Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan syarat perkembangan, karena itu perubahan dan

perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan

dengan perubahan budaya kehidupan Penyempurnaan atau perbaikan

pendidikan menengah kejuruan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan

masa depan perlu terus menerus dilakukan, dilarasakan dengan perkembangan

kebutuhan dunia usaha atau dunia industry, perkembangan dunia kerja, serta

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Depdiknas. 2004:1).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku

leading sektor pendidikan nasional yang berperan penting dalam mewujudkan

kualitas SDM Indonesia, menindaklanjutinya dengan mengeluarkan berbagai

kebijakan penting, diantaranya kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”, yang

digulirkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Konsep Merdeka dan

Belajar menurut hemat penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk

menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas

dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Bagi guru dengan

memiliki kebebasan lebih fokus untuk memaksimalkan pada pembelajaran

guna mencapai tujuan (goal oriented) pendidikan nasional, namun tetap dalam

rambu kaidah kurikulum. siswa bebas untuk berekspresi selama menempuh

proses pembelajaran di sekolah, namun tetap mengikuti kaidah aturan di

1
2

sekolah. Siswa bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak belajar untuk

mendapatkan suatu kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran tersebut

siswa berubah secara pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah laku,

keterampilan, dan daya reaksinya, sejalan dengan apa yang diamanatkan

dalam tujuan UU Sisdiknas Tahun 2003, yakni; untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Suatu pengembangan e-learning didalamnya terdapat proses analisis

yang sangat penting yang akan menentukan langkah pengembangan

selanjutnya. Kesiapan e-learning dikelompokkan menjadi enam faktor yaitu

(1) kesiapan peserta didik (2) kesiapan guru (3) infrastruktur (4) dukungan

managemen (5) budaya sekolah (6) kecenderungan pembelajaran tatap muka.

SMK Negeri 2 Medan adalah salah satu sekolah menengah kejuruan yang

sudah banyak dikenal di SUMATERA UTARA dengan prestasi dan

fasilitasnya. Mengetahui tingkat kesiapan terhadap pembelajaran online yang

akan diterapkan diharapkan sekolah dapat menentukan langkah selanjutnya

yang akan diambil. Tingkat kesiapan pada setiap kategori yang diuji selain

dapat mengetahui tingkat kesiapan secara keseluruhan, dapat diketahui juga

kategori kesiapan yang masih rendah. Tingkat kesiapan pada kategori yang

masih rendah akan ditindaklanjuti dan tingkat kesiapan pada kategori tinggi

akan dipertahankan. Sehingga pihak sekolah dapat melakukan efisiensi dalam

management sekolah.
3

Tahun 2020 menjadi tahun yang berat bagi kita semua, hingga saat ini

Indonesia masih dilanda pandemic Covid19.COVID-19 merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2

(serever acute resipiratory syndrome coronavirus 2 atau SARSCoV -2). Virus

ini merupakakan keluarga Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika

menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi

saluran pernapasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome),

dan SARS (Serever Acute Resipiratory Syndrome). COVID-19 sendiri

merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China

pada tahun 2019.

Pada situasi ini pemerintah menganjurkan agar proses pembelajaran

mengajar dilakukan secara daring karena wabah virus covid-19 yang sedang

melanda negara Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem

Makarin mengeluarkan Surat Edaran Dalam Masa Darurat Penyebaran

Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2 yaitu proses belajar dari rumah.

Dalam pendidikan terdapat banyak model pembelajaran yang diterapkan

dalam proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mempermudah peserta

didik untuk dapat menyerap dan menerapkan ilmu atau pengetahuan yang

diberikan oleh guru.

Pembelajaran E-learning di masa padenmi Covid-19 dapat memberikan

fleksibilitas terhadap kegiatan pengaksesan materi pembelajaran. Dalam

penerapannya di sekolah E-learning dapat membantu peserta didik mengakses

setiap materi yang diajarkan oleh guru dimana saja tanpa harus menunggu
4

pertemuan di kelas. Ketika guru tidak dapat hadir guru dapat memantau

peserta didik melalui pembelajaran online atau memberi materi dan tugas dan

dapat memberikan umpan balik secepatnya. Dalam pembelajaran daring (E-

learning) sangat memperhatikan daei segi kesiapan guru dan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran.

Ketidaksiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring juga akan

mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran, begitu juga dengan kesiapan

peserta didik dalam proses pembelajaran online juga mempengaruhi dalam

terlaksananya proses pembelajaran. Slameto (2013: 59) mengungkapkan

dalam proses belajar yang berpengaruh bagi tujuan pendidikan yang

berlangsung, salah satu faktor psikologi yang ada didalamnya adalah kesiapan.

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk

memberi respons/jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi Slameto

(2013:113). Kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Untuk mengetahui tingkat kesiapan Guru dan Peserta didik terhadap

pembelajaran online yang akan diterapkan diharapkan sekolah dapat

menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil. Tingkat kesiapan pada

setiap kategori yang diuji selain dapat mengetahui tingkat kesiapan secara

keseluruhan, dapat diketahui juga kategori kesiapan yang masih rendah.

Tingkat kesiapan pada kategori yang masih rendah akan ditindak lanjuti dan

tingkat kesiapan pada kategori tinggi akan dipertahankan. Sehingga Guru dan

Sekolah dapat memberikan waktu dan biaya pada kategori Siswa/Siswi

dengan ekonomi yang masih rendah dengan melakukan sosialisasi atau


5

pelatihan dan langkah lainnya.Berdasarkan masalah diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesiapan Guru

dan Siswa SMK N 2 Medan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Online/Daring”.

1.2 Identifikasi Masalah

Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun 2013-2020, dimana

kenyataan dilapangan masih menemukan banyak masalah. Masalah yang

timbul terkait dengan diperlakukannya Kurikuklum 2013 antara lain : Masalah

terkait sosialisasi dan pelatihan guru tentang Kurikulum 2013, masalah terkait

kesiapan guru dan siswa kependidikan, masalah kesiapan fasilitas

sekolah/sarana, dan masalah terkait bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013.

Dari uraian diatas dapat digambarkan perkembangan teknologi saat ini sangat

berpengaruh terhadap dunia pendidikan, Sehingga diperlukan suatu penelitian

terhadap kesiapan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara

daring, pembelajaran di masa pandemi saat ini sangat perlu dilengkapi dengan

E-learning. Berikut adalah identifikasi masalah penelitian yang dituangkan

dalam butir-butir berikut :

1. Mengajar menggunakan media pembelajaran online

2. Kebiasaan Guru dan Siswa yang melakukan pembelajaran secara

langsung.

3. Fasilitas yang dimiliki Siswa dalam melaksanakan pembelajaran

daring.
6

4. Keinginan pihak sekolah untuk dapat memaksimalkan fasilitas dan

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melengkapi pembelajaran

di kelas dengan E-learning.

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang di kemukakan apda identifikasi masalah tidak dapat

dibahas semuanya dalam penelitian ini karena berbagai factor dan

keterbatasan peneliti. Agar pembahasan dapat lebih terfokus dan mendalam

permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatas masalah

sebagai berikut :

1. Subjek Penelitian

Guru dan Siswa yang ada di SMK N 2 Medan

2. Objek Penelitian

Data dan Media pembelajaran guru pada sekolah daring

3. Parameter Penelitian

Kesiapan Guru dan Siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara

daring meliputi: Kesiapan fisik, kesiapan perencanaan pembelajaran,

kesiapan pelaksanaan pembelajaran, kesiapan penilaian hasil belajar.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kesiapan Guru terhadap pembelajaran daring di SMK

Negeri 2 Medan ?
7

2. Bagaimana kesiapan siswa terhadap pembelajaran daring di SMK

Negeri 2 Medan ?

3. Apakah kendala dalam melaksanakan pembelajaran daring ?

1.5 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di atas, tujuan

penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kesiapan Guru terhadap pembelajaran daring di

SMK Negeri 2 Medan.

2. Untuk mengetahui kesiapan Siswa terhadap pembelajaran daring di

SMK Negeri 2 Medan.

3. Untuk mengetahui kendala dalam melaksanakan pembelajaran secara

daring.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah penggunaan informasi

yang tertera dalam kesimpulan dari setiap penelitian yang dilakukan

dipastikan dapat memberi manfaat baik bagi objek, atau peneliti khususnya

juga bagi seluruh komponen yang terlibat didalamnya. Manfaat yang bisa

diambil dari penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangan

informasi bagi peneliti berikutnya dimasa yang akan datang,

terutama yang berhubungan dengan hal yang sama.


8

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

pelaksanaan pembelajaran secara daring.

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di

SMK N 2 Medan

a. Bagi Sekolah

1) Memberikan gambaran mengenai kesiapan Guru dan Siswa

terhadap penerapan pembelajaran online di masa Pandemi Covid-

19 (E-Learning) di SMK Negeri 2 Medan

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam

menyempurnakan proses belajar mengajar pada saat social

distancing.

3) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak guru dan

sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Tinjauan Kesiapan

A. Pengertian Kesiapan

Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “tingkat perkembangan dari

kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

sesuatu” (Chaplin, 2006, halaman 419). Menurut Slameto (2003) “kesiapan adalah

keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk

memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan

kondisi yang dihadapi”. Menurut Dalyono (2005, halaman 52) juga mengartikan

“kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik

berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental

berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu

kegiatan”. Menurut Oemar Hamalik (2008, halaman 94) “kesiapan adalah

tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan

perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan

mengenai pengertian kesiapan. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang

atau individu untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana

sikap tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan

dipersiapkan selama melakukan kegiatan tertentu.

9
10

B. Faktor-faktor Kesiapan

a. Menurut Slameto (2010:115) prinsip–prinsip kesiapan meliputi :

1) Semua aspek perkembangan berinteraksi ( saling pengaruh

mempengaruhi )

2) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dari pengalaman

3) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif

terhadap kesiapan

4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan

b. Menurut Soemanto (1998:192) prinsip bagi perkembangan readiness

diantaranya :

1) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk

readiness

2) Pengalaman seseorang untuk ikut mempengaruhi pertumbuhan

fisiologi individu

3) Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan

fungsi fungsi kepribadian individu , baik dari jasmani maupun

rohani

4) Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk

pada diri seseorang , maka saat saat tertentu dalam kehidupan

seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan

pribadinya.
11

c. Menurut Slameto (2010:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek

yaitu:

1) Kondisi fisik, mental dan emosional

2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

3) Ketrampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang telah di

pelajari.

d. Menurut Dalyono (2005:55) faktor kesiapan terbagi menjadi 2 yaitu

faktor internal dan faktor eksternal, meliputi :

1) Faktor internal, seperti kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan

motivasi.

2) Faktor eksternal, seperti keluarga, sekolah masyarakat dan

lingkungan sekitar

Berikut macam–macam kesiapan (dalam Kuswahyuni, 2009: 27-28) :

a. Kesiapan Mental

Kesiapan mental adalah kondisi kepribadian seseorang secara

keseluruhan dan bukan hanya kondisi jiwanya. Kondisi kesiapan

mental merupakan hasil tumbuh kembang sepanjang hidup seseorang

dan diperkuat oleh pengalaman sehari–hari orang yang bersangkutan.

Arikunto (2001:56) menjelaskan bahwa kesiapan mental dipengaruhi

oleh :

1) Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni atau tidaknya hasil

belajar

2) Siswa yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih

dibanding dengan siswa yang berkemampuan tinggi


12

3) Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya, mengurangi

timbulnya kecemasan dalam tes

4) Dalam kecemasan tinggi, siswa akan mencapai hasil yang baik

b. Kesiapan Kecerdasan

Kesiapan kecerdasan adalah kesigapan bertindak dan kecakapan

memahami bisa tumbuh dari berbagai kualitas. Ketajaman intelegensi,

otak, dan pikiran dapat membuat siswa lebih aktif daripada siswa yang

tidak cerdas. Hal tersebut membuat siswa jadi lebih bisa menyesuaikan diri

dengan sekitarnya, makin cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

semakin cepat mengendalikan situasi.

C. Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja terdiri atas dua kata, yaitu kesiapan dan kerja. Berdasarkan

pembahasan di atas, kata kesiapan dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang

untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut

memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan

selama melakukan keigatan tertentu, sedangkan kata kerja memiliki arti suatu

kegiatan yang dilakukan seseorang dengan menggunakan tenaga dalam usaha

untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu dan memperoleh bayaran atau

upah.

Jadi, pengertian kesiapan kerja adalah suatu kondisi seseorang untuk

menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan

menggunakan tenaga dalam usaha untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu

dan memperoleh bayaran atau upah.


13

Menurut Harjono (1990, halaman 23) mengemukakan bahwa kesiapan

peserta didik untuk memasuki dunia kerja adalah segala sesuatu yang harus

disiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Kesiapan

peserta didik sebagai calon tenaga kerja merupakan suatu kondisi individu dari

hasil pendidikan dan latihan atau keterampilan yang mampu memberikan jawaban

terhadap situasi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005, halaman 554) “kerja

diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat

dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian”. Sependapat

dengan Moh. Thayeb Manribu (1998, halaman 27) “kerja diartikan sebagai suatu

kelompok aktivitas, tugas atau kewajiban yang sama dan dibayar, yang

memerlukan atribut-atribut yang sama dalam suatu organisasi tertentu”.

Menurut Wjs. Poerwadarminta (2002, halaman 492) ”kerja adalah

melakukan sesuatu”, sedangkan menurut Taliziduhu Ndraha (1991, halaman 1),

“kerja adalah proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit

sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan

kebutuhan yang ada”.

Menurut Koontz dan O’Donnel (1964) mengatakan bahwa pengertian

kerja yaitu penggunaan tenaga dalam usaha untuk menyelesaikan atau

mengerjakan sesuatu. Usaha yang dilakukan bisa secara mental atau fisik, serta

secara sukarela atau terpaksa. Selanjutnya penyelesaian yang dilakukan bisa

sampai tuntas atau hanya sebagian saja.

Menurut B. Renita (2006, halaman 125) kerja dipandang dari sudut sosial
14

merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan

kesejahteraan umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan

masyarakat, untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, sedangkan

dari sudut rohani atau religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia

sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Dalam hal ini, bekerja merupakan suatu

komitmen hidup yang harus dipertangungjawabkan kepada Tuhan.

Berdasarkan beberapa pengertian kerja di atas peneliti dapat

menyimpulkan mengenai pengertian kerja. Kerja yaitu kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu yang menghasilkan alat

pemenuhan kebutuhan yang ada seperti barang atau jasa dan memperoleh bayaran

atau upah.

a) Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

Berikut pandangan-pandangan para ahli tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kesiapan kerja:

a. Menurut Mangunhardjana (1988) secara garis besar menjelaskan bahwa

mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan itu meliputi:

1) Persiapan profesional atau persiapan dalam bidang pendidikan.

Arti dari profesi adalah bidang hidup ketika seseorang terjun untuk

mengabdi dengan seluruh kemampuan, keahlian dan minat, sehingga

dapat diperoleh tempat dalam masyarakat, menentukan harga diri,

kebanggaan dan nafkah untuk hidup. Tujuan persiapan ini adalah

membekali diri dengan pengetahuan, keahlian dan kecakapan dalam

bidang tertentu. Untuk profesi yang menuntut pendidikan formal

misalnya, maka persiapannya juga melalui pendidikan formal. Selain


15

pendidikan untuk menjadi profesional dalam bidangnya, seseorang harus

banyak berlatih mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya

tersebut. Hal ini bisa dijalankan dengan usaha sendiri maupun berguru

pada ahlinya, seperti magang dan kursus.

2) Persiapan sikap dan kepribadian atau persiapan bidang psikologis.

Demi keberhasilan pelaksanaannya, setiap profesi mengandalkan sikap

batin tersendiri. Idealnya, sikap itu ditumbuhkan dan dibina selama

pendidikan. Sikap yang dibutuhkan antara lain sikap bertanggung jawab,

jujur, dapat diandalkan, mandiri dan berdisplin diri. Persiapan ini juga

mencakup pendewasaan emosi, perasaan, budi dan pikiran, kehendak dan

motivasi, arah dan cita-cita serta tindak tanduk perilaku.

3) Persiapan hubungan dengan orang lain dan kerja sama atau persiapan

dalam bidang sosial.

Di tempat kerja atau lembaga, seseorang umumnya tidak bekerja sendirian,

tetapi bekerja sama dengan orang lain dalam regu atau tim. Hubungan ini

membawa akibat besar dalam pelaksanaan tugas dan kerja sama. Persiapan ini

mencakup belajar menerima orang lain apa adanya, berkomunikasi dengan baik,

memulai persahabatan dengan orang lain, diikuti kemampuan mengembangkan

dan memperdalam persahabatan tersebut serta mengatasi masalah-masalah yang

muncul. Persiapan ini juga meliputi kerja sama yang baik, yang menuntut

seseorang untuk belajar membiasakan diri dalam melihat hubungan dengan diri,

tempat dan kerja sama antara lain, sikap yang tidak egois, tenggang rasa, terbuka

terhadap saran dan pihak lain, tempat dan kerja orang lain, kesadaran bertanya dan

berkomunikasi dengan baik berdasarkan rasa saling percaya.


16

b. Menurut Suryabrata (1986) mengatakan bahwa kesiapan kerja juga

dipengaruhi oleh proses belajar seseorang. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar antara lain:

1) Faktor dari luar yang terdiri dari faktor non sosial dan faktor sosial.

Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan sesama manusia baik

yang hadir ataupun representatif dan faktor non sosial meliputi suhu,

cuaca, tempat, alat-alat serta waktu.

2) Faktor dari dalam yang terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor fisiologis yaitu keadaan jasmani dan faktor psikologis yaitu

meliputi rasa ingin tahu, sifat kreatif dan keinginan untuk maju.

c. Menurut Kartini (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja

adalah faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor-faktor dari luar

diri sendiri (ekstern). Faktor-faktor dari dalam diri sendiri meliputi:

kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat

motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan

dalam bekerja, sedangkan faktor-faktor dari luar diri sendiri meliputi:

lingkungan keluarga (rumah), lingkungan dunia kerja, rasa aman dalam

pekerjaannya, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan

dengan pimpinan dan gaji.

d. Menurut Dewa Ketut (1993, halaman 44) faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap kesiapan kerja antara lain:

1. Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, yang meliputi:

a) Kemampuan intelejensi

Setiap orang memiliki kemampuan intelejensi berbeda-beda,


17

dimana orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih tinggi akan lebih

cepat memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan

orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih rendah. Kemampuan

intelejensi yang dimiliki oleh individu memegang peranan penting

sebagai pertimbangan apakah individu tersebut memiliki kesiapan dalam

memasuki suatu pekerjaan.

b) Bakat

Bakat adalah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu

yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa

mendatang, sehingga perlu diketahui sedini mungkin bakat-bakat

mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk mempersiapkan

mahasiswa sesuai dengan bidang kerja dan jabatan atau karir setelah

lulus dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

c) Minat

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi,

perpaduan dan pencampuan dari perasaan, harapan, prasangka, cemas,

takut dan kecenderungan-kecenderungan lain untuk bisa mengarahkan

individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya

dalam mencapai kesiapan dan prestasi dalam suatu pekerjaan serta

pemilihan jabatan atau karir.

d) Motivasi

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Motivasi sangat besar pengaruhnya untuk mendorong mahasiswa


18

dalam memasuki dunia kerja sehingga menciptakan kesiapan dari dalam

dirinya untuk bekerja.

e) Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif dari dalam diri individu

tentang suatu pekerjaan atau karir akan berpengaruh terhadap kesiapan

individu tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan.

f) Kepribadian

Kepribadian seseorang memiliki peranan penting yang berpengaruh

terhadap penentuan arah pilihan jabatan dan kesiapan seseorang untuk

melakukan suatu pekerjaan.

g) Nilai

Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap

pekerjaan yang dipilihnya dan prestasi dalam pekerjaan sehingga

menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja.

h) Hobi

Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena

kegiatan tersebut merupakan kegemarannya atau kesenangannya. Hobi

yang dimiliki seseorang akan menentukan pemilihan pekerjaan sehingga

menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja.

i) Prestasi

Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang

sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap kesiapan kerja

individu tersebut.
19

j) Keterampilan

Keterampilan adalah kecakapan dalam melakukan sesuatu.

Keterampilan seseorang akan mempengaruhi kesiapan untuk melakukan

suatu pekerjaan.

k) Penggunaan waktu senggang

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di luar jam

pelajaran di kampus digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk

rekreasi.

l) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan

Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang

berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya.

m) Pengetahuan tentang dunia kerja

Pengetahuan yang sementara ini dimiliki mahasiswa, termasuk

dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan,

gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan

lain-lain.

n) Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang pernah dialami mahasiswa pada waktu

duduk di kampus atau di luar kampus yang dapat diperoleh dari

praktikum, magang maupun kerja praktek.

o) Kemampuan dan keterbatasan fisik serta penampilan lahiriah

Kemampuan fisik misalnya berbadan kekar, tinggi dan tampan,

keterbatasan fisik misalnya, berbadan kurus dan pendek, penampilan

lahiriah misalnya, penampilan yang tidak sesuai etika dan kasar.


20

p) Masalah dan keterbatasn pribadi

Masalah adalah problema yang timbul dan bertentangan dalam diri

individu, sedangkan keterbatasan pribadi misalnya, mau menang sendiri,

tidak dapat mengendalikan diri dan lain-lain

2. Faktor sosial, yang meliputi bimbingan dari orang tua, keadaan teman

sebaya, keadaan masyarakat sekitar dan lain-lain.

2.1.2 Tinjauan Guru

a) Pengertian Guru

Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk

mengejar dan mendidik siswa.Guru adalah setiap orang yang bertugas dan

berwenang dalam dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidikan

formal. Untuk melaksanakan tugasnya prinsip-prinsip tentang tingkah laku yang

diinginkan dan diharapkan dari semua situasi pendidikan adalah berjiwa Pancasila.

Berilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menyampaikan serta dapat

dipertanggung jawabkan secara didaktis dan metodis. Sebagai guru, ia juga

dianggap bertanggung jawab kepada para siswanya, tidak saja dalam proses

pembelajaran berlangsung, tetapi juga ketika proses pembelajarannya berakhir

bahkan sampai di akhirat. Oleh karena itu wajar apabila mereka diposisikan

sebagai orang-orang yang penting dan mempunyai pengaruh besar pada masanya,

dan seolah-olah memang kunci keselamatan rohani dalam masyarakat.

Sebagai profesi, guru memenuhi ciri atau karakteristik yang melekat pada

guru, yaitu:

1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial bagi masyarakat, dirasakan


21

manfaatnya bagi masyarakat

2. Menurut ketrampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan

yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Memiliki kompetensi yang didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a

sytenatic bady of knowledge).

4. Memiliki kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota

beserta saksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik tersebut.

5. Sebagai konsekwensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada

masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok

berhak memperoleh imbalan finansial atau material.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang disebut Guru adalah orang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008: 469). Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah

orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Menurut Ametembun, menyatakan bahwa guru adalah semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara

individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Syaiful Bahri

Djamarah, 2005: 32), Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-Undang No. 14

Tahun 2004) Selanjutnya, scara legal formal, yang dimaksudkan dengan Guru

adalah sesiapa yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau

swasta, untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban
22

untuk melaksanakan kegiatan belajarmengajar di lembaga pendidikan sekolah

(Suparlan, 2006: 11)

Menurut Usman (2009:6) guru merupakan jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak sembarangan

dilakukan oleh seseorang. Untuk menjadi guru diperlukan syarat syarat

pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu

dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Guru merupakan

salah satu komponen terpenting dalam kegiatan belajar. Guru memiliki sifat

mutlak untuk membimbing dan mendidik siswa agar pendidik dapat belajar

dengan baik.

Menurut Zakiah (2006:39) guru adalah pendidik profesional karena secara

implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung

jawabnya pendidikan yang telah dipukl dipundak pada orang tua dari beberapa

defenisi diatas, dapat disimpulkan guru adalah seseorang yang merencanakan

segala hal terkait kegiatan belajar guna membimbing, melatih, dan memotivasi

peserta didik dengan potensinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pengertian-pengertian mengenai guru di atas sangat mungkin untuk dapat

dirangkum. Jadi, guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan

(SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik

siswa pada pendidikan, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam

semua aspek.
23

b) Syarat-syarat Menjadi Guru

Menurut Hasbullah yang dikutip oleh Binti Maunah menyebutkan bahwa

syarat-syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain ijazah dan syarat-syarat

mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran yaitu: syarat professional (ijazah), syarat biologis

(kesehatan jasmani dan rohani), syarat psikologis (kesehatan mental), syarat

pedagogis–dedaktis (pendidikan dan pengajaran). Menurut Oemar Hamalik yang

dikutip bukunnya oleh Ngainun Naim ada beberapa persyaratan untuk menjadi

seorang guru, yaitu:

a. Harus memiliki bakat seorang guru

b. Harus memiliki keahlian seorang guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi

d. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas

e. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila dan

f. Guru adalah seorang warga Negara yang baik

Untuk melakukan peranan dan tanggung jawabnya, guru memerlukan

syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat menjadi guru itu dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok.

a. Persyaratan administratif

Persyaratan ini telah ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada

misalnya : soal kewarganegaraan, berlakukan baik ijazah yang di

perlukan

b. Persyaratan ini bersifat formal

c. Persyaratan psikis
24

Persyaratan ini berkaitan dengan kesehatan jasmani dan rohani. Guru

harus juga mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memiliki

semangat membangun.

d. Persyaratan fisik.

c) Keterampilan Yang Harus Dimiliki Guru

Ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru

atau calon guru dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang

yang dikenal. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong

kemampuan befikir (Sunhaji, 2009:110). Dalam prose belajar mengajar,

bertanya memainkan peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun

dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan akan memberikan

dampak positif terhadap siswa yaitu:

a. Meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar

b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu

masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.

c. Mengembangkan pola dan cara berfikir aktif daris siswa sebab berfikir

itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.

d. Menunjukkan proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan

membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.


25

(Zainal Asril, 2011:81). Adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik adalah :

a. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.

b. Berikan Informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan siswa

c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu

d. Berikan waktu yang cukup pada siswa untuk berfikir sebelum

menjawab pertanyaan

e. Bagikan sebuah pertanyaan kepada siswa

f. Berikan respn yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul

keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya

g. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri

jawaban yang benar (Muh. Uzer Usman, 2007:75)

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)

Penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun

nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru

terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi

atau umpan balik (feedback) bagi si penerima ( siswa ) atau perbuatannya

sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi (Muh. Uzer Usman,

2007:80). Keterampilan dasar penguatan adalah respon tingkah laku guru

terhadap tingkah laku siswa berbentuk verbal atau nonverbal (Wina

Sanjaya,2006:163).

Untuk kegiatan proses pembelajaran, penghargaan mempunyai arti

tersendiri. Semua penghargaan ini tidak berwujud materi, melainkan dalam bentuk

kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan. Pada dasarnya antara keterampilan


26

memberi penguatan dan keterampilan bertanya saling terkait satu sama lainnya.

Inti sari dari penguatan adalah respons terhadap tingkah laku positif yang

dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Penguatan tidak boleh dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat

perhatian serius. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk mengganjar atau

membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi

belajar mengajar.

Pada prinsipnya keterampilan penguatan dapat dikelompokkan kepada dua

jenis, penguatan verbal dan penguatan non-verbal.

a. Penguatan verbal, diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan

kata-kata, pujian, penghargan, persetujuan dan sebagainya, misalnya ;

bagus sekali, betul pintar, saya senang dan sebagainya.

b. Penguatan non-verbal, berupa mimik dan gerakan tubuh. Berupa mimik

dan gerakan tangan dengan pendekatan, dan menggunakan sentuhan

digosok-gosok punggungnya. Menggunakan simbol atau benda, seperti

anak disuruh mengerjakan PR di papan tulis, kemudian diberikan tanda

betul (Zainal Asril,2011: 79).

Penguatan hendaknya dilakukan dengan kehangatan dan keantusiasan,

dilakukan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa bahwa dia patut

diberi penguatan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif berupa

canda yang menghina, ejekan yang kasar yang akan mematahkan semangat siswa

dalam belajar. Jika seorang siswa tidak dapat memberikan jawaban yang

diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi bisa melontarkan

pertanyaan kepada siswa lain.


27

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi

pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik,

sehingga dalam proses situasi pembelajaran senantiasa menunjukkan

ketekunan dan penuh partisipasi (Zainal Asril, 2011:86). Jadi inti tujuan

proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan

minat peserta didik agar belajar lebih baik.

Menurut Wina Sanjaya keterampilan dasar variasi adalah “Keterampilan

guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak

membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh

gairah berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran” (Wina

Sanjaya, 2006: 166). Keterampilan mengadakan variasi ada tiga macam yaitu :

variasi cara mengajar guru, variasi dalam menggunakan media atau alat

pengajaran, dan Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa (Muh.Uzer

Usman,2007:85-87).

a. Variasi Cara Mengajar Guru, contohnya:

1) Penggunaan variasi yaitu : suara dari keras menjadi lembut,dari tinggi

menjadi rendah, dan dari cepat menjadi lambat.

2) Pemusatan perhatian seperti : perhatikan baik-baik !, jangan ribut ! dan

lain-lain.

3) Kesenyapan atau kebisuan, pada saat menjelaskan tiba-tiba guru diam

sejenak untuk menarik perhatian.

4) Mengadakan kontak pandang yaitu menjelajah seluruh kelas dan melihat


28

mata seluruh siswa.

5) Gerakan kepala dan ekspresi wajah seperti menggangguk, menggeleng,

tersenyum, menaikkan alis mata dan sebagainya.

6) Pergantian posisi dan gerak di dalam kelas, agar bisa bisa mengontrol

tingkah laku siswa.

b. Variasi dalam menggunakan media dan alat pengajaran

1) Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Contohnya :

grafik, bagan, poster, gambar film dan slide.

2) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids). Contohnya :

rekaman suara, suara rdio, musik deklamasi puisi, dan sosiodrama.

3) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dan digerakkan (motorik).

Contohnya : peragaan siswa, model, spesimen, patung, topeng dan

boneka.

4) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio-

visual aids). Contoh : film, televisi, radio, slide projektor yang diiringi

penjelasan guru.

c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa, bertujuan agar tidak

menimbulkan kebosanan dan kejemuan siswa serta menghidupkan suasana

kelas kondusif.

Adapun jenis pola interaksi ada lima pola yaitu :

1) Pola guru-murid, yaitu komunikasi sebagai aksi satu arah

2) Pola guru-murid-guru, yaitu ada balikan (feedback) bagi guru, tidak


29

ada interaksi antar siswa.

3) Pola guru-murid-murid, yaitu ada balikan bagi guru, siswa saling

belajar satu sama lain.

4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid, yaitu interaksi optimal

antara guru dengan murid dan antara murid dengan guru (komunikasi

multi arah).

5) Pola melingkar yaitu setiap siswa mendapat giliran untuk

mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara

dua kali apabila setiap siswa mendapat giliran.

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaining)

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang

dikelola secara sistematis suntuk menunjukkan adanya hubungan antara

satu dengan yang lainnya (Zainal Asril, 2010:84). Buchari Alma

menyatakan bahwa :

Keterampilan “menjelaskan” ini berhubungan dengan

a. Penyampaian sesuatu ide/pendapat ataupun pemikiran (dalam hal ini

bahan pelajaran) dalam bentuk kata-kata.

b. Pengorganisasian dalam menyempaikan ide tersebut :

1) Sistematika penyampaian

2) Hubungan antar hal yang terkandung dalam ide itu.

c. Upaya untuk secara sadar menumbuhkan pengertian ataupun

pemahaman pada diri siswa (Buchari Alma et al, 2012:21)


30

Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan

urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan penjelasan. Pentingnya

keterampilan menjelaskan dikuasai oleh guru, karena tidak semua siswa dapat

menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari sumber lainnya. Oleh karena itu,

guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu.

T. Gilarso mengungkapkan bahwa komponen-komponen yang harus

diperhatikan dalam penjelasan adalah : (1) merencanakan pesan yang

disampaikan, (2) Menggunakan contoh-contoh, (3) memberikan penjelasan yang

paling penting, (4) mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang materi

yang belum dipahami ( T.Gilarso, 1986:35). Komponen penjelasan itu terkait

dengan orientasi, bahasa yang sederhana, contoh yang banyak dan relevan,

memiliki struktur yang jelas, bervariasi dalam menjelaskan latihan dan umpan

balik.

Tujuan akhir dalam keterampilan memberikan penjelasan adalah guru

tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang sesuatu, tetapi sekaligus melatih

peserta didik dalam proses dan teknik berfikir. Isi penjelasan terkait dengan

perencanaan, dan pelaksanaan.

5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Menurut Sardiman, keterampilan membuka pelajaran adalah “seberapa

jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk

suatu jam pelajaran tertentu (Sardiman A.M, 2011:211). Menurut Wina

Sanjaya, membuka pelajaran atau set induction adalah “usaha yang

dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan


31

prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada

pengalaman belajar yang disajikan (Sanjaya,2006:171).

Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup

pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang

telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat

keberhasilan dalam proses belajar mengajar ( Zainal Asril, 2010:82).

Inti persoalan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik

perhatian siswa, memotivasi, memberi acuan tentang rujukan, pokok persoalan

yang akan dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, dan mengaitkan

pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru. Menyiapkan mental murid agar

mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan

minat dan perhatian siswa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar

mengajar.

Adapun inti kegiatan menutup pelajaran yaitu (1) merangkum atau

meringkas inti pokok pelajaran, (2) mengonsolidasikan perhatian peserta didik

pada masalah pokok pembahasan agar informasi yang diterimanya dapat

membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya, (3)

mengorganisasikan semua pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan

kebutuhan yang berarti dalam memahami matei pelajaran, (4) memberikan tindak

lanjut berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru dipelajari ( Zainal

Asril, 2011:71).

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


32

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan

berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau

pemecahan masalah ((Muh.Uzer Usman,2007:94). Pengertian diskusi

kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tidak jauh beda dengan

pengertian di atas. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di

bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan

masalah, atau pengambilan keputusan tersebut berlangsung dalam suasana

terbuka. Setiap siswa bebas mengemukakan ide-idenya tanpa merasa ada

tekanan dari teman atau gurunya, dan setiap siswa harus mentaati peraturan

yang ditetapkan sebelumnya.

Dikusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses

belajar mengajar. Akan tetapi tidak setiap guru dan calon guru mampu

membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh

karena itu, keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru

mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.

Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam keterampilan

membimbing diskusi yaitu (a) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan

dan topik diskusi, (b) memperluas masalah, intinya merangkum kembali

permasalahan supaya jelas, (c) Menganalisa pendapat peserta didik yang memiliki

dasar yang kuat, (d) meluruskan alur berfikir peserta didik, (e) memberikan

kesempatan peserta didik berpartisipasi dalam diskusi, (f) menutup diskusi,

membuat rangkuman, menindaklanjuti diskusi dan menilai hasil diskusi ( Zainal

Asril,2011:80).
33

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila

terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang

optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana

pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, pengelolaan kelas

adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang

optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar

mengajar (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,2006:173). Jadi Penghentian

tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran

bagi ketepatan waktu penyelelesaian tugas oleh siswa atau penetapan norma

kelompok yang produktif (Zainal Asril,2011:97).

Beberapa prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas adalah : (a)

kehangatan dan keantusiasan, yaitu suasana yang menyenangkan, (b) tantangan,

untuk meningktkan gairah siswa untuk belajar, (c) bervariasi, yaitu penggunaan

media, gaya dan interaksi yang bervariasi, (d) keluwesan, yaitu strategi belajar

mengajar yang efektif, (e) penekanan pada hal-hal yang positif, (f) dan

penanaman disiplin diri.

Dengan demikian keterampilan mengelola kelas berfungsi menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila ada

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dua hal tersebut merupakan komponen
34

dari keterampilan mengelola kelas yang harus dikuasai oleh guru atau calon guru.

8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Membimbing diskusi kelompok berarti suatu proses yang teratur dengan

melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif

yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman mengambil

keputusan. Diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi

kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk berbagi

informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan dilaksanakan

dalam suasana terbuka (Zainal Asril,2011:79).

Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah bila jumlah siswa yang dihadapi

oleh guru terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil.

Ini berarti bahwa guru hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja

sepanjang waktu belajar. Guru banyak menghadapi banyak siswa terdiri dari

beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan maupun

secara kelompok (Moh. Uzer Usman, 102).

Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelompok

kecil yaitu (a) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi,

(b) menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas,

(c) menganalisis pendapat peserta didik dengan dasar yang kuat, (d) meluruskan

alur peserta didik dengan memberikan contoh verbal dan memberikan waktu

berfikir, (d) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, (e)

menutup diskusi, membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklanjuti hasil

diskusi dan menilai hasil diskusi (Zainal Asril,2011:80).


35

Peran guru dalam pengajaran ini adalah organisator kegiatan belajar

mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi siswa, motivator bagi siswa untuk

belaja, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa, dan

pembimbing kegiatan siswa. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih

aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar besar, berkembangnya

daya kreatif dan sifat kepemimpinan siswa, serta dapat memenuhi kebutuhan

siswa secara optimal.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kombinasi pelajaran klasikal,

kelompok kecil dan perseorangn memberikan peluang yang besar bagi

tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan

mengajar kelompok kecil dan perseorangan merupakan satu kebutuhan yang

esensial bagi setiap calon guru dan guru profesional.

d) Tugas Guru

Menurut kemendiknas (2000) dalam (Darmadi, 2015) mengindikasikan

bahwa tugas utama guru antara lain adalah sebagai berikut :

a) Tugas guru sebagai pengajar (instruksional). Sebagai pengajar, guru

bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang

telah disusun dan melaksanakan penilaian setelah program itu

dilaksanakan.

b) Tugas guru sebagai pendidik (edukator), sebagai pendidik guru bertugas

mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian

sempurna.
36

c) Tugas guru sebagai memimpin. Sebagai pemimpin, guru bertugas

memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat

yang terkait, menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,

pengorganisasian, partisipasi atas program yang dilakukan.

menurut Roestiyah N.K.,tugas guru adalah sebagai brerikut :

a.  Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,

kecakapan dan pengalaman – pengalaman

b.  Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita- cita dan dasar

negara kita pancasila

c.  Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-

undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No.II Tahun 1983

d.  Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar guru hanya

sebagai perantara/ medium, anak harus berusaha sendiri

mendapatkan/ insight timbul perubahan dalam penegtahuan, tingkah laku

dan sikap.

e.  Guru adalah pembimbing, untuk membawa anak didik kearah

kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak

didik menurut kehendaknya.

f.  Guru adalah pen dihubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya

kan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan

demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah terlebih dahulu.

g.  Guru sebagai administrator dan menejer Diamping mendidik, seorang

guru haru dapat mengerjakan urusan tata usaha membuat buku kas, daftar
37

induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi

segala pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan

penuh dengan rasa kekeluargaan.

h.  Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena

terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar-

benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.

i. Guru sebagai perencana kurikulum. Guru mengahdapi anak- anak setiap

hari, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak- anak dan masyarakat

sekitar, maka dalam menyusun kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh di

tinggalkan.

j.  Guru sebagai pemimpin. Guru mempunyai kesempatan dan tanggung

jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan

soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan anak- anak kepada

problem

k. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak- anak. Guru harus turut aktif

dalam segala aktifitas anak,misalnya dalm ekstrakurikuler membentuk

kelompok belajar dan sebagainya.  

e) Peran Guru

Mengenai apa peranan guru, ada beberapa pendapat yang dijelaskan

sebagai berikut:

1.   Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang

dapat memberikan nasihat-nsihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan


38

dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkahlaku serta

nilai-nilai, oranag yang menguasai bahan yang di ajarkan.

2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai

(employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate)

terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman

sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai

pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tuaa.

3.   James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain:

menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan

mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan

siswa.

4.   Federasi dan Organisasi Provesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa

peranan guru disekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga

berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap. Dari

beberapa pendapat diatas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan

belajar-mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium, studi

lapangan dan sumber imformasi kegiatan akademik maupun umum.

Dalam pada itu berlaku teori komunikasi berikut:

1 Teori stimulus-respons

2 Teori dissonance-reduction.

3 Teori pendekatan fungsional

b. Organisator
39

Guru sebagai organisator, pengelolah kegiatan akademik,

silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen

yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua di organisasikan

sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam

belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam meningkatkan

kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat

merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk

mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan

daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjadi dinamika dalam proses

belajar-mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting

sebgai dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi

pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,

menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

d. Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru

dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar

siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Suda

barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh

aleh anak didiknya.

f. Transmitter
40

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar

kebijaksanaan pendidik dan pengetahuan.

g. Fasilitator

berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas

atau kemudahan dalm proses belaja-mengajar, misalnya saja dengan

menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan

perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan

berlangsung secara efektif. Hal ini bergayut dengan semboyang “Tut Wuri

Handayani”.

h. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan

belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar

kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.

i. Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai

otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun

tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak

didiknya berhasil atau tidak.

Menurut Semana (1994), seorang guru dituntut untuk bisa berperan dalam

menunjukan citra guru yang ideal dalam masyarakatnya.Dalam hal ini

J.Sudarminto (1990) (dalam semana, 1994), berpendapat bahwa citra guru yang

ideal adalah sadar dan tanggap akan perubahan zaman pola tindakan keguruannya

yang tidak rutin, guru tersebut maju dalam penguasaan dasar keilmuannya dan
41

perangkat instrumentalnya (misalnya sistem berfikir, membaca keilmuan,

kecakapan problem solving, dll) yang diperlukannya untuk lebih lanjut atau

berkesinambungan.

Menurut Rice dan Bishoprick (1971) guru profesional adalah guru yang

mampu mengelola dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas nya sehari-hari.

Profesinal guru oleh dari kedua ahli tersebut dipandang sebuah proses yang

bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidakmatangan menjadi matang,

dari diarahkan oleh orang lain menjadi mengarahkan diri sendiri.

Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan

pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

lain yang sesuai dengan kekhusussanya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.

Sedangkan dalam UU Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab,


42

wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer)

berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti

penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa

yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan

keterampilan dasar, persiapan untuk perkawinan dan hidup berkeluarga,

pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh

karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru

sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap

aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan

norma-norma yang ada.

2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,

tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam

berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui

pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha

membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam

memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh

seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi,

Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon,

Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang

bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar,


43

Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar

pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus

senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat

yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran

perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut

fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan

spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan

guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal

berikut:

a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi

yang hendak dicapai.

b. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan

yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan

belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat

secara psikologis.

c. Guru harus memaknai kegiatan belajar.

d. Guru harus melaksanakan penilaian.


44

4. Guru Sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru

menjadi pemimpin bagi peserta didiknya, maka akan menjadi baik.

5. Guru Sebagai Pemimpin

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,

guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan

agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak

ketinggalan jaman.

6. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang

besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,

apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan

guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar

lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan

gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan,

pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera,

keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.


45

7. Sebagai Anggota Masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang

guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang

yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada

bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk

berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui

kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus

dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat

yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.

8. Guru Sebagai Administrator

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan

dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu

seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala

pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu

diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya

merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan

tugasnya dengan baik.

9. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan


46

dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta

didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan

dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat

menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih

mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan

mental.

10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang

dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian

halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek

kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada

jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan

diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan

kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa

moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara

generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru

harus menjadi pribadi yang terdidik.

11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal

dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas


47

ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak

ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk

menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha

untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,

sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan

tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa

apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih

baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

12. Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan

merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa

pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta

didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari

perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai

emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan

mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang

percaya diri.

13. Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari

awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan

melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta


48

didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator

terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang

pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan

kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan

perkembangan dan potensi anak didik. Begitu banyak peran yang harus

diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak

guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia

tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi

calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang

menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan

terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat

tersebut bergerak menuju kehancuran.

Guru adalah sosok figur yang digugu dan ditiru oleh peserta didik dan

menjadi ujung tombak keberhasilan mereka. Menurut Pullias dan Young yang

dikutip oleh Mulyasa mengidentifikasikan beberapa peranan guru dalam

pembelajaran yaitu:

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi

para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab,

wibawa, mandiri dan disiplin.

2. Guru Sebagai Pengajar


49

Tugas utama guru sebagai pengajar yakni memberitahu atau

menyampaikan materi pembelajaran. Sejak adanya kehidupan, guru telah

melaksanakan pembelajaran. Perkembangan teknologi mengubah peran

guru dari pengajar menjadi fasilitator yang bertugas memberikan

kemudahan belajar. Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang

jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami

ketrampilan yang dituntut oleh pembelajaran.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengalaman dan pengetahuannya bertanggung jawab atas kelancaran

perjalanan itu. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan

secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, jalan yang harus ditempuh,

menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai

kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

4. Guru sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan,

baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak

sebagai pelatih. Guru berperan sebagai pelatih bertugas melatih peserta

didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-

masing.

5. Guru Sebagai Penasehat


50

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua

meskipun mereka tidak memiliki keahlian khusus sebagai penasehat.

Menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan

menjadi orang kepercayaan. Agar guru menyadari akan perannya sebagai

orang kepercayaan, maka ia harus memahami psikologi kepribadian dan

ilmu kesehatan mental.

6. Guru Sebagai Pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus

memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan

akan kepribadian sebagai pendidik memang lebih berat daripada profesi

lainnya. Bahkan ungkapan yang sering didengar seperti “guru itu digugu

dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesanpesan yang disampaikan guru

bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau

diteladani.

2.1.3 Tinjauan Siswa

a) Pengertian Siswa

Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral

dalam proses belajar mengajar dimana di dalam proses belajar mengajar, siswa

sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin

mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat

mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.


51

Menurut Abu Ahmadi siswa adalah orang yang belum mencapai dewasa,

yang membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain yang telah dewasa

guna melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk Tuhan, sebagai umat

manusia, sebagai warga negara yang baik dan sebagai salah satu masyarakat serta

sebagai suatu pribadi atau individu.

Menurut Ali (2010) menyatakan bahwa siswa adalah mereka yang secara

khusus diserahkan oleh orang tua untuk mengikuti pembelajaran yang

diselenggarakan disekolah dengan tujuan untuk menjadi manusia yang memiliki

pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak dan

mandiri.

Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang

sedang berguru (belajar, bersekolah). Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005)

pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh

atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Sedangkan menurut Daradjat (1995)

siswa adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses

berkembang. Dalam proses berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang

sifat dan contohnya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam

suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.

Menurut Sardiman (2003), pengertian siswa adalah orang yang datang

kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Pada

masa ini siswa mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Selain

itu juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang

dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari
52

orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang

dewasa. Masa ini secara global berlangsung antara usia 12-22 tahun.

Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan siswa adalah salah

satu faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya

sistem belajar-mengajar. Siswa adalah orang yang datang kesekolah untuk

memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.

b) Kebutuhan-kebutuhan Siswa

Dalam tahap-tahap perkembangan individu siswa, dan satu aspek yang

paling menonjol ialah adanya bermacam ragam kebutuhan yang meminta

kepuasan Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan

siswa (dalam Maisyarah, 2013), antara lain :

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis: bahan-bahan dan keadaan yang

essensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual

2. Kebutuhan-kebutuhan sosial aau status: menerima dan diterima

dan menyukai orang lain.

3. Kebutuhan-keebutuhan ego atau integratif: kontak dengan

kenyataan, simbolisasi progresif, menambah kematangan diri

sendiri, keseimbangan antara berhasil dan gagal, menemukan

individualitasnya sendiri.

Maslow (dalam Azzahra, 2013) menyatakan bahwa kebutuhankebutuhan

psikologis akan timbul setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Ia

mengadakan klasifikasi keutuhan dasar sebagai berikut:


53

1. Kebutuhan-kebutuhan akan keselematan (safety needs)

2. Kebutuhan-kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and

love needs)

3. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa kebutuhan

siswa dapat dibedakan menjadi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis,

kebutuhan sosial dan kebutuhan ego.

c) Tugas Perkembangan Siswa

Dilihat dari perkembangannya, anak usia SMP berada pada tahap

perkembangan masa remaja (13-18 tahun). Adapun tugas-tugas perkembangan

pada masa remaja menurut Havigurst (dalam Harlock, 1990) yaitu:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang

dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawaninan dan keluarga


54

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berprilaku mengembangkan ideology

d) Peran Siswa

Peran siswa dalam pembelajaran yaitu kesediaan siswa mengikuti proses

pembelajaran dengan baik dan benar serta memberikan respon positif terhadap

materi pelajaran yang di bahas serta berusaha mencari tahumateri yang belum di

pahami (Uno, 2011). Suasana yang mesti tercipta dalam proses pembelajaran

adalah bagaimana siswa benar-benar berperan aktif dalam belajar.

Menurut Djamarah (2010) peran aktif siswa dalam pembelajaran akan

menjadi dasar dari pembentukan generasi kreatif, yang berkemampuan untuk

menghasilkan sesuatu yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga

bagi orang lain. Selain itu siswa yang belajar dengan aktifitasnya sendiri kesannya

tidak berlalu begitu saja akan tetapi siswa akan berusaha untuk memikirkannya

dan mengolahnya kemudian mengeluarkan informasi tersebut dengan bentuk yang

beda sehingga ini akan merangsang siswa untuk bertanya, mengajukan pendapat

dan menimbulkan diskusi dengan guru (Shadiq, 2009).

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa peran aktif siswa dalam

proses pembelajran adalah kegiatan siswa atau keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran yang meliputi pengajuan pendapat, bertanya kepada siswa lain atau

guru serta menimbulkan diskusi dengan guru untuk menghasilkan sesuatu yang

tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain.
55

e) Tugas-tugas Sebagai Siswa

Menurut Ridwan (2011) tugas seorang siswa di sekolah dibagi menjadi 5

unsur pokok yaitu:

a. Belajar : belajar merupakan tugas pokok seorang siswa, karena melalui

belajar dapat menciptakan generasi muda yang cerdas. Tugas siswa di

sekolah dibagi menjadi tiga diantaranya adalah:

1. Memahami dan mempelajari materi yang diajarakan

2. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

3. Mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan mengerjakan

pekerjan rumah jika ada pekerjaan rumah.

4. Taat pada peraturan sekolah: setiap sekolah memiliki tata tertib

yang harus ditaati oleh para siswa, demi terciptanya kondisi

sekolah yang kondusif, aman, nyaman untuk siswa dalam belajar

dan menjalani aktivitas selama di sekolah. Selain itu tata tertib

sekolah juga sebagai patokan dan kontrol perilaku siswa di

sekolah. Jika tatatertib dilanggar maka akan mendapatkan sangsi

atau hukuman.

b. Patuh dan hormat pada guru: tugas seorang siswa di sekolah

selanjutnya adalah patuh dan hormat kepada guru. Rahmat, barokah

dan manfaat dari sebuah ilmu itu tergantung dari ridhonya guru. Oleh

karena itu jika siswa ingin menjadi siswa yang cerdas haruslah patuh,

taat dan hormat pada guru.


56

c. Disiplin: ada sebuah istilah “ kunci meraih sukses adalah disiplin”

istilah ini memiliki makna yang kuat jika seseorang memiliki disiplin

yang tinggi maka dia akan sukses. Begitu juga dengan siswa jika

seorang siswa memiliki disiplin yang tinggi maka dia akan dapat

meraih cita-cita yang diinginkan.

d. Menjaga nama baik sekolah: menjaga nama baik sekolah adalah

kewajiban setiap siswa, dengan menjaga nama baik sekolah maka

siswa dan sekolah akan mendapatkan nilai positif dari masyrakat. Dan

jika siswa dapat memberikan prestasi bagi sekolah akan menjadi

sebuah kebangaan yang luar biasa Berdasarkan pendapat tokoh diatas

dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas siswa adalah belajar, patuh dan

hormat pada guru, disiplin, menjaga nama baik sekolahnya.

2.1.4 Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu

merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu

atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar

manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki

tentang sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar

mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan
57

atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang

dilakukan siswa sebagai anak didik.

Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha

agar apa yang di inginkan dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja

mandiri maupun kelompok dalam suatu interaksi. Belajar merupakan suatu proses

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang

baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

suatu situasi.

Menurut James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar;

Rineka Cipta; 1999) dalam Badarudin (2012) Belajar adalah Proses dimana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan

Menurut Winkel, dalam Badarudin (2012) belajar adalah aktivitas mental atau

psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, nilai dan sikap. Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik),

maupun nilai dan sikap (afektif).


58

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap

atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan

usaha, perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan ( Badarudin, 2012).

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa

perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar menurut Djamarah

(2002:15-16) sebagai berikut :

1. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan

menyadari terjadinya perubahan atau sekurangkurangnya individu

merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar,

perubahan yang terjadi dalam diri indiviu berlangsung terus-

menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan atau proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan

belajar, perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu

yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usah belajar

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang

diperoleh.
59

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan

bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja

seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya.

Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen.

5. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang

diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi

perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu

sebagai hasil ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara

menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilam, pengetahuan.

a) Prinsip-prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli

yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari

berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku

umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi

siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya

meningkatkan keterampilan mengajarnya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 42) prinsip belajar yang dapat

dikembangkan dalam proses belajar, diantaranya:

1. Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting

dalam kegiatan belajar. dari kajian teori belajar pengolahan informasi

terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar


60

(Gagedan Berlin, 1984, hlm.335) Motivasi mempunyai kaitan yang

erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu

bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan

demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang tersebut.

Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting

dalam kehidupannya.

2. Keaktifan Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar

dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa

belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan

dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan

“manusia belajar yang aktif yang selalu ingin tahu, sosial” (Mc

Keachie, 1976, hlm.230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir,

1991, hlm. 105). Dalam setiap proses belajar, siswa selalu

menampakan keaktifan. Keaktifan itu beragam bentuknya. Mulai

dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis

yang susah diamati.

3. Keterlibatan Langsung/ Berpengalaman Edgar Dale dalam

penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut

pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik

adalah belajar melalui pengalaman langsung. Pentingnya keterlibatan

langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan

“learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui

perbuatan langsung.
61

4. Pengulangan Menurut teori Psikologi Daya belajar adalah melatih

daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,

menanggap, menginat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan

sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dayadaya

tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah

akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan

pengulanganpengulangan akan menjadi sempurna

5. Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin

mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam

suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa

menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat

hambatan yaitu mempelajari bahan ajar, maka timbulah motif untuk

mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar

tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar

telah dicapai. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk

mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah

menantang. Tantangan yang dihapadi dalam bahan belajar membuat

siswa bergairah untuk mengatasinya.

6. Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan

dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant

Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada 17 teori conditioning

yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant

conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori

belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar


62

lebih bersemangat apabila mengalami dan mendapatkan hasil yang

baik. hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang

menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

7. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya

tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki

perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada

karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan

individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam

upaya pembelajaran. Dari beberapa prinsip yang ada maka dapat

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaanya belajar tidak bisa

dilakukan dengan sembarang atau tanpa tujuan dan arah yang baik,

agar aktivitas belajar yang dilakukan dalam proses belajar pada

upaya perubahan dapat dilakukan dan berjalan dengan baik,

diperlukan prinsipprinsip yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam

belajar. Prinsip-prinsip ditujukan pada hal-hal penting yang harus

dilakukan guru agar terjadi proses belajar yang baik. prinsip belajar

juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan

oleh para guru agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses

pembelajaran.
63

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi:

1. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi

fisik individu. Faktor ini ada dua macam yaitu :

(a) Keadaan jasmani.

Keadaan ini sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi

fisik yang sehat dan bugar akan memberikan dampak positif terhadap

kegiatan belajar.

(b) Keadaan fungsi fisiologis. Selama proses belajar berlangsung peran

fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil

belajar terutama panca indra.

2) Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah

sebagai berikut:

a. Kecerdasan/intelegensi siswa merupakan faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan belajar

siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin


64

besar peluang individu meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu

mencapai kesuksesan belajar.

b. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasi sebagai proses di dalam diri individu

yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap

saat.

c. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

d. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif

tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya.

e. Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu

komponen yang diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat

seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat

itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar

akan berhasil.

3) Faktor eksternal

a) Lingkungan Sosial

a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

b. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.


65

c. Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga,

orang tua, anak, kakak yang harmonis akan membantu siwa

melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b) Lingkungan non social

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah :

a. Lingkungan alamiah, kondisi udara yang segar dan suasana yang

sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi belajar siswa. Bila kondisi lingkungan alam

tidak mendukung proses belajar siswa akan terhambat.

b. Faktor instrumental, perangkat belajar yang dapat digolongkan 2

macam yaitu : Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat

belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga. Kedua, software

seperi kurikulum sekolah, peraturan-peraturan,buku

panduan,silabi dan sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran, faktor yang hendak disesuaikan dengan

usai perkembangan siswa dengan metode mengajar guru

disesuaikan dengan kondisi siswa.

c) Tujuan Belajar

Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan

dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Hal ini
66

sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20

Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.

Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta

didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagaimana dikemukakan

Bloom dkk yang dikutip Harjanto (1997, hlm.10) sebagai berikut :

1. Indikator Aspek Kognitif

a. Ingatan atau pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan mengingat

bahan yang telah dipelajari.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menagkap

pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.

c. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang

telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

d. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi

dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan

antarbagian guna membangun suatu keseluruhan.


67

e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan

bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan

sebagainya.

f. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga

sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan

suatu kriteria.

2. Indikator Aspek Aktif

a. Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya

untuk penerimaan atau memperhatikan pada suatu peransang.

b. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi,

menunjukkan kesenangan, memberi tanggapan secara sukarela.

c. Penghargaan (valuing), yaitu ketanggapan terhadap nilai atas suatu

ransangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

d. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai

yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan membangun sistem

nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.

e. Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana

individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan

perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya,

hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara

personal, sosial, dan emosional.

3. Indikator Aspek Psikomotor


68

Indikator aspek psikomotor (Samson 1974) mencakup :

a. Persepsi (Perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk

membimbing efektifitas gerak. b. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk

mengambil tindakan

b. Respon terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar

keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang

dipertunjukan kemudian mencobacoba dengan menggunakan

tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.

c. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan

proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau

diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh

percaya diri dan mahir.

d. Respon yang kompleks (complexover respons), yaitu penampilan

gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit,

aktivitas motorik berkadar tinggi.

e. Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah

dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah

gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang

khusus dalam suasana yang lebih problematis.

f. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang

sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan belajar adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
69

dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

2.1.5 Pembelajaran daring

A. Pengertian Pembelajaran Daring

Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan“ yaitu suatu

kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet.

Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015, hlm. 1) “pembelajaran daring merupakan

program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau

kelompok target yang masif dan luas”. Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102)

“pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi

multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan

telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online”. Sementara

itu Rosenberg dalam Alimuddin, Tawany & Nadjib (2015, hlm. 338) menekankan

bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk

mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan.

Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018, hlm. 27) “daring memberikan

metode pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik

terkait, menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi

pembelajaran berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan

permainan”. Sementara itumenurut Permendikbud No. 109/2013 pendidikan jarak


70

jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui

penggunaan berbagai media komunikasi.

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa

perubahan dan kemajuan diberbagai sektor terutama pada bidang pendidikan.

Peranan dari teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan sangat

penting dan mampu memberikan kemudahan kepada guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran daring ini dapat diselenggarakan dengan cara masif

dan dengan peserta didik yang tidak terbatas. Selain itu penggunaan pembelajaran

daring dapat diakses kapanpun dan dimana pun sehingga tidak adanya batasan

waktu dalam penggunaan materi pembelajaran.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring

atau e-learning merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi

dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak

dilakukan dengan face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu

memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun.

B. Karakteristik/ciri-ciri Pembelajaran Daring

Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, hlm. 154) menyebutkan

karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain:

1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai elemen

multimedia,

2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video

conferencing, chats rooms, atau discussion forums,

3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya,


71

4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk

meningkatkan komunikasi belajar,

5) Materi ajar relatif mudah diperbaharui,

6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator,

7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal,

8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet Selain

itu Rusma dalam Herayanti, Fuadunnazmi, & Habibi (2017, hlm. 211)

mengatakan bahwa karaktersitik dalam pembelajaran elearning antara

lain:

a. Interactivity (interaktivitas),

b. Independency (kemandirian),

c. Accessibility (aksesibilitas),

d. Enrichment (pengayaan).

Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara pembelajaran

jarak jauh. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring

adalah:

1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan

secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.

2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana

memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan

komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh

peserta didik kapan saja dan dimana saja.


72

3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi

dikembangkan dan dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi

informasi dan komunikasi serta digunakan dalam proses pembelajaran.

4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar,

mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan

komunikasi, menggunakan teknologi pendidikan lainnya, dan

berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.

5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang

diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan

dan program studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis

pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar belakang bidang studi,

masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta masa evaluasi hasil

belajar.

Dari penejelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring maka

dapat disimpulkan bahwa karakteristik/ciri pembelajaran daring yaitu dengan

menggunakan media elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan

internet, pembelajaran dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta

pembelajaran daring bersifat terbuka.

C. Manfaat Pembelajaran Daring

Bilfaqih dan Qomarudin (2105, hlm. 4) menjelaskan beberapa manfaat

dari pembelajaran daring sebagai beikut :

1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan

multimedia secara efektif dalam pembelajaran.


73

2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu

melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.

3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang

bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.

Selain itu Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf dalam

Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, hlm. 154) terdiri atas 4 hal, yaitu:

1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik

dengan guru atau instruktur (enhance interactivity),

2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan

saja (time and place flexibility),

3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach

a global audience),

4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities)

Adapun manfaat e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 127)

adalah:

1) Adanya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat

mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.

2) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Artinya,

peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi

pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari proses pembelajaran daring

diantaranya yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang mampu


74

meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan proses pembelajaran

dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena dapat

dilakukan dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi

pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas.

D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

1) Kelebihan pembelajaran daring

Kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna

(2015, hlm. 130) adalah:

a. Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan

dapat menghemat biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk

peralatan kelas seperti penyediaan papan tulis, proyektor dan alat tulis.

b. Fleksibilitas waktu e-learning membuat pelajar dapat

menyesuaikan waktu belajar, karena dapat mengakses pelajaran

kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan.

c.Fleksibilitas tempat e-learning membuat pelajar dapat mengakses

materi pelajaran dimana saja, selama komputer terhubung dengan

jaringan Internet.

d. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan

dengankecepatan belajar masingmasing siswa.

e.Efektivitas pengajaran e-learning merupakan teknologi baru, oleh

karena itu pelajar dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain

dengan instructional design mutahir membuat pelajar lebih mengerti isi

pelajaran.
75

f. Ketersediaan On-demand E-Learning dapat sewaktu-waktu diakses

dari berbagai tempat yang terjangkau internet, maka dapat dianggap

sebagai “buku saku” yang membantu menyelesaikan tugas atau

pekerjaan setiap saat.

Adapun kelebihan pembelajaran daring/e-learning menurut Seno & Zainal

(2019, hlm. 183) adalah:

a) Proses log-in yang sederhana memudahkan siswa dalam memulai

pembelajaran berbasis e-learning.

b) Materi yang ada di e-learning telah disediakan sehingga mudah

diakses oleh pengguna.

c) Proses pengumpulan tugas dan pengerjaan tugas dilakukan secara

online melalui google docs ataupun form sehingga efektif untuk

dilakukan dan dapat menghemat biaya.

d) Pembelajaran dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Sedangka kelebihan pembelajaran daring menurut Hendri (2014, hlm. 24)

diantaranya adalah:

a) Menghemat waktu proses belajar mengajar

b) Mengurangi biaya perjalanan

c) Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur,

peralatan, buku-buku)

d) Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas

e) Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu

pengetahuan.
76

2) Kekurangan pembelajaran daring

Kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna

(2015, hlm. 131) antara lain:

a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu

sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam

proses belajar-mengajar.

b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.

c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada

pendidikan.

d) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung

gagal.

e) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini

berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun

komputer).

Adapun kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Seno &

Zainal (2019, hlm. 183) antara lain:

a) Tampilan halaman login yang masih membutuhkan petunjuk lebih

dalam.

b) Materi yang diberikan kurang luas dan disajikan dalam bentuk Bahasa

inggris sehinggga merepotkan dalam mempelajarinya.


77

c) Adanya pengumpulan tugas yang tidak terjadwal serta tidak adanya

pengawasan secara langsung atau face to face dalam pengerjaan tugas

yang membuat pengumpulan tugas menjadi molor.

d) Materi pembelajaran menjadi kurang dimengerti saat pembelajaran

tidak ditunjang dengan penjelasan dari guru secara langsung.

Sedangkan kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Munir

dalam Sari (2015, hlm. 28) adalah:

a) Penggunaan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh, membuat

peserta didik dan guru terpisah secara fisik, demikian juga antara

peserta didik satu dengan lainnya, yang mengakibatkan tidak adanya

interaksi secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Kurangnya

interaksi ini dikhawatirkan bisa menghambat pembentukan sikap, nilai

(value), moral, atau sosial dalam proses pembelajaran sehingga tidak

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Teknologi merupakan bagian penting dari pendidikan, namun jika

lebih terfokus pada aspek teknologinya dan bukan pada aspek

pendidikannya maka ada kecenderungan lebih memperhatikan aspek

teknis atau aspek bisnis/komersial dan mengabaikan aspek pendidikan

untuk mengubah kemampuan akademik, perilaku, sikap, sosial atau

keterampilan peserta didik.

c) Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dan pendidikan yang

lebih menekankan aspek pengetahuan atau psikomotor dan kurang

memperhatikan aspek afektif.


78

d) Pengajar dituntut mengetahui dan menguasai strategi, metode atau

teknik pembelajaran berbasis TIK. Jika tidak mampu menguasai, maka

proses transfer ilmu pengetahuan atau informasi jadi terhambat dan

bahkan bisa menggagalkan proses pembelajaran.

e) Proses pembelajaran melalui e-learning menggunakan layanan internet

yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri tanpa

menggantungkan diri pada pengajar. Jika peserta didik tidak mampu

belajar mandiri dan motivasi belajarnya rendah, maka ia akan sulit

mencapai tujuan pembelajaran.

f) Kelemahan secara teknis yaitu tidak semua peserta didik dapat

memanfaatkan fasilitas internet karena tidak tersedia atau kurangnya

komputer yang terhubung dengan internet.

g) Jika tidak menggunakan perangkat lunak sumber terbuka, bisa

mendapatkan masalah keterbatasan ketersediaan perangkat lunak yang

biayanya relatif mahal.

h) Kurangnya keterampilan mengoperasikan komputer dan internet secara

lebih optimal

Dari penjelasan di atas maka kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran

daring atau e-learning yaitu mempermudah proses pembelajaran, pembelajaran

dapat dilakukan dimana saja, mudahnya mengakses materi, melatih pembelajar

lebih mandiri, serta pengumpulan tugas secara online. Tetapi ada juga kekurangan

dari pembelajaran daring/e-learning yaitu tidak adanya pengawasan karena

pembelajaran dilaksanakan secara face to face, jika peserta didik tidak mampu

belajar mandiri dan motivasi belajarnya rendah, maka ia akan sulit mencapai
79

tujuan pembelajaran serta kurangnya pemahaman terhadap materi, serta

pengumpulan tugas yang tidak terjadwalkan.

2.2. Penelitian Yang Relevan

1. Samsyul Jamal. Analisis Kesiapan Pembelajaran E-Learning saat

Pandemi Covid-19 di SMK N 1 Tambelangan. Mengatakan bahwa

kesiapan penerapan E-Leraning di SMK N 1 Tambelangan, maka dapat

disimpullkan bahwa SMK 1 Tambelangan memiliki hasil skor ELR 3,45

termausk dalam kategori siap dalam penerapan E-Learning.

2. Faridatur Rohmah. Analisis Kesiapan Sekolah Terahdap Penerapan

Pembelajaran Online (E-Learning) di SMA N 1 Kutowinangun. sil

penelitian SMA N 1 Kutowinangun siap menggunakan E-Learning

namun membutuhkan sedikit peningkatan dengan skor keseluruhan ELR

x = 3,78. Lima factor dari enam factor yang diajukan menunjukkan

kategori siap dengan sedikit peningkatan. Lima factor tersebut factor

kesiapan guru dengan skor ELR x = 3,97, factor kesiapan peserta didik

dengan skor ELR x = 3,92, factor infrastruktur dengan skor ELR x =

3,82, factor dukungan managemen dengan skor ELR x = 3,76. Faktor

keenam yaitu factor kecenderungan pembelajaran tatap muka memiliki

skor ELR < 3,4 sehingga dikategorikan belum siap dan membutuhkan

sedikit peningkatan untuk dapat menerapkan elearning disekolah.

3. Agustinus Roi Nggema, I putu Eka Indrawati, Ni Luh Putu Yesy

Anggreni. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Daring Ditengah Pandemi

Covid-19 Dalam Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII

SMP Yanto Yoseph Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)


80

Siswa kelas VIII SMP Yanto Yoseph Denpasar sangat siap dalam

melaksanakan pembelajaran daring guru mata pelajaran matematika

kelas VIII SMP Santo Yoseph Denpasar siap untuk menerapkan

pembelajaran daring. 2) Kendala siswa dalam melaksanakan

pembelajaran daring adalah factor sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, keterampilan dalam pembelajaran daring dan susah mengatur

waktu, sedangkan kendala guru dalam menerapkan pembelajaran daring

adalah factor sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keterampilan

mengajar, manajemen waktu serta proses penilaian khususnya penilaian

khususnya penilaian khususnya penilaian terhadap sikap dan perilaku

siswa. 3) Guru dan pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah memiliki

peranan penting dalam mengatasi masalah dan kendala dalam proses

pembelajaran daring. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendapatkan informasi mengenai Kesiapan guru terhadap implementasi

Pembelajaran secara daring di SMK. Pada karya tulis ini Peniliti ingin

mengetahui Bagaimana rencana proses pembelajaran secara daring

berlangsung? Apakah kendala dalam mengimplementasikan

pembelajaran secara daring kepada siswa?.

2.3. Kerangka Berfikir

Menurut Slameto (2010: 113) kesiapan adalah kondisi seorang yang

membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap

suatu situasi. Kesiapan diperlukan pada semua jenis profesi terutama guru.

Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang guru diuraikan bahwa, guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


81

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Pada kegiatan pembelajaran, kesiapan guru menjadi factor

penting keberhasilan belajar. Kesiapan guru dalam pembelajaran di kelas

diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkompeten dan

mampu membekali anak dalam berbagai persaingan di masa depan. Sehingga

penerapan pembelajaran yang digunakan juga harus menyesuaikan perubahan

global.

Peran guru sangat besar dalam proses pembelajaran sehingga sering dijadikan

tolak ukur keberhasilan proses mengajar dan prestasi siswa. Untuk mendapatkan

proses belajar mengajar yang berkualitas, maka diperlukan guru yang berkualitas

pula. Guru harus mempunyai kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan

kompetensi kemasyarakatan. Peran fungsi guru bukan saja sebagai pengajar tetapi

sebagai media belajar, sebagai perencana pengajaran, pengelola pelajaran,

penilaian hasil belajar, sebagai motivator belajar dan sebagai pembimbing.

Pada masa Pandemi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan

Kebijakan Pendidikan Dalam Masan Darurat Penyebaran COVID, dalam Surat

Edaran tersebut dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui

pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman

belajar yang bermakna bagi siswa. Belajar dirumah dapat difokuskan pada

pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemic COVID-19. Guru

saat ini menghadapi tantangan besar daripada masa sebelumnya. Guru abad 21

dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas dengan
82

efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif

dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung

peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek

pembelajarannya secara terus menerus (Darling, 2006) dalam (Andriani, 2010)

Pada abad ke-21 ini, keterampilan dan pemahaman lebih ditekankan dalam

menguasai berbagai macam bidang ilmu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai

Kesiapan guru dan siswa terhadap Pembelajaran secara daring di SMK Negeri 2

Medan. Pada karya tulis ini Peneliti ingin mengetahui bagaimana rencana proses

pembelajaran secara daring berlangsung ? Apakah kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran secara daring kepada siswa?

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kesiapan Guru dan Siswa Pembelajaran Daring

Kendala Guru Dan Siswa Dalam


Pembelajaran Daring
BAB III
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka mempertanggung

jawabkan data yang diperoleh. Adapun dalam penelitian ini, penulis mengambil

lokasi penelitian di SMK Negeri 2 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada

semester Genap 2021

3.2 Populasi dan sample penelitian

Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive yaitu yaitu

teknik pemilihan subjek penelitian secara sengaja oleh peneliti berdasarkan ciri-

ciri atau sifat-sifat subjek penelitian secara sengaja oleh peneliti berdasarkan ciri-

ciri atau sifat-sifat subjek penelitian yang diketahui sebelumnya (Sanapiah Faisal,

2001:67). Selanjutnya subjek penelitian menunjuk pada orang atau individu atau

kelompok yang dijadikan unit satuan yang diteliti.

Dasar dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran secara daring dilihat dari hambatan yang

dihadapi oleh guru. Oleh karena itu, sesuai dengan permasalahan maka yang

menjadi subjek penelitian dalam peneliti ini adalah guru.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Nama Sekolah Jumlah Guru dan Siswa


84

SMK N 2 Medan Guru Siswa


15 guru jurusan listrik 120 siswa jurusan
listrik
Sumber Tata Usaha Sekolah

3.3 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Sukmadinat (dalam Yugo Hariangga, 2014,hlm. 41) menjelaskan pengertian

metode deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar.

Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian

ini mengkaji bentuk aktifitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan

perbedaannya dengan fenomena lain. Banyak temuan penting yang dihasilkan dari

penelitian deskriptif, umpamanya temuan-temuan tentang system tata surya,

peredaran bumi, bulan, dan planet-planet lainnya, pertumbuhan tanaman,

kehidupan orang dalam berbagai lingkungan, kehidupan binatang, bagaimana

guru-guru mengajar, bagaimana para siswa atau mahasiswa belajar, dan lain-lain.

Sukmadinata (dalam Yugo Haringga, hlm. 41) juga menambahkan bahwa

metode deskriptif adalah “suatu metode penelitian yang dituju untuk

mengambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini

atau saat yang lampau”.

Dengan demikian, metode deskriptif sangat tepat sekali digunakan dalam

penelitian ini, karena yang pertama bahwa masalah yang ditemukan di sekolah,
85

yang kedua metode deskriptif ini berhubungan dengan manusia yang secara

pundamental bergantung pada pengamatan.

3.4 Defenisi Operasional

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan penelitian metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan bukan berupa angka-angka

melainkan data tersebut bersumber dari atau didapatkan melalui wawancara,

catatan lapangan, catatan pribadi dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang

menjadi tujuan penelitian kualitatif ini ingin mengambarkan kejadian yang

sebenarnya yang ada disekolah. Oleh karena itu pendekatan kualitatif dalam

penelitian ini adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2011:4).

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif memerlukan keterangan

langsung dari narasumber tentang keadaan subjek dan objek penelitian yang akan

diteliti.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena permasalahan berhubungan

dengan manusia yang secara pundamental bergantung pada pengamatan.

Sugiyono (2017, hlm. 7) mengatakan, Metode penelitian kualitatif dinamakan

sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode

postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivitisme.

Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human

instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka
86

peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu

bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi social yang diteliti

menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman pemahaman

yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi social pendidikan yang diteliti,

maka teknik pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai

teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan

bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan

kemudian dikonnstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif

digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung

makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan

suatu nilai di balik data yang tampak.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada

generalisis, tetapi lebih menekankan pada makna Prof. Dr. Sugiyono (2017, hlm.

9) menjelaskan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut : Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisis.

Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif

karena mempunyai tiga alasan yaitu : Pertama, lebih mudah mengadakan

penyesuaian dengan kenyataan yang berdimensi ganda, Kedua, lebih mudah


87

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan subjek

penelitian, Ketiga, memiliki kesepakatan dan daya penyesuaian diri dengan

banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi. Sedangkan

emnggunakan pendekatan deskriptif, karena tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti

secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta, kejadian-

kejadian secara sistematis dan akurat. Jadi, dalam penelitian ini, akan

dideskripsikan berkaitan dengan Kesiapan guru implementasi pembelajaran secara

daring SMK, yang meliputi aspek pelaksanaan pembelajaran berbasis kurikulum

2013 yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup selama

sekolah daring.

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

A. Instrumen Penelitian

Dalam pennelitian kuantitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun kelapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan Sumber : Sugiyono

(2016) Tabel 3.1 Skor skala Likert 54 data, menilai kualitatif data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2017, hlm.

223) menyatakan tentang instrument penelitian kualitatif sebagai berikut.


88

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrument peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu

belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah focus penelitian, prosedur

penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua

tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih

perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak

pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri

sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapai”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa, dalam penelitian

kualitatif yang awalnya belum jelas dan pasti dengan permasalahannya, maka

yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah menemukan

masalah yang sudah jelas, itu dapat dikembangkan menjadi instrument.

B. Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data sangat erat katanya erat kaitannya dengan

instrument yang akan ditetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan tentunya juga

berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Berbagai teknik pengumpulan

data dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian yang akurat dan valid.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rancangan pengumpulan data dapat

dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angkert), observasi

(pengamatan), dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2017, hlm. 137) Rully

Indrawan dan Poppy Yaniawati (2016, hlm. 133) mengatakan, teknik

pengumpulan data dan informasi yang lazim digunakan dalam pendekatan


89

kualitatif adalah observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi, focus

Group Discusion (FGD), partisipatoris. Berikut disajikan secara rinci teknik

pengupulan data informan dalam pendekatan kualitatif tersebut yaitu: observasi,

wawancara, kusioner.

a) Observasi

Observasi memiliki makna lebih dari seledar teknik pengumpulan data.

Namun dalam kontek ini, observasi difokuskan sebagai upaya peneliti

mengumpulkan data dan informasi dari sumber dara primer dengan

mengoptimalkan pengamatan peneliti. Teknik pengamatan ini juga

melibatkan aktivitas mendengar, membaca, mencium, dan menyentuh.

Observasi dalam penelitian ini dugunakan untuk mengamati kesiapan guru

implementasikan pembelajaran secara daring meliputi, RPP yang

digunakan guru, media pembelajaran. Dalam hal ini peneliti melakukan

pengamatan langsung ke lokasi untuk memperoleh data yang akurata

dalam penelitian.

b) Wawancara

Wawancara dalam pendekatan kualitatif bersifat mendalam. Wawancara

dan observasi bisa dilakukan secara bersamaan. Wawancara dapat

digunakan untuk menggali lebih dalam dari data yang diperoleh dari

observasi. Wawancara mendalam, suatu kegiatan yang dilakukan yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan


90

mengajukan pertanyaan kepada narasumber (informan atau informan

kunci) untuk mendapat informasi yang mendalam. Wawancara

dilaksanakan di SMK Negeri 2 Medan

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara

Komponen Indikator
Kesiapaan guru secara fisik a) Kesiapan fisik, mental, dan emosi
b) Kebutuhan atau motif tujuan
c) Keterampilan, pengetahuan yang lain
dipelajari
Kesiapan dalam perencanaan Proses pembelajaran a) Kesiapan Rencana Pelaksanaan
secara daring Pembelajaran (RPP) secara daring
b) Kesiapan sumber belajar pada pembelajaran
daring
c) Kesiapan media pembelajaran
d) Pemilihan metode pembelajaran daring
e) Kesiapan alokasi waktu pembelajaran
daring
f) Perencanaan penilaian

Kesiapan dalam pelaksanaan proses pembelajaran a) Kegiatan pengeuatan dan pemberian


secara daring motivasi kepada siswa
b) Kegiatan pendahuluan
c) Kegiatan inti menalar/menegosiasi, dan
mengomunikasikan.
d) Kegiatan penutup

Kesiapan dalam penilaian proses pembelajaran a. Pengayaan dan remedial


secara daring b. Metode penilaian yang digunakan
1) Penilaian kompetensi sikap
2) Penilaian kompetensi pengetahuan
3) Penilaian kompetensi keahlian.

c) Angket (Questionaire)

Arikunto (2016, hlm. 102) menjelaskan bahwa “Angket adalah daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang

diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan

pengguna”. Orang yang diharapkan memberikan respons ini disebut responden.


91

Angket merupakan teknik pengmupulan data yang efisien bila peneliti tau dengan

pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

Sifat yang terdapat di dalam angket yaitu terdapat interaksi antara objek yang

diamati dengan pengamat atau pengumpul data.

Angket dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, menurut Arikunto (2016,

hlm, 103) macam-macam angket sebagai berikut :

1) Angket terbuka, adalah, adalah angket yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian dengan

kehendak dan keadannya.

2) Angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian

rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai

dengan pilihan yang sudah ditentukan oleh peneliti.

3) Angket campuran, yaitu gabungan antara angket terbuka dan tertutup yang

memiliki keuntungan responden dapat memberikan jawaban selain yang

ditentukan oleh peneliti.

Selain itu, dalam pembuatan angket juga harus memperhatikan penentuan

skala pengukuran (ratting scale) untuk melihat gambaran secara umum

karakteristik responden serta penilian responden pada masing-masing variable

dalam angket tersebut. Peneliti menggunakan skala likert dikutip dari buku

Sugiyono (2016, hlm. 134) bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

social”. Dengan skala likert maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi
92

indicator variable. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Adapun jenis angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah angket

tertutup yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga

responden hanya memberi tanda centang (√) pada kolom atau tempat yang sesuai

dan sudah di sediakan. Selain itu, dalam pembuatan angket tentunya harus

memperhatikan penentuan skala pengukuran (rating scale) untuk melihat

gambaran secara umum karakteristik responden pada masing-masing variable

dalam angket tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2015, hlm. 134). Dengan

skala likert maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variable.

Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap

item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat

positif sampai sangat negative yang dapat berupa kata-kata sebagai berikut :

3.3 Skors Skala Likert

Pertanyaan Positif Nilai Pertanyaan Negatif Nilai


Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2
Ragu-ragu/Netral 3 Ragu-ragu/Netral 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
Sumber : Sugiyono (2016)
93

Selanjutnya dilakukan skor rata-rata pengisian angket kesiapan guru

implementasikan pembelajaran secara daring. Setelah penyajian dalam bentuk

persentase, untuk melakukan kesiapan guru implementasikan pembelajaran secara

darin skala pengukuran Ratting Scale yang menggunakan data mentah yang telah

diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif

(Sugiyono, 2008:111). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah

ini.

Tabel 3.4 Tabel Skala Pengukuran Ratting Scale

No. Skala Dalam Persen Kategori Kelayakan


1 0% - 25% Tidak Siap
2 >25% - 50% Ragu-ragu/Sedang
3 >50% - 75% Siap
4 >75% - 100% Sangat Siap
(Sugiyono, 2008:111)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Kesiapan Guru

Komponen Indikator
Kesiapan guru menghadapi pembelajaran a) Kesiapan fisik, mental, dan emosi
daring b) Kebutuhan atau motif tujuan
c) Keterampilan, pengetahuan yang lain
dipelajari
Kesiapan dalam perencanaan Proses a) Kesiapan Rencana Pelaksanaan
pembelajaran secara daring Pembelajaran (RPP) secara daring
b) Kesiapan Sumber belajar pada
pembelajaran daring
c) Kesiapan Media pembelajaran
d) Pemilihan Metode pembelajaran daring
e) Kesiapan Alokasi waktu pembelajaran
daring
f) Perencanaan penilaian
Kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran a) Kegiatan penguatan dan pemberian
secara daring motivasi kepada siswa
b) Kegiatan pendahuluan
c) Kegiatan inti menalar/mengasosiasi,
dan mengomunikasikan.
d) Kegiatan penutup
Angket Kesiapan Siswa

Aspek Indikator Sumber


94

Factor Kesiapan Siswa Peserta Didik Mengetahui Teddy & Swatman (2006)
tentang E-learning (Q1)

Orang tua peserta didik Teddy & Swatman (2006)


mendukung E-learning (Q2)

Peserta didik dapat mengatur Teddy & Swatman (2006)


waktu dengan E-learning
(Q3)

Peserta didik siap Teddy & Swatman (2006)


menggunakan E-Learning
(Q4)
Peserta didik mempunyai Sumber dari Teddy &
kemampuan menggunakan Swatman (2006)
computer dan internet (Q5, dikembangkan menjadi lebih
Q6) rinci dengan 2 pertanyaan
yang menjabarkkan
kemampuan IT
Peserta didik mempunyai Penambahan
kemampuan belajar
menggunakan E-Learning
(Q7, Q8)

Peserta didik tidak memiliki Teddy & Swatman (2006)


kesulitan mengakses internet
(Q9)

Peserta didik dapat Penambahan


bekerjasama dengan peserta
didik lain dalam
menggunakan E-Learning
(Q10)

Sebelum angket digunakan dalam penelitian, angket terlebih dahulu

diujicobakan pada 15 guru dan 30 siswa jurusan listrik SMK Negeri 2 Medan

untuk melihat keterdalaman dari angket. Suatu instrument yang baik harus

memiliki dua persyaratan yaitu uji validitas dan realibilitas.

a. Uji Validitas Angket

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

ingin diukur. Nilai validitas dicari dengan menggunakan rumus korelasi product
95

moment dari Karl Pearson. Hal ini digunakan untuk mengkolerasikan skor butir

yang dinyatakan dengan symbol (X) terhadap skor total instrument yang

dinyatakan dengan symbol (Y). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

N ∑ XY −(∑ X )(∑Y )
r xy =
2 2 2 2
√ { N ∑ X −( ∑ X ) }{ N ∑ Y −( ∑Y ) }

Keterangan :

r xy = Koefisien kolerasi yang tinggi

N=¿Jumlah sampel atau responden

∑ X =¿ Jumlah skor butir

∑ Y =¿ Jumlah skor total

∑ Y =¿Jumlah perkalian butir dan total

∑ X 2=¿Jumlah kuadrat butir

∑ Y 2=¿ Jumlah kuadrat total

(Suharismi Arikunto, 2013: 87)

Dengan menggunakan kriteria jika r hitung >¿ r tabel pada tariff signifikan 95%

dan (a = 0,05) maka angket itu di anggap valid dan jika r hitung ≤r tabel maka angket

dianggap tidak valid.


96

b. Uji Realibilitas Angket

Instrumen yang baik adalah harus reliabel. Suatu instrument dikatakan

realiabel jika instrument tersebut ketika dipakai untuk mengukur suatu gejala yang

sama dalam waktu yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama (Suharsimi

Arikunto, 2013: 101). Untuk menguji realibilitas instrument digunakan rumus

Croncbach Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari instrument yang

skornya bukan 1 atau 0. Rumus Cronbach Alpha adalah sebagai berikut :

k ∑σ2
r 11= ( )(
k −1
1− 2 i
σt )

Keterangan :

r 11= realibilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σ i2=¿jumlah varians total per butir/item pertanyaan

σ i2=¿varians total

(Suharsimi Arikunto, 2013: 122)


97

Untuk kriteria reabilitas angket jika r hitung >r tabel dengan taraf signifikan (a

= 0,05) maka angket itu dikatakan reliable. Namun dan jika r hitung ≤r tabel maka

angket dianggap tidak memiliki reliabilitas. Untuk menghitung reliabilitas angket

digunakan rumus Cronbach’s Alpha dari 60 butir soal angket yang valid. Hasil

perhitungan uji reliabilitas angket kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran

daring di SMK tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Angket

Cronsbach’s Alpha N Of Items


0,9 60
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS Versi 21

e) Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi diartikan sebagai

upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa tertulis/gambar yang

tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi merupakan fakta

dan data tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian

besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan

harian, biografi, symbol, artefak, foto, sketsa dan data lainnya yang tersimpan.

Dokumen tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada

peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data

observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data, membuat

interprestasi dan penarikan kesimpulan.

Dengan demikian, dari awal teknik penelitian seperti observasi,

wawancara, angket (Questionaire), studi dokumentasi, proses analisis data bisa


98

dikerjakan dengan baik tanpa adanya manipulasi data dan tidak harus menunggu

data itu tertumpuk-tumpuk.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh (Sugiyono, 2017, hlm. 243)

Sugiyono (2017, hlm. 245) menyebutkan proses analisis data dalam penelitian

kualitatif sebagai berikut :

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan pada focus penelitian.

2. Analisis data di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai.


99

Bila jawaban yang diwawancarai belum memuaskan, maka peneliti

melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel. Langkah-langkah analisis data di lapangan sebagai berikut :

a) Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan datanya cukup banyak,

untuk itu makanya pelu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan

semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu pelu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari pola dan temannya.

b) Penyajian Data Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,

flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif. Selanjutnya disarankan dalam melakukan penyajian data

selain teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrix, network dan chart.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan angket

dengan menganalisis data menggunakan rumus sebagai berikut : Menurut

Arikunto (2016, hlm. 277) menggunakan bahwa statistika deskriptif merupakan

statistic yang bertugas untuk “mendeskripsikan atau “memaparkan” gejala hasil

penelitian.
100

Berdasarkan pendapat tersebut, statistic yang digunakan dalam penelitian

ini hanya sebagai alat bantu dan pelengkap untuk menghitung dan khususnya

dalam analisis data angket yang diberikan kepada responden. Statistik deskriptif

yang digunakan tidak terlalu mendalam tetapi hanya menghitung persentase suatu

jawaban angket penelitian.

A. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis dan kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

B. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistika yang bertugas untuk

“mendeskripsikan atau “memaparkan” gejala hasil penelitian. Statistik deskriptif

sifatnya sangat sederhana dalam arti tidak menghitung dan tidak pula

menggeneralisasikan hasil penelitian (Arikunto 2015, hlm. 277).


101

Dari pendapat di atas, maka statistic yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini hanya sebagai pelengkap atau alat abntu untuk menghitung,

khususnya dalam analisis data angket yang diberikan kepada responden. Statistik

deskriptif yang digunakan tidak terlalu mendalam tetapi hanya menghitung

persentase suatu jawaban terhadap angket penelitain.

Adapun pendapat Sugiyono (2012, hlm. 173) ada rumus hitung dalam

statistic deskriptif yang sederhana untuk menhitung persentase suatu jawaban

Yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F
P¿ ×100 %
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi dari setiap jawaban yang telah menjadi pilihan responden

N = Jumlah responden

C. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud semua informasi baik berupa benda nyata,

astrak peristiwa. Menurut Sukandarrumidi (2006: 44) seumber data yang bersifat

kualitatif di dalam penelitian diusahakan tidak bersifat subjektif, oleh sebab itu

perlu diberikan bobot. Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah :

1. Sumber Primer
102

Sumber yang digunakan langsung dari lapangan atau tempat penelitian

seperti kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber ini diambil dengan

catatan tertulis maupun dengan wawancara. Penelitian dengan data ini

untuk mendapatkan informasi tentang implementasi kurikulum di SMK.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

dengan Kepala Sekolah, Guru dan Siswa.

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah data yang berasal dari sumber bacaan dan

berabgai sumber lainnya yang terdiri dari note, buku harian, surat-surat

pribadi, sampai dokumen-dokumen resmi. Data suekunder dapat berupa

bulletin, survey dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan sumber

sekunder berupa Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) untuk

menguatkan penemuan dan melengkapi sumber prime yang telah

dilakukan melalui wawancara langsung pada narasumber yang ada di

SMK.

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan penelitian, maka peneliti harus melakukan penelitian

melalui beberapa tahapan penelitian. Adapun prosedur penelitian ini antara lain

sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan
103

Penelitian Tahapan persiapan ini merupakan tahapan awal yang penulis

lakukan sebagai penunjang untuk pelaksanaan penelitian. Adapun tahapan

persiapan yang penulis lakukan di antarannya penulis menentukan focus

permasalahan serta subjek dan objek penelitian. Selanjutnya penulis

mengajukan judul dan focus terhadap pembuatan proposal penelitian yang

kemudian di seminarkan dalam seminar proposal. Setelah proposal atau

rancangan penelitian di setujui oleh pembimbing skripsi maka penelitian

ini melakukan prapenelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari

subjek, objek, serta lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan

surat izin penelitian ke berbagai pihak yang bersangkutan.

2. Tahapan Perizinan

Penelitian Dalam tahap ini, peneiliti melakukan permohonan perizinan

agara dapat dengan mudah melakukan penelitian yang sesuai dengan objek

dan subjek penelitian.

3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

a) Tahap Prencanaan Peneliti meminta izin sekaligus diskusi dengan

pihak yang bersangkutan.

b) Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah mendapatkan izin dari pihak yang bersangkutan, peneliti

segera melakukan penelitian diantarannya sebagai berikut. 1)

Melakukan observasi di SMK. 2) Mewawancarai guru di SMK. 3)

Menyebarkan angket kepada guru dan siswa. 4) Melakukan


104

dokumentasi yang dianggap penting yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti

c) Tahap Akhir Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir yaitu : 1)

Menganalisis data hasil observasi dan membuat kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh. 2) Selanjutnya peneliti melakukan

penyusunan laporan penelitian. Adapun penyusunan laporan penelitian

membahas tentang laporan penelitian meliputi halaman sampul,

halaman judul, analisis hasil penelitian, tempat dimana penelitian

dilaksanakan dan daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai