Anda di halaman 1dari 22

A.

Pengertian Gastroesophageal Replux Desiase dan Heartburn


Penyakit refluks gastroesophageal (Gastroesophageal Replux Desiase
atau GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat reflux kandungan
lambung kedalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring, dan saluran napas.
Heartburn adalah gejala utama dari penyakit GERD (Gastroesophageal
Replux Desiase), yang terjadi ketika isi lambung kembali naik ke
kerongkongan (esofagus). Sensasi terbakar ini biasanya terjadi sesudah
mengonsumsi makanan pemicu heartburn dan akan semakin terasa ketika
tubuh berbaring atau membungkuk.

B. Etiologi dan Patogenesis Gastroesophageal Replux Desiase

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya GERD.


Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat refluks esofageal apabila :
1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat
dengan mukosa esofagus,
2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus (Makmun, 2009).

Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter
(LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada
saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES
hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg)
(Makmun,2009).

Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3


mekanisme :
1. Refleks spontan pada saat relaksasi LES tidak adekuat.
2. Aliran retrograd yang mendahului kembalinya tonus LES setelah
menelan.
3. Meningkatnya tekanan intra abdomen.
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)

1
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya
pepsin, garam empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat
refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan
berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan
dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin),
penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter.
Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat
terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran
retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster
ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau
sangat rendah (<3 mmHg) (Aru, 2009).
Terjadinya aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh
gangguan motilitas / pergerakan esofagus bagian ujung bawah. Pada bagian
ujung ini terdapat otot pengatur (sfingter) disebut LES, yang fungsinya
mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah dari atas ke
bawah menuju usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot
tersebut atau penurunan kekuatan otot tersebut, sehingga dapat terjadi arus
balik atau refluks cairan atau asam lambung, dari bawah ke atas ataupun
sebaliknya (Hadi, 2002).
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor
defensif dari esophagus dan faktor efensif dari bahan reflukstat. Yang

2
termasuk faktor defensif esophagus, adalah pemisah antirefluks, bersihan
asam dari lumen esophagus, dan ketahanan ephitelial esophagus. Sedangkan
yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya pilorik.
a. Pemisah antirefluks
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya
tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde pada saat
terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen. Sebagian besar pasien GERD
ternyata mempunyai tonus LES yang normal. Faktor-faktor yang dapat
menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus hernia, panjang LES (makin
pendek LES, makin rendah tonusnya), obat-obatan (misal antikolinergik, beta
adrenergik), dan faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan kadar
progesteron dapat menurunkan tonus LES.
b. Bersihan asam dari lumen esophagus
Faktor-faktor yang berperan dalam bersihan asam dari esophagus
adalah gravitasi, peristaltik, eksrkresi air liur, dan bikarbonat. Setelah terjadi
refluks sebagian besar bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan
dorongan peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan.
c. Ketahanan epithelial esophagus
Berbeda dengan lambung dan duodenum, esophagus tidak memiliki
lapisan mukus yang melindungi mukosa esophagus. Mekanisme ketahanan
ephitelial esophagus terdiri dari :
1. Membran sel
2. Batas intraseluler (intracellular junction) yang membatasi difusi
H+ ke jaringan esophagus
3. Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrien, oksigen, dan
bikarbonat, serta mengeluarkan ion H+ dan CO2
4. Sel-sel esophagus memiliki kemampuan untuk mentransport ion
H+ .

Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume,


lamanya, dan hubungannya dengan makan. Pada proses terjadinya refluks,
sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh
peningkatan tekanan intra abdominal sehingga terbentuk rongga diantara

3
esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam
esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter
esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di
esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung. Jika
sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus
maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring (Hadi,
2002).

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Endoskopi

Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh


evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak
selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan
dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal
perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi).

2. Radiologi

Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan,


terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien
PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan
fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa
penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen.

3. Tes Provokatif

a. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa


esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 %
yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti
diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes
perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar
antara 80-90%.

b. Tes Edrofonium

4
Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan
intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan adanya
komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik
esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus.

4. Pengukuran pH dan tekanan esofagus

Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya


RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk
RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah
menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra
esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat
memeberi tanda serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat
hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus.
Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan adanya
PRGE.

5. Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy

Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus
dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).

6. Pemeriksaaan Esofagogram

Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa


esofagus, erosi, dan striktur.

7. Tes PPI

Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien
yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu
minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.

8. Manometri esofagus

5
Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada
pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan
peristaltik/motilitas esofagus.

9. Histopatologi

Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi


bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).
D. PENATALAKSANAAN

Terapi Nonfarmakologis

Tata laksana nonfarmakologis pasien GERD dilakukan dengan modifikasi gaya


hidup dan edukasi pasien yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
modifikasi gaya hidup pasien GERD meliputi:

E. Modifikasi Diet
F. Makanan yang harus dihindari antara lain:
G. Kafein
H. Coklat
I. Peppermint
J. Makanan yang bersifat asam, misalnya jus jeruk atau soda
K. Makanan berlemak tinggi
L. Makanan pedas
M. Mengubah Posisi Tidur
N. Pasien GERD sebaiknya dianjurkan untuk elevasi bagian kepala tempat
tidur 15-20 cm dan tidur ke arah kiri.
O. Modifikasi Kebiasaan
P. Kebiasaan yang harus dimodifikasi di antaranya:
Q. Menghindari kebiasaan merokok, baik aktif ataupun pasif
R. Menghindari kebiasaan tidur atau duduk 3 jam postprandial, terutama saat
malam hari
S. Menggunakan permen karet dapat membantu menetralisir asam
T. Menghindari pakaian terlalu ketat
U. Menurunkan berat badan

6
V. Olahraga teratur
W. Melatih pola pernapasan diafragma

Kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi dan modifikasi gaya hidup akan
sangat menentukan keberhasilan terapi dan prognosis pasien. Hal ini merupakan
salah satu komponen terpenting yang harus ditekankan dalam edukasi pasien,
terutama oleh dokter layanan primer.

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologis GERD dilakukan dengan supresi asam. Pemberian adjuvan


juga dapat dilakukan. Pilihan terapi yang dapat diberikan antara lain adalah:

1. Supresi Asam

Supresi asam merupakan terapi lini pertama pada GERD. Pilihan obat yang dapat
diberikan adalah:

2. Inhibitor Pompa Proton:

Inhibitor pompa proton merupakan obat pilihan pada GERD. Dosis inisial 20 atau
40 mg dapat diberikan 1 kali sehari sebelum makan pagi selama 2-4 minggu.
Apabila keluhan menetap, dosis dapat dititrasi naik selama 4-8 minggu hingga
terjadi remisi. PPI yang dapat diberikan adalah omeprazole, pantoprazole,
lansoprazole, esomeprazole, atau rabeprazole. Terapi dengan PPI juga aman
dilakukan pada ibu hamil. Pemberian PPI dapat dilanjutkan secara jangka panjang
atau sesuai kebutuhan (on-demand).

3. Antagonis Reseptor Histamin-2/H-2 receptor antagonist (H2RA):

H2RA seperti ranitidin dapat diberikan untuk mengurangi gejala akut secara
cepat. Obat ini juga dapat diberikan apabila inhibitor pompa proton tidak tersedia.

4. Antasida:

Antasida juga dapat diberikan untuk meredakan gejala akut secara cepat. Akan
tetapi, terapi ini tidak dianjurkan untuk jangka panjang.

7
Terapi supresi asam dilakukan dengan metode step-up dan kemudian dilakukan
titrasi turun sampai pasien mencapai kadar pH 4. Terapi ini tidak mencegah
refluks tetapi menurunkan kadar asam refluksat.

Terapi Ajuvan

Terapi tambahan dengan prokinetik, seperti mosapride atau domperidone juga


dapat diberikan. Prokinetik dapat meningkatkan tekanan katup esofagus bawah
(LES), memperbaiki pengosongan lambung dan peristalsis usus, dan mengurangi
ukuran hernia hiatus. Prokinetik tidak dianjur untuk monoterapi pasien GERD.
Kombinasi prokinetik dengan omeprazole terbukti dapat menurunkan kadar asam
dengan lebih baik dibandingkan monoterapi omeprazole. Akan tetapi, hal ini
belum termasuk ke dalam rekomendasi dan tidak rutin dilakukan. Beberapa data
juga menunjukkan pemberian prokinetik tidak menunjukkan efek terapi tertentu.

Tata laksana farmakologis merupakan modalitas terapi refluks yang sangat baik.
Pasien-pasien yang mengalami penyakit refluks refrakter meskipun sudah
diberikan terapi yang adekuat harus dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.

Terapi Operasi

Operasi merupakan salah satu modalitas terapi pada pasien GERD. Operasi yang
dapat dilakukan beragam, tergantung dari patofisiologi yang mendasari keluhan
pasien. Secara garis besar, indikasi operasi pada GERD antara lain adalah:

1. Gagal terapi farmakologis

Kepatuhan terapi rendah atau tidak menginginkan konsumsi obat secara jangka
panjang

2. Esofagitis berat
3. Volume refluks terlalu besar
4. Terdapat kelainan anatomis, seperti striktur, displasia esofagus, hiatus
hernia
5. Obesitas morbid
6. Gangguan laring
7. Asma akibat refluks/reflux-induced asthma

8
8. Pasien-pasien yang membutuhkan operasi harus dirujuk ke dokter spesialis
untuk dilakukan evaluasi preoperatif.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
a.       Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
b.      Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan :
1.      Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis.
2.      Pulse rate
3.      Respiratory rate
4.      Suhu
c.       Keluhan utama
Dikaji Awitan, durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan. Lokasi, faktor
pencetus, manifestasi yang berhubungan :
Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia,
fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena,
odinofagia.
d.      Riwayat kesehatan dahulu
1)      Penyakit gastrointestinal lain
2)      Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
3)      Alergi/reaksi respon imun

e.       Riwayat penyakit keluarga


f.       Pola Fungsi Keperawatan
1.      Aktivitas dan istirahat

9
Data Subyektif:
Klien mengatakan agak sulit beraktivitas karena nyeri di daerah epigastrium,
seperti terbakar.
Data obyektif :
Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran.
Tidak terjadi perubahan tonus otot.
2.      Sirkulasi
Data Subyektif:
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami demam.
Data Obyektif:
Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)
Kadar WBC meningkat.
3.      Eliminasi
Data Subyektif:
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi.
Data obyektif:
Bising usus menurun (<12x/menit)
4.      Makan/ minum
Data Subyektif:
Klien mengatakan mengalami mual muntah.
Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Klien mengatakan susah menelan.
Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah.
Data Obyektif:
Klien tampak tidak memakan makanan yang disediakan.
5.      Sensori neural
Data Subyektif:
Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah.
Data obyektif:
Status mental baik.
6.      Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Klien mengatakan mengalami nyeri pada daerah epigastrium.

10
P : nyeri terjadi akibat perangsangan nervus pada esophagus oleh
cairan refluks.
Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti terbakar
R : klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah epigastrium.
S : klien mengatakan skala nyeri 1-10.
T : klien mengatakan nyerinya terjadi pada saat menelan
      makanan. Nyeri pada dada menetap.
Data Obyektif:
Klien tampak meringis kesakitan.
Klien tampak memegang bagian yang nyeri.
Tekanan darah klien meningkat
Klien tampak gelisah
7.      Respirasi
Data Subyektif :
Klien mengatakan bahwa ia mengalami sesak napas.
Klien mengatakan mengalami batuk
Data obyektif:
Terlihat ada sesak napas.
Terdapat penggunaan otot bantu napas.
Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu pada bayi >30 40 x/mnt dan pada
anak-anak > 20-26 x/menit.
Klien terlihat batuk.
8.      Keamanan
Data Subyektif :
Klien mengatakan merasa cemas
Data obyektif:
Klien tampak gelisah
9.      Interaksi sosial
Data Subyektif:
Klien mengatakan suaranya serak
Klien mengatakan agak susah berbicara dengan orang lain karena suaranya tidak
jelas terdengar.
Data obyektif:

11
Suara klien terdengar serak
Suara klien tidak terdengar jelas.
g.      Pemeriksaan Fisik
1.    Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara
kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
2.    Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan
darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
3.    Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi
pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban
kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior,
inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
4.    Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran
kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau
ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata,
konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun
telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung
dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada
tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di
leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya
nyeri telan
5.    Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan
jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi
simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi
serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya,
bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada
saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti
ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah lobus
kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa

12
tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising (thriil),
bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain
6.    Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang
ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding
perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa,
ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ
tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
7.    Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.

J.   DIAGNOSA
1.      Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks laring
dan glotis terhadap cairan refluks.
2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan
muntah / pengeluaran yang berlebihan.
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah.
4.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.
5.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring
dan tenggorokan.
6.      Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada esophagus
akibat gastroesofageal reflux disease.
7.      Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

K.      INTERVENSI
No Perencanaan
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
1. Risiko aspirasi Setelah dilakukan1.    Monitor tingkat1.    Meningkatkan ekspansi
berhubungan dengan tindakan kesadaran, reflek batuk paru maksimal dan alat
hambatan menelan, keperawatan dan kemampuan pembersihan jalan napas.
penurunan refleks selama ...x 24 jam menelan.

13
laring dan glotis masalah aspirasi
terhadap cairan refluks. pada klien dapat2.    Naikkan kepala 30-452.    Meningkatkan pengisian
diatasi dengan derajat setelah makan. udara seluruh segmen paru,
kriteria hasil: memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.

Status hasil: 3.    Potong makanan kecil3.    Menghindari terjadinya


Klien dapat kecil. risiko aspirasi yang terlalu
bernafas dengan tinggi.
mudah, tidak irama,4.    Hindari makan kalau4.    Dapat membatasi ekspansi
frekuensi residu masih banyak gastroesofagus
pernafasan normal
skala 4

Pasien mampu
menelan,
mengunyah tanpa
terjadi aspirasi, dan
mampu melakukan
oral hygiene skala 4

Jalan nafas paten,


mudah bernafas,
tidak merasa
tercekik dan tidak
ada suara nafas
abnormal skala 4

2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan1.    Monitor status hidrasi.1.      Perubahan pada kapasitas
berhubungan dengan tindakan gaster dan mual sangat
pemasukan yang kurang, keperawatan mempengaruhi masukan
mual dan muntah / selama .....x 24 dan kebutuahan cairan,
pengeluaran yang jam,  defisit volume peningkatan risiko

14
berlebihan. cairan pada klien  dehidrasi.
dapat diatasi 
Definisi: penurunan cairan dengan kriteria2.    Kaji tanda vital, catat
2.      Indikator
intravaskuler, interstisial hasil: perubahan TD, dehidrasi/hipovolemia,
dan atau interseluler. takikardi, turgor kulit keadekuatan penggantian
Mengarah ke dehidrasi Mempertahankan dan kelembaban cairan.
kehilangan cairan dengan urine output sesuai membran mukosa.
pengeluaran sodium. dengan usia BB, BJ
urine normal skala3.    Berikan cairan
4 tambahan IV sesuai
3.      Menggantikan kehilangan
indikasi. cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan dalam
fase segera dan pasien
mampu memenuhi cairan
Tidak ada tanda- per oral.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor 4.      Memungkinkan
kulit baik dan tidak4.    Dorong masukan oral penghentian tindakan
ada rasa haus yang bila mampu dukungan cairan infasif dan
berlebihan skala 4 kembali ke normal.

Berat badan stabil


skala 4

Hematokrit
menurun skala 4

Tidak ada ascites


skala 4

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan1.    Diskusikan  pada


1.      Dengan memilih makanan
nutrisi kurang dari tindakan pasien makanan yang yang disukai pasien maka

15
kebutuhan tubuh keperawatan disukainya dan selera makan si pasien akan
berhubungan dengan selama .....x 24 makanan yang tidak bertambah dan dapat
intake kurang akibat jam,  nutrisi pada disukainya. mengurangi rasa mual dan
mual dan muntah. klien dapat diatasi muntah.
dengan kriteria
Definisi: intake nutrisi hasil: 2.      Setelah tindakan
tidak cukup untuk 2.    Buat jadwal masukan pembagian, kapasitas gaster
keperluan metabolisme Status hasil: tiap jam. Anjurkan menurun kurang dari 50 ml,
tubuh Peningkatan berat mengukur sehingga perlu makan
badan sesuai cairan/makanan dan sedikit/sering.
dengan tujuan skala minum sedikit demi
4 sedikit atau makan
secara perlahan.
Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi3.    Beritahu pasien untuk
3.      Menurunkan kemungkinan
skala 4 duduk saat
aspirasi.
makan/minum.
Tidak ada
4.      Makan berlebihan dapat
4.    Tekankan pentingnya
penurunan berat
mengakibatkan mual dan
menyadari kenyang dan
badan yang berarti
muntah
menghentikan
skala 4
masukan.

Mengidentifikasi
5.    Timbang berat badan
skala nutrisi skala 4
tiap hari. Buat jadwal
5.      Pengawasan kehilangan 
teratur setelah pulang.
Stamina dan energi
dan alat pengkajian
ada skala 4
kebutuhan nutrisi
6.    Kolaborasi dengan ahli
gizi

6.      Perlu bantuan dalam


perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi

16
4 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan1.    Kurangi faktor1.    Dengan berkurangnya
dengan inflamasi lapisan tindakan presipitasi nyeri faktor pencetus nyeri maka
esofagus keperawatan pasien tidak terlalu
selama ......x 24 merasakan intensitas nyeri.
jam, pasien tidak 2.    Menurunkan tegangan
mengalami nyeri,2.    Tingkatkan istirahat abdomen dan
dengan kriteria meningkatkan rasa kontrol.
hasil:
3.    Pemberian informasi yang
Mampu mengontrol3.    Berikan informasi berulang dapat mengurangi
nyeri (tahu tentang nyeri seperti rasa kecemasan pasien
penyebab nyeri, penyebab nyeri, berapa terhadap rasa nyerinya.
mampu lama nyeri akan
menggunakan berkurang, dan
tehnik antisipasi
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi prosedur. 4.    Meningkatkan relaksasi,
nyeri, mencari memfokuskan kembali
bantuan) 4.    Ajarkan tentang teknik perhatian dan
nonfarmakologi seperti meningkatkan kemampuan
Melaporkan bahwa teknik relaksasi nafas koping.
nyeri berkurang dalam, distraksi dan
dengan kompres hangat/dingin.
menggunakan
5.    Berikan analgesik
manajemen nyeri 5.    Perlu penanganan obat
untuk mengurangi
untuk memudahkan
nyeri
Mampu mengenali istirahat adekuat dan
nyeri (skala, penyembuhan
intensitas, frekuensi
dan tanda

Tanda vital dalam


rentang normal

17
5 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan1.    Posisikan pasien untuk1.    Peninggian kepala tempat
tidak tindakan memaksimalkan tidur mempermudah fungsi
efektif berhubungan keperawatan ventilasi pernapasan dengan
dengan refluks cairan ke selama ......x 24 jam menggunakan gravitasi.
laring dan tenggorokan klien dapat
menunjukkan 2.    Fisioterapi dada dapat
kriteria hasil: 2.    Lakukan fisioterapi mengeluarkan sisa sekret
dada jika perlu yang masih tertinggal.
Status hasil:
jalan nafas yang 3.    Keseimbangan akan stabil
paten (tidak3.    Atur intake untuk apabila antara pemasukan
tercekik, irama cairan mengoptimalkan dan pengeluaran diatur
nafas dan pola keseimbangan.
nafas dalam
rentang normal)
skala 4

6. Gangguan Menelan Setelah dilakukan1.    Bantu pasien dengan1.    Menetralkan hiperekstensi ,


berhubungan dengan tindakan mengontrol kepala membantu mencegah
penyempitan/striktur keperawatan aspirasi dan meningkatkan
e pada esophagus selama .....x 24 jam kemampuan untuk
akibat maka gangguan menelan.
gastroesophegal menelan pada klien
reflux disease dapat diatasi 2.    Menggunakan gravitasi
dengan kriteria2.    Letakkan pasien pada untuk memudahkan proses
hasil: posisi duduk/tegak menelan.
selama dan setelah
Status hasil: makan.
Klien dapat
menelan makanan3.    Berikan makan3.    Pasien dapat
dengan sempurna perlahan pada berkonsentrasi pada
skala 4 lingkungan yang mekanisme makan tanpa
tenang adnya gangguan distraksi

18
dari luar
7. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan
1.        Dorong pasien untuk
1.      Memberikan kesempatan
dengan proses penyakit tindakan mengungkapkan untuk memeriksa rasa takut
keperawatan pikiran dan perasaan. realistis serta kesalahan
selama .....x 24 konsep tentang diagnosis.
jam,  ansietas pada
klien dapat diatasi 
2.        Berikan informasi
2.      Memungkinkan untuk
dengan kriteria yang dapat dipercaya interaksi interpersonal lebih
hasil: dan konsisten dan baik dan menurunkan rasa
dukungan untuk orang ansietas dan rasa takut.
Menyingkirkan terdekat.
tanda kecemasan
skala 4 3.        Tingkatkan rasa tenang
3.      Memudahkan istirahat,
dan lingkungan tenang. menghemat energi dan
meningkatkan kemampuan
Merencanakan koping.
strategi koping
4.        Pertahankan kontak
skala 4 sering dengan pasien,
4.      Memberikan keyakinan
bicara dengan bahwa pasien tidak sendiri
menyentuh bila tepat. atau ditolak,
Intensitas mengembangkan
kecemasan kepercayaan.
skala4

Mencari informasi
untuk menurunkan
cemas skala 4

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit refluks gastroesophageal (Gastroesophageal Replux Desiase
atau GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat reflux kandungan
lambung kedalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring, dan saluran napas.
Heartburn adalah gejala utama dari penyakit GERD (Gastroesophageal
Replux Desiase), yang terjadi ketika isi lambung kembali naik ke
kerongkongan (esofagus). Makanan pemicu heartburn antara lain Jeruk,
tomat, bawang putih, makanan pedas, keju, kacang dan steak, alkohol,
cokelat, kafein
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya GERD.
Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat refluks esofageal apabila :
1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat
dengan mukosa esofagus,
2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus (Makmun, 2009).
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor
defensif dari esofagus. Yang termasuk faktor defensif esofagus adalah
Pemisah antirefluks, Bersihan asam dari lumen esofagus, dan Ketahanan
epitelial esophagus dan faktor-faktor lain yang turut berperan dalam
timbulnya gejala GERD adalah kelainan di lambung yang meningkatkan
terjadinya refluks fisiologis, antara lain dilatasi lambung atau obstruksi
gastric outlet dan delayed gastric emptying.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit GERD adalah Rasa nyeri
dideskripsikan sebagai rasa terbakar (heartburn), disfagia, mual atau
regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Tanda dari GERD meliputi nyeri dada non
kardiak (non cardiac chest pain dan NCCP), suara serak, laringitis, batuk,
asma, bronkiektasis, dan gangguan tidur.
Tujuan diet GERD adalah memberikan makanan dan cairan secukupnya
yang tidak memberatkan lambung, mencegah iritasi dan inflamasi mukosa,
esopageal pada fase akut, mencegah esopageal refluks, mencegah dan

20
menetralkan asam lambung yang berlebihan dan menurunkan berat badan bila
kegemukan yang bertujuan untuk menurunkan tekanan abdominal.
Syarat diet GERD adalah mudah cerna, porsi kecil, energi dan protein
cukup, lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, rendah serat,
terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap, cairan cukup,
terutama bila ada muntah, tidak mengandung bahan makanan atau bumbu
yang tajam, laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak dan jika ada fase akut dapat diberikan
makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada
lambung .

DAFTAR PUSTAKA

Makmun,Dadang.2001.Management of gastoesophageal reflux disease.


Gatroenterology and Digestive Endoscopy.

21
Edelstein, Herbold. 2007. Rapid Reference for Nurse : Nutrition Terjemahan Eka
Anisa Mardella. 2011. Jakarta:EGC

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sibuea, Dr. W. Herdin., Dr. Marulam M. Panggabean, dan Dr. S. P. Gultom.


2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Rineka Cipta

Bestari, Muhammad Begawan. 2011. Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux


Disease (GERD), Vol, 38, No. 7. (www.kalbemed.com), diakses 25
November 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai