Anda di halaman 1dari 9

Identifikasi Potensi Airtanah untuk Kebutuhan Penyediaan Air Bersih

dengan Metode Geolistrik: Studi Kasus di Kawasan Geostech,


Puspiptek Serpong

Groundwater Identification for Clean Water Needs Using Geoelectrical


Method in Geostech Building Area, Puspiptek Serpong
HERU SRI NARYANTO, PUSPA KHAERANI, SYAKIRA TRISNAFIAH, ACHMAD FAKHRUS SHOMIM,
WISYANTO, IWAN G. TEJAKUSUMA
Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB), Kedeputian TPSA, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung Geostech, Lantai 1, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan,
Email: heru.naryanto@bppt.go.id

ABSTRACT
Geostech Building, as an office and laboratory facility, requires a source of clean water from groundwater
related to the limited supply of clean water from the PDAM. Due to the needs of freshwater from
groundwater origin, data and information are needed regarding the potential groundwater in the area,
including aquifer configuration, depth, and groundwater potential. The presence of groundwater is not
distributed through every area, and it's related to the geological and geohydrological conditions. One of
the geophysical methods that can describe subsurface is 2D geoelectric methods. This method can
distinguish and analyze rock types, geological structures, groundwater aquifers, and other important
information based on the characteristics of the electricity of rocks by looking at the value of the type of
resistance. In this measurement, the Wenner Alpha configuration has been used, where the arrangement
of A-B current electrodes and M-N potential electrodes have constant spacing. From the measurement
results, it can be interpreted that there is a low resistivity layer containing porous groundwater as an
aquifer. Based on regional geological data, it has been estimated that this layer is in the form of sandy tuff
(0-1.5 ohm-m). The exploitation of groundwater with drilling is expected to reach the aquifer's upper layer
at depth, starting from 11.5-13 meters. The groundwater aquifer thickness cannot be ascertained
because of the penetration of the lower depth of 2D geoelectric measurements truncated by the
constraint of a maximum stretch of cable. The upper layer of the aquifer contains a turned layer of fine
tufa and medium tuff, which is impermeable, coarse tuff, and mixed soil with varying thickness at the
upper layer.

Keywords: 2D geoelectric, aquifer, potential groundwater, Geostech

ABSTRAK
Gedung Geostech sebagai sarana perkantoran dan laboratorium memerlukan sumber air bersih dari
airtanah terkait dengan terbatasnya suplai air bersih dari PDAM. Kebutuhan air bersih berasal dari
airtanah, maka diperlukan data dan informasi mengenai kondisi potensi airtanah di kawasan tersebut
termasuk konfigurasi akuifer, kedalaman, dan potensi airtanahnya. Keberadaan airtanah tidaklah merata
untuk setiap tempat dan sangat terkait dengan kondisi geologi dan geohidrologinya. Salah satu
metode geofisika yang dapat memberikan gambaran kondisi bawah permukaan adalah dengan metode
geolistrik 2D. Metode ini dapat membedakan dan menganalisis jenis batuan, struktur geologi, akuifer
airtanah, dan informasi penting lainnya berdasarkan sifat kelistrikan batuan dengan melihat nilai tahanan
jenisnya. Dalam pengukuran ini digunakan konfigurasi Wenner Alpha, dimana susunan elektroda arus A
dan B dan elektroda potensial M dan N mempunyai spasi yang konstan. Dari hasil pengukuran dapat
diinterpretasikan adanya lapisan dengan resistivitas rendah yang mengandung airtanah dan bersifat
porous sebagai akuifer. Berdasarkan data geologi regional diperkirakan lapisan ini berupa tuf pasiran (0-
1,5 ohm-m). Pengambilan airtanah dengan pemboran diperkirakan akan mengenai batas atas lapisan
akuifer pada kedalaman 11,5-13 meter. Ketebalan akuifer airtanah tidak bisa dihitung karena penetrasi
kedalaman pengukuran geolistrik 2D terbatasi oleh bentangan elektroda di permukaan. Lapisan di atas
akuifer merupakan lapisan selang-seling tuf halus dan tuf sedang yang kedap air, tuf kasar, dan pada
bagian paling atas merupakan tanah urugan dengan ketebalan bervariasi.

Kata kunci: Geolistrik 2D, akuifer, potensi airtanah, Geostech

204 Identifikasi Potensi Air Tanah…… (Naryanto, H.S., et al.)


1. PENDAHULUAN segala sesuatu yang ada di bawah permukaan.
Informasi mengenai kond isi batuan, jenis batuan,
1.1 Latar Belakang
ketebalan batuan, struktur patahan (sesar) dan
Keberadaan perkantoran dan sarana sebagainya sangat diperlukan dalam eksplorasi
laboratorium seperti Gedung Geostech di airtanah dan investigasi awal terhadap sistem
kawasan Puspiptek, Serpong memerlukan konstruksi suatu bangunan sipil yang akan
sumber air bersih yang tidak sedikit, baik air dilakukan. Gambaran bawah permukaan
bersih dari PDAM maupun airtanah. Air bersih mengenai tipe batuan, struktur rekahan, struktur
yang digunakan di Geostech untuk sarana patahan, keberadaan airtanah merupakan hal
laboratorium, masjid, kamar mandi, pantry, air yang sulit diprediksi. Informasi yang diperoleh dari
minum, dan kebutuhan untuk lebih dari 300 orang pemboran tidak cukup untuk memberikan
pegawai. Adanya keterbatasan air bersih dari gambaran geologi bawah permukaan secara
PDAM dan Pemerintah Kota, maka airtanah detil(6).
sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan air Untuk mengetahui kondisi bawah
bersih tersebut. Untuk kebutuhan air bersih yang permukaan berupa perlapisan, struktur geologi
berasal dari airtanah, maka sangat diperlukan dangkal dan sebaran batuan dibutuhkan metode
data dan informasi mengenai kondisi potensi geofisika yang dapat merekam sifat fisik
airtanah di kawasan tersebut termasuk perlapisan batuan bawah permukaan. Salah satu
konfigurasi akuifer, kedalaman, dan potensi metode geofisika tersebut adalah geolistrik 2D
airtanahnya. yang dapat mengetahui sebaran secara vertikal
Airtanah adalah air yang terdapat di bawah dan horisontal kondisi bawah permukaan berupa
permukaan tanah, pada suatu lapisan pembawa nilai tahanan jenis, yang bisa dianalogikan
air yang disebut akuifer(1). Airtanah merupakan sebagai lapisan batuan(7,8).
sumberdaya alam yang terbaharui (renewable), Salah satu metode geofisika yang akurat
namun keberlangsungannya terutama proses dalam memberikan gambaran kondisi geologi di
pengisian kembali airtanah sangat tergantung bawah permukaan adalah metode geolistrik 2D.
oleh beberapa faktor baik yang sifatnya alami Metode ini dapat membedakan dan menganalisis
maupun rekayasa. Hal yang paling berpengaruh jenis batuan, struktur geologi dan informasi
dari faktor alamiah antara lain: ketersediaan air, penting lainnya berdasarkan sifat kelistrikan
kondisi permukaan, curah hujan, litologi, batuan dengan melihat nilai tahanan jenis
konduktivitas hidraulik, topografi keadaan muka (resistivitas). Konsep dasar metode ini adalah
airtanah dan kondisi sifat zona tidak jenuh(2). mengamati perbedaan harga tahanan jenis
Airtanah sebagai air yang mengisi pori atau batuan yang terdapat pada daerah yang diselidiki.
ruang antar butir tanah maupun batuan pada Pada umumnya metode tahanan jenis ini
zona 100% jenuh (saturated). Di atas zona dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke
jenuh terdapat zona tidak jenuh tetapi sebagian dalam tanah, kemudian mengukur potensial yang
terisi oleh udara dan dikenal sebagai zona tidak timbul akibat adanya perbedaan tahanan jenis
jenuh (unsaturated)(3). setiap batuan yang dilewatinya. Metode
Keberadaan airtanah tidaklah merata untuk pengukuran dalam geolistrik 2D yang umum
setiap tempat dan sangat terkait dengan kondisi digunakan adalah Wenner, Schlumberger, Pole
geologi dan geohidrologinya. Oleh karena itu Pole, Pole Dipole, Dipole Dipole dan sebagainya,
penyediaan air bersih dengan pemanfaatan dimana makin jauh rentang elektroda arus, makin
airtanah harus dilakukan melalui kajian potensi dalam penetrasi pendugaan yang dihasilkan(6,9).
airtanah di daerah yang bersangkutan. Pada metoda pengukuran geolistrik,
Diperlukan adanya tindakan antisipasi untuk tetap dilakukan injeksi arus ke dalam permukaan
memenuhi kebutuhan air bersih secara tanah. Selanjutnya respon yang diberikan
permanen. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dicatat oleh alat yang disebut resistivitymeter.
perlu adanya upaya eksplorasi airtanah guna Dari data yang tercatat ini kemudian dihitung
memperoleh informasi data tentang potensi sebaran nilai resistivitas (tahanan jenis) batuan
airtanah yang kemungkinan bisa dikembangkan di bawah permukaan. Karena masing-masing
dengan tetap memperhatikan kelestarian batuan mempunyai nilai resistivitas yang spesifik,
lingkungan(4). Sementara itu, kerusakan maka dari sebaran resistivitas inilah kita dapat
lingkungan dan pencemaran telah menyebabkan melakukan interpretasi jenis batuan, sifat
sumber air bersih di permukaan terus berkurang. batuan dan struktur geologi yang mungkin ada
Sebagai solusinya manusia mulai di bawah permukaan(7,8).
mengeksplorasi dan mengeksploitasi air bawah Identifikasi hidrostratigrafi dapat dilakukan
permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan dengan pendugaan geolistrik(10). Penggunaan
terhadap air bersih(5). metode geolistrik bertujuan untuk mengetahui
Penelitian kondisi geologi bawah permukaan lapisan bawah permukaan bumi, sehingga
sangat penting untuk memberikan informasi detil diketahui kemungkinan keterdapatan airtanah dan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 204-212 205


mineral pada kedalaman tertentu(11). Material- 2.2 Metodologi Pengumpulan Data
material bawah permukaan bumi apabila dialiri
Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus.
arus listrik akan mempunyai perbedaan tahanan
Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang
jenis yang khas. V ariasi litologi penyusun dan
status subjek penelitian yang berkenan dengan
struktur geologi akan berpengaruh terhadap
suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
karakteristik akuifer, potensi, dan dinamika
personalitas. Pemilihan tempat penelitian
airtanah di dalamnya. Kuantitas airtanah pada
dilakukan secara purpossive dengan alasan
suatu daerah sangat berkaitan dengan sistem dan
potensi airtanah di kawasan Gedung Geostech
karakteristik akuifer batuan penyusunnya(12).
perlu diketahui untuk memudahkan dalam
Tahanan jenis sangat tergantung pada pori,
eksplorasi dan eksploitasi airtanah tersebut
tingkat rekahan dan persentase pori, retakan
kaitannya dengan penyediaan air bersih(14,15).
(kekar) yang terisi oleh airtanah. Jenis batuan ini
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dapat memiliki berbagai nilai tahanan jenis, dari
disajikan sebagai berikut:
sekitar 1.000 sampai 107 ohm-m, tergantung
a. Studi data sekunder melalui desk study,
pada keadaannya, apakah basah atau kering.
browsing internet, data instansi terkait,
Batuan sedimen, biasanya lebih berpori dan
wawancara, dan diskusi untuk mencari
memiliki kandungan air lebih tinggi dan juga
referensi terkait.
memiliki nilai tahanan jenis lebih rendah
b. Pengambilan data geolistrik:
dibandingkan dengan batuan beku dan metamorf,
yakni antara 10-10.000 ohm-m, dengan nilai rata-  Pengukuran geolistrik yang dilaksanakan
rata <1.000 ohm-m(13). merupakan survei pemetaan bawah
permukaan dengan menggunakan
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian instrumen Geolistrik ARES v 5.6, metode
geolistrik 2D dengan konfigurasi Wenner
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan Alpha (Gambar 2).
analisis data geolistrik model 2D di kawasan  Lintasan pengukuran ditentukan pada
Gedung Geostech untuk mengetahui gambaran lokasi yang bentangan kabel relatif lurus,
mengenai keberadaan airtanah terkait dengan bentangan kabel tidak terganggu
persediaan air bersih. Tujuannya untuk transportasi kendaraan, dan panjang
mengetahui sebaran lapisan porous yang bentangan menyesuaikan dengan lokasi
mengandung airtanah bawah permukaan sebagai yang ada. Data tersebut diolah untuk
dasar pertimbangan dalam penyediaan air bersih. ditampilkan dalam bentuk penampang
melintang geolistrik sehingga memudahkan
2. BAHAN DAN METODE dalam penafsiran kondisi bawah
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian permukaan tanah. Pengukuran geolistrik
dilakukan pada 2 lintasan di lingkungan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei Geostech. Lintasan ke 1 menggunakan 48
2019, di lingkungan Gedung Geostech, Kompleks elektroda dengan spasi jarak antar elekroda
Puspiptek, Serpong, Kota Tangerang Selatan, adalah 2 meter dengan arah bentangan N
Provinsi Banten. Lintasan pengukuran geolistrik 255° E, sementara lintasan ke 2
berada di belakang Gedung Geostech, dengan menggunakan 40 elektroda dengan spasi
pertimbangan terdapat medan lurus yang tidak jarak antar elekroda adalah 3 meter
mengganggu kegiatan perkantoran (Gambar 1). dengan arah N 305° E.

G-2

G-1

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian dan


lintasan pengukuran geolistrik Gambar 2. Pengukuran geolistrik dan instrumen
geolistrik ARES yang digunakan untuk
pengukuran di lapangan

206 Identifikasi Potensi Air Tanah…… (Naryanto, H.S., et al.)


c. Pengolahan dan analisis data menginjeksikan arus listrik (dalam satuan mA) ke
Pengolahan data merupakan proses analisis bawah permukaan melalui dua elektroda arus,
data dengan menelaah seluruh data yang kemudian beda potensial yang terjadi (dalam
tersedia dari lapangan. Untuk mendapatkan satuan mV) diukur melalui dua elektroda potensial
kedalaman sebenarnya dan nilai tahanan jenis (Gambar 3). Dari hasil pengukuran arus dan
sebenarnya maka dilakukan inversi beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang
menggunakan software Res2Dinv, hasil inversi
berbeda kemudian dapat diturunkan variasi nilai
tersebut menunjukkan sebaran nilai rho-
tahanan jenis (ρ) masing-masing lapisan di
sebenarnya, nilai rho-sebenarnya inilah yang
dijadikan acuan untuk mendeteksi lapisan bawah titik ukur dalam satuan ohm-m(6,7,9).
bawah permukaan. Hasil analisis
menggunakan interpretasi material atau
batuan pada wilayah kajian didasarkan pada
tabel resistivitas material seperti yang tertera
pada Tabel 1(16).

Tabel 1. Hubungan tahanan jenis dengan


batuan(16).
Kisaran Tahanan Gambar 3. Aliran arus oleh suatu titik sumber
No Jenis Media
Jenis (ohm-m)
pada permukaan tanah homogen
1 Air (Udara) 200 – 8.000 isotropik(16).
2 Sand (Pasir) 1 – 1.000
3 Clay (Lempung) 1 – 100 Dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda yang
4 Andesite (Andesit) 1.7 x 102 – 45 x 104 berbeda kemudian dapat diturunkan nilai
Groundwater tahanan jenis semu (ρa) sebagai berikut:
5 0.5 – 300
(Airtanah)
Sea Water (Air ρa = k ( V/I ) ………………..... (1)
6 0.2
Asin)
V merupakan beda potensial, I adalah arus
Dry Gravel (Kerikil
7
Kering)
600 – 10.000 sedangkan k merupakan faktor geometri sesuai
susunan konfigurasi elektroda yang digunakan.
8 Alluvium (Aluvium) 10 – 800
Ada beberapa variasi cara penempatan
d. Interpretasi hasil pengolahan data elektroda arus A dan B dan elektroda potensial M
Penulis menginterpretasikan hasil analisis dan N, tetapi variasi yang umum digunakan dalam
untuk menarik suatu kesimpulan yang pendugaan geolistrik cara tahanan jenis adalah
berisikan intisari dari seluruh rangkaian susunan elektroda simetri, misalnya konfigurasi
kegiatan penelitian dan membuat Wenner Alpha, Wenner Beta, Wenner Gamma,
rekomendasinya. Wenner-Schlumberger, Pole-Dipole, Pole-Pole
dan Dipole-Dipole. Dalam penelitian ini digunakan
2.3 Metode Pengukuran Geolistrik 2D konfigurasi Wenner Alpha atau sering disebut
sebagai konfigurasi Wenner, dimana susunan
Salah satu teknologi survei bawah elektroda arus A dan B dan elektroda potensial M
permukaan daerah potensi airtanah yang dan N mempunyai spasi yang konstan.
sering digunakan adalah teknologi geolistrik. Metode Wenner ini merupakan konfigurasi
Pengukuran geolistrik adalah salah satu metoda yang diperkenalkan oleh Wenner, merupakan
dalam bidang geofisika yang digunakan untuk salah satu konfigurasi yang sering digunakan
mengetahui atau menggambarkan struktur dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak
bawah permukaan bumi. Geolistrik dikenal spasi sama panjang (r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a).
sebagai metode yang ramah lingkungan, praktis, Jarak antara elektroda arus adalah tiga kali jarak
dan dapat memberikan informasi sampai elektroda potensial, jarak potensial dengan titik
kedalaman yang optimal. sounding-nya adalah a/2, maka jarak masing-
Konfigurasi bawah permukaan dilakukan masing elektroda arus dengan titik sounding-nya
dengan pengukuran geolistrik 2D. Prinsip dasar adalah 3a/2. Target kedalaman yang mampu
geolistrik 2D adalah menggunakan nilai tahanan dicapai pada metode ini adalah a/2. Dalam
jenis sebagai pembeda antar litologi dengan akuisisi data lapangan susunan elektroda arus
asumsi bahwa adanya perbedaan sifat fisik dan potensial diletakkan simetri dengan titik
pada setiap jenis litologi akan menghasilkan nilai sounding(17) (Gambar 4).
tahanan jenis yang berbeda. Prinsip pengukuran
dalam metode tahanan jenis adalah dengan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 204-212 207


atas lempung, lanau, pasir, kirikil, kerakal,
A A A bongkah batuan beku, dan kadang-kadang
sedimen yang masif. Lokasi pengukuran geolistrik
terletak di atas satuan Kipas Aluvium yang
terendapkan pada kala Pleistosen. Satuan batuan
C1 P1 P2 C2 tersebut tersusun atas tuf halus berlapis, tuf
Station pasiran, berselingan dengan tuf konglomeratan(19).
Gambar 4. Visualisasi pengukuran tahanan jenis Pengukuran geolistrik 2D dilakukan 2 lintasan
2D konfigurasi Wenner Alpha(18). di belakang Gedung Geostech dengan konfigurasi
Wenner Alpha menggunakan Geolistrik ARES 48
Nilai tahanan jenis semu untuk konfigurasi
channel. Pengukuran geolistrik 2D pada lintasan 1
Wenner ini adalah
(G-1) dilakukan pada koordinat 106° 40′ 22,6919″
ΔV ………………. (2) E dan 6° 21′ 33,8975′′S dan arah bentangan N
ρa = K .
255° E dan N 320° E. Jumlah elektroda yang
I
digunakan pada pengukuran tersebut adalah 48
Κ = π.n(n+1).(n+2).a ………. (3) elektroda dengan spasi 2 meter dan 40 elektroda
dengan spasi 2 meter. Kedalaman penetrasi yang
ρa = Tahanan jenis semu (ohm-m) didapatkan pada pengukuran geolistrik 2D
K = Faktor Geometri dengan metode Wenner Alpha ini adalah 15,8
ΔV = Beda potensial (mV) meter dan 13,5 meter.
I = Kuat arus yang dialirkan (mili Ampere). Dari hasil analisis geolistrik 2D didapatkan
a = Jarak elektroda arus (C1-C2) dan
lapisan dengan range resistivitas 0,5–2205 ohm-
potensial (P1-P2)
n = Level data m. Diperkirakan lapisan dengan nilai resistivitas
yang rendah bersifat porous dan bertindak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai lapisan akuifer penyimpan airtanah.
3.1 Analisis Akuifer Airtanah dengan Data Berdasarkan data geologi regional diperkirakan
Geolistrik 2D lapisan ini berupa tuf pasiran (0-5 ohm-m).
Lapisan akuifer pembawa airtanah mempunyai
Interpretasi bawah permukaan yang dilakukan
kedalaman mulai dari 13 meter dari permukaan
mengacu pada kondisi litologi yang ada di lokasi.
tanah. Ketebalan lapisan akuifer tidak bisa
Secara regional, berdasarkan peta geologi
dipastikan mengingat batas akuifer bawah masih
regional lembar Jakarta, wilayah Serpong
tersusun atas lima Formasi dengan susunan menerus sampai batas maksimal data hasil
stratigrafi dari umur tua ke muda adalah Formasi analisis dari hasil pengukuran yaitu 15,8 meter,
Bojongmanik, Formasi Genteng, Formasi Serpong, sehingga ketebalan akuifer akan lebih dari 2,8
Kipas Aluvium dan Aluvium. Formasi meter (Gambar 5 dan 6).
Bojongmanik merupakan formasi dengan umur Kondisi yang ditemukan mirip dengan
Miosen Tengah dengan litologi penyusun berupa interpretasi zona akuifer oleh peneliti sebelumnya.
batupasir dan batulempung bersisipan dengan Penelitian hidrogeologi telah dilakukan pada
batugamping. Batuan ini banyak tersingkap di lokasi calon tapak disposal demo di Kawasan
sekitar Sungai Cisadane. Formasi berikutnya Nuklir Serpong dimana didapatkan zona akuifer
adalah Formasi Genteng dengan umur Pliosen pada kedalaman antara 8–20 m dengan lapisan
Awal-Pliosen Tengah. Formasi ini tersusun atas akuifer terukur setebal 12 m. Lapisan akuifer
litologi tuf batuapung, batupasir tufan, breksi, tersebut memiliki permeabilitas yang relatif
konglomerat, dan sisipan lempung tufan.
bervariasi antara 1,39x10-2 cm/detik (kedalaman
Kemudian formasi yang menindih secara
8–10 m), 2,199x10-2 cm/detik (kedalaman 10–15
tidak selaras batuan Formasi Bojongmanik
m) dan 1,104x10-3 cm/detik (kedalaman 15–20 m).
adalah Formasi Serpong yang tersusun atas
perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, Ketebalan zona air tanah berkisar 9,52 m,
batulempung dengan sisa tanaman, konglomerat sampai 9,55 m. Pada musim kemarau kedalaman
batuapung, dan tuf batuapung. Formasi yang airtanah ± 16 m dengan kecepatan arah aliran
berumur Plistosen hingga Holosen adalah Kipas airtanah antara 0,015 m/jam atau 0,35 m/hari atau
Aluvium. Endapan ini tersusun atas tuf halus 128,8 m/th sampai dengan 0,02 m/jam atau 0,48
berlapis, tuf pasiran, berselingan dengan tuf m/hari atau 175,2 m/th(20). Dari hasil interpretasi
konglomeratan. Aluvium yang ada pada wilayah penampang geolistrik tersebut dan hasil peneliti
penelitian tersusun atas material lepas yang terdiri terdahulu terlihat bahwa lapisan akuifer

208 Identifikasi Potensi Air Tanah…… (Naryanto, H.S., et al.)


penyimpan air di kawasan Gedung Geostech Di atas selang-seling lapisan berbutir halus
dimulai pada kedalaman 13 m yang dapat tersebut dijumpai lapisan pasir kasar yang
tersusun oleh lapisan-lapisan batuan yang mempunyai harga resistivitas 30-195 ohm-m.
berbeda hingga kedalaman tertentu sehingga Lapisan tersebut merupakan tuf berukuran kasar
permeabilitasnya berbeda untuk masing-masing dengan ketebalan 3-6,5 meter.
lapisan di setiap kedalaman. Lapisan akuifer yang Sementara pada lapisan batuan bagian paling
terlihat pada penampang geolistrik hanya atas dijumpai lapisan tanah urugan atau tanah
mencapai kedalaman 15 m sehingga diperkirakan penutup yang cukup tebal. Lapisan tanah urugan
lapisan tersebut memiliki nilai permeabilitas tersebut terdiri dari berbagai macam ukuran
2,199x10-2 cm/detik. dengan nilai resistivitas tinggi (>195 ohm-m).
Di atas lapisan lapisan akuifer airtanah Ketebalan tanah urugan tersebut bervariasi dan
terdapat endapan dengan nilai resistivitas lebih lebih besar dari 4 meter. Topografi kawasan
tinggi, diperkirakan lapisan ini merupakan Geostech merupakan bukit dan lembah yang
perlapisan dengan harga resistivitas 5-30 ohm-m. kurang teratur pada saat sebelum dibangun,
Lapisan tanah yang berada di atas akuifer untuk mendapatkan daerah yang datar maka
tersebut merupakan selang-seling lapisan yang dilakukan pemotongan bukit dan hasil
berbutir halus diinterpretasikan sebagai tuf halus potongannya dijadikan urugan (cut and fill).
sampai tuf sedang yang kedap air dengan
ketebalan antara 3,5-6 meter.

Gambar 5. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik 2D lintasan 1 dengan menggunakan konfigurasi
Wenner Alpha, 48 elektroda dan spasi 2 meter

Material
Material
Urugan
Tuf Kasar Urugan
Perlapisan Tuf
Tuf Kasar/Pasiran Halus-Sedang
(Akuifer Air tanah)

Gambar 6. Interpretasi hasil pengukuran geolistrik 2D lintasan 1

Pengukuran geolistrik lintasan 2 (G-2) lintasan 1. Diperkirakan lapisan ini bersifat


dilakukan di di sebelah barat lintasan 1 dengan porous dan bertindak sebagai lapisan akuifer
arah pengukuran N 305° E. Jumlah elektroda penyimpan airtanah. Di atas lapisan tersebut
yang digunakan pada pengukuran ini adalah 40 terdapat endapan dengan nilai resistivitas lebih
elektroda dengan spasi 2 meter. Kedalaman tinggi, diperkirakan lapisan ini merupakan
penetrasi yang didapatkan pada pengukuran perlapisan tuf halus sampai tuf sedang dengan
geolistrik 2D pada lintasan 2 ini adalah 13,5 meter. ketebalan 2,5 meter, lebih tipis dibandingkan
Berbeda dengan pengukuran pada lintasan 1, dengan lintasan 1. Lapisan dengan ukuran lebih
pengukuran lintasan 2 dilakukan sehabis hujan besar yang dintepretasikan sebagai tuf kasar
dengan kondisi sedikit agak becek, sehingga mempunyai ketebalan sekitar 5-7 meter. Di
kondisi tanah relatif agak basah akibat air hujan. lapisan paling atas terdapat lapisan tanah urugan
Dari hasil pengukuran dapat diintepretasikan yang mempunyai ketebalan bervariasi, dan lebih
terdapat lapisan dengan resistivitas rendah pada besar dari 3 m dengan nilai resistvitas tinggi.
kedalaman 11,5 meter. Kedalaman akuifer pada Lapisan urugan relatif basah, hal ini sangat
lintasan 2 ini lebih dangkal dibandingkan dengan terkait dengan tanah yang mempunyai

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 204-212 209


kelembaban air tinggi pada saat pengukuran lokasi calon tapak disposal demo di Kawasan
akibat hujan. Nuklir Serpong, didapatkan hasil bahwa
Hasil analisis dari geolistrik 2D lapisan akuifer kedalaman akuifer airtanah berkisar antara
pembawa airtanah pada lintasan 1 mempunyai antara 8–20 m(20). Hasil penelitian airtanah di
kedalaman mulai dari 13 meter dari permukaan lingkungan Geostech berdasarkan pengukuran
tanah, sedangkan lintasan 2 mempunyai geolistrik 2D, ternyata hasilnya sama dengan
kedalaman 11,5 meter. Hasil pengukuran penelitian sebelumnya di lingkungan Puspiptek
sebelumnya yang telah dilakukan di kawasan meskipun pada lokasi yang berbeda (Gambar 7
Puspiptek tetapi pada tempat lain yaitu pada dan 8).

Gambar 7. Hasil pengolahan data pengukuran geolistrik 2D lintasan 2 dengan menggunakan konfigurasi
Wenner Alpha, 40 elektroda dan spasi 2 meter

Material
Material
Urugan Tuf Kasar
Material Urugan Basah Urugan
Perlapisan Tuf Basah
(Akuifer Air tanah) Halus-Sedang Mengandung
Air
Gambar 8. Interpretasi hasil pengukuran geolistrik 2D lintasan 2

Analisis data geolistrik di daerah Puspiptek Cekungan Airtanah (CAT). Kawasan puspiptek
dan sekitarnya hasilnya tidak memperlihatkan termasuk ke dalam wilayah CAT DKI Jakarta(22).
bukti adanya patahan, kelurusan sebagai CAT DKI Jakarta termasuk ke dalam Zona
dugaan patahan tersebut kemungkinan akibat Dataran Pantai Jakarta, sub-Cekungan Ciputat,
erosi sungai maupun resistensi batuan. Cekungan Jawa Barat Utara yang dibatasi oleh
Beberapa penampang mengindikasikan zona Tinggian Tangerang dan Tinggian
lemah yang menunjukkan nilai tahanan jenis Rengasdengklok. CAT DKI Jakarta merupakan
rendah merupakan cekungan zona akuifer. cekungan (basin) yang dibatasi di bagian
Variasi nilai tahanan jenis lebih banyak atasnya oleh muka airtanah bebas (muka
dipengaruhi karena adanya perbedaan litologi freatik) dan di bagian bawahnya oleh batuan
baik lateral maupun vertikal dan perbedaan berumur Tersier yang secara nisbi bersifat
tingkat kejenuhan air. H a l i n i d i k a r e n a k a n kedap air. Sementara itu, batas horizontal di
susunan perlapisan batuan daerah Serpong bagian utara berada di laut lepas; di bagian
didominasi oleh batuan sedimen berupa pasir barat adalah Kali Cisadane yang termasuk
dan lempung(21). kategori noflow boundary, batas di bagian
Kawasan Puspiptek Serpong termasuk selatan adalah Batugamping Formasi
dalam Formasi Serpong, yang tersusun oleh Kelapanunggal yang menjemari dengan
lanau pasiran-kerikilan sebagai hasil dari Batulempung Formasi Jatiluhur dan berarah
endapan sungai (produk proses fluviatil). Kondisi barat-timur yang melewati sekitar Kota Depok;
tersebut yang mempengaruhi ketersediaan sementara di bagian timur adalah Kali Cikeas
airtanah yang dapat menjadi sumber air bersih, atau Kali Bekasi dan termasuk kategori no flow
terutama di kawasan Gedung Geostech. boundary(22).
Sistem keberadaan airtanah yang dapat
dijadikan sebagai sumber air bersih sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang 4. KESIMPULAN
terpenting dalam keberadaan atau ketersediaan Dari hasil pengukuran dapat diinterpretasikan
airtanah itu sendiri dipengaruhi oleh suatu terdapat lapisan dengan resistivitas rendah yang

210 Identifikasi Potensi Air Tanah…… (Naryanto, H.S., et al.)


diperkirakan lapisan ini bersifat porous dan di Kabupaten Grobogan. Jurnal Alami, 2(2),
bertindak sebagai lapisan akuifer penyimpan 73-81.
airtanah terdapat mulai pada kedalaman 13
7. Naryanto, H.S. (2015). Analisis Konfigurasi
meter pada lintasan 1 dan 11,5 meter pada
Bawah Permukaan Daerah Potensi Tanah
lintasan 2. Airtanah merupakan sumber air
Longsor (Gerakan Tanah) dengan Metode
bersih yang digunakan di Geostech.
Pengukuran Geolistrik di Kabupaten
Di atas lapisan akuifer terdapat endapan
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
dengan selang-seling tuf halus sampai tuf
Riset Kebencanaan Indonesia (JRKI), 1(1),
sedang, di atasnya terdapat tuf kasar dan
41-50.
lapisan paling atas adalah tanah urugan dengan
ketebalan bervariasi. Ketersediaan airtanah 8. Naryanto, H.S. (2016). Penerapan Ilmu
kawasan Gedung Geostech dipengaruhi oleh Pengetahuan dan Teknologi dalam
sistem Cekungan Airtanah (DKI) Jakarta. Pengurangan Risiko Bencana Tanah
Longsor (Gerakan Tanah) di Indonesia.
BPPT Press, 152 pp.
PERSANTUNAN
9. Naryanto, H.S., Wisyanto, Sumargana, L.,
Ucapan terima kasih kami sampaikan
Ramadhan, R., dan Prawiradisastra, S.
kepada Bpk./Ibu Ir. Eko Widi Santoso M.Si.,
(2016). Kajian Kondisi Bawah Permukaan
Nurhidayat ST., M.Si., Prihartanto, ST. M.Si.,
Kawasan Rawan Longsor dengan Geolistrik
dan Dr. Ir. Dwi Abad Tiwi, atas dukungan dan
untuk Penentuan Lokasi Penempatan
bantuan dalam pengukuran dan analisis data
Instrumentasi Sistem Peringatan Dini
lapangan.
Longsor di Kecamatan Talegong, Kabupaten
Garut. Jurnal Riset Kebencanaan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
(JRKI), 2(2), 161-172.
1. Freeze, R.A., and Cherry, J.A. (1979).
10.Risanti, A.A., Cahyono, K.A., Latifah, Putri,
Groundwater. New Jersey. Prentice Hall, Inc.
M.A., Rahmawati, N., Ariefin, R.F.,
604 pp.
Prameswari, S., Waskito, W.A., Adji, T.N.,
2. Nugraha, G.U., Nur, A.A., Yoseph, B., & dan Cahyadi, A. (2018). Hidrostratigrafi
Pranantya, P.A. (2016). Lapisan Berpotensi Akuifer dan Estimasi Potensi Air tanah Bebas
Akuifer Berdasarkan Analisis Geolistrik Guna Mendukung Kebutuhan Air Domestik
Konfigurasi Schlumberger di Kertajati, Desa Sembungan. Majalah Geografi
Majalengka. Seminar Nasional ke III Peran Indonesia, 32(1), 108 - 114.
Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan
11.Halik, G. dan Soetjipto, J.W. (2008).
Sumber Daya Alam dan Kebencanaan, Pendugaan Potensi Air tanah dengan
Fakultas Teknik Geologi Universitas Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger
Padjadjaran.
di Kampus Tegal Boto Universitas Jember.
3. Todd, D.K. (1980). Ground Water Jurnal Media Teknik Sipil, 109-114.
Hydrology. 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc.,
12.Fetter, C. W. (1988). Applied Hydrogeology.
New York, NY.
Ohio: Merril Publishing Company.
4. Widada, S., Satriadi, A., dan Rochaddi, B. 13.Pujianto, E. (2014). Pendugaan Zona Jenuh
(2017). Kajian Potensi Air tanah Berdasarkan Air tanah Dengan Metode Geolistrik di
Data Geolistrik Resistiviti Untuk Antisipasi
Sekitar Tambang Batubara Terbuka di
Kekeringan di Wilayah Pesisir Kangkung,
Kalimantan Selatan. Jurnal Teknologi Mineral
Kabupaten Kendal, Privinsi Jawa Tengah.
dan Batubara, 10(3), 113-126.
Jurnal Kelautan Tropis, 20(1), 35-41.
14.Sugiyono. (2010). Metode Oenelitian
5. Budiman, A., Delhasni dan Widjojo, S.A.H.S. (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D).
(2013). Pendugaan Potensi Air tanah Alfabetha, Bandung.
Dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis
Konfigurasi Schlumberger (Jorong Tampus 15.Akhirianto, N.A., dan Naryanto, H.S. (2016).
Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Kajian Kapasitas dan Persepsi Masyarakat
Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Pangalengan Terhadap Bencana Tanah
Barat, Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Fisika Longsor. Jurnal Riset Kebencanaan
(JIF), 5(2), 72-78. Indonesia, 2(2), 117-126.
6. Naryanto, H.S. (2018). Analisis Patahan 16.Telford, W. M., Geldart, L. P., & Sheriff, R. E.
Bawah Permukaan Dari Pengukuran (1990). Applied Geophysics. 2nd ed.
Geolistrik Untuk Antisipasi Bencana Gempa University of Cambridge, The Pit Building,
New York, 770 pp.

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21, No 2, Juli 2020, 204-212 211


17.Wijaya, A.S. (2015). Aplikasi Metode 21.Suntoko, H., dan Wicaksono, A.B. (2017).
Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner Identifikasi Patahan Pada Batuan Sedimen
untuk Menentukan Struktur Tanah di Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi
Halaman Belakang SCC ITS Surabaya. Dipole-Dipole di Tapak RDE Serpong,
Jurnal Fisika Indonesia XIX(55), 1-5. Banten. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir,
19(2), 81 – 88.
18.GF Instruments. (2018). User Manual ARES.
22.Tirtomihardjo, H. (2014). Air Tanah dan
19.Turkandi, T, Sidarto, Agustiyanto, D.A., dan
Pembangunan Bawah Tanah Jakarta,
Hadiwidjoyo, P. (1992). Peta Geologi Lembar
Geomagz 28/01/2014, Majalah Geologi
Jakarta dan Kepulauan Seribu, skala 1 :
Populer.
100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung. 23.Tirtomihardjo, H.; Taufiq, A., Arief, S., dan
Isnaeni, S. (2012). Kuantifikasi dan
20.Sucipta dan Setiawan, R. (2016). Arah dan
Pemodelan Air Tanah Cekungan Air Tanah
Kecepatan Aliran Air Tanah Calon Tapak
Jakarta Provinsi D.K.I Jakarta, Provinsi Jawa
Disposal Demo di Kawasan Nuklir Serpong.
Barat, dan Provinsi Banten. Laporan. Pusat
Eksplorium, 37(2), 115–124.
Sumber Daya Air Tanah dan Geologi
Lingkungan, Badan Geologi, Bandung.

212 Identifikasi Potensi Air Tanah…… (Naryanto, H.S., et al.)

Anda mungkin juga menyukai