Kel. 2 Bu Susi
Kel. 2 Bu Susi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di
seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. Pada tahun 2001 WHO
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami gangguan kesehatan
jiwa.
WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang didunia mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO Wilayah Asia
Tenggara, hampir satu pertiga dari penduduk diwilayah ini pernah mengalami gangguan
neuropsikiatri Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan)
tahun (2011) mengatakan bahwa jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa dimasyarakat
sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas,
depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia.
Di Era Globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya
dari kalangan kelas bawah,sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas juga terkena gangguan jiwa(Yosep, 2009).
Menurut (Yosep, 2010).Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar.
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Biokimia
Goldstein (dikutip dari Townsend, 1996) menyatakan bahwa berbagai
neurotransmitter (efinefrine, noreepinefrine, dopamine, asetikolin, dan seretonin)
sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini
sangat konsisten dengan fight atau flightyang dikenalkan oleh Selye dalam
teorinya tentang respon terhadap stres.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan
genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindrome otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit
seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan
dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri rendah.Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestie
yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya.Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapkan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b. Teori Pembelajaran Anak belajar melalui perilaku meniru dari contohperan
mereka, biasanya orangtua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestie atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti
dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orangtua mereka
selama tahap perkembangan awal namun, dengan perkembangan yang dialaminya,
mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang
dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orangtua yang
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk
berperilaku kekerasan setelah dewasa (Owens & Straus dikutip dari Townsend,
1996).
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiologi lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku
kekerasan sebagi cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk
yang ramai/padat dan, lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.
Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
Adaptif Maladaptif
E. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien mendiskusikan faktor resiko yang dihadapi
dalam pelayanan kesehatan. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara
dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu dikaji
meliputi:
1. Faktor Predisposisi(Yusuf, 2015):
a. Psikoanalisis Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan
hasil dari dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan
frustasi.Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut ;
1) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respon seksual. Selain itu, mengatur
system informasi dan memori.
2) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpanan memori dan melakukan
interprestasi pendengaran.
3) Lobus frontal
4) Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
5) Neurotransmiter Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada
agresivitas adalah serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholin
dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
1) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif tehadap
frustasi.
2) Penekanan emosi berlebihan (over rejection)pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
3) Perilaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak
(child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping.
e. Sosial kultural
1) Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima akan
menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict)
dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu
memilih cara yang maladaptif lainnya.
2) Budaya asertif dimasyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat.
2. Faktor Prespitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut (Yusuf, 2015):
a. Internal
1) Kelemahan
2) Rasa percaya menurun
3) Takut sakit
4) Hilang kontrol
b. Eksternal
1) Penganiayaan fisik
2) Kehilangan orang yang dicintai
3) Kritik
F. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau repon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal
yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul di dapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang di
hadapi klien. Selanjutnya data dasar itu di gunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah pasien.
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan
kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan
kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan objektif.
Data Subjektif adalah data yang didapkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan , ide klien terhadap status kesehatan lainnya. Sedangkan
data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan
fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat
kesadaran (Yusuf Ah, 2015):
1. Data Subjektif
- Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya dan ingin menyakitinya
- Klien mengatakan tidak aman di ruangannya
- Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak atau menyakiti orang
lain ia merasa puas
- Klien mengatakan tidak nyaman dengan apa yang ia alami, karena sesaat
setelah marah-marah ia menyesal dan menjadi semakin takut dengan orang
yang ingin mendekatinya
2. Data Objektif
- Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang sendiri
- Ekspresi wajah tegang
- Klien tampak tidak nyaman
- Marah-marah tanpa sebab dan terkadang menangis
- Menyakiti orang lain
- Konsentrasi rendah
G. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi
yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian.Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasi ada atau resiko
terjadi masalah.Saat mengidentifikasi diagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi
keperwatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran
tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter & Perry, 2006).
Dan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada, dapat dirumuskan pohon masalah
sebagai berikut:
Resiko Perilaku Kekerasan
Definisi : Kondisi dimana klien merasa tidak aman dan nyaman serta klien memiliki
persepsi bahwa setiap rangsangan yang datang merupakan suatu ancaman.
Perilaku Kekerasan (Effect)
H. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali langkah
perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil diperkirakan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan,
dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul
dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literature yang berkaitan
memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan
perawatan kesehatan klien dan penatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).
I. PenatalaksanaanMedis
1. Terapisomatik
Menurut (Depkes RI, 2000, hal 230) menerangkan bahwa terapiSomatik adalah terapi
yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang maladaptif menjadi perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan
pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
2. Terapikejanglistri
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsi therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini adalah awalnya
untuk menagani klien skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah 2-3kali sekali (dua minggu sekali) beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah Adam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji caraklienmarah,mengidentifikasi penyebab
kemarahan,bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintergrasikan.
3. AspekSosial
Meliputiinteraksisosial,budaya,konseprasapercayadanketergantungan. Emosi marah
sering merangsang kemarahan oranglain. Klen sering kali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritiktingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati
denganmengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.Proses
tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkandiridari orang lain,
menolak mengikuti aturan.
4. AspekSpiritual
Kepercayaan,nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkngan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasatidak berdosa. Kemudian data yang
diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :
a) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkanmelaluiobservasiataupemeriksaanlangsungolehperawat
b) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh
kliendankeluarga.Data ini di peroleh melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga. Data yang langsung di dapat oleh perawat disebut
sebagai data sekunder.
J. DiagnosaKeperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Harga diri rendah kronik
3. Resiko mencederai (diri sendiri,orang lain, lingkungan)
4. Perubahan Presepsi sensori : halusinasi
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Inefektif proses terapi
8. Koping keluarga inefektif
K. Pohon Masalah
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Nama : Tn.A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
Tanggal Masuk RS : 12 Maret 2016 No. Register : 03.30.28
Ruangan kamar : Dolok Martimbang Tanggal pengkajian : 24 Mei 2016
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid
2. Keluhan Utama
Klien sering tiba-tiba ingin merusak barang, memukul orang.Klien mudah marah dan
tersinggung bila diajak berbicara.Klien merasa tidak nyaman diruangannya karena
klien menganggap orang yang tidak dikenalnya adalah orang jahat.
3. Genogram
Keterangan:
: laki- laki
: perempuan
: klien
8. Status Mental
Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat orang lain, klien
kurang memperhatikan penampilannya, karena ia rasa tidak terlalu penting. Saat
wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara cepat, pandangan tajam
dan menjawab pertanyaan dengan singkat-singkat dengan suara agak tinggi dan klien
kurang konsentrasi, klien mengatakan sering ingin marah terhadap orang-orang
disekitarnya karena klien merasa bahwa orang-orang terlihat memusuhinya sehingga ia
rasa mengancam dirinya. Proses pikir klien terganggu terlihat dari apa saja yang
dikatakannya tentang orang-orang yang ada disekitarnya, klien terus berpikir bahwa
semua orang adalah orang jahat dan mengancam dirinya.
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan dara (TD): 110/90
mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi badan: 160cm, berat badan:
63kg. Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan kulit kepala kotor dan bau,
wajah klien tampak merah dan tegang, klien memiliki 2 mata dengan posisi simetris, dan
tidak ada kelainan, pandangan klien tajam ketika klien marah, hidung klien simetris
dengan dua lubang hidung dan tidak ada cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri
dan kanan, tetapi klien sesekali mendengar suara-suara yang menyuruhnya melakukan
kekerasan, mulut klien kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi
kuning dan kotor, klien dapat membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat
mengatup ketika rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher, kulit klien
warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali normal, kulit
disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan tangannya ketika
rasa marah muncul, suka melempar dan memukul, klien sering gelisah dan berjalan
mondar-mandir di ruangan.
I. ANALISA DATA
DS:
Klien mengatakan mudah
marah dan sering emosi hingga
ingin merusak barang-barang,
memukul orang.
2. DO:
1. Marah-marah tanpa sebab Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gelisah dan tidak nyaman
3. Terlihat sering mengepalkan
tangan
4. Merusak barang-barang
1. Tingkat kecemasan
Perencanaa Keperawatan
Dx: Perilaku kekerasan Tujuan dan kriteria hasil:
P:
intervensi dilanjutkan
1. Menganjurkan klien
mengikuti ibadah
P:
intervensi dilanjutka
O:
- Klien tenang
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Resiko Perilaku Kekerasan
tanggal
6. Membantu klien
mengontrol perilaku
kekerasan secara fisi
24
7. Menganjurkan klien O:
memasukan ke dalam
- Klien tampak
jadwal kegiatan harian
gelisah
- Tangan mengepal
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
25
Selasa, 24 Perilaku 1. Membina hubungan S:
kekerasan saling percaya
Maret 2020 1. Klien masih ingat
2. Menanyakan kembali kepada perawat dan
kepada klien klien mampu
bagaimanacara mengorientasikan
SP 2 mengontrol perilaku kembali cara tarik napas
kekerasan secara fisik dalam.
11.00 wib
3. Melatih klien minum 2. Klien mengatakan malas
obat secara teratur minum obat.
dengan prinsip 6 benar
O:
(benar klien, obat,
dosis, cara, waktu dan - Klien tampak
kontinuitas) tenang
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
26
Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:
kekerasan saling percaya
Mei 2016 1. Klien tersenyum
2. Menanyakan kembali
2. Klien minum obat
kepada klien prinsip 6
benar minum obat 3. Klien mengatakan mau
mencoba meminta
3. Mengajarkan klien
cara mengungkapkan dengan baik,
rasa marah secara menolak dengan
SP 3
10.00 wib verbal
baik,
4. Menganjurkan klien
mengungkapkan
memasukan ke dalam
perasaan
jadwal kegiatan harian
dengan baik.
O:
- Klien tenang
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
27
Rabu, 25 Perilaku 1. Membina hubungan S:
kekerasan saling percaya
Mei 2016 1. Klien mengatakan
2. Diskusikan hasil senang perawat
latihan mengontrol berbincang-
perilaku kekerasan bincang
secara verbal dengannya lagi
3. Klien mengatakan
tidak ingin
mengikuti
ibadah
O:
- Mimik wajah
klien baik
- Klien ingin
beribadah
P:
Intervensi dilanjutkan
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Tn.A dengan masalah kebutuhan dasar
rasa nyaman selama beberapa hari, yaitu pada tanggal 23 sampai 26 Mei 2016.Sebagai
langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah dapat ditarik kesimpulan.
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (anamnesa) atau
(autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaraan, perilaku
klien kemudian ditambah dengan menelaah catatan medic dan catatan keperawatan.
Hasil evaluasi yang didapat penulis maka disimpulkan kebutuhan rasa nyaman klien
telah terpenuhi ditandai dengan klien mau berinteraksi dengan teman-teman
diruangannya, mau mengikuti kegiatan ibadah dan berdoa dan masalah perilaku
kekerasan klien sebagian teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
29
Ermawati, dkk.(2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.Jakarta:
Trans Info Media.
Herdman, H.T. (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012- 2014.
Jakarta: EGC.
Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia.
Mubarak, W.I. (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktek.Cetakan pertama. Jakarta: EGC.
Potter, P & Perry, A. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4, Volume 2 Jakarata : EGC.
Stuart , Sudeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.
Townsend, M.C. (1996).Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri.Edisi 3. Jakarta: EGC.
Videbeck, S.L. (2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa ( Psychiatric MentalHealth
Nursing). Jakarta: EGC
Yusuf, dkk.(2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
30