Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DALAM PEMBELAJARAN


TEMATIK TERPADU SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan


Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NAMA : LINDIAWATI

NIM : 1703011093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan dan tauladan kita pada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa
kita pada jalan kebenaran.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka Tandur Terhadap Hasil Belajar IPA dalam Pembelajaran Tematik
Tepadu Siswa Kelas V Sekolah Dasar” Peneliti menyadari bahwa selesainya
skripsi ini berkat doa, semangat, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak.
Secara khusus peneliti mengucapkan ribuan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Dra. Hj. Elviana, M. Si., selaku Pembina Yayasan Amanah Ampang Kuranji
2. Dr. Gunawan Ali, M. Kom., selaku Rektor Universitas Dharmas Indonesia
3. Ibu Wulan Andang Purnomo, S. Pd. M. Kom., selaku Wakil Rektor I, Bapak
Amar Salahuddin, M. Pd, selaku Wakil Rektor II, dan, Bapak Moh. Rosyid
Mahmudi, M.Si, selaku Wakil Rektor III Universitas Dharmas Indonesia.
4. Dr. Rahmatul Hayati, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan llmu
Pedidikan Universitas Dharmas Indonesia
5. Bapak Muhammad Subhan, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Dharmas Indonesia.
6. Ibu Yulia Darniyanti, M. Pd , selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memberi masukan dan saran kepada peneliti.
7. Bapak Gingga Pranada. M. Pd , selaku Pembimbing II yang juga meluangkan
waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk membimbing, mengarahkan, dan
memberi masukan serta saran kepada peneliti demi selesainya proposal skripsi
ini.

i
8. Ibunda tercinta Parida Wati dan Ayahanda tercinta Solihin, yang senantiasa
mencurahkan doa, melimpahkan kasih sayang, dukungan, motivasi dan arahan
serta mengorbankan segalanya untuk putri tercintanya.
9. Seluruh sahabat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang selalu memberikan semangat dan masukan yang terbaik kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan proposal ini.

Dharmasraya, Maret 2021

Lindiawati

NIM 1703011093

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Identifikasi Masalah......................................................................................7

C. Pembatasan Masalah.....................................................................................8

iii
D. Perumusan Masalah......................................................................................8

E. Tujuan Penelitian..........................................................................................8

F. Manfaat Penelitian........................................................................................8

BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................10

A. Landasan Teori............................................................................................10

B. Kajian Penelitian yang Relevan..................................................................29

C. Kerangka Berpikir.......................................................................................30

D. Hipotesis......................................................................................................32

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34

A. Jenis Penelitian............................................................................................34

B. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................................35

C. Populasi Dan Sampel..................................................................................35

D. Pengembangan Instrumen...........................................................................36

E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................39

F. Teknik Analisis Data...................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Bepikir………………………………………………32

v
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Hasil Penilaian Harian (PH) pembelajaran muatan PKn.........................2

vi
Table 2.1 Jumlah Populasi....................................................................................34
Table 3.1 Klasifikasi Validitas Soal.......................................................................35
Table 4.1 Klasifikasi Uji Reliabilitas.....................................................................35
Table 5.1 Klasifikasi Uji Kesukaran......................................................................36
Table 6.1 Klasifikasi Daya Pembeda....................................................................36

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagu dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara ( Sisdiknas, 2003 ). Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran yang layak tanpa terkecuali.
Salah satu jalur untuk mendapatkan pendidikan yang layak adalah melalui
lembaga formal yaitu sekolah.

Menurut Rusman (2016 : 3) Pendidikan merupakan suatu proses


pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Pendidikan
merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia
lahir dalam keadaan tidak berdaya, dan tidak langsung berdiri sendiri,
maka dari itu pendidikan sangatlah penting diperlukan bagi manusia.
Sedangkan menurut Budiningsih (2004 : 7) Pendidikan adalah penentu
agar bangsa kita dapat melangkah lebih maju dan dapat bersaing dalam
Negara-negara lainnya. Pendidikan tentunya terdapat proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran itulah terjadi
proses transformasi ilmu pengatahuan.

Pendidikan merupakan perubahan tingkah laku kearah yang positif


melalui usaha sadar dan terencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Pendidikan berlangsung dalam bentuk proses belajar mengajar
yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa. Berhasil atau tidaknya

1
2

pencapaian tujuan pembelajaran tergantung dengan guru, karena guru


merupakan figur sentral, harus bisa membaca situasi kelas, kondisi siswa
dalam menerima pelajaran dan mampu membangun suasana kelas menjadi
meriah dan menyenangkan merupakan hal yang paling disukai siswa,
sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar. Jika siswa sudah
termotivasi dalam belajar maka siswa akan bersemangat dalam belajar
sehingga siswa bisa menerima pembelajaran yang di ajarkan oleh guru.
Sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Sekolah sendiri merupakan lingkungan tempat belajar dan


memperoleh ilmu bagi para siswa. Sekolah sebagai salah satu lingkungan
yang penting bagi siswa diharapakan mampu menciptakan pembelajaran
yang demokratis agar terjadi proses belajar yang menyenangkan. Untuk
menciptakan dengan suasana proses pembelajaran yang sempurna haruslah
berpedoman kepada kurikulum.
Sistem Pendidikan Nasional No. tahun 2003 pasal 1 ayat 19
menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Sisdiknas, 2003). Kurikulum sebagai pedoman
harus seragam agar tidak terjadi perbedaan tujuan, isi dan bahan pelajaran
antara daerah yang satu dengan wilayah yang lain sehingga perlu
diberlakukan kurikulum yang sifatnya nasional. Kurikulum ang berlaku di
Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan kurikulum 2013. Peneliti ini dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) yang
menggunakan kurikulum 2013.
Pelaksanaan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, pembelajarannya
disajikan menggunakan pendekatan tematik. Semua mata pelajaran
dipadukan dalam bentuk tema, sehingga yang ada bukan buku per mata
pelajaran, tetapi buku per tema. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
(SD) merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan beberapa mata
3

pelajaran yakni: Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, SBdP


yang dilaksanakan secara terpadu dari semua muatan mata pelajaran dalam
satu kali pembelajaran dengan maksud untuk memberikan secara langsung
pengalaman dan pengetahuan yang bermakna bagi siswa.
Muatan IPA dalam kurikulum 2013 merupakan muatan pelajaran
di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan,
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan. Pembelajaran Tematik muatan IPA di SD
merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan
dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
disekelilingnya.
Menurut Estuhono (2017:1) proses pembelajaran IPA harus
dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan agar dapat
memotivasi siswa dalam belajar sehingga pencapaian kompetensi dapat
ditingkatkan. Dalam pembelajaran Tematik muatan IPA seorang guru
harus mampu membantu siswa melihat makna dalam materi yang mereka
pelajari seperti menghubungkan konteks kehidupannya sehari-hari.
Pembelajaran Tematik muatan IPA perlu mengamati guna membuat siwa
lebih memahami fakta dalam kehidupannya sehari-hari. Kemudian Awang
(201:110) mengatakan pembelajaran IPA di SD hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara ilmiah.
Hal ini akan membantu mengembangkan kemampuan bertanya dan
mencari jawaban atas fenomena alam.
Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat melakukan PLP yang
dilaksanakan pada bulan Agustus s/d Desember di kelas V SD Negeri 37
Pasar Lubuk Landai, diketahui hasil belajar siswa pada pembelajaran
Tematik Muatan IPA masih rendah.. Pada saat guru mengajar di kelas V
pada pembelajaran Tematik Muatan IPA masih menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan pada saat belajar, dan
4

pembelajaran selalu berada diruangan kelas. Guru belum sepenuhnya


menggunakan model pembelajaran yang inovatif, menarik,
menyenangkan, dan interaktif. Model pembelajaran yang kurang
menyenangkan membuat motivasi belajar siswa masih rendah dalam
pembelajaran Tematik muatan IPA, hal itu terlihat pada saat proses
pembelajaran sebagian siswa sibuk dengan aktivitas yang tidak
berhubungan dengan proses pembelajaran, siswa kurang semangat dalam
belajar, ada siswa yang mengantuk, ada siswa yang tidak memperhatikan
guru mengajar, ada juga yang keluar masuk kelas. Kemudian Model
pembelajaran yang kurang menyenangkan membuat siswa kurang aktif
dalam pembelajaran, hal itu terlihat pada saat proses pembelajaran
sedikitnya siswa yang memberikan umpan balik, baik berupa pertanyaan
maupun tanggapan terhadap materi pembelajaran yang diberikan guru.
Model pembelajaran yang kurang menyenangkan juga menyebabkan siswa
kesulitan dalam memahami materi pembelajaran hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa yang rendah. Hal itu disebabkan karena model pembelajaran
kurang menyenangkan membuat siswa cepat bosan sehingga tidak
mendengarkan dan tidak memperhatikan dengan baik pada saat guru
menerangkan materi pembelajaran.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan siswa-siswi kelas
V pada tanggal 20 November 2020. Pembelajaran Tematik Muatan IPA
merupakan pembelajaran yang di anggap sulit oleh siswa karena mereka
terlalu banyak materinya yang dijelaskan tanpa memberikan peluang
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, lebih banyak melakukan
pembelajaran didalam kelas daripada praktek secara langsung ke alam
bebas. Sehingga siswa kurang memahami konsep materi yang mereka
peroleh. Hal itu disebabkan karena dalam proses pembelajaran model
pembelajaran yang diterapkan kurang menyenangkan sehingga siswa tidak
tertarik untuk belajar yang akhirnya mengakibatkan hasil belajar tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian dalam pembelajaran seringkali
siswa membaca banyak materi tanpa ada pemahaman dalam dirinya.
5

Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V mengatakan


siswa kelas V kurang tertarik dalam belajar IPA Tematik. Pada saat proses
pembelajaran siswa banyak yang mengantuk dan tidak memperhatikan
guru mengajar, dan ada juga yang keluar masuk kelas. Guru juga
mengatakan hasil belajar dalam muatan IPA Tematik paling rendah di
antara muatan lainnya. Berikut hasil belajar IPA Tematik siswa kelas V
yang terdapat dalam table berikut.

Table 1.1 Hasil Penilaian Harian (PH) pembelajaran muatan IPA


Tematik

No Kelas Jumlah Peserta Didik Rata-rata nilai PH KKM


1. VA 18 64 70 ≤ Nilai ≤ 100
2. VB 18 67 70 ≤ Nilai ≤ 100

Be

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dilihat hasil penilaian harian


(PH) pada muatan IPA SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai. Dimana kelas
VA siswa yang tidak tuntas sebanyak 72% atau sejumlah 13 siswa dari 18
siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70,
dan kelas VB yang tindak tuntas sebanyak 78% atau sejumlah 14 siswa
dari 18 siswa. Melihat rendahnya hasil belajar Tematik muatan IPA
dikelas V dapat disimpulkan bahwa hal itu disebabkan oleh penggunaan
model pembelajaran yang digunakan kurang menyenangkan. Suasana
pembelajaran yang kurang menyenangkan membuat siswa merasa cepat
bosan dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa kurang
memperhatikan guru ketika menerangkan didepan kelas, hal itu membuat
siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, dan membuat
motivasi belajar siswa rendah, sehingga membuat siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran, kemudian akan berpengaruh pada hasil
belajarnya yang rendah.
6

Berkaitan dengan masalah-masalah pembelajaran yang terjadi,


ditemukan faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada
pembelajaran Tematik muatan IPA yaitu model pembelajaran yang
diterapkan kurang menyenangkan sehingga siswa kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran, banyak siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran, kemudian motivasi belajar siswa rendah. Sesuai dengan
masalah tersebut, perlu adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat
membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan menarik.
Variasi dalam pembelajaran tersebut dapat diterapkan melalui model
pembelajaran, dengan memanfaatkan model pembelajaran dapat
membantu proses pembelajaran dan membuat siswa lebih termotivasi dan
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Model yang diterapkan
hendaknya mampu menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, salah satunya seperti model pembelajaran Quantum
Teaching.

Pembelajaran quantum teaching menciptakan kondisi tertentu agar


siswa selalu butuh dan ingin terus belajar Miftahul A’la (dalam Fauzi, A.
M., & Noviartati, K. 2010). Roja’ah (dalam Sugiyanto, 2017) Model
Pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu model
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental
maupun emosional, dengan cara merancang, mengembangkan, dan
mengelola sistem pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran
berlangsung efektif menyenangkan, dan menggairahkan dan dilaksanakan
dengan kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi dan Rayakan). Kerangka TANDUR memastikan bahwa siswa
mengalami pembelajaran, berlatih, dan akhirnya dapat mencapai
kesuksesan dalam belajar. Sedangkan menurut Cahyaningrum dkk (2019)
modelquantum teaching ini merupakan model pembelajaran dimana dalam
proses pelaksanaannya siswa aktif dalam pembelajaran, dan diharapkan
model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar.
7

Asas utama pembelajaran quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka


ke Dunia Kita” dan “Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” Roja’ah
(dalam Bobby DePorter, diterjemahkan oleh Ary Nilandari, 2017). Dalam
artian apa yang ada dalam diri harus mampu membawa siswa untuk
memahami dan mencoba menerapkannya didalam kehidupan.

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran Quantum


Teaching di atas yang mana dengan menggunakan model pembelajaran
tersebut siswa bisa lebih aktif dalam belajar karena siswa terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan kerangka tandur
proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif, menyenangkan, dan
menggairahkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum dkk (2019) penggunaan
model pembelajaran Quantum Teaching berpengaruh positif terhadap hasil
belajar pembelajaran Tematik muatan IPA terhadap siswa kelas III SD
YPS Lawewu kecamatan Nuha kabupaten Luwu Timur.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan


menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di SD dalam pembelajaran Tematik
Muatan IPA. Bertitik tolak pada penelitian di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar IPA dalam Pembelajaran
Tematik Tepadu Siswa Kelas V Sekolah Dasar’’

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang


dihadapi di SD kelas V dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar pada pembelajaran Tematik muatan IPA
2. Rendahnya motivasi belajar siswa
3. siswa kurang aktif dalam pembelajaran
8

4. siswa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran


5. membuat siswa cepat bosan sehingga tidak mendengarkan dan tidak
memperhatikan dengan baik pada saat guru menerangkan materi
pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan pada


kajian penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik
terpadu muatan IPA masih rendah.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil
belajar IPA dalam pembelajaran tematik tepadu siswa kelas V sekolah
dasar’’

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang


pengaruh penerapan model pembelajaran quantum teaching kerangka
tandur terhadap hasil belajar IPA dalam pembelajaran tematik tepadu
siswa kelas V sekolah dasar

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan
dibidang pendidikan dasar, khususnya penerapan pendidikan yang
pada diri siswa di SD.
9

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pengetahuan


bagi pembaca
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagaimana sebaikanya
penanaman pendidikan yang relegius di sekolah.

b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk meningkatkan hasil belajar pada diri siswa.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai acuan peneliti lainnya dalam melakukan penelitian.
Sehingga bisa memperoleh pandangan-pandangan dalam menerapkan
penelitian yang relevan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Belajar
Belajar dalam arti luas merupakan perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh suatu proses tidak dipengaruhi oleh suatu
kematangan dan merupakan sesuatu yang bersifat sementara sebagai
hasil dari terbentuknya respons utama. individu yang belajar dalam
bentuk kemampuan yang relatif konstan sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku baru yang disebabkan oleh suatu aktivitas
baik fisik maupun fsikis dan bukan disebabkan oleh kematangan
atau suatu yang bersifat sementara (Hanafy, 2014)

Menurut Skinner (dalam Hanafy, 2014) belajar adalah


timbulnya respons belajar yang disebabkan oleh suatu peristiwa,
baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan
penggunaaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat
belajar, sehingga belajar.

Gagne (dalam Hanafy, 2014) memandang bahwa belajar


merupakan suatu proses interaksi antara individu yang dipengaruhi
oleh faktor dalam diri dan faktor dari luar diri, sehingga kondisi
eksternal berupa stimulus dari lingkungan belajar dan kondisi
internal yang berupa keadaan internal dan proses kognitif individu
yang saling berinteraksi dalam memperoleh hasil belajar yang
dikategorikan sebagai keterampilan motoris( motorik skill ),
informasi vebal ,kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan
sikap.

10
11

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan


bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang
bukan disebabkan oleh kematangan atau suatu yang bersifat
sementara yang dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor dari
luar diri individu itu sendiri untuk mendapatkan pengetahuan.

2. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses yang


dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik untuk belajar
seperti proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar peserta didik. maka hakikat pembelajaran adalah
“pengaturan”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20


tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik
dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan
belajar. maka yang dikatakan dengan proses pembelajaran adalah
suatu sistem yang melibatkan satu kesatuan komponen yang saling
berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang
diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Pane & Darwis Dasopang, 2017)

Menurut Majid (2011:80) bahwa pembelajaran adalah suatu


proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing,
membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki
pengalaman belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah suatu
cara, bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta
didik.
12

Sedangkan menurut (Rachmawati, 2015:38) pembelajaran


ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam inteaksi
dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan


bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk
memperoleh pengetahuan

3. Model Pembelajaran
Ciputra (2018:157) model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang menjelaskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
guru saat melakukan pembelajaran.
Menurut (Istarani, 2011:1) model pembelajaran adalah
seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek
sebelum, sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru
serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung
atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran (Sudrajat, 2008).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


model pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru
13

untuk mengimplementasikan pembelajaran yang akan di ajarkan


kepada peserta didik.

4. Model Pembelajaran Quantum Teaching


a. Pengertian model Quantum Teaching
Menurut Dewi (2020) Model Quantum Teaching adalah
cara baru yang memudahkan proses belajar yang memadukan
unsur seni serta pencapaian terarah untuk semua mata pelajaran
dengan menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar
menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan
meningkatkan prestasi siswa. Dengan informasi yang telah
dimiliki, siswa akan menghubungkan informasi baru tersebut
dengan informasi yang sudah dimilikinya.

Menurut Sagala (dalam Suandhi, 2009:5) Handayani &


Perdata, 2014) “Model diartikan sebagai suatu kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan.” Kata Quantum dalam Quantum Teaching berasal
dari rumus fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur
untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah
siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka
sendiri dan bagi orang lain DePorter 2002 (dalam Handayani &
Perdata, 2014)

Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang


dapat membagi unsur-unsur pembelajaran menjadi dua kategori
seperti konteks dan isi Rachmawati 2012 (dalam Yanuarti &
Sobandi, 2016). Kategori konteks meliputi: suasana hati,
suasana lingkungan belajar yang diatur dengan baik, dasar
14

pembelajaran, presentasi dan fasilitas. Sedangkan kategori isi


meliputi: pengajar akan menemukan keterampilan bagaimana
mengatakan kurikulum, pengajar akan menemukan strategi
belajar yang diperlukan oleh peserta didik, yaitu: baik
presentasi, fasilitas yang dinamis, keterampilan belajar untuk
belajar dan keterampilan hidup menurut Riyanto 2012 (dalam
Yaseer, 2014) (dalam Yanuarti & Sobandi, 2016)

Model Pembelajaran Quantum Teaching adalah proses


belajar dengan memberikan latar belakang dan strategi untuk
meningkatkan pembelajaran dan membuat proses tersebut lebih
menyenangkan (Acat, 2014). Prosedur ini memberikan gaya
mengajar dengan memperdayakan siswa untuk membuat siswa
lebih berprestasi Suryani 2013 (dalam Yanuarti & Sobandi,
2016). Hal ini juga membantu guru memperbesar keterampilan
mengajar dan memotivasi siswa untuk giat dalam belajar,
sehingga guru akhirnya mendapatkan kepuasan yang lebih
besar dari karya-karya mereka menurut Suryani 2013 (dalam
Acat, 2014) (dalam Yanuarti & Sobandi, 2016)

Asas dari Quantum Teaching adalah bawalah dunia


mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.
Dalam artian apa yang ada dalam diri harus mampu membawa
siswa untuk memahami dan mencoba menerapkannya didalam
kehidupan. Asas ini mengingatkan kita pentingnya memasuki
dunia siswa sebagai langkah pertama dan utama. Jika telah
masuk dalam dunia siswa maka akan lebih mudah untuk
menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan
keinginannya serta bisa membawa mereka untuk tetap belajar
(Dewi et al., 2020).
15

Jadi berdasarkan menurut para ahli di atas dapat


disimpulkan bahwasanya pembelajaran Quantum Teaching
adalah interaksi antara guru dan peserta didik. Dimana guru
harus mampu memasuki dunia peserta didik dan juga harus
mampu mengantarkan dunia mereka kepada peserta didik
sehingga akan lebih mudah menerapkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan keinginannya serta bisa membawa mereka
untuk belajar. Sehingga siswa bisa memperoleh informasi baru
dan menghubungkan dengan informasi yang sudah dimilikinya.

b. Prinsip-prinsip Quantum teaching


Model ini memiliki beberapa prinsip dalam
pembelajaran (Supramono, 2016) yaitu:
1) Segalanya berbicara,
Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas atau
sekolah, sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja
yang dibagikan kepada peserta didik sampai rencana
pelaksanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan
pembelajaran. Guru merancang pembelajaran
sedemikian rupa sehingga membawa pesan-pesan
belajar bagi peserta didik.
2) Segalanya bertujuan,

Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran


mempunyai tujuan yang jelas serta terkontrol sehingga
bermakna bagi peserta didik. Sumber dan fasilitas yang
terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya
untuk membantu perubahan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
16

3) Pengalaman sebelum pemberian nama,

Hal ini bermaksud sebelum siswa belajar memberi


nama, (mendefinisikan, mengkonseptualisasi,
membedakan, mengkategorikan) hendaknya telah
memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan
upaya pemberian nama tersebut. Pembelajaran yang
baik adalah jika murid telah memperoleh informasi
terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum
memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini
diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika
adanya rangsangan yang kompeleks selanjutnya akan
menggerakkan rasa keingintahuan.

4) Akui setiap usaha,


Semua usaha belajar yang telah dilakukan oleh
peserta didik harus memperoleh pengakuan guru dan
peserta didik lainnya. Pengakuan ini penting agar
peserta didik selalu berani dalam melangkah ke
pembelajaran berikutnya. Selain itu, proses
pembelajaran murid seharusnya dihargai dan diakui
setiap usahanya walaupun salah, karena belajar
diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko
5) Merayakan keberhasilan
Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh murid
sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
Perayaan tersebut diharapkan memberi umpan balik dan
motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Kerangka Rancangan Quantum Teaching
17

Kerangka Quantum teaching dikenal dengan istilah


TANDUR yang didalamnya mempunyai enam tahap
(Supramono, 2016) yaitu :
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat peserta didik dengan
memuaskan, “Apa manfaatnya bagiku (Ambak), dan
manfaatkan kekayaan pengalaman peserta
didik.Penerapan Ambak dapat dilakukan dengan
memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal
kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar
2) Alami
Alami dimaksudkan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan percobaan atau
pembuktian.Mengulang dan mendatangkan pengalaman
belajar yang dapat dimengerti oleh setiap murid secara
alamiah.Unsur ini memberi pengalaman kepada murid,
dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah
pengalaman membuat guru dapat mengajar “melalui pintu
belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan
keingintahuan mereka.
3) Namai
Sediakan kata kunci atau konsep, rumus, strategi
dan metode lainnya. Penamaan juga bermanfaat dalam
memberikan identitas, menguatkan, dan mendefinisikan.
Penamaan dibangun atas pengetahuan dan keingintahuan
peserta didik saat itu
4) Demonstrasikan
Metode demonstrasi diartikan sebagai cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik dilakukan
18

secara langsung oleh guru maupun orang lain yang lebih


ahli dalam topik yang sedang dibahas.
5) Ulangi
Beri kesempatan untuk mengulangi pelajaran yang
telah diajarkan. Pengulangan akan memperkuat koneksi
saraf sehingga pelajaran akan lebih lama tersimpan dalam
memori jangka panjang peserta didik. Salah satu cara
yang dapat dilakukan dalam mengulang pelajaran adalah
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengajarkan pengetahuan baru yang mereka
dapatkan kepada orang lain.
6) Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.Perayaan dapat memberikan rasa rampung
dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan
yang telah dicapai oleh peserta didik.Perayaan ini dapat
diterapkan dengan memberikan reinforcement kepada
siswa, baik dari guru ke siswa maupun antar siswa.

c. Kelebihan Quantum Teaching


1) Menurut Daryanto dan Karim 2017 (dalam Yeni, 2018)
adalah sebagai berikut.
a) Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir
yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
b) Karena Quantum Teaching lebih melibatkan
peserta didik, maka saat proses pembelajaran
perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada
hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga
hal yang penting dapat diamati secara teliti.
19

c) Karena gerakan proses dipertunjukkan maka tidak


memerlukan keterangan yang banyak.
d) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan
menyenangkan
e) Peserta didik diarangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan teori dengan kenyataan, dan dapat
mencoba melakukannya sendiri.
f) Karena model pembelajaran Quantum Teaching
membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk
merangsang keinginan bawaan peserta didik untuk
belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa
untuk berpikir kreatif setiap harinya. Pelajaran
yang diberikan oleh guru muda diterima dan
dimengerti oleh peserta didik.
2) Kelebihan Quantum Teaching menurut Suryanti &
Yunianta (2018) yaitu :
a) dapat memembimbing dan mengarahkan cara
berpikir siswa
b) berpusat terhadap apa yang dialami oleh siswa
dalam proses belajarnya
c) menumbuhkan dan menimbulkan keiinginan siswa
untuk belajar
d) menciptakan rasa kerjasama antar siswa
e) menawarkan proses pembelajaran yang
menyenangkan danmudah dipahami siswa
f) menciptakan rasa percaya dirisiswa
g) menciptakanpembelajaran yang menyenangkan
h) memotivasi siswa untuk terus berkembang
i) siswa bebas berekspresi
j) menumbuhkan rasa idealis, gairah dan cinta
mengajar pada guru
20

5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
setelah peserta didik menerima pengalaman belajarnya
di dalam kelas maka akan diketahui kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik inilah yang disebut dengan
hasil belajar . Kemampuan itu meliputi kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Melalui hasil belajar inilah dapat
diketahui tercapai atau tidak kompetensi yang telah
ditetapkan, untuk selanjutnya dilaksanakan program perbaikan
atau pengayaan kepada peserta didik (Hakim, 2018). Sedangkan
menurut (Susanto, 2013:5) hasil belajar yaitu perubahan-
perubahan yang tedapat pada siswa, bak yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar.
Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Anwar, 2001:85,170) hasil adalah sesuatu yang di adakan
(dibuat, dijadikan) akibat usaha. Belajar adalah berusaha
berlatih dan memperoleh pengetahuan atau ilmu untuk merubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman.

Hakim (2018) Hasil belajar merupakan salah satu


indikator yang dapat menentukan pencapaian indikator
pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada peserta didik,
yaitu:

1) faktor Internal

Adalah faktor yang berasal dari dalam pribadi


individu atau peserta didik yang melaksanakan proses
21

pembelajaran. Faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan


psikologis.

2) faktor eksternal
Adalah faktor yang berasal dari luar pribadi
peserta didik. Faktor ini meliputi faktor lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian hasil belajar adalah kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran
b. Klasifikasi Hasil Belajar
Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda
menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan,
digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang
menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau
sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum
atau ranah (domain) (Oktaviana & Prihatin, 2018), yaitu:
1) ranah kognitif,

berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi


pada kemampuan berpikir

2) ranah afektif
22

berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai,


dan sikap hati

3) ranah psikomotor

berorientasi pada keterampilan motorik atau


penggunaan otot kerangka
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Munadi,
2017) meliputi bahwa faktor internal dan eksternal, yaitu:
1) Faktor Internal yaitu; (a) Faktor Fisiologis secara umum,
kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat
memengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran; (b)
Faktor Psikologis setiap individu dalam hal ini pada
dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda,
tentunya hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya.
Beberapa faktor psikologis, meliputi inteligensi (IQ),
perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya
nalar siswa.
2) Faktor Eksternal yaitu; (a) Faktor Lingkungan dapat
memengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam
misalnya suhu, dan kelembaban. Belajar pada tengah hari di
ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya
akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi
hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup
mendukung untuk bernapas lega; (b) Faktor Instrumental
adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
23

6. Pembelajaran Tematik Terpadu di SD


a. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu di SD
Keberhasilan penerapan pembelajaran tematik dipengaruhi
oleh perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi,
minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik.
(Wahyuni et al., 2016) pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang didasarkan dari sebuah tema yang digunakan
untuk mengaitkan beberapa konsep mata pelajaran, sehingga
anak akan lebih mudah memahami sebuah konsep, karena hanya
berdasarkan dari satu tema untuk beberapa pelajaran yang
diajarkan.
Sejalan dengan (Trianto, 2012) yang menjelaskan bahwa
pembelajaran tematik merupakan metode pembelajaran yang
memadukan beberapa mata pelajaran dari berbagai kompetensi
dasar. Strategi pembelajaran tematik didasarkan pada gagasan
biasanya terkait dengan pengalaman hidup siswa dan dengan
demikian dengan mudah meningkatkan minat dan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran tematik melibatkan
penggunaan tema sebagai pengikat. Dalam hal ini guru akan
secara efektif menggunakan strategi untuk melibatkan siswa
tidak hanya dengan cara-cara yang menyenangkan tetapi yang
membuat hubungan yang kuat antara ide dan pemahaman
abstrak (Chen, 2012). Pembelajaran tematik dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk
24

memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.


Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan
konsep yang telah dipahaminya.
Langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik yaitu menetapkan mata pelajaran yang
akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar dan indikator
dari muatan mata pelajaran yang akan dipadukan, memilih dan
menetapkan tema pemersatu, membuat matriks atau bagan
hubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, menyusun
silabus pembelajaran tematik, dan menyusun perencanaan
pelaksanaan pembelajaran tematik.
b. Prinsip Pembelajaran Tematik
Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik
(Mukhlis, 2012) adalah sebagai berikut:
1) Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual.
Artinya dalam sebuah format keterkaitan antara kemampuan
peserta didik dalam menemukan masalah dengan
memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata
pelajaran atau bahan kajian.
3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan (joyful learning).
4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang
bermakna bagi peserta didik.
5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau
bahan kajian dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
6) Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lain sulit dilakukan.
25

7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan,


kebutuhan, dan minat peserta didik.
8) Pembelajaran bersifat fleksibel.
9) Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Mukhlis (2012) Sebagai suatu model proses,


pembelajaran tematik memiliki karakteristikkarakteristik
sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa


Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences).
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal- hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep
dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
26

pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami


konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan
masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.

5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)
dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.

Karateristik pembelajaran tematik menurut TIM


Pengembangan PGSD (dalam Majid 2014:90-91) yaitu sebagai
berikut:

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat


perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak.
2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam
aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar-
skemata yang dimiliki oleh peserta didik, yang pada
27

gilirannya nanti akan memberikan dampak kebermaknaan


dari materi yang dipelajari.
3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik
memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin
dipelajari.
Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar
pada pendekatan inquiry discovery di mana peserta didik
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai
perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi
7. Pembelajaran IPA di SD
a. Pengertian pembelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam adalah sebagai ilmu tentang alam
atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam semesta ini. IPA membahas tentag gejala-gejala
alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan ole manusia dan
mengkaji segala sesuatu tentang gejala yang ada di alam baik
benda hidup maupun benta mati.
Menurut (Winanto, 2016) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
sistematis, tesusunn secara teratur, berlaku umum berupa
kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sistematis
artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, satu
dengan yang lainnya saling berkaitan , saling menjelaskan
sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh,
sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya
berlaku oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara
eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama
atu konsisten.
Sementara itu Supramono (2016) menyatakan IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
28

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta. Baik ilmu


pengetahuan yang mempelajari tentang benda mati maupun
yang tak mati dengan jalan melakukan
pengamatan.Pembelajaran sains di Sekolah Dasar dikenal
dengan Mata Pelajaran IPA yang masih menyatu dan diajarkan
secara terpadu.
Sedangkan menurut (Nash, 1993) menyatakan bahwa IPA
itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash
juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat
analisi, lengkap, cermat, serta menghubungkan aantara satu
fenomena dengan fenomena lan, sehingga keselurhannya
membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Menurut Puskur (2012) menyebutkan bahwa hakikat IPA
mengandung empat unsur utama dalam IPA, dimana dari ke-4
unsur tersebut merupakan ciri utama yang utuh, yaitu meliputi:
1) Sikap: misalnya rasa ingin tahu tentang fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
mendasari masalah di alam yang dapat dipecahkan
melalui prosedur ilmiah
2) Proses : prosedur atau cara pemecahan masalah melalui
metode ilmiah
3) Produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum
4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA
dalam kehidupan sehari-hari. Optimal dilingkungan
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarah dan
dilaksanakan dalam pembelajaran yang melibatkan dan
berbuat sehingga siswa dalam proses belajar mengajar
dapat memahami pembelajaran yang di ajarkan,
sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran IPA
29

Sri Sulistyorini (2007: 40) Tujuan pembelajaran IPA di


SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
SMP/MTS.
c. Karakteristik pembelajaran IPA
Menurut (Luh dan Karang, 2018) ada beberapa karakteristik
pembelajaran yaitu:
1) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam
IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan
menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya
30

2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang


tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam
3) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atatu khusus, yaitu
dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan
yang cara yang lain
4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling
berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah
berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimental dan
observasi lebih
5) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi
dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teoir dan
hukum. Proses merupakan prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah

B. Kajian Penelitian yang Relevan


1. Cahyaningrum (2019) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Quantum Teaching Kerangka Tandur terhadap Hasil Belajar” dalam
jurnal Indonesian Journal of Science and Mathematics Education
vol 02 no 3, 372-379. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran quantum
teaching tipe TANDUR terhadap hasil belajar siswa, dengan hasil
uji hipotesis di penelitian ini didapat thitung sebesar 4,678 dan
ttabel sebesar 2,082 pada tafar signifikan α = 0,05 (5%). Maka
dapat dikatakan bahwa nilai thitung ttabel atau , artinya H1
diterima. Effect size yang diperoleh sebesar 1,16 maka termasuk
dalam katagori besar.
31

2. Supramono (2016) dengan judul “Pengaruh Quantum ( Quantum


Teaching ) terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas III SD YPS
Lawewu Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur” dalam Jurnal
Nalar Pendidikan Vol 4, No 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa :
a. Penerapan model pembelajaran quantum (quantum teaching)
pada mata pelajaran IPA kelas IIID di SD YPS dilakukan
dengan berdasar pada kerangka pembelajaran Tandur yaitu
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan
Rayakan yang dijabarkan menjadi acuan untuk menyusun
kegiatan pembelajaran. Pada setiap pertemuannya, guru
melakukan evalusi terhadap proses pembelajaran sehingga
aktivitas guru pada setiap pertemua mengalami peningkatan.
b. Adanya perbedaan yang signifikan ratarata hasil belajar IPA
siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran quantum (quantum teaching)
pada mata pelajaran IPA kelas IIID SD YPS Lawewu
Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Tiimur.
c. Model pembelajaran quantum (quantumteaching) berpengaruh
positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IIISD YPS
Lawewu Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur.

C. Kerangka Berpikir
pembelajaran tematik terpadu merupakan penggabungan
ataupun perpaduan dari beberapa mata pelajaran dalam lingkup di
Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar. Dengan menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran tematik terpadu dalam
Kurikulum 2013 didukung adanya penerapan pendekatan saintifik .
(Sani, 2015) pendekatan saintifik yaitu aktivitas ilmiah yang meliputi
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi
32

dan mengomunikasikan. Dalam pendekatan saintifik ini yakni


membelajarkan siswa untuk dapat mencari informasi dari berbagai
sumber dengan tujuan siswa tidak terus bergantung dari informasi guru
saja. Dapat dikatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan
tujuan mengarahkan siswa untuk aktif dalam mencari dan mengolah
informasi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran guru sangat
diperlukan sebagai fasilitator dan motivator

Namun kenyataannya motivasi belajar siswa masih rendah


,sebagian siswa sibuk dengan aktivitas yang tidak berhubungan dengan
proses pembelajaran, siswa kurang semangat dalam belajar, ada siswa
yang mengantuk, ada siswa yang tidak memperhatikan guru mengajar,
ada juga yang keluar masuk kelas. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, sedikitnya siswa yang memberikan umpan balik, baik
berupa pertanyaan maupun tanggapan terhadap materi pembelajaran
yang diberikan guru. Siswa kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah.

Maka diperlukan solusi untuk menangani masalah tersebut yaitu


dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching Kerangka
Tandur. Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model
pembelajaran dalam proses belajar nya dengan memberikan latar
belakang dan strategi untuk meningkatkan pembelajaran dan membuat
proses tersebut lebih menyenangkan (Acat, 2014). Prosedur ini
memberikan gaya mengajar dengan memperdayakan siswa untuk
membuat siswa lebih berprestasi Suryani 2013 (dalam Yanuarti &
Sobandi, 2016). Berdasarkan asas dari Quantum Teaching yaitu
bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka. Dalam artian apa yang ada dalam diri harus mampu membawa
siswa untuk memahami dan mencoba menerapkannya didalam
33

kehidupan. Model pembelajaran Quantum Teaching menggunakan


kerangka dalam pembelajarannya yang disebut dengan TANDUR
yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan. Dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching
Kerangka Tandur ini diharapkan hasil belajar peserta didik akan lebih
meningkat. Berdasarkan permasalahan di atas, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah:

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kelas V A Kelas V B

Pemberian Pre test Pemberian Pre test


Pembelajaran Tematik Pembelajaran Tematik
Terpadu Muatan IPA Terpadu Muatan IPA

Model Quantum Teaching Model Konvesional


34

Pemberian Post Test Pemberian Post Test

Hasil Hasil

HO = diterima atau tidak

Gambar 2.1 Kerangka Bepikir

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model


pembelajaran Quantum Teaching Kerangka Tandur terhadap hasil
belajar IPA dalam pembelajaran tematik terpadu siswa kelas v
sekolah dasar
2. Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran Quantum Teaching Kerangka Tandur terhadap
hasil belajar IPA dalam pembelajaran tematik terpadu siswa kelas v
sekolah dasar
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitiannya


adalah Quasi Eksperimental. Penelitian Quasi Eksperimental merupakan
penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol kelompok variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain penelitian ini menggunakan
desain Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono,
2015:116).
Pada penelitian ini peneliti memberikan perlakuan khusus terhadap kelas
eksperimen yaitu, dengan menggunakan model Quantum Teaching Kerangka
Tandur, sementara pada kelas kontrol peneliti hanya mengajar dengan metode
konvensional. Desain Nonequivalent Control Group Design dapat
diilustrasikan sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4

Keterangan :

O 1 = Nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)

X = Perlakuan model pembelajaran Quantum Teaching Kerangka Tandur

34
35

O2 = Nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)

O 3 = Nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (kontrol)

O 4 = Nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (kontrol)

Adanya pretest sebelum perlakuan, baik untuk kelompok eksperimen


maupun kelompok kontrol ¿, O 3), dapat dijadikan dasar dalam menentukan
perubahan. Pemberian posttest pada akhir kegiatan dapat menunjukkan
seberapa jauh akibat perlakuan (X ). Hal ini dilakukan dengan mencari
perbedaan skor ¿-O 1) pada kelompok eksperimen. Perbedaan skor pada
kelompok ¿ - O 3) bukan adanya perlakuan. Perbedaan O2 dan akan O4 akan
memberikan gambaran lebih baik akibat adanya perlakuan ( X ). Setelah di
ketahui tes awal dan teks akhir maka dapat dihitungkan selisihnya.

¿-O 1) = Y 1

¿ - O 3) = Y 1

Y 1= hasil belajar dan peserta didik yang mendapatkan perlakuan model


pembelajaran kooperatif tidep Snowball Throwing

Y 1 = hasil belajar peserta didik tanpa perlakuan

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VB SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai


sebagai kelas eksperimen dan di kelas VA SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai
sebagai kelas kontrol. Waktu penelitian ini pada semester genap tahun ajaran
2021/2022.
36

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2015:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta didik kelas VA SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai dan
seluruh peserta didik kelas VB SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai. Data
populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Table 2.1 Jumlah Populasi

No Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik


1 SD Negeri 18 Sitiung 29
2 SD Negeri 08 Sitiung 24
Jumlah 53

2. Sample

Menurut Sugiyono (2015:118) sampel adalah bagian dari jumlah


dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar,
dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling. Sedangkan jenis sampel dalam penelitian ini adalah
37

sampel jenuh. Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan apabila
jumlah populasi relative kecil. Adapun kelas yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VB SD Negeri 37 Pasar Lubuk Landai sebagai
kelas eksperimen yang berjumlah 19 orang dan di kelas VA SD Negeri 37
Pasar Lubuk Landai sebagai kelas kontrol yang berjumlah 18 orang

D. Pengembangan Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes dan
akan diuji validitas, uji reliabilitas, uji kesukaran serta uji daya beda.

1. Soal Tes
a. Uji Validitas
Jakni (2016:152) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan
telah memiliki validitas (kesahihan/ketepatan) yang baik jika
instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang akan diukur.
Table 3.1 Klasifikasi Validitas Soal
38

No Indeks Validitas Klasifikasi


1 0,80<V≤1,00 Sangat Tinggi
2 0,60<V≤0,80 Tinggi
3 0,40<V≤0,60 Cukup
Rendah (soal bisa diganti
4 0,20<V≤0,40
atau diperbaiki)
Sangat rendah (soal bisa
5 V≤0,20
diperbaiki atau diganti)

Sumber : Rusffendi dalam Jakni (2016:165)

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji konsistensi suatu objek yang diukur.
Reliabilitas digunakan untuk mengukur berkali-kali objek yang
diteliti apakah menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan program excel dengan kriteria sebagai
berikut:
Table 4.1 Klasifikasi Uji Reliabilitas

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi


1 r<0,20 Sangat rendah
2 0,20<r≤0,40 Rendah
3 0,40<r≤0,70 Sedang
4 0,70<r≤0,90 Tinggi
5 0,90<r≤1,00 Sangat Tinggi

Sumber : Rusffendi dalam Jakni (2016:167)

c. Tingkat Kesukaran
39

Uji kesukaran digunakan untuk mengidentifikasi soal-soal yang


baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Tingkat kesukaran soal pada
penelitian ini dianalisis menggunakan excel dengan melihat angka
kesukaran yang diperoleh. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 5.1 Klasifikasi Uji Kesukaran

No Tingkat kesukaran Klasifikasi


1 0,00-0,30 Tinggi
2 0,31-0,70 Sedang
3 0,71-1,00 Mudah

Sumber : Sudjana dalam Jakni (2016:168)

d. Daya Pembeda
Daya pembeda untuk membedakan kemampuan antara peserta
didik yang belum menguasai materi yang dipelajari dan peserta
didik yang belum menguasai materi. Daya pembeda dalam penilaian
ini di analisis menggunakan program SPSS 20 angka yang
menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).
Dengan klasifikasi sebagai berikut:
Table 6.1 Klasifikasi Daya Pembeda

No Indeks Daya Beda Soal Klasifikasi


1 0,40 atau lebih Sangat baik
2 0,30-0,39 Cukup baik
3 0,20-0,29 Minimum, perlu diperbaiki
Kurang baik, dibuang atau
4 0,19 ke bawah
dirombak
40

2. Angket Motivasi
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang di gunakan untuk
mendapatkan data ( mengukur ) itu valid. Valid berarti intrumen
tesebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusya di
ukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dengan
alat ukur. Dengan instrumen yang valid maka akan menghasilkan
data yang valid pula.
b. Uji Reliabilitas
Reliable berarti instrument akan mendapatkan hasil yang sama
walau digunakan berulang-ulang sesuai dengan sesuatu yang
diukur. Reliabilitas instrumen merujuk kepada hasil pengukuran
data kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau sekelompok
orang yang berada dalam waktu berlainan. Karena hasilnya yang
konsisten itu maka instrument itu dapat dipercaya atau diandalkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian


ini adalah tes dan angket. Tes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik kelas IV. Tes ini akan dilakukan dua kali yaitu sebelum
diadakannya perlakuan (Pre-test) dan setelah diadakannya perlakuan
(Post-test).

1. Tes

Menurut Jakni (2016:98) tes merupakan sekumpulan pertanyaan


yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan
kognitif peserta didik sebelum atau setelah proses pembelajaran
41

berlangsung. Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah


sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan.

a. Pre-test (tes awal), yaitu tes yang dilakukan sebelum kegiatan


belajar mengajar atau sebelum menerapkan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
b. Post-test (tes akhir), yaitu tes yang dilakukan setelah proses
kegiatan belajar mengaja atau setelah merapkan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
2. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Angket dalam penenlitian ini digunakan
untuk mengetahui bagaimana perubahan belajar peserta didk setelah
diberikan perlakuan menerapkan model pembelajaran Quantum
Teaching Kerangka Tandur terhadap hasil belajar IPA dalam
pembelajaran tematik terpadu siswa kelas v sekolah dasar.

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita
miliki berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diuji den3gan
menggunakan IBM SPSS Statistika 20.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang akan digunakan untuk mengetahui apakah
data yang kita miliki populasinya sama atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan setelah uji normalitas apabila data yang diperoleh
berdistribusi normal uji homogenitas ini juga menggunakan IBM SPSS
Statistika 20.
42

2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang
didasarkan pada analisis data, untuk menguji kebenaran suatu pernyataan
dan menarik kesimpulan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
Uji T yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan
antara hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui proses belajar mengajar yang dapat dilihat berdasarkan
kondisi akhir subjek penelitian setelah diberikan perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, D.(2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama

Awang, Imanuel Sairo. (201). Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar.
Jurnal Vox Edukasi. Volume 6, Nomor 2
Budiningsih, A. C. (2004). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Bineka Cipta

Cahyaningrum, A. D., AD, Y., & Asyhari, A. (2019). Pengaruh Model


Pembelajaran Quantum Teaching Tipe Tandur Terhadap Hasil Belajar.
Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 2(3), 372–379.
https://doi.org/10.24042/ijsme.v2i3.4363
Chen, Y. (2012). The effect of thematic video-based instruction on learning and
motivation in e-learning, 7(6), 957–965.

Ciputra, A. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Tema 8 dengan Model Snowball


Throwing Siswa Kelas IV SDN Tanjung. JPGSD Vol 6 No 2, 156-166.

Dewi, S. L., Sri Asri, I. G. A. A., & Ganing, N. N. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan Multimedia Terhadap
Kompetensi Pengetahuan Ipa. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 4(2), 316. https://doi.org/10.23887/jppp.v4i2.27372

Estuhono. (2017). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran gasing (gampang


asik menyenangkan berbantukan terhadap pencapaian kompetensi maha
siswa pada mata kuliah pendidikan IPA. Jurnal Bimbingan dan Konseling,
Vol. 4 No. 1.

Ghullam Hamdu, L. A. (2011). PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA

42
43

TERHADAP PESTASI BELAJAR IPA DI SEKOLAH DASAR. Jurnal


Penelitian Pendidikan, 12, 280–286.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v1i3.63

Hakim, N. (2018). MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MI / SD KELAS II B TEMA 6
SUBTEMA 3. 1, 72–73.

Hanafy, M. S. (2014). Konsep dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan, 17(1), 66–


79.
http://103.55.216.55/index.php/lentera_pendidikan/article/viewFile/516/491

Handayani, N., & Perdata, I. (2014). Siswa Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Qt Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas Vii C. Jurnal
Santiaji Pendidikan, 4(1)

Istarani. (2011). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Jakni. (2016). Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.
Luh, N. I., & Karang, G. (2018). Pendidikan ipa sd

Munadi. (2017). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar PKn


Siswa. Jurnal Pendidikan

Mukhlis, M. (2012). Pembelajaran Tematik PEMBELAJARAN TEMATIK


Mohamad Muklis STAIN Samarinda. Fenomena, IV(20), 63–76.

Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nash. 1993. Pengertian IPA. (online). (http://sitinurjanahfkip


44

pgsd.blogspot.com/2015/21/pengertian-IPA, di akses 20 Februari 2017)

Oktaviana, D., & Prihatin, I. (2018). Analisis Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Perbandingan Berdasarkan Ranah Kognitif Revisi Taksonomi Bloom. Buana
Matematika : Jurnal Ilmiah Matematika Dan Pendidikan Matematika, 8(2:),
81–88. https://doi.org/10.36456/buana_matematika.8.2:.1732.81-88

Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran.


FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333.
https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945
Rusman, M. (2016). Model-model pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Subakthi Putri, I. P., Dantes, N., & Suranata, K. (2020). Model Pembelajaran
Quantum Teaching Tipe TANDUR Berbantuan Permainan Tradisional
Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 186.
https://doi.org/10.23887/jisd.v4i2.25137

Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan


model pembelajaran. Tersedia: Http://Akhmadsudrajat. Wordpress.
Com/2008/09/12/Pengertian-Pendekatan-Strategi-Metode-Tekniktaktik-Dan-
Model-Pembelajaran/.[20 Oktober 2008], 1.

Supramono, A. (2016). Pengaruh model pembelajaran quantum (quantum


teaching) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III YPS Lawewu kecamatan
Nuha kabupaten Luwu Timur. Jurnal nalar pendidikan Vol 4 No 2 , 78-86

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers.
Jakarta.
45

Sri Sulistyorini. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara


Wacana.
Sani, R. A. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Bumi Aksara

Trianto. (2012). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi


Pustaka

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanto. (2013) . Teori Belajar dan Pembelajaran disekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamania Group

Wahyuni, H. T., Setyosari, P., & Kuswandi, D. (2016). Implementasi


Pembelajaran Tematik Kelas 1 Sekolah Dasar. Edcomtech, 1(2), 129–136.
http://journal2.um.ac.id/index.php/edcomtech/article/download/1799/1039

Yanuarti, A., & Sobandi, A. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 11-18
https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3261

Yeni, W. R. (2018). Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Menggunakan


Model Quantum Teaching di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal FKIP
Universitas Jambi, 1–17.

Anda mungkin juga menyukai