Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Obat sebagai bahan kimia, bahan alam dan sebagainya jarang diberikan kepada
penderita dalam bentuk kimia murni. Umumnya diberikan dalam bentuk yang sudah
diformulasikan. Bentuk sediaan obat dapat bervariasi dari bentuk larutan sederhana sampai
pada bentuk sediaan farmasi yang kompleks yang memerlukan pengetahuan  dan teknologi
canggih, dengan penambahan bahan (aditif dan eksipien)  dalam formula agar dapat dicapai
sasaran dan tujuan yang diinginkan pada waktu merancang bentuk sediaan.

Bahan aditif dalam formulasi antara lain berfungsi  untuk mensolubilisasi,


mensuspensi, mengentalkan, mengawetkan, mengemulsifikasi, memperbaiki sifat,
penampilan, dan memperbaiki rasa dan bau  untuk bermacam sediaan.

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1.      Apa yang dimaksud dari bahan aditif obat?


2.      Apa saja syarat-syarat dari bahan aditif obat?
3.      Apa saja golongan-golongan yang termasuk bahan aditif obat?

1.3 Tujuan Penulisan

            Tujuan dari penulisan ini adalah:

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dari bahan aditif obat.
2.      Untuk mengetahui syarat-syarat dari bahan aditif obat.
3.      Untuk mengetahui golongan-golongan yang termasuk bahan aditif obat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahan Aditif Obat

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, bahan aditif obat atau bahan tambahan obat
adalah zat yang dimaksudkan untuk mempertinggi kegunaan, kemantapan, keawetan, dan
sebagai zat warna, dapat ditambahkan baik pada sediaan resmi maupun pada sediaan tidak
resmi.

Zat tambahan ini dalam jumlah yang digunakan tidak boleh membahayakan dan harus
aman, tidak boleh mengganggu atau mengurangi khasiat obat dan tidak boleh mengganggu
pemeriksaan dan penentuan kadar. Jika terjadi gangguan pemeriksaan atau penetapan kadar,
harus ada cara lain yang mempunyai ketelitian, ketepatan, dan selektivitas yang setidak-
tidaknya sama dengan pemeriksaan dan penetapan kadar resmi.

2.2 Syarat Bahan Aditif

Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan aditif harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut:

1.      Inert (tidak menimbulkan reaksi dengan zat aktifnya) secara kimia dan farmakologis;
2.      Efektif dalam konsentrasi rendah
3.      Tidak toksik (beracun), tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara yang berbahaya;
4.      Dapat segera larut dalam air atau media lain;
5.      Tidak menimbulkan warna, rasa dan aroma yang tidak dikehendaki;
6.      Compatible dengan bahan lain.
2.3 Golongan Bahan Aditif

Bahan aditif obat dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu zat pewarna, pemanis,
pengawet, pendapar, pengemulsi, pensuspensi, peembasah, antioksidan, pengental, pengisi,
pengikat, penghancur, dan pelicin.

A. Zat Pewarna

Warna dapat meningkatkan penerimaan pasien, memberikan peringatan, sebagai


identitas obat dan menghasilkan warna sediaan yang dibakukan.
Zat pewarna dapat digologkan  menjadi:

1.      Zat Warna Alami


Zat warna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstrak tumbuhan (seperti
bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah digunakan sejak dahulu sehingga
sudah diakui bahwa aman jika masuk kedalam tubuh. Pewarna alami yang berasal dari
tumbuhan mempunyai berbagai macam warna yang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti jenis tumbuhan, umur tanaman, tanah, waktu pemanenan dan faktor-
faktor lainnya. Oleh karena itu, Food and Drugs Administration (FDA) Amerika Serikat
menggolongkan zat warna alami ke dalam golongan zat pewarna yang tidak perlu mendapat
sertifikasi atau dianggap masih aman.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna alami dibagi atas:
1. Zat pewarna alami yang berasal dari tanaman, seperti: antosianin, karotenoid, betalains,
klorofil, dan kurkumin.
2. Zat pewarna alami yang berasal dari aktivitas mikrobial, seperti: zat pewarna dari aktivitas
Monascus sp, yaitu pewarna angkak dan zat pewarna dari aktivitas ganggang.
3. Zat pewarna alami yang berasal dari hewan dan serangga, seperti: Cochineal dan zat
pewarna heme.
Keuntungan dalam penggunaan pewarna alami adalah tidak adanya efek samping bagi
kesehatan. Selain itu, beberapa pewarna alami juga dapat berperan sebagai bahan pemberi
flavor, zat antimikrobia, dan antioksidan. Namun penggunaan zat pewarna alami
dibandingkan dengan zat pewarna sintetis memiliki kekurangan, yaitu pewarnaannya yang
lemah, kurang stabil dalam berbagai kondisi, untuk mendapatkan warna yang bagus
diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak, keanekaragaman warnanya terbatas, tingkat
keseragaman warna kurang baik, kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak
mengganggu serta cenderung lebih mahal.

2.      Zat Warna Sintetik


Zat warna sintesis merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia. Zat warna
sintetik mempunyai keuntungan antara lain dapat mengembalikan warna asli, kestabilan
warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang
peka terhadap cahaya selama penyimpanan, warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam,
keseragaman warna lebih baik, biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang
mengganggu, praktis dan ekonomis. Hanya saja zat warna sintetik memiliki efek samping
negatif bagi tubuh dan kesehatan. Contoh-contoh zat pewarna sintesis yang digunakan antara
erythrosine, allura red AC, sunset yellow, brilliant blue, indigotine, dan fast greeen.

B. Zat Pemanis

Zat pemanis adalah zat yang dicampurkan ke dalam sediaan farmasi untuk
memperbaiki rasa sediaan. Berdasarkan asalnya, zat pemanis dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1.      Zat Pemanis Alami
Zat pemanis alamu yaitu zat pemanis yang terbuat dari bahan-bahan alami. Zat
pemanis alami ada dua macam, yaitu pemanis nutritif dan pemanis nonnutritif. Pemanis
nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori. Pemanis ini diperoleh dari tanaman
(sukrosa/gula tebu, gula bit, xylitol, dan fruktosa), dari hewan (laktosa dan madu), dan dari
hasil penguraian karbohidat (sirup glukosa, dekstrosa, & sorbitol). Oleh karena kandungan
kalorinya tinggi, maka seseorang yang mengkonsumsi pemanis nutritif secara berlebihan
dapat mengalami obesitas. Adapun pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak
menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal dari tanaman (steviosida) & dari kelompok
protein (miralin, monellin, & thaumatin).

2.      Zat Pemanis Sintetik (Buatan)


Zat pemanis sintetik yaitu zat pemanis yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak dapat
langsung dicerna oleh tubuh sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Contoh pemanis
sintetik, antara lain sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, &
aspartam. Pemanis sintetik memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dibandingkan pemanis
alami. Tingkat kemanisan sakarin 350-500 kali lebih tinggi daripada sukrosa. Mengkonsumsi
zat pemanis sintetik secara berlebihan dapat menimbulkan resiko kesehatan. Contoh :
penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menyebabkan rasa makanan menjadi pahit dan
merangsang tumbuhnya tumor di bagian kandung kemih, garam-garam siklamat pada proses
metabolisme tubuh menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik dan
menyebabkan efek samping berupa gangguan sistem pencernaan.
C. Zat Pengawet

Zat pengawet adalah bahan kimia yang dapat menghambat kerusakan sediaan farmasi,
karena serangan bakteri, ragi, jamur. Contoh bahan pengawet adalah etanol, fenol, natrium
benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.
Pengawet yang ideal ialah  : 
a.       Mempunyai aktivitas antimikroba yang tinggi dan spektrumnya luas, bekerja pada
temperatur dan pH yang luas;
b.      Mempunyai stabilitas yang tinggi pada range temperature dan pH yang digunakan;
c.       Tidak toksik pada konsentrasi yang digunakan;
d.      Tersatukan dengan komponen lain dalam sediaan;
e.       Cepat larut pada konsentrasi yang digunakan;
f.       Bebas dari bau, rasa, warna;
g.        Tidak menyebabkan keracunan, karsiogenik, iritan, dan menyebabkan sensitisasi pada
konsentrasi yang digunakan.
D. Zat Pendapar

Zat pendapar dalam sediaan  mempunyai fungsi untuk mengatur  pH, memperbesar
potensi erja pengawet, dan meningkatkan kelarutan zat berkhasiat/obat. Contoh zat pendapar
yaitu pendapar fosfat, dan pendapar sitrat.

Pemilihan suatu pendapar harus konsisten dengan kriteria sebagai berikut:

1.      Pendapar harus mempunyai kappasitas memadai dalam kisaran pH yang diinginkan.
2.      Pendapar harus aman secara biologis untuk penggunaan yang dimaksud.
3.      Pendapar hanya mempunyai sedikit atau tidak mempinyai efek merusak terhadap stabilitas
produk akhir.
4.      Pendapar harus memberikan rasa dan warna yang dapat diterima produk.
E. Zat Pengemulsi

Zat pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak
dalam air dan sebaliknya. Pada sediaan emulsi bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan
terpisah dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu gom arab dan gliserin.Umumnya dibedakan
dalam tiga golongan besar zat pegemulsi yaitu : surfaktan, koloid hidrofilik, dan zat padat
yang terbagi halus.

1.      Surfaktan
Jumlah surfaktan yang disediakan untuk membentuk emulsi sangat besar, sehingga
tidak mungkin untuk menguraikanya. Pemilihan pengemulsi, griffin pada tahun 1947
mengembangkan sistem keseimbangan Hidrofilik-lipofilik  (KHL) dari surfaktan. KHL yang
dibutuhkan untuk mengemulsi minyak tertentu dalam  air dapat ditentukan dengan metode 
coba dan ralat yakni dengan membuat emulsi yang tepat dengan pengemulsi yang
mempunyai kisaran harga-harga KHL, dan kemudian tentukan nilai KHL yang menghasilkan
emulsi terbaik. Umumnya dianggap bahwa penmgemulsi yang lebih hidrofilik cenderung
membentuk emulsi m/a, sednagkan surfaktan-surfaktan yang lebih nonpolar cenderung
membentuk a/m.

2.      Koloid Hidrofilik


Polimer yang peka terhadap air mempunyai beberapa  kegunaan sebagai pengemulsi
utama. Tetapi polimer-polimer tersebut adalah sebagai pembantu pengemulsi dan sebagai zat
pengental.

3.      Zat Padat yang Terbagi Halus


Zat padat yang terbagi halus  ternyata  merupakan pengemulsi yang baik, terutama
bila di kombinasikan dengan surfaktan dan atau makroolekul yang meningkatkan viskositas.

F. Zat Pensuspensi
Zat pensuspensi (Suspending agent) berfungsi untuk memperlambat pengendapan,
mencegah penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Contohnya, Gom Arab, Tragakan, Amylum (Starch), karagen, Na-CMC (Carboksimetil
Selulosa). Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:

1.      Bahan Pensuspensi dari Alam


Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mengikat
air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya
mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi.
Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan fermentasi bakteri.
Termasuk golongan gom adalah :
         Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan
penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan
menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar 35%
kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga
dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
         Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak
larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak
dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah
dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
         Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat
mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago
tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai
stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
         Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah
mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet.
Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.

Golongan bukan gom

                 Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering
dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite,
hectorite dan veegum.  Apabila tanah liat dimasukkan kedalam air mereka akan mengembang
dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi
menjadi lebih baik.
                        Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan
bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi.
Kebaikan bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas
dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik,
bukan golongan karbohidrat.
2.      Bahan Pensuspensi Sintesis
  Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil
selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat
angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah
vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya semakin besar angkanya
berarti kemampuannya semakin tinggi. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga
diginakan sebagai laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.

  Golongan Organik Polimer


Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang suatu
pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan
tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan
kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.

 G. Zat Pembasah (Wetting Agent)

Bahan pembasah (wetting agent)/humektan mempunyai fungsi untuk menurunkan


tegangan permukaan bahan dengan air, memperkecil sudut kontak, dan meningkatkan
dispersi bahan yang tidak larut (hidrofob). Zat pembasah biasa ditambahkan dalam
pembuatan sediaan suspensi. Zat pembasah yang sering digunakan adalah air, alkohol,
gliserin.

Zat-zat hidrofilik (sukar pelarut) dapat dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-
cairan polar lainnya sehingga dapat meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air dengan
besar. Sedangkan zat-zat hidrofobik (tidak sukar pelarut) menolak air, tetapi dapat dibasahi
oleh cairan-cairan nonpolar. Zat pada hidrofilik biasanya dapat digabungmenjadi suspensi
tanpa zat pembasah.

H. Zat Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menghambat proses oksidasi yang


dipengaruhi oleh radikal bebas. Antioksidan memutus reaksi berantai yang timbul dengan
menyediakan atom hidrogen dan elektron bagi radikal bebas.
Antioksidan dengan karakter fenolik, mampu menyerang langsung autooksidasi
dalam mekanisme radikal, dimana radikal yang terbentuk akan ditangkapnya dan dirubah
menjadi produk yang stabil. Prinsip mekanisme putusnya rantai tersebut terjadi pada saat
perpindahan atom hidrogen pada radikal. Dengan demikian radikal yang diperlukan untuk
memperpanjang radikal telah ditangkap.

Antioksidan diharapkan memiliki cirri-ciri sebagai berikut:


         Aman dalam penggunaan
         Efektif pada konsentrasi rendah
         Tahan terhadap proses pengolahan
         Tersedia dengan harga yang murah
Antioksidan terbagi atas :
1.      Antioksidan untuk Sistem Bahan Obat Hidrofil
a.       Senyawa anorganik mengandung belerang
Senyawa kelompok ini akan terurai di dalam larutan asam menjadi asam belerang, yang
akan mengikat oksigen molekuler yang ada dalam larutan. Konsentrasi penggunaanya sebesar
0,05-0,15%. Contoh : Natrium bisulfit (NaHSO3), Natrium sulfit (Na2SO3), dan Natrium
metabisulfit (Na2S2O5).

b.      Asam askorbat 


Asam askorbat dan garam natriumnya memiliki sifat yang stabil. Asam askorbat secara
fisiologis tidak mennimbulkan masalah dan cocok digunakan untuk menstabilakn sediaan
obat. Konsentrasi yang digunakan 0,01 sampai 0,1%.

2.      Antioksidan untuk Sistem Bahan Obat Lipofil


Senyawa golongan ini anyak digunakan dalam farmasi seabga stabilisator lemak dan
minyak.

a.       Antioksidan alam


• Tokoferol, diperoleh dari minyak tumbuhan. Tokoferol memiliki karakteristik berwarna
kuning terang, cukup larut dalam lipid karena rantai C panjang. Untuk tujuan konservatif
umumnya digunakan campuran isomernya (α sampai δ tokoferol) dalam konsentrasi 0,05
sampai 0,075%. Sangat cocok digunakan khusus menstabilkan lemak hewan, minyak atsiri
dan vitamin A.
• Asam nordihidroguaiaretat (NDGA), cocok digunakan untuk melindungi oksidasi lemak
hewan, minyak atsiri dan minyak ikan. Konsentrasi pengguaannya adalah 0,01-0,025%.

b.      Antioksidan sintetis dan parsial sintetis


         Ester asam akorbat, yang sering digunakan adalah asam askorbat miristat, palmitat dan tatrat
untuk melindungi minyak tumbuhan (minyak bunga matahari, minyak zaitun dan minyak biji
kapas) secara oksidatif. Konsentrasi yang digunakan 0,01-0,015%.
         Butilhidroksianisol (BHA), bersifat larut lemak dan tidak larut air, berbentuk padat putihm
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan konsentrasi rendah antara 0,005-0,02%.
Umumnya menstabilkan lemak hewan dan vitamin
         Butilhidroksitoluen (BHT), memiliki sifat serupa BHA, memberi sifat sinergis bila
dimanfaatkan bersa BHA, berbentuk kristal padat putih. Digunakan dalam konsentrasi rendah
(0,01-0,02%).

I. Zat Pengental

Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada produk


sediaan cair. Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga menurunkan
volume produk. Dengan turunnya volume produk sediaan ini, maka akan memudahkan
transportasi dan penyimpanan. Pengental merupakan bahan tambahan obat yang dapat
membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada sediaan.
Pengentalan dilakukan dengan menaikkan suhu produk sampai titik didihnya dengan lama
tertentu.

Macam-Macam Pengental Alami :

1.      Putih dan kuning Telur


Gelatin dan albumin pada putih telur adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier
dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang paling kuat. Paling
sedikit sepertiga kuning telur merupakan lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier
kuat adalah kandungan lesitin dalam bentuk kompleks sebagai lesitin protein .
2.      Gelatin
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang
atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Nilai gizinya yang tinggi yaitu kadar protein khususnya
asam amino dan rendahnya kadar lemak. Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan
gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi
(emulsifier), pengikat, pengendap, pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat
membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian
sifat penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi.
3.      Tepung Kanji
Tepung kanji merupakan salah satu emulsifier yang bagus untuk makanan. Emulsifier
tepung kanji dapat menghasilkan tekstur yang lunak pada zat terdispersi. selain itu juga
menghasilkan butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat terdispersi.
Macam-Macam Pengental Buatan :

1.      Xantha gum


Berfungsi sebagai bahan pengental, memperbaiki tekstur, mencegah pemisahan
emulsi.
2.      CMC-Na
Berfungsi sebagai bahan pengental, pengikat pada formula tablet, meningkatkan
viskositas, memperbaiki tekstur. Larut dalam air, stabil terhadap panas adalah salah satu
keunggulan CMC. Cukup dengan konsentrasi kecil, larutan sudah kental dibandingkan
dengan produk lainnya.
3.      Karagenan
Merupakan polisakarida yang didapat dari hasil ekstraksi red seaweeds. Zat ini
digunakan sebagai pengental, lubricants, suspending agent dan stabilizing agent.
4.      Konjac gum
Memiliki keistimewaan tanpa pemanis, perasa, pewarna, dan pengawet serta stabil
terhadap pemanasan dan pendinginan. Zat ini sering digunakan untuk pengental dan
memperbaiki tekstur.
J. Zat Pengisi (Diluent)

Berfungsi  untuk memperbesar volume massa obat agar mudah untuk dibuat. Bahan
pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Biasanya digunakan
Saccharum Lactis, Amylum manihot dan lain-lain.
K. Zat Pengikat (Binder)

Zat pengikat (binder) berfungsi untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi massa
obat agar massa obat saling melekat menjadi massa yang kompak.  Zat pengikat yang biasa
digunakan ialah Gom Arab.

L. Zat Penghancur (Disintegrator)

Zat penghancur (disintegrator) berfungsi agar obat dapat hancur dalam perut sehingga
mudah diabsorbsi. Biasanya  digunakan amylum manihot kering, gelatin, agar-agar, natrium
alginat.

M. Zat Pelicin (Lubrican)

Zat pelicin (lubrican) biasa ditambahkan dalam pembuatan tablet. Berfungsi


mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa
tablet melekat pada cetakan. Biasanya digunakan talkum, Magnesii stearas, asam stearat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, bahan aditif obat atau bahan tambahan obat
adalah zat yang dimaksudkan untuk mempertinggi kegunaan, kemantapan, keawetan, dan
sebagai zat warna, dapat ditambahkan baik pada sediaan resmi maupun pada sediaan tidak
resmi.

Zat tambahan ini dalam jumlah yang digunakan tidak boleh membahayakan dan harus
aman, tidak boleh mengganggu atau mengurangi khasiat obat dan tidak boleh mengganggu
pemeriksaan dan penentuan kadar.

Bahan aditif obat dapat digolongkan menjadi beberapa yaitu zat pewarna, pemanis,
pengawet, pendapar, pengemulsi, pensuspensi, peembasah, antioksidan, pengental, pengisi,
pengikat, penghancur, dan pelicin.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini, tidak menutup kemungkinan masih adanya banyak

kekurangan. Karena penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata – kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan guna memperbaiki makalah ini

dan pembuatan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Farmakope Indonesia Edisi III. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ayuku, Jelita. 2011. Antioksidan Pada Sediaan Cair Farmasi.


http://jelitaayuku.blogspot.co.id/2011/01/antioksidan-pada-sediaan-cair-farmasi.html.
Diakses pada 1 Oktober 2015.

Bakri, Khoirul. 2015. Rancangan Bentuk Sediaan Obat.


http://tentangbermanfaat.blogspot.co.id/2015/07/rancangan-bentuk-sediaan-obat-obat.html.
Diakses pada 1 Oktober 2015.

Finha, Dwi. 2013. Pewarna Alami dan Pewarna Sintetik. https://fhienhasidwi.wordpress.com/tugas-


kuliah/mpit/pewarna-alami-dan-pewarna-sintetik/. Diakses pada 1 Oktober 2015.

Ngalam, Wahid. 2012. Suspensi. http://wahidrock.blogspot.co.id/2012/12/suspensi.html. Diakses


pada 1 Oktober 2015.

Putri, Febriola Eka. 2014. Teknik Pembuatan Sediaan Obat.


http://febriyolabalay.blogspot.co.id/2014/07/teknik-pembuatan-sediaan-obat-1.html

Ridwan, Ali. 2014. Preformulasi dan Formulasi Sediaan.


http://alyridwan.blogspot.co.id/2014/03/preformulasi-dan-formulasi-sediaan.html. Diakses
pada 1 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai