Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG DESA SIAGA (KAMPUNG TANGGUH) DI PANDEMI

COVID 19

Disusun oleh :

Tri Linda Sangespi (1821030)

PRODI : D3 KEBIDANAN

SEMESTER 5

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar

Jl. Sudancho Supriyadi No. 168 Blitar


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Desa
Siaga”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

              
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator penting untuk
menilai dan kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu
sebagian besar kematian neonatal yang berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil,
pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya peran tenaga kesehatan serta ketersediaan
fasilitas kesehatan kebijakan dan sentralisasi yang melimpahkan wewenang kepada daerah
maka Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab penuh merencanakan dan
melaksanakan pelayanan kesehatan, termasuk dalam implementasian pelayanan kesehatan
pada ibu dan bayi baru lahir adalah gerakan nasional kehamilan yang aman Making
Pregnancy Safety (MPS) yang di rencanakan di Indonesia pada tahun 2000.

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.

B.       Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan desa siaga ?


2. Bagaimana pendekatan pengembangan desa siaga ?
3. Bagaimana pembinaan dan peningkatan desa siaga ?

C.      Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pelaksanaan desa siaga.


2. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan desa siaga.
3. Untuk mengetahui pembinaan dan peningkatan desa siaga.
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pelaksanaan Desa Siaga

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Pusat:
 Penyusunan pedoman.
 Pembuatan modul-modul pelatihan.
 Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of Trainers (TOT).
b. Provinsi:
 Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).
c. Kabupaten / Kota:
 Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.
 Penyelenggaraan pelatihan kader.

2. Pelaksanaan
a. Pusat:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
b. Provinsi:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
c. Kecamatan:
 Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.
d. Kabupaten / Kota:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
 Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka penanggualangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.

3. Pemantauan dan Evaluasi


a. Pusat:
 Memantau kemajuan, mengevaluasi keberhasilan pengembangan Desa Siaga.
b. Provinsi:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
c. Kecamatan:
 Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
 Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.
d. Kabupaten / Kota:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi.
B.       Pendekatan Pengembangan Desa Siaga

Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu serta memfasilitasi


masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-
tahap:

1.      Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat


dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

2.      Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

3.      Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan


melaksanakannya.

4.      Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara garis besar


langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

1.      Langkah – langkah pokok yang harus ditempuh :

a. Pengembangan Tim Petugas

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan.


Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah
Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa
berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan
dengan kondisi setempat.

Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan
fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kepentingan masyarakat.

b.  Pengembangan Tim di Masyarakat

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta
masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan
Desa Siaga.

Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun
dana atau sumber dana yang lain, sehingga pembangunan Desa Siaga dapat berjalan dengan
lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan
iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan financial atau
dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.

Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang


kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga
Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-
lembaga ini diikut sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.

c. Survei Mawas Diri

Survey Mawas Diri (SMD) Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-
pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survey ini harus
dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan.

Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya,
serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes
sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka.

Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta
daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes

d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari


alternative penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, diakitkan
dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka
panjang pengembangan Desa Siaga.

Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang


telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-
tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan
sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan
Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya dalah daftar
masalah kesehatan, data potensial, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut
dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat
disumbangkan oleh masing-masing individu / institusi yang diwakilinya, serta langkah-
langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa
Siaga.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga

Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para
pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku,
dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

b.  Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga

Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan
perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang berlaku.
Materi orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan
yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaiman telah
dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara
umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UBKM
lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jga,
Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular,
penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan
sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD),
dversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.

c. Pengembangan Posyandu dan UKBM lain

Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes yang sudah ada.
Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja
tentang alternative lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana
Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah,
membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaya
masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada.

Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan


membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau
merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang / tidak aktif.

d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan
sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat,
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB.,
penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan
lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan).
Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan
lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala kegiatan Desa
Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk
perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.

C.      Pembinaan dan Peningkatan Desa Siaga

Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta
adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya
pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan
jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam
desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya
ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-
menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga
tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-
program pembangunan yang bersasaran Desa

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader.
Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upay-upayauntuk memenuhi
kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan
kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan
pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan,
misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.

Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader,
misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku
Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

Berdasarkan Undang-Undang Nomer 6 Tahun 2014 tentang Desa, bahwa Desa atau
yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/tidak hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia. Pemerintah desa merupakan bagian dari sub sistem pemerintah daerah yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat. Dalam hal menghadapi pandemi COVID-19
didaerah selain menjadi tanggung jawab kepala daerah, seharusnya kepala desa mengambil
peran dan tanggung jawab yang sama dalam hal menghadapi COVID-19 di lingkup
wilayahnya.

Pemerintahan desa merupakan bagian dari sub sistem pemerintahan daerah yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat. Dalam hal menghadapi pandemi COVID-19
didaerah selain menjadi tanggung jawab kepala daerah, seharusnya kepala desa mengambil
peran dan tanggung jawab yang sama dalam hal menghadapi COVID-19 dilingkup
wilayahnya.
Direktorat jenderal pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa (Dirjen PPMD)
kementrian desa. Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi, taufik madjid meminta
penggunaan dana desa diprioritaskan untuk penanganan dan pencegahan virus corona. Taufik
mengatakan, lewat permen desa PDDT Nomer 11 Tahun 2019 tentang prioritas penggunaan
dana desa tahun 2020, dinyatakan dana desa dapat dipakai untuk langkah pencegahan di
bidang layanan sosial, khususnya dalam layanan kesehatan masyarakat.

Sebagaimana pasal 5 permen Desa PDDT Nomer 11 Tahun 2019 tentang prioritas
penggunaan dana desa tahun 2020 adalah bidang pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat desa, meliputi :

a. Peningkatan kualitas hidup


b. Peningkatan kesejahteraan
c. Penanggulangan kemiskinan, dan
d. Peningkatan pelayanan publik.

Kegiatan peingkatan pelayanan publik diutamakan untuk membiayai pelakasanaan


progam bidang kesehatan, pendidikan dan sosial, sedangkan peningkatan kualitas hidup
masyarakat desa diutamakan untuk membiayai pelaksanaan progam dan kegiatan dibidang
pelayanan sosial dasar yang berdampak langsung pada meningkatnya kualitas hidup
masyarakat seperti pengadaan, pembangunan, pengembangan, serta pemeliharaan sarana dan
prasarana lingkungan alam untuk :

1.) Kesiapsiagaan menghadapi bencana alam


2.) Penanganan bencana alam

Desa-desa dapat melakukan progam penanganan dan pencegahan COVID-19 sesuai dengan
situasi yang terjadi. Bagi desa-desa yang terdampak antisipasi protokolnya pemerintah desa
harus berpedoman instruksi pelaksanaan gugus tugas penanganan COVID- 19. Salah satu
progam yang harus diprioritaskan desa-desa dalam menghadapi wabah virus corona adalah
progam padat karya tunai dides (PKTD) untuk membantu masyarakat prasejahtera atau yang
menganggur, bertahan dalam pelambatan ekonomi yang sangat mungkin terjadi dalam situasi
ini. Langkah lainnya diantaranya adalah penerapan social distancing oleh masyarakat desa
dan gaya hidup sehat. Kesiapsiangaan rukun warga (RW) dalam menghadapi pendemi
COVID-19 rukun warga merupakan lembaga kemasyarakatan pada tingkat desa dan
kelurahan, dimana perannya meliputi :

a. Melakukan pemberdayaan masyarakat


b. Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di
sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas –
batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan desa siaga terdiri dari persiapan, pelakanaan, pemantauan dan evaluasi.
Dalam pendekatan pengembangan desa siaga, ada langkah pokok yang harus dditempuh :
( pengembangan tim petugas, pengembangan tim masyarakat, survei mawas diri, dan
musyawarah masyarakat desa ) serta pelaksanaan.

B.       Saran

Terwujudnya Desa Siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya sekedar tahu tentang Desa
Siaga, namun juga akam melakukan perubahan sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk
merealisasikan Desa Siaga.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Poskesdes. Jakarta:


Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Pengamatan Epidemiologi Sederhana. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2002. Pendekatan Kmasyarakatan. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Pusat Promosi


Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai