Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan UU No 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa adalah
kondisidimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitas. Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan
jiwa.

Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), adalah orang yang mengalami


gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia.
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. Pada tahun 2001 WHO menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang
didunia mengalami gangguan kesehatan jiwa.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur
WHO Wilayah Asia Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk diwilayah ini
pernah mengalami gangguan neuropsikiatri Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan) tahun (2011) mengatakan bahwa jumlah
penderita gangguan kesehatan jiwa dimasyarakat sangat tinggi, yakni satu dari
empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress,
penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia.
Di Era Globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita
tidak hanya dari kalangan kelas bawah,sekarang kalangan pejabat dan masyarakat
lapisan menengah ke atas juga terkena gangguan jiwa(Yosep, 2009).
Menurut (Yosep, 2010).Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana

1
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar.

B. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan menjadi masalah di banyak negara seperti Amerika, Australia,
dan negara maju lainnya. Bentuk kekerasan yang sering terjadi seprti perkelahian,
pemukulan, penyerangan dengan senjata, tawuran, perampokan, pemerkosaan,
penganiayaan, dan pembunuhan (Evans, 2000 & Shalala, 2001 dalam Purba
dkk,2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain (Yosep, 2007).

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan


Ada berapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh
Townsend (1996) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari berupa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi emosi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Sistem limbik terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.
Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif (Goldstein
dikutip dari Townsend, 1996).

b. Biokimia
Goldstein (dikutip dari Townsend, 1996) menyatakan bahwa berbagai
neurotransmitter (efinefrine, noreepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
3
seretonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flightyang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respon terhadap stres.

c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.

d. Gangguan Otak
Sindrome otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus temporal,
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestie yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya.Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapkan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contohperan mereka,
biasanya orangtua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestie atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi
ideal tentang orangtua mereka selama tahap perkembangan awal
namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru
pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orangtua yang
4
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa (Owens & Straus dikutip
dari Townsend, 1996).

3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiologi lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagi cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan, lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

C. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Untuk mendapatkan data perilaku kekerasan, perawat harus melakukan
observasi terhadap tanda dan gejala perilaku klien sebagai berikut (Yusuf, 2015):
1. Emosi yang meliputi: perasaan tidak adekuat, tidak aman, marah (dendam)
dan jengkel.
2. Intelektual antara lain mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat dan
meremehkan
3. Fisik yaitu muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat dan tekanan darah meningkat.
4. Spritual yaitu meliputi: kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan,
tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat.
5. Sosial seperti: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
humor.

D. Proses terjadinya perilaku kekerasan


Marah adalah ungkapan emosi individu terhadap kejadian yang dialami atau
dirasakan dimana dianggap sebagai ancaman sehingga individu mengalami
ketegangan. Marah adalah suatu keadaan emosional, yang merentang dari sifat
mudah tersinggung hingga marah yang hebat (Kaplan & Sadock, 1998).Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
5
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 2001).
Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan
atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini
disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif. Perasaan marah normal bagi tiap
individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat
berfluktasi sepanjang rentang adapfif dan maladptif

Respon Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif AgresifViolence

Gambar 2.1 Rentang respon marah (Ermawati dkk.,2009)


Keterangan:
1. Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
2. Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respons yang terjadi akibat
kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realistis atau adanya hambatan
dalam proses pencapaian.
3. Pasif merupakan respons lanjutan dari frustasi diaman individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan.
4. Agresif adalah perilaku menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol. Perilaku yang
tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, dan kasar disertai
kekerasan.
5. Violence (amuk) adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladptif.

E. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien mendiskusikan faktor resiko yang

6
dihadapi dalam pelayanan kesehatan. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang
perlu dikaji meliputi:
1. Faktor Predisposisi(Yusuf, 2015):
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi.Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas
sebagai berikut.
1) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi
emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan respon seksual.
Selain itu, mengatur system informasi dan memori.
2) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpanan memori dan
melakukan interprestasi pendengaran.
3) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
4) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholin dan
GABA.

d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
tehadap frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection)pada anak-anak atau
7
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan
percaya diri (self esteem) individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak
(child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

a. Sosial kultural
1) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima akan
menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat
(strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan
menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
2) Budaya asertif dimasyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat.

2. Faktor Prespitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut (Yusuf, 2015):
a. Internal
1) Kelemahan
2) Rasa percaya menurun
3) Takut sakit
4) Hilang kontrol
b. Eksternal
1) Penganiayaan fisik
2) Kehilangan orang yang dicintai
3) Kritik

F. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau repon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
8
Dari informasi yang terkumpul di dapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang di hadapi klien. Selanjutnya data dasar itu di gunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang
keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien,
menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam
menentukan langkah-langkah berikutnya.Tipe data terbagi dua, yaitu data
subjektif dan objektif.
Data Subjektif adalah data yang didapkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh
perawat, mencakup persepsi, perasaan , ide klien terhadap status kesehatan
lainnya. Sedangkan data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur,
dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba)
selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah,
berat badan dan tingkat kesadaran (Yusuf Ah, 2015):
1. Data Subjektif
- Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya dan ingin
menyakitinya
- Klien mengatakan tidak aman di ruangannya
- Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak atau menyakiti
orang lain ia merasa puas
- Klien mengatakan tidak nyaman dengan apa yang ia alami, karena
sesaat setelah marah-marah ia menyesal dan menjadi semakin takut
dengan orang yang ingin mendekatinya
2. Data Objektif
- Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang
sendiri
- Ekspresi wajah tegang
- Klien tampak tidak nyaman
- Marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis
- Menyakiti orang lain
- Konsentrasi rendah

9
G. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian.Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau
resiko terjadi masalah.Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat
menyusun strategi keperwatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya
berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter &
Perry, 2006).
Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat dirumuskan pohon
masalah sebagai berikut:
Resiko Perilaku Kekerasan
Definisi : Kondisi dimana klien merasa tidak aman dan nyaman serta klien
memiliki persepsi bahwa setiap rangsangan yang datang merupakan suatu
ancaman.
Perilaku Kekerasan (Effect)

Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Care Problem)

Curiga pada orang lain, khawatir orang lain menyakiti dirinya (Causa)

H. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien
dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan
lainnya, menelaah literature yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat
informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
penatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).

I. PenatalaksanaanMedis

10
1. Terapisomatik
Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapiSomatik
adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaktif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target
terapi adalah perilaku klien

2. Terapikejanglistrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsi therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis
klien. Terapi ini adalah awalnya untuk menagani klien skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah 2-3kali sekali
(dua minggu sekali) beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah
Adam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji
caraklienmarah,mengidentifikasi penyebab kemarahan,bagaimana informasi
diproses, diklarifikasi, dan diintergrasikan.

3. AspekSosial
Meliputiinteraksisosial,budaya,konseprasapercayadanketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan oranglain. Klen sering kali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritiktingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati denganmengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras.Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkandiridari orang lain, menolak mengikuti aturan.

4. AspekSpiritual
Kepercayaan,nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkngan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasatidak
berdosa. Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut :
a) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkanmelaluiobservasiataupemeriksaanlangsungolehperawat
b) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh
kliendankeluarga.Data ini di peroleh melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga. Data yang langsung di dapat oleh perawat disebut
sebagai data sekunder.

J. DiagnosaKeperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah kronik
3. Resiko mencederai (diri sendiri,orang lain, lingkungan)
4. Perubahan Presepsi sensori : halusinasi
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Inefektif proses terapi
8. Koping keluarga inefektif
11
K. PohonMasalah

Resiko menciderai diri sendiri,


oranglain dan lingkungan Affeck

Perilaku kekersan Coreproblem

Gangguankonsepdiri:hargadi
causa
rirendah

Gambar2.2.PohonmasalahPerilakuKekerasa
BAB III

STUDI KASUS DANPEMBAHASAN

13
BAB
IVPENUT
UP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Tn.A dengan masalah

kebutuhan dasar rasa nyaman selama beberapa hari, yaitu pada tanggal 23 sampai

26 Mei 2016.Sebagai langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah dapat ditarik

kesimpulan.

Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (anamnesa)

atau (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan,

pembicaraan, perilaku klien kemudian ditambah dengan menelaah catatan medic

dan catatan keperawatan.

Hasil evaluasi yang didapat penulis maka disimpulkan kebutuhan rasa

nyaman klien telah terpenuhi ditandai dengan klien mau berinteraksi dengan

teman-teman diruangannya, mau mengikuti kegiatan ibadah dan berdoa dan

masalah perilaku kekerasan klien sebagian teratasi.

33
DAFTARPUSTAKA

Akbar,M.2008.HubunganDukunganSosialKeluargaterhadapTingkatKekambuhan
Penderita Skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Karya
TulisIlmiahYogyakarta: UniversitasIslamIndonesia.
Videbeck& Sheila. 2009. Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta:GrahamIlmu.
Dalami,Ermawati.2010.KonsepDasarKeperawatanJiwa.Jakarta:TransInfoMedia.
Damaiyati,M,&Iskandar.2012.Asuhankeperawatajiwa.RetikaADITAMA:bandung

Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th

Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Ermawati, dkk.(2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.

Jakarta: Trans Info Media.

Herdman, H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC.

Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th

Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Mubarak, W.I. (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi

dalam Praktek.Cetakan pertama. Jakarta: EGC.

Potter, P & Perry, A. (2005).Buku Ajar Fundamental


LAMPIRAN

33
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADANPENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIAKESEHATANPOLITEKNIKKESEHATANKEMENKESKUPA
NG
Direktorat:Jln.PietA.TalloLiliba-Kupang,Telp.:(0380)8800256;
Fax(0380)8800256;Email:poltekkeskupang@yahoo.com

PENGKAJIANKEPERAWATANJIWA

Ruangrawat:RuangRawatInapTanggaldirawat:27
Mei2019TanggalPengkajian : 27 Mei 2019

I. IDENTITASKLIEN
NamaInitial : Tn. M.B No.RM : 00 29 11

Umur :33Tahun Status :Belummenikah

JenisKelamin :Laki-laki Pendidikan:

SMAPekerjaan :TidakBekerja

II. ALASANMASUK
a. KeluhanUtamaSaatMRS:
pasienmengatakanmemukulibunyadirumah,melemparrumahmenghancurka
nbarang-barangdalamrumah,mengamukdirumahdanlingkunganrumah.
b. KeluhanUtamaSaatPengkajian:
Pasien mengatakan tidak nyaman karena terkurung di Rumah Sakit,
marahpadaibunyakarenamemarahipacarnyasehingga Pasienmemukul
ibunya.
c. RiwayatPenyakit:
Keluarga mengatakan Pasien marah – marah, bicara sendiri,
melemparrumah, mengurung diri di kamar dan tidak ingin bergaul dengan
orang lainsejak tahun 2001. Pada tanggal 10 April 2019 pasien melempar
rumah,merusakbarang–barangdalamrumahsehinggakeluargamengantar
pasienkerumahsakitdanmendapatkanperawatanmedis.Setalahitupasienmera
samembaikkarenamendapatobatsehinggapasiendipulangkannamunpadatan
ggal20Mei2019pasienmengulangiperbuatannya karena putusobatdan
keluarga mengantarkannya kembalikeRumah Sakit JiwaNaimata –
Kupang.

FAKTORPREDISPOSISI

1. Pernahmengalamigangguan jiwadimasalalu?
Keluargamengatakapasienmengalamigangguanjiwasebelumnyayaitupadat
ahun 2001

Pengobatansebelumnya:

Tidakberhasil:karenapasienputusobatsehinggakambuhdankeluargamengantarkem
bali keRSJ Naimata

2. Traumausiapelaku korbansaksi
□ Aniayafisik : tidak ada
□ Aniayaseksual: tidakada
□ Penolakan:tidakada
□ Kekerasandalamkeluarga:tidakada
□ Tindakankriminal:tidakada
□ Jelaskan :tidak ada
3. Anggotakeluargayang gangguanjiwa?
□ Ada
□ Tidak
Kalauada:tidak ada

Hubungankeluarga: baik

4. Pengalamanmasalaluyang tidakmenyenangkan:
Pasienmengatakantidaksukamelihatteman-
temannyaberkelahidiwaktumasihsekolah

I. PEMERIKSAANFISIK
1.TTV:TD : 120/60 mmHg N:80 X/mnt S:36,8°C
2. P: 20X/mntUkur :BB: 61kgTB:167cm
1. Keluhanfisik:pasien mengatkantidakadakeluhan
II. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

KET: :laki-laki

:Perempuan

:pasien

Jelaskan:Pasienanakke-2dari8bersaudaradanpasientinggalbersamakeduaorang
tuadan adikperempuannya.

Konsepdiri

a. Citratubuh:pasienmengatkanbagiantubuhyangdisukaiadalahhidu
ng.Karenahidungnyabagusdanmancungsertadapatbernafasdenga
nhidungnya.Pasienmerasaminderkarena
memilikibekaslukadibagiankiripipinyasehinggapasienmempuny
aikebiasaanmenutupwajahnyadisaatbertemuorang.
b. Identitas:
Pasien mengatakan setelah keluar dari Rumah Sakit pasien
tidakinginmeikah dan tidakmenyukai ibunya
c. Peran:pasienmengatakanberstatussebagaianakdalamkeluargadan
tidak mempunyai pekerjaan pokok.
d. Idealdiri:pasienmengatakantidaksakittetapiorangtuamembawany
akerumahsakit.Pasientidakmenerimakeadaannyasekrangkarenab
elummenikahdanpasientidakpernahmengikuti kegiatan dalam
masyarakat.
e. Hargadiri:pasienmengatakaantidaksukabergaulataubersosialisasi
dengan masyarakat setempat
3. Hubungansosial

a. Orangyangberarti:AdikPerempuan,karenaadiknyasukamendengar
curhatannyadan membelikannyarokok
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :

Pasienmengatakantidakmengikutikegiatandalamkelompok/masyara
kat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Pasienmengatakantidakadahambatan dengan orang lain


4. Spiritual

a. Nilaidan keyakinan : Katolik


b. Kegiatanibadah:Tidakpernah kegereja/tidakikut ibadah
III. STATUSMENTAL
1. Penampilan
□ Tidakrapi
□ Penggunaanpakaiantidaksesuai
□ Caraberpakaiantidaksepertibiasanya
Jelaskan: Pasientampak rapi,hanyacelanatidakpernahdiganti.

2. Pembicaraan
□ Cepat
□ Keras
□ Gagap
□ Inkoherensi
□ Lambat
□ Membisu
□ Tidakmampumemulaipembicaraan
Jelaskan: Pasientidakkoperatif(suarakecil)dalamberbicara

3.AktivitasMotorik
□ Lesu
□ Tegang
□ Gelisah
□ Agitasi
□ Tik
□ Grimasem
□ Tremor
□ Kompulsif
Jelaskan:terlihattegang, tampakjari-jaritangandiremas

4. Alamperasaan
□ Sedih
□ Ketakutan
□ Putusasa
□ Kuatir
□ Gembiraberlebihan
Jelaskan:Pasien mengatakantidaknyaman karena dikurung
dantidakkeluardari ruangan

5. Afek
□ Datar
□ Tumpul
□ Labil
□ Tidaksesuai
Jelaskan: Emosiyangcepatberubah
6. Interaksiselamawawancara
□ Bermusuhan
□ Tidakkooperatif
□ Mudahtersinggung
□ Kontakmatakurang
□ Defensive
□ Curiga
Jelaskan:pasientidakmmpumemulaipembicaraan,selalumenundukpada
saat sedang bertatapan dengan perawat.

Halusinasi:tidakada

□ Pendengaran
□ Penglihatan
□ Perabaan
□ Pengecapan
□ PenghiduJelask
an:Tidakada

7. Isipikir
 Obsesi
 Phobia
 Hipokondria
 Depersonalisasi
 Ideyangterkait
 Pikiranmagis
8. Aruspikir
□ Sirkumstansial
□ Tangensial
□ Kehilanganasosiasi
□ Flightofidea
□ Blocking
□ Pengulanganpembicaraan/perseverasi
Jelaskan:Tn.M.Bberbicarahanyadenganperawat,tiba-
tibaterdiamdanmenunduk

9. TingkatKesadaran
□ Bingung
□ Sedasi
□ Stupor
□ Disorientasiwaktu
□ Disorientasiorang
□ Disorientasi
tempatJelaskan:compos
mentis

Memori

□ Gangguandayaingatjangkapanjang
□ Gangguandayaingat jangkapendek
□ Gangguandayaingat saatini
□ Konfabulasi
Jelaskan:pasientidakmengalamigangguanmemorikarena,masihmengin
gatkejadian satubulan sebelummasuk kerumah sakit.

□ Mudahberalih
□ Tidakmampuberkonsentrasi
□ Tidakmampuberhitungsederhana
Jelaskan: Pasienmudahberalihdarisatutopik,ketopikyang lain

10. Kemampuanpenilaian
 Gangguanringan
 Gangguanbermakna
Jelaskan: Tn.M.Bmengatakankalausetelahmandibarumakan

11. Dayatilikdiri
□ Mengingkaripenyakityangdiderita
□ Menyalahkan hal-hal diluar
dirinyaJelaskan:pasienmengatakantidaks
akit.
IV. KEBUTUHANPERENCANAANPULANG
1. Kemampuanklienmemenuhikebutuhan
 Makanan . : ya
 Keamanan : ya
 Perawatankesehatanya
 Pakaia ya
 Transportasi : ya
 Tempattinggal : ya
 Uang : ya
 Jelaskan:keluargamengatakansetelahkembalikerumahpasienakandi
perhatikan kebutuhannya
2. egiatanhidupsehari-hari
 Perawatandiri
 Mandi :mandiri
 Kebersihan :mandiri
 Makan :mandiri
 BAB/ BAK : mandiri
 Gantipakaian : mandiri.
a. Nutrisi
Apakahandapuas dengan polamakan anda?

 Ya
Apakahandamemisahkandiri ?

 Ya
 Pasienmengatakantidakinginberkumpuldenganpasienyanglain
 Tidak
Frekuensi makan sehari: 3 X

sehariFrekuensi kudapan sehari : 3 X

sehariNafsumakan :
 Meningkat
 Menurun
 Berlebihan
 Sedikit –
sedikitBeratBadan :

 Meningkat
 Menurun
BBterendah: kg, BBtertinggi :61kg

b. Tidur
Apakahadamasalah tidur?

TidakApakahmerasasegarsetelah banguntidur?

YaApakahadakebiasaan tidursiang ?

YaLamatidur siang : 3 jam

Apayang menolong tidur ?

Tidur malam jam : 20:00, bangun jam

05:00Apakahadagangguan tidur ?

 Sulituntuktidur
 Bangunterlalupagi
 somnabulisme
 terbangunsaattidur
 gelisahsaattidur
 Berbicarasaattidur
3. Kemampuankliendalammengantisipasikebutuhansendiri
 Ya
 Tidak
Membuatkeputusanberdasarkankeinginansendiri

 Ya
 Tidak
Mengaturpenggunaanobat

 Ya
 Tidak

Melakukanpemeriksaan kesehatan

 Ya
 TidakJelask
an:Tidak

4. Klien memiliki sistem


pendukungKeluarga: Ya

Terapis: Tidak

Teman sejawat

:TidakKelompok sosial

:TidakJelaskan:

5. Apakahklienmenikmatisaatbekerja,kegiatanproduktifatauhobi
?
 Ya
 Tidak
V. ASPEKMEDIS
DiagnosaMedis : Intosikasi Alkohol + Skisofrenia

paranoidTerapi :Haloperidol 2 x 1 mg

:Trihexyphenidil 2 x2 mg

Kontraindikasi :Haloperidol 2 x1 mg

 Memilikihipersensitifataualergiterhadapkandunganobat
ini
 Penderitapenyakitparkinson
 PasiendepresiberatSSP
 Penderitasupresisumsum tulang
 Memilikipenyakitjantung
 Penderitagangguanfungsihatikronis
 Pasienkoma
 Pasien lamsia yang memiliki penyakit
demensiaIndikasi:

 Meredakangejalaskizofrenia
 Mengobatiskizofrenia
 Mengobatigerakandanucapanspontanyangtidakterkontr
olpadapenderita penderitasindromtourette
 Mengatasiperilakukekerasantidakterkontrolpadaanak-
anakhiperaktif
 Mengatasi tindakan
agitasiIndikasiTrihexyphenidil2x 2 mg

 Mengobatiparkinson
 Pascaensefalitis
 Idiopatik
 Sindromparkinson

Kupang, 25 Mei

2019Mahasiswa,

Verdiana Febroyet
NadekNIM:PO.53032011
6278
RENCANA WAKTU UJIAN AKHIR
PROGRAMJURUSANKEPERAWATANPOLTEKESKEMENKES
KUPANG
BULAN MEI JUNI

Tanggal 24 27 28 29 30 26 27 28 29 30 31 1-9 10 11 12-13 14

Pembekalan √

Lapordiridirumahsakit √ √

Konsuljudul kasus √ √

Perawatankasusdansusunproposal √ √ √ √

Penyusunan laporan kasus √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


dankonsultasidenganpembimbi
ng
UjianSidang √ √

Revisi √

Kumpullaporan √

Anda mungkin juga menyukai