pada daerah yang rentan. Kerentanan banjir merupakan suatu kondisi yang
yang berbeda akan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda pula. Ada daerah
yang sangat rentan terhadap banjir dan ada pula yang tidak rentan terhadap banjir.
pendekatan bentuk lahan, iklim, hidrologi dan curah hujan. Dengan demikian,
tingkat kerentanan banjir pada suatu wilayah dapat diketahui secara tidak
bentuk lahan yang ada. Bagan peristiwa bencana banjir dapat dilihat pada model
10
Gambar 2.1Bagan Peristiwa Bencana Banjir
(Surplus Rainfall)
yang tinggi. Apabila peningkatan curah hujan tidak di imbangi dengan infiltrasi
dan air larian yang baik maka air akan melebihi kapasitas, sehingga
mengakibatkan limpasan. Dalam daur hidrologi masukan berupa curah hujan akan
di distribusikan kedalam beberapa cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang
(steamfall), dan air hujan langsung ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi
menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi. Aliran batang dan air lolos erat
kaitannya dengan penggunaan lahan sedangkan air larian dan air infiltrasi
11
tersebut tidak dikelola dengan baik. Menurut BNPB (2011:3), kerentanan adalah
suatu kondisi yang ditentukan oleh faktor – faktor atau proses – proses fisik,
kerentanan 18 adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang
bencana. Sementara secara spesifik dalam konteks bencana banjir, menurut Baru,
konsekuensi yang terjadi akibat banjir. Tingkat kerentanan adalah suatu hal
penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila bahaya terjadi pada
dalam penataan ruang dan kebutuhan struktur ruang penduduk suatu wilayah
pemukiman diperoleh dengan membagi mereka atas area terbangun atau luas
desa dan dibagi berdasarkan wilayah (dalam ha) dan dikalikan dengan harga
(2014: 180), variabel jarak dari sungai, kondisi topografi dan kepadatan
12
kerentanan banjir. Kondisi topografi merupakan variabel kerentanan yang
rawan banjir adalah daerah dengan topografi yang relatif datar dan daerah yang
memiliki tata ruang yang tidak baik. Daerah – daerah tersebut banyak
mempengaruhi debit air hujan yang turun di suatu tempat. Menurut Arfina,
Paharuddin dan Sakka, (2014: 151), semakin tinggi curah hujan maka skornya
semakin tinggi. Penyebab utama banjir adalah hujan deras yang turun di DAS.
curah hujan rendah. Hal ini disebabkan curah hujan tinggi lebih banyak
daya serap air hujan ke tanah. Sehingga, kondisi topografi, jarak dari sungai,
curah hujan dan penggunaan lahan juga merupakan indicator kerentanan fisik
13
wilayah yang rentan terhadap bencana banjir menyebabkan sulitnya pemulihan
pasca bencana.
3. Kerentanan Sosial Menurut Arief et al (2013: 7), Kerentanan ini dipilih karena
jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio orang cacat dan rasio kelompok umur.
Berdasarkan Perka No.2 Tahun 2012, indeks kerentanan sosial diperoleh dari
terdiri dari rasio jenis kelamin (10%), rasio kemiskinan (10%), rasio orang
4. Pemetaan Kerentanan Banjir Menurut Perka No.2 Tahun 2012, peta kerentanan
adalah peta petunjuk zonasi tingkat kerentanan satu jenis ancaman bencana
pada suatu daerah pada waktu tertentu. Menurut BNPB (2011), peta kerentanan
adalah peta yang memuat informasi mengenai tingkat kerentanan terhadap satu
jenis ancaman bahaya pada suatu daerah pada waktu tertentu. Pemetaan banjir
tentang distribusi banjir ke dalam bentuk peta agar persebaran datanya dapat
langsung diketahui dengan mudah dan cepat. Pemetaan banjir ini dibuat
14
diadakan pengskoran terhadap seberapa besar pengaruhnya terhadap
kerentanan banjir dan pemberian bobot pada daerah-daerah yang dekat dengan
setelah masing-masing data sudah diskor dan diberi bobot. Hasil dari overlay
1. Infiltrasi Tanah Infiltrasi tanah adalah perjalanan air kedalam tanah sebagai
beberapa proses yang saling berhubungan yaitu proses masuknya air hujan
kedalam tanah dan proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain yang
vegetasi (Asdak, 2004). Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam
oleh tanah serta merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan
tidak mudah diubah oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat
lain. Besarnya laju infiltrasi tanah pada lahan tak bervegetasi tidak akan
15
genangan atau banjir menjadi besar, sedangkan semakin curam kemiringan
sehingga air hujan yang jatuh akan langsung dialirkan dan tidak
penutup menentukan nilai koefisien air larian (C) yang merupakan penentu
dilakukan untuk mengambarkan situasi ruang muka bumi atau informasi tentang
ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau menyelesaikan
suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang bersangkutan.
dan penyajian data-data/fakta yang ada atau terdapat pada ruang muka bumi
tertentu. Data/fakta yang ada atau terdapat pada ruang muka bumi tersebut, sering
disebut sebagai Informasi geografis atau Informasi spasial. Jadi SIG adalah
16
menyelesaikan suatu masalah yang ada pada ruang muka bumi tertentu. SIG
a) Sisitem
b) Informasi
volume terbesar. Setiap objek geografi memiliki seting data tersendiri karena
tidak sepenuhnya data yang ada dapat terwakili dalam peta. Jadi, semua data
harus diasosiasikan dengan objek spasial yang dapat memuat peta menjadi
dengan hanya mengklik mouse pada objek. Perluh diingat bahwa semua
c) Geografis
atau ‘spasial’. Setiap objek mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu
space. Objek bisa berupa fisik, budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan
Simbol warna dan garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berada
17
Semua fiture pada bumi direpresentasikan hanya oleh tiga identitas yakni
- Layer data GIS menggunkan salah satu dari dua model data yang berbeda
pada grid. Semua sel pada grid memiliki ukuran bentuk yang sama
kontinyu.
titik awalan titik akhir yang digunakan untuk mendefinisikan suatu titik,
skrit yang tinggi, seperti jalan, bagunan, batas daerah dan danau. GIS
efektif.
berabad-abad disajikan dalam bentuk peta. Peta yang mulai dibuat dari kulit
hewan, sampai peta yang dibuat dari kertas, semuanya menyajikan data geografis
sebuah peta, tidak lain adalah data atau informasi tentang permukaan bumi.
ekonomi suatu masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peta memuat
atau mengandung data yang mengacu bumi (geo-referenced data). Yang diacu
18
tidak lain adalah posisinya yaitu sistem koordinat 8 bumi, baik yang
pengertian SIG. Demikian pula dengan definisinya, hingga saat ini belum ada
kesepakatan mengenai definisi SIG yang baku (Prahasta, 2001). Definisi SIG
selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Berikut ini adalah salah satu
definisi SIG : SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan
dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk
empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi : (a)
masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis
manusia terbatas pada ruang yang berada di dekat atau di permukaan bumi.
Mengetahui di mana suatu hal terjadi adalah kepentingan yang mendesak, apabila
kita hendak berangkat ke suatu lokasi atau menugaskan seseorang kesana, untuk
seseorang yang tinggal dekat tempat tersebut. Oleh karenanya, lokasi geografis
19
bukan hanya kejadian, aktivitas dan sesuatu, tetapi juga di mana kejadian,
aktivitas dan sesuatu tersebut terjadi atau berada (Longley, 2005 dalam Zevri
2014). Terdapat sejumlah kelebihan yang dibawa oleh teknologi SIG bagi
yang lebih baik. Tujuan dari studi DAS diantaranya adalah pembagian DAS,
identifikasi pembagian drainase dan jaringan alur sungai, karakterisasi lereng dan
hadapan, konfigurasi daerah tangkapan air dan perilaku aliran air yang
foto udara. Metode tradisional tersebut menjadi pokok terjadinya kesalahan akibat
operasi manual dan terbukti membutuhkan waktu yang lama (Lyon, 2003: dalam
Zevri 2014).
3. Data Spasial
sebagai suatu data yang mempunyai referensi spasial. Sebuah referensi spasial
adalah sebuah penunjuk bagi semacam lokasi, baik itu dalam bentuk langsung
yang ditunjukkan sebagai sebuah koordinat, sebuah alamat atau kedudukan relatif
terhadap lokasi lain. Suatu lokasi dapat (1) berdiri sendiri atau (2) menjadi bagian
dari sebuah objek keruangan, dimana dalam kasus ini lokasi menjadi definisi
pembatas bagi objek tersebut. Atribut yang diasosiasikan dengan suatu data
geografis harus valid bagi seluruh koordinat yang menjadi bagian dari objek
1. Data Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel/grid) adalah data yang dihasilkan
20
dipresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture
element). Pada data raster, resolusi (defenisi visual) tergantung pada ukuran
sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra.
Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel,
tanah, vegetasi, suhu tanah, dan sebagainya. Keterbatasan utama data raster
adalah besarnya ukuran file, semakin tinggi resolusi girdnya semakin besar
pula ukuran file dan sangat bergantung pada kapasitas perangkat keras yang
tersedia.
ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang
berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik
perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data
garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan
- Peta Analog, yaitu peta dalam bentuk cetak (diantaranya peta topografi,
peta tanah, dan sebagainya). Pada umumnya peta analog dibuat dengan
21
teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti
koordinat, skala, arah mata angin, dan sebagainya. Dalam tahapan SIG
sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital
dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses
bumi.
- Data Penginderaan Jauh, merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG
4. Overlay
Overlay adalah inti dari operasi SIG yang seolah mendefinisikan SIG.
Apabila sebuah perangkat lunak dapat melakukan proses overlay, maka dapat
22
dipastikan bahwa aplikasi tersebut adalah sebuah aplikasi SIG dan bukan hanya
aplikasi Computer Aided Design (CAD) atau kartografi saja (Albrecht, 2007,
kesamaan
lokasi.
Dengan kata lain, pada suatu lokasi tertentu, suatu data yang terdapat
dalam sebuah kelas fitur dan data yang terdapat dalam kelas fitur lain
digabungkan menjadi sebuah set data hasil dan membentuk geometri yang
23
2.4. Penelitian Terdahulu
24
penelitian ini berupa pemberian skoring, oleh perkebunan dan juga ladang, dimana
pembobotan, atribut dan keruangan. penggunaaan lahan perkebunan dan ladang
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
mencegah bencana banjir. Kecamatan yang
memiliki luas kelas kerawanan bencana banjir
sangat rawan yang paling tinggi adalah Kecamatan
Muncar dengan luas 2747.42 Ha yang merupakan
hilir dari DAS Komis Kabupaten Banyuwangi ini.
3 Dwiardy Evander Penelitian ini bertujuan Metode yang digunakan dalam penelitian ini Kota Manado merupakan salah satu kota di
Huren Untulangi untuk: 1) menganalisis tingkat adalah gabungan Indonesia yang sering mengalami bencana
Abast1, Ingerid L. kerentanan terhadap banjir bandang metode kualitatif dan kuantitatif. banjir, seperti banjir bandang yang terjadi pada
Moniaga,ST.,MT, di Wasior berdasarkan faktor-faktor Pengumpulan data dilakukan dengan tanggal 15 Januari 2014. Banjir bandang yang
& Ir. Pierre H. sosial pengamatan, wawancara dan dokumentasi. terjadi
Gosal, MEDS3, ekonomi, setelah kejadian banjir Data di Sembilan kecamatan dari 11 kecamatan Kota
/2020 bandang di tahun 2010, 2) dianalisis dengan cara: 1) mengidentifikasi Manado pada tahun 2014, telah menyebabkan
Tingkat menganalisis tingkat kerentanan indikator-indikator sosial ekonomi masyarakat kerusakan baik fisik bangunan maupun lingkungan
Kerentanan terhadap banjir bandang dan kelembagaan di sekitar alam. Banjir setinggi 4 sampai 5 meter telah
Terhadap di Wasior berdasarkan faktor-faktor Daerah Aliran Sungai (DAS), 2) memberikan menyebabkan berbagai kerusakan aset publik,
Bahaya Banjir kelembagaan. skor pembobotan terhadap kriteria sosial swasta, dan masyarakat terendam air sehingga tidak
Di Kelurahan ekonomi dan kriteria bisa berfungsi bahkan sebagian hilang dibawa
Ranotana kelembagaan, dari yang paling rentan hingga hanyut banjir. Wilayah kelurahan Ranotana yang
paling tidak rentan, 3) menilai tingkat mengalami bencana banjir sebagian besar yaitu
kerentanan masyarakat dan kawasan pemukiman yang bermuara kearah sungai
kelembagaan di lokasi penelitian terhadap Sario. Hal ini terjad
dampak banjir bandang berdasar perhitungan
skor pembobotan indikatorindikator sosial
ekonomi dan kelembagaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
sistem
informasi geografis (SIG) dengan metode
tumpang susun (overlay) terhadap parameter-
parameter
banjir diantaranya, penggunaan lahan,
kemiringan lereng, dan kontur.
25
4 Zamia Rizka untuk mengukur tingkat bahaya dan Metode analisis yang digunakan untuk Variabel untuk menukur bahaya adalah
Fadhilah/ 2015 kerentanan di Sub Daerah Aliran mengukur tingkat bahaya dan kerentanan di karakteristik banjir lokal dengan parameter tinggi
Analisis Tingkat Sungai (DAS) Cipinang Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipinang genangan, lama genangan, dan frekuensi genangan
Bahaya Dan pada penelitian ini ialah skoring dan overlay dalam satu tahun kejadian. Sementara itu, variabel
Kerentanan peta berdasarkan Peraturan Kepala BNPB yang digunakan untuk mengukur kerentanan terdiri
Banjir Di Sub Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman dari empat aspek yang meliputi sosial, ekonomi,
Daerah Aliran Umum Pengkajian Risiko Bencana. fisik, dan lingkungan. Setiap variabel memiliki
Sungai Cipinang, parameter yang berbeda dengan total sembilan
Jakarta Timur parameter yang meliputi sifat demografi penduduk,
lahan produktif, rawa-rawa, rumah, dan fasilitas
umum. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
bahaya dan kerentanan banjir di Sub DAS Cipinang
berada pada kelas sedang, artinya bahwa banjir
belum berada pada kategori risiko bencana yang
tinggi.
5 Jorgy Ireng T. Penelitian ini bertujuan untuk Metode peneltian yang digunakan dalam Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai
Moreng / 2019 menentukan tingkat kerentanan pengghitungan tingkat kerentanan banjir dan (DAS) Mede KabupadenHalmahera Utara.
Analisis banjir dan pola sebaran banjir sebaran banjir adalah dengan menggunakan
Kerentanan berdasrkan rumus Aritmatika metode Aritmatika kurang rentan atau sedang hanya sedikit yang
Banjir Di Daerah dengan menggunakan analiasi sitem berada di bagian hulu dan hilir DAS dengan luas
Aliran Sungai informasi geografi (SIG). 318.929238 ha dengan persentase 5,71%. Bagian
(DAS) Mede Penentuan tinggkat kerentanan hulu dan sekitarnya merupakan bagian yang
Kabupaten banjir dan sebaran banjir di memiliki kelas rentan dengan luas yaitu
Halmahera dasarkan atas sering terjadinya 3226.108194 ha dengan persentase 57,79%.
Utara banjir di DAS Mede Sedangkan yang tergolong sangat rawan adalah
bagian hilir dengan luas wilayah 2037.063404 ha
36,49%. Dari hasil yang di peroleh untuk
mengendalikan kejadian banjir yaitu bagaimana
penataan pola penggunaahan lahan.
26
2.5 Kerangka Pemikiran
Pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ini yakni unit lahan yang
diperoleh melalui hasil tumpang susun peta jenis tanah, peta bentuk lahan,
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Geografis (SIG).
Minahasa yang merupakan daerah rentan banjir serta sebaran banjir yang
28
- Waktu Penelitian
AGS
JUL FE MA APRI
N - JANUARI MEI
Kegiatan I B R L
O DES
1 2 3 4
1 Persiapan
Seminar
2
Proposal
3 Perbaikan
Pengambilan
4
Data
Pengolahan
5
Data
6 Konsultasi
7 Skripsi
8 Perbaikan
Komperhensi
9
f
penelitian yaitu: Bentuk Lahan, Jenis Tanah, Lereng, Penggunaan Lahan, Curah
Hujan.
mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan
akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan
29
perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi
(Marzuki2013:http://abangwokincai.blogspot.co.id/2013/12/satuan bentuk
lahan. htmi)
2. Jenis Tanah menentukan cepat lambatnya air meresap kedalam tanah, pada
jenis tanah yang memiliki tekstur halus air yang meresap lebih lambat
dibandingkan pada jenis tanah yang bertekstur kasar. Sehingga ini akan
komersial. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dapat berakibat buruk pada
lingkungan.
5. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan
horizontal. Curah hujan akan dapat menentukan debit air pada sungai,
30
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) macam data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh survey langsung dari lapangan.
Data sekunder adalah data yang bisa didapat dari buku-buku, hasil penelitian,
jurnal, peta ataupun sarana lainnya yang diambil dari instansi-instansi terkait,
Data Yang
No Sumber Data/Peta Keterangan
Diperoleh
1 Peta Curah Hujan BMKG Kabupaten
Skala 1 : 25.000
Kabupaten Minahasa. Minahasa.
2 Peta topografi & Peta Rupa Bumi
Skala 1 : 25.000
RBI (Bakosutarnal) Indonesia
3 Peta Kemiringan Lereng
Bappeda Skala 1 : 25.000
Kabupaten Minahasa.
4 Peta Penutupan Lahan Citra Satelit/Foto
Skala 1 : 25.000
Kabupaten Minahasa Udara
b. Wawancara
meliputi periode ulang, lama genangan, dan kedalaman banjir. Data ini
ini.
c. Observasi
31
Data observasi, data ini berupa data curah hujan dan tinggi muka air 2
tahun yang dari stasiun pengamat. Data-data ini sebagai sumber data
pengamatan.
parameter geografis yang akan digunakan dalam analisis SIG (Suhardiman, 2012
Harkat adalah pemberian harkat atau skor terhadap tiap kelas pada masing-
tinggi nilai skornya (Anas Sudijono, 2007 dalam Kurnia Darmawan 2017).
32
Pemberian Pengharkatan dan pembobotan pada masing-masing parameter
atau variabel bervariasi dan tergantung dari seberapa besar pengaruh parameter-
tersebut terhadap banjir maka nilai bobotnya juga besar, sebaliknya jika
pengaruhnya kecil maka nilai bobotnya juga kecilbisa di lihat pada tabel di bawa
ini.
Notasi
No Lereng (%) Deskripsi Bobot
Harkat
1 <8 Datar 5
2 8 - 15 Landai 4
3 15 – 25 Bergelombang 3
5
4 25 – 40 Curam 2
5 > 40 Sangat curam 1
Sumber : Chow dalam Agus Anggoro Sigit & Kawan Kawan 2011.
data tertinggi dengan dataterendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang
kelas tingkat kerentanan, yaitu sangat rentan, rentan, cukup rentan, agak
rentan dan tidak rentan, seperti dapat dilihatpada tabel 4 berikut ini:
34
No Tingkat Kerentanan Skor
1 Sangat Rentan 43 – 50
2 Rentan >34 – 42
3 Sedang >26 – 34
4 Kurang Rentan >18 -26
5 Tidak Rentan 10 – 18
35
BAB IV
36
Gambar 4.1.1. Peta Lokasi Penelitian Di Kecamatan Tondano Timur Minahasa
37
4.1.2. Bentuk DAS Tondano Timur
Daerah aliran sungai atau bisa disingkat DAS merupakan suatu kawasan
yang dibatasi oleh titik-titk tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang
jatuh, terkumpulnya dalam kawasan DAS tersebut. Bentuk DAS pada objek
analisis spasial yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu : (1). Bentuk bulu burung
dimana memiliki debit banjir yang sekuensial dan berurutan. Memerlukan waktu
yang lebih pendek untuk mencapai meinstream. (2). Bentuk DAS paralel atau
menyebar merupakan bentuk dan kombinasi memiliki debit air yang terakumulasi
dari berbagai arahan sungai dibagian hilir. (3). Bentuk DAS Bentuk ini karena
arah aliran tampaknya berpusat pada suatu titik, jadi itu adalah bentuk radial.
Terkadang gambar menghasilkan bentuk kipas atau lingkaran. Karena modul ini,
dibutuhkan waktu yang hampir lama bagi sungai untuk datang dari semua anak
sungai. Apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS akan
Kecamatan Tondano Timur disajikan dalam tabel bentuk Sub DAS Kecamatan
Tondano Timur dan peta Sub DAS Kecamatan Tondano Timur, yaitu sebagai
berikut :
38
Gambar 4.1.2. Peta Bentuk Sub DAS Kecamatan Tondano Timur
39
4.1.3. Peta Geologi Kecamatan Tondano Timur
Berdasarkan peta tematik Geologi Kabupaten Minahasa skala 1 : 50.000
Gunung Api seluas 1033,5 hektar dengan persentase 40,90% hal ini menunjukan
natuan gunung api yang ada di Kecamatan Tondano Timur cukup besar,
sedangkan Endapan danau dan sungai, dan Tufa Tondano yang luasnya mencapai
1277,6 hektar dengan persentase 50,56% hal ini menunjukan wilayah Kecamatan
Tondano Timur endapan danau dan sungai sangat luas dari batuan gungung api
dan sisanya di liputi batuan Tufa Tondano yang memiliki luas 215,6 hektar
dengan persentase 8,54%. Rincian mengenai geologi yang ada di lokasi penelitian
40
Gambar 4.1.3. Peta Geologi Kecamatan Tondano Timur
41
4.1.4. Topografi Kecamatan Tondano Timur
Kecamatan Tondano timur memiiki topografi yang bervariasi dari dataran
rendah hingga yang sangat tinggi. Dimana kecamatan tondano timur bagian timur
adalah wilayah yang memiliki topografi yang tinggi sedangkan bagian barat
42
Gambar 4.1.4 Peta Topografi Kecamatan Tondano Timur
43
4.2.
berada pada setiap tingkat ketinggian makin ke atas makin sejuk seperti daerah
banyak menerima curah hujan adalah daerah Minahasa. Suhu udara rata-rata
25°C. Suhu udara maksimum rata-rata tercatat 30°C dan suhu udara minimum
44
rata-rata 22,1°C. Kelembaban udara tercatat 73,4%. Kendati demikian suhu atau
Semakin tinggi letaknya, maka semakin rendah pula suhunya, dengan perhitungan
termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan-bulan
November sampai dengan April bertiup angin barat yang membawa hujan di
pantai utara, sedangkan dalam Bulan Mei sampai Oktober terjadi perubahan angin
hujan per hari hujan (mm/hari hujan). Data curah hujan harian di daerah penelitian
45
Februari 26,6 22.1 89 297,7 422,2
Maret 71,5 25,8 68 157,7 164,8
April 79,7 57,6 142 100,1 145,5
Mei 156,4 218,7 288 133,5 176,6
Juni 71,4 206,1 110 275 123
Juli 88 172,4 256 192 182,1
Agustus 280 43,2 145 189 145,2
September 16,9 8,6 480 190 96,7
Oktober 97 12,5 892 234 108
November 83,7 355,8 199 722 89,4
Desember 133 227,9 667 450 291,9
Jumlah 1390,3 1721,6 3471 3029,9 2198,4
11811,2
Rata-Rata 2362,24 mm
Sumber : Stasiun Geofisika Manado / Pos Pengamatan Hujan Tondano.
Tabel 4.2.2. Tabel Hasil Perhitungan Kelas Curah Hujan Tondano Timur
No Curah Hujan Klasifikasi Curah Hujan
1 1390,3 - 1795,3 Rendah
2 1796,3 - 2201,3 Cukup Rendah
3 2202,3 - 2607,3 Sedang
4 2608,3 - 3013,3 Cukup Tinggi
5 3014,3 - 3417,3 Sangat Tinggi
Sumber : Hasil Analisis 2021
rata-rata per hari (mm/hari hujan) selama 1 tahun di lokasi Kecamatan Tondano
46
Timur pada pada tahun 2016-2020 sebesar 11811,2 mm dan akulmulasikan
dengan dirata” jumlah hujan tersebut menjadi 2362,24 mm. Data yang di ambil
dari Pos Hujan Pengamatan Curah Hujan Tondano wilayah Minahasa, dari data
curah hujan rata-rata per hari (mm/hari hujan) diolah menggunakan Softwere
ArcMAP 10.4 dengan metode PoligonThiessen maka dari analisis tersebut dapat
di asumsikan tingkata curah hujan di lokasi penelitian dari peta curah hujan di atas
berkisar antara 2202,3 - 2607,3 atau dapat di klasifikasikan tinggkat curah hujan
“Sedang”. Berikut adalah tabel dan peta hasil analisis data spasial yaitu curah
47
Gambar 4.2.2. Peta Curah Hujan Di Kecamatan Tondano Timur
48
4.2.3.
Bentuk Lahan
Bentuk lahan merupakan suatu unit geomorfologis yang dikategorikan
batuan, dan jenis tanah. Berdasarkan informasi yang didapatkan pada peda
Geomorfologi Minahasa dan didapatkan melalui kajian analisis citra dan DEM
(Digital Elevation Model) yang bersumber dari United States Geological Survey
(USGS) bentuk lahan yang ada di wilayah Kecamatan Tondano Timur adalah 3
49
bentuk lahan yang yaitu Dataran Alluvial, Lembah Alluvial, Perbukitan,
cakupan sebesar 884,3 % atau seluas 1218,1 hektar. Bentuk lahan Dataran
wilayah seluas 884,3 hektar. Bentuk lahan pebukitan dan Pegunungan diwilayah
timur sebesar 16,60 % atau menempati wilayah seluas 418,4 hektar. Untuk
rincian deskrisi diatas dapat ditunjukan pada tabel bentuk lahan dan peta bentuk
50
Gambar 4.2.3. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Minahasa Timur
51
4.2.4.
Kemirigan Lereng
Kemiringan lereng merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan
yang diperoleh dari analisis data DEM (Digital Elevation Model) 30 meter yang
bersumber dari Survei Geologi Amarika Serikat atau bisa disebut United States
52
wilayah Tondano Timur berdasarkan kemiringan lerengnya dapat di klasifikasikan
sebesar 20,22 % dengan luasan wilayah seluas 557 hektar, kemiringan lereng 25 –
40% (curam) memiliki persentase sebesar 12,61 % dengan luasan seluas 347,3
hektar.
lereng > 45% (sangat curam)memiliki presentase 4,24% dengan luasan seluas
116,8 hektar hadengan cakupan wilayah pada bagian hulu dan hilir.
di Kecamatan Tondano Timur disajikan dalam tabel kemiringan lereng dan peta
53
Sumber : Hasil Analisis 2021
54
Gambar 4.2.4. Peta Kemiringan Lereng Tondano Timur
55
4.2.5. Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya
infiltrasi dan perkolasi pada suatu wilayah. Kecamatan Tondano terdiri dari dua
jenis tanah yang terdiri dari tanah Alluvial dan tanah Andosol berdasarkan
klasifikasi tanah menurut USDA Soil Taxonomy (1997-1990), yaitu Etisol dan
Inceptisol. Rincian mengenai analisis jenis tanah yang ada di lokasi penelitian
Kecamatan Tondano Timur disajikan dalam tabel jenis tanah dan peta jenis tanah
56
Gambar 4.2.5. Peta Jenis Tanah Kecamatan Tondano
57
4.2.6. Penggunaan Lahan (Land Caver)
Berdasarkan analisis interpretasi akusisi rekaman citra resolusi tinggi 1
meter Googel Earth Pro pada tahun perekaman yaitu 2020. Dimana analisis
cakupan sebesar 49,50% atau seluas 1226 hektar. Bentuk penggunaan lahan
lahan sebesar 10,47% atau menempati wilayah seluas 259,4 hektar. Bentuk
Tondano Timur sebesar 6,84% atau meliputi wilayah seluas 169,4 hektar. Bentuk
penggunaan lahan sungai atau badan air dengan presentase penggunaan lahan
58
Klasifikasi penggunaan lahan di Kecamatan Tondano Timur secara
59
Gambar 4.2.6. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tondano Timur
60
4.2.7. Satuan Unit Lahan
Satuan unit lahan merupakan peta yang dihasilkan dari tumpang susun
(overlay) dari 4 data shapefile (vektor) yaitu data bentuk lahan, kemiringan
Timur.
nama pada setiap unit lahan dimulai dari Bentuk lahan, Kemiringan lereng, Jenis
tanah, dan Penggunaan Lahan dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini :
61
Tabel 4.2.7. Keterangan Penentuan Satuan Unit Lahan Di Kecamatan
Tondano Timur
No Singkatan Keterangan
1 Ba Badan Air / Sungai
2 Dtr Datar
3 Anl Andosol
4 Pc Perkebunan Campur
5 Da Dataran Alluvial
6 Bg2 Bergelombang
7 Sc Sangat Curam
8 Cm Curam
9 Alv Alluvial
10 Ltp Lahan terbangun / permukiman
11 Lps Lahan pertanian dan sawa
12 Lt Lahan terbuka
13 Hlks Hutan lahan kering sekunder
14 La Lembah Alluvial
15 Ld Landai
16 P2 Perbukitan, Penggungan
Sumber : Hasil Analisis 2021
62
Gamber 4.2.7. Peta Satuan Unit Lahan Kecamatan Tondano Timur
63
4.2.8. Kerentanan Banjir
Penentuan kerentanan banjir dilakukan melalui beberapa langkah,
berdasarkan pada data yang telah diperoleh sebelumnya. Data yang diperoleh
merupakan data yang berbentuk Shapefile. Data-data yang telah diperoleh tersebut
Kecamatan Tondano Timur diantara lain, Bentuk lahan, Kemiringan lereng, Jenis
terhadap terjadinya banjir diberi nilai atau harkat yang besar pula begitu juga
sebaliknya parameter dengan tipe pengaruh yang kecil terhadap terjadinya banjir
sistem tumpangsusun atau bisa disebut dengan metode (overlay) dari parameter-
hasil analisis tumpangsusun (overlay) klasifikasi yang berisi kelas atau tingkat
yaitu: kelas I (Tidak Rentan), kelas II (Kurang Rentan), kelas III (Sedang), kelas
IV (Rentang) dan kelas V (Sangat rentan), Rincian mengenai luas dan persentase
64
rumus Kelas Interval (Ki) dan tabel serta berupa peta tematik di Kecamatan
56−17 39
Penyelesaian Ki ¿ = =8
5 5
Tondano Timur yang banyak terdapat daerah yang termasuk kelas sangat rawan
adalah bagian hilir dengan luas dengan persentase 1148,7 ha dengan persentase
41,78 %. Pada bagian hulu dan sekitarnya merupakan bagian yang memiliki kelas
yang memiliki luas 589,26 ha dengan persentase 21,43 % , Cukup Rentan” yang
memiliki luas 395,3 ha dengan persentase 14,37 %, dan “Tidak Rentan” yang
memiliki luas 147,5 ha dengan persentase 5,36%. Hal ini dikarenakan pada bagian
65
hulu ada beberapa daearh yang kemiringan lerengnya landai dan pada bagian hilir
kemiringan lerengnya datar sehingga pada bagian hulu dan hilir termasuk kelas
66
Gambar 4.2.8. Peta Kerentanan Banjir di Kecamatan Tondano Timur
67
Persebaran kerentanan banjir di Kecamatan Tondano Timur. Dari hasil
analisis peta kerentanan banjir di wilayah Tondano Timur diperoleh tingkat dari
kerentanan banjir Kecamatan Tondano Timur, antara lain: Sangat rentan, rentan,
Sedang, Kurang rentan dan Tidak rentan . Berikutnya akan dibahas mengenaai
yang dominan dan tingkat sangat banjir yang memiliki luas sebesar 114,9 ha
dengan persentase sekitar 41,78 % dari luas wilayah Kecamatan Tondano Timur.
Secara keseluruhan kondisi kerentanan banjir sangat rentan ini terdapat di bagian
hilir Tondano Timur menjadi muara suangai Tondano dan Danau Tondano.
lahan berupa relief yang datar hingga landai, kemiringan lereng yang kecil antara
kemiringan lereng < 8 %, infiltrasi yang buruk. Untuk sebaran spasialnya terdapat
tingkat kelas “Rentan” yang memiliki luas 469,29 ha dengan persentase 17,06 % ,
Rentan” yang memiliki luas 395,3 ha dengan persentase 14,37 %, dan “Tidak
Rentan” yang memiliki luas 147,5 ha dengan persentase 5,36%. Untuk sebaran
spasialnya terdapat terdapat beberapa Kelurahan atau Desa yaitu : bagian hulu
28
Kelurahan Papakelan, Kelurahan Mangkalounsow, bagian hulu Kelurahan
29
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
Timur dibagi menjadi 5 kelas, yaitu: Kelas (I) kerentanan “Sangat Rentan”, Kelas
(II) “Rentan”, Kelas (III) “Sedang”, Kelas (IV) Kurang Rentan” dan Kelas (V)
“Tidak Rentan”. Kelas sangat rentan banjir sangat rentan merupakan kelas yang
dominan dan tingkat sangat banjir yang memiliki luas sebesar 114,9 ha dengan
persentase sekitar 41,78 %, dengan sebaran wilayah ada beberapa Kelurahan atau
memiliki luas 469,29 (Ha) dengan persentase 17,06 % , “Sedang” yang memiliki
luas 589,26 (Ha) dengan persentase 21,43 % , Cukup Rentan” yang memiliki luas
395,3 (Ha) dengan persentase 14,37 %, dan “Tidak Rentan” yang memiliki luas
147,5 (Ha) dengan persentase 5,36%. Untuk sebaran spasialnya terdapat terdapat
Kelurahan Kiniar.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Kerentanan Banjir di Kecamatan
30
1. Bagi masyarakat yang tiggal diwilayah hilir atau muara DAS Tondano
berhati-hati kaerena sesuai peta analisis pada bagian hilir sangat rentan
%.
penanggulangannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Purnama A. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir Di Daerah Aliran Sungai
Cisadane Menggunakan Sisitem Informasi Geografi [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanaian Bogor.
Rehm, H.J and G. Reed.1995. Biotechnology Volume 9 Enzymes, biomass, food
and feed. VCH. New York.
Rosyidie A. 2013. Banjir :Fakta Dan Dampaknya Serta Pengaruh Dari
Perubahan Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilaya dan Kota. Vol.24.
Seyhan, Ersin., 1977. Dasar-dasar Hidrologi.Gadjah Mada Universiy Press.
Yogyakarta.
Utomo W. Y. 2004. Pemetaan Kawasan Berpotensi Banjir di DAS Kaligarang
Semarang dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (skripsi).
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pustaka online:
https://google.com.tatangmanguny.wordpress.com/2015/04/12/metode-
penelitiansekunder-analisisdata-sekunder
http://google.com.www.manadokota.go.id//berita-1347-letak-luas-dan-iklim-
kotamanado-html.
http://google.www.comppids.ft.ugm.ac.id(diakses 15 Oktober 2017
33