PEKERJAAN :
PENERAPAN TEKNOLOGI SABODAM MODULAR
LOKASI
SUNGAI KONTO, KECAMATAN KEPUNG, KABUPATEN KEDIRI,
JAWA TIMUR
TAHUN 2018
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
A. SPESIFIKASI BAHAN
Semen
Semen yang dipakai harus mempunyai kualitas sama dengan Portland Cement
Ordinary Type 1 SNI 15-2049-1994 tentang Semen Portland.
Semen tidak boleh menggumpal atau berada pada kondisi baik.
Semen yang ditempatkan dalam gudang lebih dari 90 hari tidak dapat dipakai kecuali
diadakan suatu pengujian untuk memastikan kualitasnya.
Agregat kasar (split/batu pecah)
Jenis agregat kasar dapat diperoleh dari dasar sungai.
Agregat kasar dihasilkan dari pecahan batu bulat, split alam yang dipecah, harus
terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori.
Agregat harus bergradasi baik dengan ukuran maksimum agregat kasar sebesar 19
mm.
Tingkat keausan agregat kasar tidak boleh melebihi 10% dari berat pada 100 putaran
dan/atau 40% dari berat pada 500 putaran sesuai dengan SNI 2417 2008 tentang
Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles.
Proporsi agregat kasar tidak boleh melebihi 55% dari proporsi jumlah agregat dalam
suatu campuran beton.
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no. 200), tidak
boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka
agregat harus dicuci.
Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton yang akan mengalami basah
dan lembab terus-menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah, tidak
boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya
cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton.
Pemeriksaan agregat kasar secara teknis mulai dari kadar air, kandungan lumpur,
gradasi butiran, berat jenis dan penyerapan air paling lambat 14 hari sebelum
digunakan.
Untuk agregat kasar yang diletakkan di tempat terbuka, sebelum digunakan harus
diperiksa kadar airnya setiap hari.
Agregat halus (pasir)
Jenis agregat halus berupa pasir alam.
Pasir harus keras, berbentuk tajam dan tidak mudah hancur serta mempunyai
gradasi butiran yang baik.
Butiran pasir harus berukuran antara 0,15 mm sampai 5 mm.
Pasir tidak boleh mengandung lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron
(ayakan no. 200) lebih dari 5% (persentase terhadap berat dalam keadaan kering).
Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
Pemeriksaan pasir secara teknis mulai dari kadar air, kandungan lumpur, gradasi
butiran, berat jenis dan penyerapan air paling lambat 14 hari sebelum digunakan.
Timbunan pasir tidak boleh mengadung bahan organik, garam, minyak, dan
sebagainya.
Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan beton
dengan pengujian di laboratorium sesuai SNI 2816:2014 tentang Metode Uji Bahan
Organik dalam Agregat Halus untuk Beton.
Modulus kehalusan pasir berkisar antara 2,5 sampai 3,3.
Tipikal proporsi agregat kasar dan halus untuk campuran beton serat baja seperti
pada Tabel 1 berikut ini.
Page | 2
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
Air
Air yang digunakan untuk campuran dan perawaan harus bersih dan bebas dari
minak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam
jumlah tertentu dapat mempengaruhi kualitas beton.
Air harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 tentang Metode Pengujian Mutu Air
untuk Digunakan dalam Beton.
Jika tidak ada persediaan air sesuai yang dipersyarakan di lokasi pekerjaan, maka
pelaksana harus membuat sumur bor atau pengadaan air dari luar.
Serat baja
Serat baja berbentuk lembaran (glued) yang menempel satu sama lain dengan ujung
hooked end yang terbuat dari kawat yang ditarik pada temperatur rendah (cold-drawn
wire).
Panjang serat baja berkisar antara 12,7 mm sampai 63,5 mm dengan aspek rasio 80
serta kekuatan tarik 1225 N/mm 2.
Volume fraction (Vf) serat baja sebesar 0,7% dari volume beton.
Disarankan menggunakan serat baja yang tahan karat (galvanized) jika akan
diaplikasikan pada bangunan yang langsung berhubungan dengan air.
Bahan tambah
a. Bahan tambah kimia (chemical admixture)
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi mengacu pada SNI
03-2495-1991.
Jenis bahan tambah kimia yang digunakan adalah high range water reducer
(superplasticizer) tipe F untuk meningkatkan kelecakan (workability) beton serat baja.
Jika pekerjaan membutuhkan setting time yang cukup lama maka disarankan
menggunakan admixture tipe D atau G yang berfungsi sebagai pengurang air
sekaligus memperlambat waktu pengerasan.
Page | 3
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
B. MIX DESIGN
Perancangan campuran
Metode perancangan menggunakan metode ACI. Terdapat 2 alternatif perancangan
campuran awal (bukan nilai yang mengikat), yaitu:
Untuk menentukan campuran akhir (yang mengikat) yang akan digunakan maka
terlebih dahulu perlu dilakukan percobaan (trial) sebelum pengecoran di lapangan
dan mendapat persetujuan PPK/Direksi Pekerjaan dan Konsultan Pengawas. Minimal
14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan pengecoran.
Page | 4
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
C. METODE PELAKSANAAN
Pencampuran (mixing)
Umum
a) Metode pencampuran menggunakan concrete mixer truck. Volume beton yang dibuat
tidak boleh melebihi 85% dari kapasitas maksimum concrete mixer truck agar serat
baja dapat tersebar secara merata.
b) Penyedia jasa harus melakukan percobaan campuran skala penuh setidaknya 14
(empat belas) hari sebelum hari pelaksanaan pekerjaan sehingga memungkinkan
untuk dilakukan pengujian beton umur 7 hari.
c) Unit penakar (batching plant) ataupun operator concrete mixer truck harus
diinstruksikan agar tidak menambahkan air kedalam campuran berdasarkan
penglihatan visual dan pengalaman mereka.
d) Penentuan urutan, waktu dan metode pencampuran harus dilakukan melalui
campuran percobaan (trial) di lapangan terlebih dahulu.
Urutan Pencampuran/Pengadukan
a) Takaran air, batu pecah/split, semen, fly ash, pasir dan serat baja ditentukan dengan
satuan berat kecuali jumlah air yang dapat diukur dengan takaran volume. Takaran
bahan tambah kimia (admixture) ditentukan dengan ukuran volume atau berat
dengan alat ukur yang ada.
b) Metode penuangan superplasticizer ke dalam adukan beton:
Estimasi waktu pengadukan tiap takaran dapat disesuaikan seperti pada Tabel 2.
Page | 5
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
(g) Turunkan kecepatan mixer dan putar selama ±4 menit atau sampai serat baja
tercampur secara merata.
(h) Ukur nilai inverted slump dengan alat inverted slump cone untuk mengetahui
tingkat kelecakan beton serat baja dan nilai slump untuk mengetahui konsistensi
beton serat baja sebelum dituangkan pada lokasi pekerjaan.
Pengecoran
a) Pengecoran tidak boleh dilaksanakan pada saat hujan atau ada air yang mengalir di
lokasi pengecoran.
b) Temperatur beton harus tidak lebih dari 35°C. Jika temperatur beton melebihi suhu
35°C maka harus menggunakan bahan tambah kimia (admixture) seperti pengurang
air (water reducing), penghambat reaksi hidrasi (retarder) untuk mencegah terjadinya
retak dini pada beton. Bahan tambah kimia (admixture) ditambahkan setelah
pengecekan temperatur pada beton segar sebelum dilakukan pengecoran.
c) Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari mesin
pengaduk (concrete mixer truck) atau alat pengangkut dan menuangkannya tanpa
terjadi pemisahan butiran (segregasi).
d) Untuk mencegah segregasi maka campuran yang akan dituangkan ditempatkan
sedekat mungkin dengan cetakan akhir.
e) Alat bantu penuangan adukan dapat menggunakan talang (chute) dengan
penampang bulat pada sudut-sudutnya dan kemiringan yang cukup untuk
pemindahan adukan tanpa menyebabkan segregasi.
f) Dimensi talang yang disarankan:
panjang talang maksimal ± 5 m, lebar ± 0,5 m dan kemiringan ± 45⁰. Dimensi talang
dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan ketentuan tinggi jatuh maksimal
1,5 m.
g) Talang dapat dibuat dari bahan yang mempunyai gesekan kecil seperti pipa PVC 20”
inch atau papan kayu yang dilapisi seng berbentuk U. Talang dipasang pada tiap
gerigi main dam.
h) Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan 30-45 cm agar mempermudah
pemadatan.
i) Untuk penghamparan beton, diperlukan peralatan seperti penghampar jenis paddle
atau cangkul bergerigi.
Pemadatan
a) Pemadatan pada beton serat baja dilakukan dengan menggunakan alat penggetar
mekanis (vibrator) untuk mencegah terjadinya rongga udara, kepadatan beton yang
kurang ataupun ikatan pada beton yang kurang baik.
b) Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu
tiik ke titik lain dalam cetakan.
c) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut,
diantara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi sehingga setiap rongga dan
gelembung udara terisi dan alat penggetar juga tidak boleh menyentuh sambungan
atau bekisting beton.
d) Posisi alat penggetar mekanis harus vertikal sedemikian rupa hingga dapat
melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor
sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain, maka alat tersebut
ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak
Page | 6
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada satu titik lebih dari 15 detik
atau permukaan beton sudah mengkilap.
e) Pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
Secara umum, waktu pengikatan awal beton dengan bahan tambah mulai terjadi
pada 60 - 90 menit dari dimulainya pencampuran beton.
Perawatan (curing)
a) Proses perawatan (curing) beton serat baja sama seperti pada beton konvensional.
Beton serat baja pada lapis yang tipis dan kandungan semen yang tinggi rentan
terhadap retak susut pada temperatur yang panas. Pada kondisi tersebut maka
pengecoran harus dilindungi dari sinar matahari maupun angin.
b) Perawatan beton dimulai setelah penyelesaian tahap akhir selesai dan terjadi
penguapan air pada permukaan beton.
c) Permukaan beton yang terbuka harus dibasahi dengan bahan penutup seperti karung
goni sekurang-kurangnya 14 hari segera sesudah pengecoran atau sampai ditutup
dengan pengecoran baru. Penggunaan karung goni dilakukan setelah beton cukup
mengeras untuk menghindari terjadinya pelekatan.
d) Semua konstruksi sambungan harus dibasahi air secara terus-menerus sampai
permukaan ditutup dengan adukan beton baru.
Page | 7
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
D. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dilaksanakan melalui pengambilan contoh dan pengujian bahan yang
sebelum pencampuran beton dilaksanakan untuk memastikan bahan tersebut memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Pada program pengendalian mutu, kontraktor, penghasil beton dan pemasuk bahan dasar
bertanggung jawab terhadap mutu bahan/pekerjaan. Penerima hasil pekerjaan berhak
menerima/menolak bahan/hasil pekerjaan.
Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh, jumlah dan ukuran contoh didasarkan pada jenis pengujian
yang akan dilakukan. Metode ini dapat dilihat pada standar acuan yang berlaku.
Untuk keperluan pengujian, jumlah minimum benda uji sebanyak 2 (dua) benda uji tekan, 2
(dua) benda uji impak dan 6 (enam) benda uji abrasi. Frekuensi pembuatan benda uji tiap
pengecoran 5m3 beton pada setiap mutu beton.
Metode Pengujian
2.1 Pengujian bahan
a) Berat jenis dan penyerapan agregat
1) Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis curah kering, berat jenis
curah kering permukaan jenuh, berat jenis semu dan kadar penyerapan air pada
agregat.
2) Metode pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar mengacu pada SNI
1969:2016.
3) Metode pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus mengacu pada SNI
1970:2016.
b) Kadar air
1) Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air total yang terkandung
dalam agregat.
2) Metode pengujian ini mengacu pada SNI 1971:2011.
c) Kadar lumpur
1) Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kandungan lumpur yang terdapat
pada agregat dengan menghitung jumlah persentase ukuran butir yang lolos
saringan no. 200.
2) Metode pengujian ini mengacu pada SNI 4142:1996.
d) Analisa saringan
1) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui gradasi butir pada agregat kasar
maupun agregat halus dengan menggunakan saringan atau ayakan.
2) Metode pengujian ini mengacu pada SNI 1968:1990.
Page | 8
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
b) Uji Slump
1) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi beton serat dari setiap
campuran.
2) Metode pengujian ini mengacu pada standar SNI 1972-2008 tentang Cara uji
slump beton atau ASTM C143 tentang uji slump untuk beton semen hidraulik.
3) Standar nilai slump untuk beton serat berkisar antara 25 mm sampai 100 mm.
Namun, untuk kemudahan pengerjaan maka slump dapat dibuat diatas 100 mm.
4) Nilai slump kemungkinan dapat berubah karena beberapa faktor seperti pada uji
inverted slump cone.
Tabel 3 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai ukuran benda uji
Benda uji Ukuran Faktor konversi
Silinder 15 x 30 (cm) 1.00
Kubus 15 x 15 x 15 (cm) 1.20
Kubus 20 x 20 x 20 (cm) 1.14
Page | 9
Pedoman Teknis Beton Serat Baja
4) Metode pengujian ini mengacu pada ASTM D-1557 yang dimodifikasi untuk beton
serat baja.
E. VOLUME PEKERJAAN
Volume pekerjaan beton serat baja ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Volume pekerjaan lapisan selimut Sabodam Modular di Kali Konto
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume
(1) (2) (3)
1 Selimut Beton Serat Baja pada Main dam (f’c=30 MPa) m3 126.47
2 Selimut Beton Serat Baja pada Subdam (f’c=30 MPa) m3 77.27
3 Selimut Beton Serat Baja pada Apron (f’c=19.3 MPa) m3 255.50
Total m3 459.24
Page | 10