Anda di halaman 1dari 9

DEFENISI METODE FUNGSIONAL, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH

PENERAPAN
1.      Defenisi Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat saat
itu, maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua
pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan
yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota, staf
keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit. Sistem
tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas
yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih
ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job
description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis
dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah
munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori
tenaga keperawatan.
2.      Keuntungan
a.       Menerapkan manajemen kalasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
dan pengawasan yang baik.
b.      Perawat senir menyibukkan diri dengan tuga manajerial, sedangakan perawatan pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yan belum berpengalaman. Sangat cocok
untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c.       Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
satu tugas yang sederhana.
d.      Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk
ketrampilan tertentu.

3.      Kerugian
a.       Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b.      Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
c.       Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
d.      Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
e.       Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
f.       Pelayanan terputus-putus
g.      Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

4.      Contoh Penerapan
a.       Kepala Ruangan :
Tugasnya adalah merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien, membuat
penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter.
b.      Perawat Staf :
Melakukan askep langsung pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan.
c.       Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa pemulihan
kesehatan, melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan membantu tidakan
sederhana (ADL).
d.      Perawat Pembantu :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membanatu perawat
untuk membenahi tempat tidur, membantu membagikan alat tenun pasien.

2.4  DEFENISI METODE TIM, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH PENERAPAN


1.      DEFENISI METODE TIM
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas,
1992).
Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk
mengatasi  fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan
kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan
peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis
yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi
manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2007).
Pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan
keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk
memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif
dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara
pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi
tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada
pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan
memenuhi standar asuhan keperawatan.
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan
menggunakan kecakapan dan mampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari atas
yakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan baik. Selain itu, setiap staf berhak
menerima bantuan melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan yang baik sesuai
kemampuannya. Dalam keperawatan, metode diterapkan dengan menggunakan sama tim
perawat yang terogen, terdiri dari perawat profesional, non-profesional, dan pembantu perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien. Ketua tim (perawat
profesional) memiliki tanggung jawab dalam perencanaan, kelancaran, dan iluasi dan asuhan
keperawatan untuk semua pasien yang di lakukan oleh tim di bawah tanggung jawabnya. Di
samping itu, ketua tim mempunyai tugas untuk melakukan supervise kepada semua anggota tim
dalam implementasi dan tindakan keperwatan, dan melakukan evaluasi hasil dan asuhan
keperwatan.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu,
metode tim dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan
motivasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar-benar
diarahkan dan direncanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan ke perawatan.sebagaimana
diketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dan 2 orang perawat atau lebih yang bekerja sama
dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah
berpengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang
(nurse unit manager). Selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh
perawat kepala ruang bersama-sama dengan anggota tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim
menjadi hal yang harus diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut
diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap
pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim
dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang
harus dipenuhi mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan
tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima
laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua tim adalah mengontrol
perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat hal-hal yang terjadi pada pasien terutama yang
tidak diinginkan, melakukan revisi rencana keperawatan apabila diperlukan, melaporkan
perkembangan pasien kepada perawat kepala ruang serta kesulitan yang dihadapi apabila ada.
Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu memimpin pertemuan tim untuk menerima
laporan, memberi pengarahan serta membahas masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi yang
efektif, melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota tim serta melengkapi
catatan yang dibuat anggota tim apabila diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki
kemampuan untuk mengikut sertakan anggota tim dalam memecahkan masalah. Ketua tim juga
harus dapat menerapkan pola asuhan keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien
dan minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan tanggung jawab
ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung pencapaian pengetahuan dan keterampilan
profesional.
Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim keperawatan. pembagian tugas dalam
tim keperawatan dapat dilakukan dengan jalan perawat kepala ruang akan menentukan jumlah
tim yang diperlukan berdasarkan beberapa factor, antara lain memperhitungkan jumlah tenaga
perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah pasien. Pembagian tugas dalam tim
keperawatan dapat didasarkan pada tempat/kamar pasien tingkat penyakit pasien, jenis penyakit
pasien, dan jumlah pasien yang di rawat.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
1.    Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim.
2.    Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan.
3.    Melakukan peran sebagai model peran.
4.    Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien.
5.    Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.
6.    Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
7.    Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim.
8.    Menjadi guru pengajar.
9.    Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif.
Bila kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh ketua tim,akan berdampak secara positif dalam
pemberian asuhan keperawatan. Dengan demikian, masalah dalam asuhan keperawatan cepat
teratasi mutu asuhan keperawatan terpeliharanya perawat terbiasa bekerja secara terorganisasi,
terarah, dan memahami tujuan kerja sama antar perawat meningkat kepuasan kerja meningkat
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman semua perawat meningkat serta kaderisasi
kepemimpinan terjadi.
Di bandingkan dengan metode fungsional, metode tim lebih banyak memberikan tanggung
jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim. Tugas perawat menjadi lebih
kompleks,  anggota tim lebih terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Apabila
kerja dan tim berhasil dan memuaskan, pola ini member pengkayaan
pengalaman dan perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota tim tingkat yang
rendah.
2.      Konsep Metode Tim Menurut Kron & Gray (1987)
1.      Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2.      Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3.      Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4.      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung
oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup
yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu.
3.      Kelebihan :
1.    Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2.    Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3.    Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim.

Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan lebih
manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan memahami
kebutuhannya.
Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani pasien dalam
jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara komprehensif dan
melihat pasien secara holistic. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih produktif melalui
kemampuan dalam bekerja sama dan berkomunikasi dalam tim. Hal ini akan mempermudah
dalam mengenal kemampuan anggota tim yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
4.      Kelemahan :
1.      Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu ).
2.      Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3.      Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

Sebagaimana metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa kerugian. Selain
itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena kotaknya distribusi tenaga,
metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik. Pelaksanaan asuhan keperawatan
menggunakan metode tim memerlukan banyak kerja sama dan komunikasi serta kecenderungan
banyak kegiatan keperawatan di lakukan oleh perawat non profesional. Ketua tim perlu waktu
yang lebih banyak untik melaksanakan tugas manajeria, seperti mengkaji, mendelegasikan, dan
mengontrol kerja kelompok. Ketua tim dapat mengalami kebinguangan karena tugas
disampaikan melalui beberapa orang anggota, terlebih apabila komposisi anggota tim sering
diubah.

Peran perawat kepala ruang


Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan pada keterampilan dan minat
yang dimilikinya di samping itu, perawat kepala ruang harus mampu mengoptimalkan fungsi tim
melalui orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji kemampuan anggota tim
dan membagi tugas sesuai dengan keterampilan anggotanya hal yang tidak kalah
pentingnya  adalaah perawat kepala ruang harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat diterapkan bila ada tenaga profesional
yang mampu dan mau memimpin kelompok kecil, dapat bekerja sama dan membimbing tenaga
keperawatan yang lebih rendah. Di samping itu, perawat kepala ruang harus mau membagi
tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan dapat terdiri dan tiga
sampai lima perawat untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada 10
sampai 15 pasien.
Tanggungjawab Kepala ruang :
a.       Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b.      Supervisi dan evaluasi tugas staf
c.       Memberi pengarahan ketua tim.
Uraian tugas Kepala Ruang :
a.       Perencanaan
1.   Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masingmasing
2.   Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3.   Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien.
4.   Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkanaktifitas dan kebutuhan klien
bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5.   Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6.   Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,patofisiologi,tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien.
7.   Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan .
8.   Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9.   Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10.    Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan RS.

b.      Pengorganisasian
1.   Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2.   Merumuskan tujuan metode penugasan
3.    Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4.   Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi
2-3 perawat.
5.   Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga
yang ada setiap hari dll.
6.   Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7.   Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
8.   Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
9.   Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10.    Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11.    Identifikasi masalah dan cara penanganan
c.       Pengarahan
1.   Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2.   Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3.   Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4.    Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien
5.   Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6.   Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d.      Pengawasan
1.    Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2.   Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3.   Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit keperawatan.
Tanggung jawab ketua tim :
1.        Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
2.         Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh
kepala ruangan.
3.        Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-
sama anggota timnya,.
4.        Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5.        Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui
konferens.
6.        Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta
mendokumentasikannya.
7.        Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.
8.        Menyelenggarakan konferensi .
9.        Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
10.    Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.
11.    Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
Tanggung jawab anggota tim
1.      Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2.      Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien.
3.      Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan
4.      Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5.      Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6.      Memberikan laporan

Anda mungkin juga menyukai