Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penjadwalan Perawat
Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masingmasing pekerjaan
dalam rangka menyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapai hasil yang optimal dengan mempertimbangkan
keterbatasan-keterbatasan yang ada.(Husen, 2008). Penjadwalan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai hal
yang cukup penting untuk diperhatikan karena memiliki karakteristik yang spesifik dan kompleks, antara lain
kebutuhan karyawan yang berfluktasi, tenaga kerja yang tidak bisa disimpan, dan faktor kenyamanan pelanggan.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman terhadap pekerjaaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari
masing-masing tugas.
2. Memberikan alat bagi pihak manajemen untuk mengkoordinir secara sistematis dan realistis dalam penentuan
alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.
3. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan.
5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
B. Penjadwalan Perawat
Penjadwalan tenaga kerja merupakan pengalokasian sumber daya manu- sia pada stasiun
kerja tertentu dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang telah di- rencanakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dan melaksanakan pekerjaan secara
efektif dan efisien.

Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan kepu- tusan perencanaan
kebutuhan dan penjadwalan perawat, yaitu staffing decision adalah merencanakan
tingkat atau jumlah keutuhan akan pe- rawat prakualifikasinya. Scheduling decision
adalah menjadwalkan hari masuk, hari libur dan shift. Shift kerja untuk setiap harinya
sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 minimum
tenaga perawat yang harus tersedia. Allocation decision adalah membentuk kelompok
perawat untuk dialokasikan ke shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga akibat
adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnys perawat tidak hadir.

Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara


lain:

1. Coverage yaitu jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan


ditugaskan sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian min- imum
tenaga perawat tersebut;

2. Quality yaitu sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal;

3. Stability yaitu bagaimana agar seorang perawat mengetahui kepas-


tian jadwal libur dan masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mempunyai
pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh su- atu kebijaksanaan yang stabil dan
konsisten, seperti akhir pekan atau perubahan;

4. Flexibility yaitu kemampuan jadwal untuk mengantisipasi seti- ap


perubahan-perubahan seperti pembagian fulltime, parttime, rotasi shift
dan permanen shift;

5. Fairness yaitu alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan


merasa diberlakukan sama;

6. Cost yaitu jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan


maupun operasional penjadwalan.
C. Sift/kerja
Shift kerja berarti hadir pada waktu yang sama, berkelanjutan atau dengan waktu yang
berbeda-beda (Hennig et al., 2008). Shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu dan biasanya dibagi atas kerja
pagi, sore dan malam. Waktu kerja untuk setiap shift adalah 8 jam yaitu 07:00 - 15:00,
15:00 - 23:00, 23:00 - 07:00. Shift kerja didefinisikan sebagai periode waktu 24 jam di
mana satu atau sekelompok orang dijadwalkan dan diatur untuk bekerja di tempat kerja
atau sekompok yang mulai bekerja ketika kelompok sebelumnya telah selesai. Shift
kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari, alasan
lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial akan pelayanan.

Beberapa peneliti melakukan studi tentang shift kerja. Grand- jen (1988)
mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan pekerja dan
toleransi shift kerja, seperti interaksi antar indi- vidu, kondisi sosial, dan organisasi kerja
dalam menyusun suatu shift kerja. Beberapa studi mengenai pengaruh shift kerja
terhadap kin-
erja pekerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga telah di- lakukan. Shift
berpengaruh negatif terhadap kemampuan dan kinerja pekerja. Rouch et al., (2005)
menyatakan bahwa shift kerja dalam waktu lama akan mengganggu circadianrhythms
dan menimbulkan gangguan pada kinerja kognitif. Tomei et al., (2006) menyatakan bah-
wa ada kecenderungan meningkatnya kecemasan dan agresivitas pada akhir suatu shift.

Pekerja yang khususnya shift malam dapat beresiko terhadap tim- bulnya berbagai
gangguan kesehatan. Ketika pekerja shift malam tidur di siang hari, siklus tidur
berkurang, dan kualitas tidur yang buruk, karena konsentrasi kortisol tinggi dan
tingkat melatonin yang rendah (Shu-Fen et al., 2011). Pada waktu akhir shift malam
sebelum jam 5 pagi, terjadi perubahan tingkat kortisol, suhu badan dan tingkat
melatonin yang akan berpengaruh pada kinerja pekerja (Arora et al., 2008).
Konsentrasi kortisol lebih tinggi pada sore hari daripada pagi hari. Perbedaan
konsentrasi kortisol inilah yang nantinya akan mem- pengaruhi kelelahan kerja
(Hennig et al., 2008).

Tipe kerja shift menurut World Healthy Organization (2010) ter-


dapat 3 jenis yaitu:

1. Permanent, dimana pekerja hanya masuk dalam 1 shift saja. Misalnya


pekerja hanya masuk di shift malam dan shift pagi sa- ja. Sedangkan
shift yang berotasi, dimana terdapat lebih dari 1 alternatif kerja shift
sehingga pekerja masuk pada shift yang berbeda;

2. Continuos, setiap hari dalam seminggu pekerja masuk dalam 1 shift.


Sedangkan discontinuos yaitu dalam 1 minggu jadwal shift yang ada
terputus karena terdapat jadwal libur;

3. Terdapat shift malam atau tidak terdapat shift malam, dimana jam
kerja mengharuskan atau tidak mengharuskan adanya shift
malam. Aturan kerja shift malam setiap Negara berbeda-
beda.

Saat ini terdapat berbagai jenis shift kerja yang digunakan


oleh berbagai industri karena jam kerja yang berbeda. Di
dalam Depnaker- trans (2003) jam kerja, waktu istirahat
kerja, waktu lembur diatur dalam pasal 77 sampai pasal 85
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Jam kerja adalah waktu untuk melakukan
pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari atau malam hari.
Jam kerja di lingkungan suatu instansi adalah maksimum 7
(tujuh) jam 1 (satu) hari dan secara akumulatif masing-
masing shift tidak boleh lebih dari 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu (Pasal 77 ayat 2 huruf a Undang-Undang
No.13/2003).

Anda mungkin juga menyukai