PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
2018
Tim Penyusun :
Penanggung Jawab : Drs. Agus Irianto, S.H., M.Si, M.H.
Penasehat : Dr. Sri Sunarti Purwaningsih, M.A
Drs. Masyhuri Imron, M.A
Ketua Tim Penyusun : Dra. Endang Mulyani, M.Si
Sekretaris : Siti Nurlela Marliani, SP., S.H., M.Si
Anggota : Dwi Sulistyorini, S.Si., M.Si
Sri Lestari, S.Kom., M.Si
Novita Sari, S.Sos., M.H
Erma Antasari, S.Si
Sri Haryanti, S.Sos., M.Si
Quazar Noor Azhim, A.Md
Tri Sugiharto, S.Kom
Rizky Purnamasari, S.Psi
Armita Eki Indahsari, S.Si
Radityo Kunto Harimurti, S. Stat
Desain Cover & Isi : Indoyanu Muhamad
Penerbit :
Pusat Penelitian, Data, dan Informasi
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia
Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang, Jakarta Timur
Telp.(021) 80871566, 80871567
Fax. (021) 80885225, 80871591, 80871593
Email : puslitdatin@bnn.go.id.
Call Center : 184
SMS Center : 081221675675
Email : puslitdatin@bnn.go.id
Website : www.bnn.go.id
Heru Winarko
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018 i
Kata Pengantar
Survei ini melibatkan banyak pihak mulai dari tim ahli BNN, BNNP,
BNNK Kementerian/Lembaga, dan Dinas Terkait, informan koordinator
lapangan, enumerator dan Mitra Lokal Perguruan Tinggi di 13 Provinsi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala
BNN Drs. Heru Winarko, S.H dan Drs. Adhi Prawoto, S.H selaku Sestama
BNN yang telah memberi arahan dan seluruh staf BNN atas dukungan
dan kerjasamanya pada penyusunan buku ini, mulai dari proses
pengembangan instrumen sampai penulisan laporan.
Studi
Studi Kualitiatif
Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
ii PENANGGULANGAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018
Kata Pengantar
Tim Penyusun
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018 iii
iii
Daftar Isi
KATA SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN 1
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
iv
iv PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018
Daftar Isi
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
PENANGGULANGAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2018
PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2018 v
Daftar Tabel
Studi
Studi Kualitiatif
Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
vi
vi PENANGGULANGAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018
Daftar Tabel
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018 vii
vii
Daftar Gambar
Studi
Studi Kualitiatif
Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
viii
viii PENANGGULANGAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018
Daftar Gambar
Gambar 10.1 Sarana Peribadatan dan Olah Raga di Lapastik Bangli 317
Gambar 10.2 Proses Pembuatan Barang dari Limbah Koran di
Lapastik Bangli 320
Gambar 10.3 Ruang Seni di Lapastik Bangle dan Warga Binaan
Peminat Seni Vokal yang tergabung dalam Kelompok
Band 320
Gambar 10.4 Kantin dan Penggunaan Kartu BRIZZI di Lapastik
Bangli 322
Gambar 11.1 Peta Kerawanan Narkoba Wilayah Kalimantan Barat 341
Gambar 12.1 Kecamatan-Kecamatan Rawan Peredaran dan
Penyalahgunaan Narkoba di Kota Samarinda 378
Gambar 12.2 Peta Jalur Peredaran Narkoba ke Kalimantan Timur 391
Gambar 12.3 Pola Peredaran Narkoba di Kota Samarinda 394
Gambar 13.1 Alur Rehabilitasi Berkelanjutan oleh BNNP Sulawesi
Selatan 440
Gambar 13.2 Alur Rawat Jalan di Klinik Pratama BNNP Sulawesi
Selatan 444
Gambar 13.3 Alur Pasca Rehabilitasi oleh BNNP Sulawesi Selatan 445
Gambar 14.1 Barang Bukti Penyalahgunaan Narkoba di Satnarkoba
Polres Jayapura Kota 468
Gambar 14.2 Peta Kerawanan Narkotika Kota Jayapura 469
Gambar 14.3 Situasi Pasar di Kompleks Pos Perbatasan RI-PNG,
Skouw 471
Gambar 14.4 Pos Perbatasan RI-PNG di Skouw 475
Gambar 14.5 Jalur & Jenis Peredaran Narkoba ke Kota Jayapura 476
Gambar 14.6 Pola Peredaran Ganja di Jayapura 479
Gambar 14.7 Pola Peredaran Sabu di Jayapura 480
Studi Kualitiatif
Studi Kualitiatif Pada
Pada Survei
Survei Prevalensi
Prevalensi
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
NARKOBA 2018
2018 ix
ix
Studi Kualitiatif Pada Survei Prevalensi
xx Survei Prevalensi 2018
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2018
I
Pendahuluan
PENDAHULUAN
Oleh:
Masyhuri Imron; Ary Wahyono; Dede Wardiat
1. Latar Belakang
1
https://news.okezone.com/read/2017/07/20/337/1740743/mencengangkan-pecandu-narkoba-di-indonesia-tembus-6-juta-orang
2
Data dari Ditjen pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI, Maret 2016.
3
https://news.idntimes.com/indonesia/fitang-adhitia/sepanjang-tahun-2017-bnn-ungkap-46537-kasus-narkoba/full
2. Permasalahan
Dari setiap provinsi yang menjadi lokasi penelitian dipilih satu kota
untuk diteliti, yaitu ibukota provinsi. Pemilihan ibukota provinsi dilakukan
dengan alasan bahwa ibukota provinsi merupakan tempat yang paling
banyak dihuni oleh masyarakat, dan memiliki potensi penyalahgunaan
narkoba paling besar. Meskipun demikian terdapat perkecualian untuk
provinsi tertentu yang ibukotanya lebih sepi dibanding kota lainnya,
maka yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah kota lainnya, seperti
Batam di Provinsi Kepulauan Riau. Begitu pula untuk ibukota provinsi
yang kotanya berhimpitan dengan wilayah kabupaten yang lain, maka
sebagian sampel bisa diambil dari lokasi yang berdekatan, seperti kota
Yogyakarta yang lokasinya berhimpitan dengan wilayah Kabupaten
Sleman dan Bantul, tetapi wilayah dua kabupaten tersebut tidak
terpisahkan dengan kota Yogyakarta.
Gordon, L.; Tinsley, L.; dan Godfrey, C., Parott, S. 2006. The economic
and social costs of Class A drug use in England and Wales
2003/2004. Home Office Online Report 16/06
Penanggulangan Peredaran
Narkoba di Kota Banda Aceh
Provinsi Aceh
PENANGGULANGAN
PEREDARAN NARKOBA
DI KOTA BANDA ACEH, PROVINSI ACEH
Oleh:
Fadjri Alihar; Aziz Suganda
1. Pendahuluan
3
Disampaikan oleh Kepala BNN Aceh dalam pertemuan dengan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi III DPR RI bersama
Kapolda Aceh, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Provinsi Aceh
Tahun
2015 2016 2017
1.830 gram ganja 1.917gram ganja 3.361 gram ganja
4 orang tersangka 11 orang 14 orang
3 gram sabu 112 gram sabu 140 gram sabu
11 orang tersangka 56 orang 64 orang
Sumber: Direktorat Narkoba Polda Aceh 2014-2016
2
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Aceh.
3
Wawancara dengan seorang peserta Rehab Rumah Damping BNNP Aceh
4
Wawancara mendalam dengan seorang pemakai narkoba yang sekarang menjadi warga binaan LAPAS Kelas IIA, Banda Aceh
5
Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Bidang Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Aceh.
6
Hasil wawancara dengan salah seorang informan mantan pemakai maupun pengedar narkoba.
7
Hasil wawancara dengan salah seorang informan mantan pemakai maupun pengedar narkoba.
8
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Lapas yang ada di Kota Banda Aceh tidak ada yang secara khusus
menampung atau membina para korban penyalahgunaan narkoba.
Demikian pula Lapas Kelas IIA Kota Banda Aceh yang menjadi objek
penelitian juga tidak secara khusus menampung korban narkoba. Dengan
demikian korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi warga binaan
di Lapas Kelas IIA tersebut bercampur dengan warga binaan lainnya
dengan kasus yang berbeda. Namun dari segi pembinaan ternyata tidak
membeda-bedakan antara warga binaan kasus narkoba dengan warga
binaan lainnya.
Lapas Kelas IIA Banda Aceh merupakan Lapas yang sangat baik
managementnya, mulai dari administrasi, waktu kunjungan sampai
kehidupan waarga binaan di dalamnya. Kehidupan warga binaan di
dalam Lapas benar-benar menuju ke pembentukan masyarakat normal
secara sosial. Setiap warga binaan selalu diberikan kemudahan untuk
mendapatkan remisi. Sayangnya, tidak semua Lapas di Banda Aceh
berada dalam kondisi demikian. Salah satu contoh Lapas Kahju masih
di Kota Banda Aceh sistem pembinaannya berbeda sama sekali dengan
Lapas Kelas IIA Banda Aceh. Oleh karena itu, pengangkatan Kepala LAPAS
menjadi kunci keberhasilan suatu Lapas. Kepala Lapas harus memiliki
integritas dan kreativitas, menjadi prasyarat bagi berfungsinya Lapas
sesuai agar sesuai yang diharapkan.
Dari segi fisik, pada Lapas Kelas IIA Banda Aceh merupakan
bangunan lama yang dibangun kembali (renovasi). Walaupun di dalam
Lapas tersebut terdapat pagar pembatas yang tinggi, namun tidak
membatasi interaksi para warga binaan dengan petugas Lapas. Hal ini
karena di dalam Lapas sarana peribadatan berupa masjid dan sarana
9
Wawancara dengan seorang mantan penerima layanan rehabilitasi
10
Terpidana mati kasus narkoba Fredy Budiman hingga akhir hayatnya terus mengendalikan peredaran
Narkoba dari dalam LAPAS Batu Nusamkambangan.
Lapas Kelas IIA Banda Aceh juga terlihat sangat asri karena di
dalamnya terdapat kolam-kolam ikan dan tanaman hias. Sementara itu
fasilitasnya terlihat sangat fenomenal adalah tempat pertemuan antara
warga binaan dengan para keluarga dibuat sedemikian rupa seolah
seseorang sedang berada dalam sebuah café. Tempat pertemuan tersebut
terdiri puluhan meja-meja yang diberi payung serta dicat dengan warna-
warna menarik. Di depan lokasi pertemuan terdapat sebuah panggung
yang di depannya terdapat kolam-kolam dengan tumbuhan yang tertata
rapi.
Lapas Kelas IIA Banda Aceh menerapkan sistem dan aturan yang
sangat keras, terutama bagi para warga binaan kasus narkoba. Para
penghuni Lapas tersebut tidak pernah dibeda-bedakan antara warga
binaan mantan pejabat dan warga binaan lainnya. Khusus untuk warga
binaan narkoba jangan pernah coba-coba menggunakan narkoba di dalam
Lapas. Salah seorang petugas Lapas Kelas IIA Banda Aceh mengatakan
tidak ada ampun bagi warga binaan narkoba yang ketahuan kembali
menggunakan narkoba. Mereka segera kembali diproses hukum dan
sangat diperlukan Salah seorang petugas Lapas Lambaro mengatakan
bahwa tidak ada ampun bagi warga binaan narkoba yang ketahuan kembali
menggunakan narkoba. Mereka kembali akan diproses secara hukum jika
bermain-main dan sangat diperlukan dalam menjaga tata-tertib, sehingga
para warga binaan (umum dan narkoba). sangat teratur dalam menjalani
kehidupan sehari-hari di dalam Lapas Lambaro 11. Tidak ada jaminan
Lapas Kelas IIA Banda Aceh bersih dari narkoba. Banyak sekali cara
yang dilakukan untuk menyeludupkan narkoba ke dalam Lapas, seperti
melemparkannya dari luar, memasukkannya dalam makanan, bahkan ada
yang memasukkan kedalam pakaian dalam perempuan 12.
11
Pada awal tahun 2018 memang pernah terjadi kerusuhan di LAPAS Lambaro ketika para narapidana narkoba
dipindahkan ke LAPAS karena melebihi kapasitas, namun sekarang tidak pernah terjadi lagi.
12
Hasil wawancara dengan Kepala LAPAS Kelas IIA Banda Aceh
Pelatihan dari BLK yang diikuti para warga binaan dapat berupa
perbengkelan, tukang listrik dan tukang las. Diharapkan setelah mereka
keluar dari Lapas sudah bisa mandiri dalam mencari pekerjaan. Salah
seorang warga binaan kasus narkoba mengatakan bahwa selama 7
tahun menjalani hukuman tidak pernah mendapat pelatihan. Narapidana
tersebut mengatakan bingung setelah keluar mau kerja apa dan
bagaimana untuk mendapat pekerjaan yang layak. Apa yang disampaikan
salah seorang warga binaan tersebut bisa saja benar, namun perlu
dipahami pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh BLK Disnaker Aceh
bisa saja tidak mampu menampung semua warga binaan. Selain itu jenis
pelatihan yang diberikan belum tentu sesuai dengan pasar kerja yang ada.
Pembinaan di Lapas tidak akan berarti jika para warga binaan setelah
selesai menjalani masa hukumannya mereka tidak memiliki pekerjaan.
Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah, khususnya Pemerintah
Kota Banda Aceh karena para warga binaan yang pernah terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba umumnya adalah warga masyarakat Kota
Banda Aceh. Dikhawatirkan jika mereka sampai menganggur setelah
dibebaskan, mereka akan kembali terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba, baik sebagai pemakai maupun pengedar 13.
13
Hasil wawancara dengan Kepala LAPAS Kelas IIA Banda Aceh
14
Menurut pengakuan salah seoranag warga Lapas
Setelah seluruh racun narkoba dan ganja yang ada dalam tubuh
mereka terbuang, pasien rehab diikutkan dalam program premiere
(program dasar). Dalam program dasar tersebut diusahakan pembentukan
perubahan perilaku dari pasien, misalnya kedisiplinan dan pemangkasan
perilaku yang buruk. Oleh karena itu peran konseling sangat diperlukan, dan
proporsinya mencapai 80 persen. Peran perawat tetap diperlukan, untuk
menjaga agar pasien tidak sakit. Hal itu karena setelah racun dikeluarkan
dari tubuhnya, biasanya mereka mengalami gangguan kesehatan.
15
Hasil wawancara dengan Kepala LAPAS Kelas IIA Banda Aceh
16
Pernyataan ini diperkuat oleh salah seorang Pembina di rumah damping yang dulunya juga seorang pemakai yang
sudah menjalani rehab lebih dari sekali.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara
Oleh:
Suprihadi; Agus Santoso
1. Pendahuluan
Istilah narkoba tidak asing lagi bagi masyarakat, karena sudah begitu
banyak media (elektronik dan cetak) yang memberitakan penyalahgunaan
dan dampaknya, serta memberitakan peredaran zat terlarang tersebut
di kalangan masyarakat (Sujono A.R, dan Bony Daniel, 2011). Menurut
Kepala BNN Provinsi Sumatera Utara, tingginya tingkat peredaran narkoba
di Sumatera Utara karena dipengaruhi oleh mudahnya akses jalur masuk
narkoba dari pantai timur Sumatera, yakni dari Aceh hingga perbatasan
Riau, serta daya beli masyarakat yang tinggi.
Menurut informasi, saat ini ada puluhan bahkan ratusan orang di Kota
Medan yang masih menjalankan bisnis narkoba. Sulitnya penanganan
narkoba di wilayah ini terjadi karena pemberantasan narkoba baru bisa
menangkap pengguna dan pengedar, bukan bandar besar narkoba.
Beberapa razia tangkap tangan yang dilakukan oleh Dit Narkotika Polda
“setiap bulan gaji saya habis terutama untuk narkoba, waktu itu tidak
berfikir panjang, yang penting bisa menikmati, dengan menikmati
sabu saya bisa berfikir tenang dan melupakan segalanya.”
1
Wawancara mendalam dengan seorang pemakai narkoba yang sekarang menjadi warga binaan LAPAS di Langkat Sumatera
Utara.
Hal itu juga diperkuat oleh hasil FGD dengan para warga binaan
di Lapas maupun para klien di Loka Rehabilitasi. Umumnya mereka
menyatakan bahwa faktor lingkungan pergaulan yang menyebabkan
mereka terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Mereka terjerumus
menggunakan narkoba karena dipengaruhi oleh temannya. Pada mulanya
mereka hanya sekedar ingin coba-coba, namun lama-kelamaan menjadi
ketagihan. Sebagian yang lain mengatakan bahwa faktor keluarga juga
menjadi penyebab mereka terjerumus menggunakan narkoba. Ada yang
merasa kecewa dengan keluarganya karena sering dibeda-bedakan
dengan anggota keluarga lainnya.
Peran keluarga juga sangat penting pada saat salah seorang korban
penyalahgunaan narkoba direhabilitasi di Rumah Rehabilitasi. Oleh karena
itu, setiap bulan keluarga para residen diwajibkan hadir untuk menerima
konseling. Salah satu materi konseling yaitu menyamakan persepsi antara
orang tua dan anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
Pada saat ini ada dua cara pembinaan yang dilakukan terhadap
penyalahguna dan pengedar narkoba, yaitu pembinaan di Lapas dan
pembinaan melalui proses rehabilitasi di rumah rehabilitasi. Uraian berikut
menjelaskan cara pembinaan di dua tempat tersebut dan efektivitasnya.
2
Wawancara dengan Petugas Lapas Narkotika di Langkat, Sumatera Utara.
Hal lain yang paling penting yaitu mereka dimotivasi untuk selalu
melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing. Tidak hanya
ibadah, mereka juga diberikan pembekalan ilmu agama. Bagi yang
beragama Islam, diselenggarakan pengajian dan mendengarkan tausyiah
secara berkala dari ustadz yang cukup berpengalaman, agar jiwa dan
kepribadiannya dapat dipulihkan. Program-program pembinaan seperti
ini sangat bermanfaat bagi residen, agar setelah keluar dari tempat
rehabilitasi mereka bisa menjadi lebih baik dan diterima oleh anggota
masyarakat lainnya.
Para residen diberikan pembagian obat yang diatur oleh staf medis
di Loka Rehabilitasi, dan tidak ada obat yang dibeli di apotik atau toko
obat tanpa seijin staf medis. Selain itu juga tidak ada obat-obatan yang
dipegang oleh residen tanpa seijin staf medis. Selanjutnya test urine
juga diadakan sewaktu-waktu apabila dianggap perlu. Residen tidak bisa
menuntut staf atau lembaga rehabilitasi, apabila ternyata hasil test urine
dinyatakan positif.
Secara garis besar ada tiga hal yang dilakukan oleh BNNP Sumatera
Utara penanggulangan narkoba. Pertama, kegiatan yang bersifat
preemtif, yaitu upaya pencegahan yang dilakukan secara dini dengan
Sujono, AR. dan Bony Daniel, 2009. Komentar dan Pembahasan Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta, Sinar Grafika
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DI KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU
Oleh:
Dundin Zaenuddin; Azzam Manan
1. Pendahuluan
Dari fakta pengalaman para peserta FGD residen rehab dan warga
binaan lapas, ketepurukan mereka ke dalam dunia narkoba sungguh
dalam. Satu-dua saja di antara mereka yang kebetulan tidak tergoda
menjadi penyalahguna, rontok juga pertahanan sehingga menjadi
pengedar. Sebabnya karena semua dampak positif dan bayang-bayang
kenikmatan indrawi yang dijanjikan memang terbukti. Ketagihan lah
yang kemudian membuat mereka menjadi tergantung dengan selalu
melipatgandakan kadar konsumsinya sehingga pada akhirnya membuat
kehidupan dan masa depan hancur.
4.2. Pemberantasan
Screening juga dilakukan secara intensif dari mulai ujung kaki sampai
ujung rambut. Hal itu dilakukan untuk mengetahui secara komprehensif
mengenai dampak pemakaian narkoba terhadap tubuh si penyalahguna.
Jika ada gejala penyakit, maka dilakukan penyembuhan. Anggaran terapi
pemutusan obat adiktif dan penyembuhan ini memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, untuk tidak membebani keuangan lembaga,
rencananya pada tahun depan disyarakat bahwa calon residen di Loka
Rehab ini harus merupakan anggota peserta BPJS.
1
Wawancara dengan salah satu petugas Loka Rehab pada tanggal 7 September 2018.
Setelah selesai program rehab, ada yang disebut dengan re-entry, yaitu
suatu program yang disebut dengan pasca rehab. Program ini difasilitasi
oleh sebuah panel yang terdiri atas tim dari BNNP dan Loka Rehab3 yang
secara sinergis menentukan resident mana yang bisa mengikuti program
ini. Untuk kasus di Batam, progam pasca rehab ini dalam bentuk vocational
seperti pelatihan mengelas baik tahap awal maupun lanjutan.
2
“in kracht van gewijsde” (kracht = kekuatan, gewijsde = keputusan final), memiliki arti kata “suatu perkara yang telah
berkekuatan hukum tetap karena telah diputus oleh hakim dan tidak ada lagi upaya banding.
3
BNNP dan Loka Rehab secara struktural merupakan lembaga yang terpisah, tetapi kedua lembaga ini masih bagian dari
BNN tetapi berbeda kedeputian
Kekurangan SDM ini tidak hanya dialami oleh Loka Rehab, tetapi juga oleh
BNNP. Seperti dikatakan oleh kepala P2M BNNP, di instansinya masih terdapat
kekurangan SDM dari yang seharusnya terpenuhi. Pada saat ini BNNP hanya
memiliki SDM sebanyak 37 orang dari STOK sebanyak 211 orang.
4
Haluan Kepri com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2018.
“Saat ini narkoba merupakan kejahatan yang luar biasa dan musuh
kita semua maka untuk menangganinya juga harus bersama-sama
agar bisa maksimal, untuk kedepannya BNNK Batam akan terus
menerus untuk mencegah dari penyalahgunaan narkoba. Selain
itu juga akan memberikan penyuluhan untuk pengedar narkoba
maupun para penyalahgunanya,” tambahnya. Dalam kegiatan
Workshop itu Panitia Pelaksana mengangkat tema “Generasi
Emas, Generasi Sehat dan Bermartabat Tanpa Narkoba”.
Sinergi dengan pemkot ini dapat dilihat dari kegiatan yang dihadiri
delapan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tingkat Kota Batam, yaitu:
Dinas Tenaga Kerja Kota, Dinas Perhubungan, Dinas Pemuda dan
Olahraga, Dinas Kebudayaan dan Parawisata, Dinas Pemadam Kebakaran,
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penduduk dan KB, Dinas Satpol PP dan Badan Perencanaan Penelitian
dan Pengembangan Kota Batam.
5
Haluan Kepri com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2018.
6
Haluan Kepri com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2018.
Loka Rehab ini penting sebagai bagian dari program P4GN karena
tempat rehabilitasi ini tempatnya memang di Loka Rehab, bukan LAPAS,
kecuali LAPAS sudah bisa mendeklarasikan bahwa dirinya bersih dari
peredaran narkoba7. Sementara itu, walaupun P4GN di LAPAS sudah tidak
dilakukan oleh BNN tetapi pihak lapas tetap melanjutkan program-program
serupa. Hal ini karena Lapas memang tetap menjadi sasaran untuk bisnis
narkoba ini. Penyelundupan dilakukan ke makanan atau bahkan melalui
anus. Di Lapas Balerang Batam ini, jumlah pelaku kriminal terkait dengan
SebagaikelanjutandariprogramP4GNadalahpeningkatankesejahteraan
di kalangan pegawai LAPAS melalui pembentukan koperasi yang dianggarkan
sebanyak Rp 100 juta per bulan untuk kepentingan anggotanya, yaitu petugas
LAPAS. Adapun kegiatan lain meliputi kegiatan kerja membuat tempe, roti, las
dan cuci mobil dengan hidraulik. Meskipun demikian, pendekatan keamanan
dalam bentuk penggelahan tetap dilakukan.9
7
Lihat kasus Budiman yang bisa membuat pabrik narkoba di LAPAS dan kasus-kasus lain.
8
Wawancara dengan petugas lapas, 13 September 2018
9
Wawancara dengan kepala LAPAS, 13 September 2018
Narkoba adalah sisi gelap kehidupan bagi siapa saja yang pernah
bersentuhan dengannya secara ilegal, baik dalam penyalahgunaan maupun
peredarannya. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di wilayah
Kota/Pulau Batam dapat dianggap berada pada taraf yang cukup kritis.
Pengungkapan ke publik tentang kasus-kasus penangkapan terhadap
tersangka pelalu penyalahguna dan pengedar dengan temuan barang bukti
dalam jumlah yang fantastis, terkadang dengan berat mencapai hitungan
ton untuk jenis ekstasi dan hitungan kilo untuk jenis sabu.
Sumber Informasi:
• FGD di Loka Rehab Kepulauan Riau Batam, 7 September 2018
• Wawancara Mendalam dengan Kepala BNNP Kepulauan Riau
• Wawancara Mendalam dengan Kepala Loka Rehab Kepulauan Riau
• Wawancara Mendalam dengan Kepala P2M BNNP Kepulauan Riau
• Wawancara Mendalam dengan Residen Loka Rehab Kepulauan Riau
• FGD di Lapas Barelang Kota Batam, 13 September 2018
• Wawancara Mendalam dengan Kepala Lapas Barelang Batam, 13
September 2018
• Wawancara Mendalam dengan Petugas Lapas Barelang Batam, 13
September 2018
• Wawancara Mendalam dengan Warga Binaan Lapas Barelang, 13
September 2018
----------------------------------------------------------------------
• Haluan Kepri com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2018.
• https://www.okezone.com/tag/narkoba-batam
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Palembang
Provinsi Sumatera Selatan
Oleh:
Ary Wahyono; Radot Manalu
1. Pendahuluan
Tabel 5.1. Jenis dan Jumlah Barang Bukti Narkoba di Kota Palembang
Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba
di DKI Jakarta
Oleh:
Dwi Purwoko; Lamijo
1. Pendahuluan
1
https://www.liputan6.com/news/read/3570000/bnn-pemakai-narkoba-di-indonesia-capai-35-juta-orang-pada-2017.
2
Interview dengan Kepala BNNP DKI Jakarta, Brigjend Johny Latupeirissa, 24 April 2018.
3
https://www.liputan6.com/news/read/3286207/bnnp-dki-pengguna-narkoba-di-jakarta-600-ribu-orang.
4
Interview dengan Kepala BNNP DKI Jakarta, Brigjen Johny Latupeirissa, 24 April 2018.
JAKARTA UTARA
- Penjaringan (Sabu)
JAKARTA BARAT - Tanjung Priok
- Cengkareng (Sabu) (Sabu)
- Kembangan
- Kebon Pisang
- Grogol
- Kalideres (Sabu) - Ancol (Sabu)
- Palmerah (Sabu & Inex) - Koja
- Taman Anggrek (Sabu)
- Tambora JAKARTA PUSAT
- Kebon Jeruk (Hanoman - Mangga Dua (Sabu, Inex,
& Linting) Happy Water, dan Hago
- Jelambar (Sabu)
Halimah)
- Glodok (Inex, Kokain,
happy water) - Kemayoran (Sabu)
- Rawasari (Sabu)
- Kwitang (Sabu)
- Johar Baru (Sabu)
- Sawah Besar (Sabu)
- Gambir (Sabu)
JAKARTA SELATAN
- Mampang JAKARTA TIMUR
- Antasari (Dom, Sabu, H5, - Matraman
Ekstasi, dan Kokain) - Cipinang (Sabu & Ganja)
- Kby. Lama (Sabu & Ganja) - Batu Ampar (Benzo & PCC)
- Kemang - Tanjung Lengkong
- Mangga Besar (Ekstasi) - Pulo Gadung (Ganja)
- Kamung Melayu (Ganja) - Jatinegara (Sabu)
- Pasangrahan (Sabu) - Cililitan (Sabu)
- Tebet (Sabu&Ekstasi) - Duren Sawit (Sabu)
- Gandaria Utara - Rawamangun (Sabu)
- Pasar Minggu
- Grogol Utara (Sabu)
1
8
3
2
7
5
6 4
5
4 2
1 3
1. Penjaringan (1)
2. Tanjung Priok (4)
3. Kebon Pisang (3)
4. Ancol (3)
5. Koja
Sumber: BNNP DKI Jakarta, 2018
Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara
16% 19%
23%
27%
Dari sisi jenis narkoba yang beredar di DKI Jakarta, grafik 6.8 di bawah
ini menjelaskan secara detail. Sabu menjadi jenis narkoba yang paling
banyak beredar di DKI Jakarta. Dari grafik tersebut bisa dijelaskan bahwa
terdapat sebanyak 26 bandara sabu dan 17 pengguna di Jakarta, diikuti
oleh jenis narkoba yang belum ketahui jenisnya sebanyak 17 bandar dan
8 orang pengguna. Selanjutnya narkoba jenis inex menempati peringkat
ketiga dengan jumlah bandara sebanyak orang dan pemakai sebanyak 5
orang, diikuti oleh jenis kokain (3 orang pengguna), ganja (3 bandar dan 1
pengguna), serta jenis benzodiasepin (1 bandar).
20 17 17
15
10 7 8
5
5 3 3
1 0 1 0
0
Sabu Ganja Inex Benzodiazepin Kokain Tidak Diketahui
Pemakai Narkoba Bandar Narkoba
“Awalnya dulu saya tidak tahu yang namanya narkoba, kelas satu
SMA itu Cuma nongkrong-nongkrong bareng dengan teman, akhirnya
5
Interview dengan seorang pengguna dan pengedar narkoba, Mas X, di LP Narkotika Cipinang, 27 September 2018
6
Interview dengan Kepala BNNP DKI Jakarta Brigjen Johny Latupeirissa, 24 April 2018.
“Saya SMP mengenal jenis ganja, tahun 2002, tapi karena saya
nggak cocok, sampai 2008 itu mungkin hanya makai 5 kali. Nah
mulai 2008 ini saya mulai kenal sabu. Jadi history saya kena sabu
ini beda. Lingkungan tempat tinggal saya itu memang sabu, etapi
dari 2002 – 2008 itu saya sama sekali tidak tertarik. Saya tinggal
di situ bersama mereka. Mereka makai tetapi saya hanya ngeliatin.
Entah kenapa sama sekali tidak tertarik. Lalu ada yang ngajakin.
Tahun 2008 itu saya pisah dengan istri saya dan eman satu kantor
saya itu ngajak ke suatu tempat lalu disuguhin dan langsung saya
isap saja. Itu awal saya pakai narkoba. Satu dua tiga belum ada
efek di saya. Setelah sekian kali baru saya dapat feel nya makai
sabu. Nah dari user tahun 2008 itu cepat sekali saya addictnya…”.
7
Wawancara dengan Kepala BNNP -DKI
Selain itu ada jenis obat terlarang yang lain yaitu Narkotioka. Narkotika
berasal dari bahasa Inggris “narcotics” yang artinya obat bius. Narkotika
adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum
(Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik
murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan
saraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila
bagian tubuh kita disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya yaitu: Opium atau
Opioid atau Opiat atau Candu, Codein atau Kodein, Methadone (MTD), LSD
atau Lysergic Acid atau Acid atau Trips atau Tabs, PC, mescalin, barbiturat,
Demerol atau Petidin atau Pethidina, Dektropropoksiven dan Hashish
(berbentuk tepung dan warnanya hitam). Ia dinikmati dengan cara diisap
atau dimakan. Narkotika jenis yang kedua ini agak tidak berbahaya hanya
karena jarang membawa kematian)
“Kalau sakaw sih tidak, sakaw itu jaman putaw yang sampai mengiris-
iris tangan. Sabu ini lebih ke dampak emosi. Emosi itu tidak akan bisa
dikendalikan. Emosi sering berantem dan kelahi sama orang tua duk
der duk der duk der, akhirnya dikasih uang dan setelah makai sadar,
kok saya kayak gini. Sampai pernah tersirat bunuh diri pernah. Secara
fisik sudah banya, nih bekas silet-silet di tangan. Dampak fisiknya
jauh beda, jadi kurus kering. Saat saya masih makai berat saya 45
kg, sekarang saya 65 kg, beda 20 kg. Dampak psikis sih, halusinasi,
tapi bergantung orangnya juga karena masing-masing orang setelah
menggunakan punya efek yang berbeda, mungkin gak tahan dengan
permasalahan yang dihadapi, akhirnya kejiwaan mereka terganggu.
Kalau sudah terkena halusinasi, Rumah Sakit Jiwa, gila. Banyak
kasus. Kalo di tempat saya, di Lombok, rumah sakit jiwa di bangun
di deket panti rehabilitasi. Mereka jika sudah tidak bisa ditangani
di rehabilitasi ini ya udah ditempatkan di rumah sakit jiwa, begitu
caranya langsung ke sana…”.
“Pada awalnya kan saya tidak suka dengan bau ganja. Ketika saya
putuskan untuk coba, saya dapat klik gitu, kok tenang, dan meningkatkan
rasa lapar saya, trus kita juga lebih ceria gitu, tertawa, ada eforia gitu. Dan
saya suka baca buku jadi baca buku lebih tenang, karena saya juga tak
suka keramaian. Jadi ya dapat ketenangan ketika saya mengkonsumsi
“Wah kacau. Ya seperti saya bilang tadi, saya itu dulu kerja di PDAM.
Itu saja ibaratnya gaji pokok saja sudah gede, belum lagi uang masuk
lainnya. Itu pokoknya yang namanya utang, disatu sisi saya tiap
hari juga harus makai lagi, otomatis ya tak tertolong lah. Motor itu
bolak-balik saya gadaikan. Orang tua saya sudah nebus motor itu
berpuluh kali,…dan pada akhirnya terjual saya. Pertama kan gadai
gopek, sejuta, sejuta lima ratus, sampai mana kesanggupan motor ini
kan nilai gadainya. Dan orang tua saya berapa kali sudah beli motor
itu….saya tipe pengguna dosis tinggi, saya beli sendiri dan saya pakai
ramai-ramai dengan teman saya yang bayar. Dosis saya tidak bisa
sehari, jika pagi saya pakai dan siang terasa gak enak saya akan
beli lagi. Kalo tiga orang itu minimal seperampat gram dan seharga
Rp 300.000. itu buat dua orang tiga orang lumayan lah. Itu beli dari
Bandar, dan dulu saya juga pernah jadi bandar…”.
“Dari keluarga sangat jelas. Saya dari orang tua dulu enak karena
ayah ibu kerja dua-duanya. Jadi ekonomi masih bisa di atasi. Jadi
minta duit segini walaupun diomeli tapi dikasih. Tapi setelah ayah
meninggal, kan ibu saja yang cari uang, jadi secara ekonomi jadi
lebih susah. Rumah udah kejual dan kita pindah ke rumah kecil, itu
gara-gara saya sendiri. Sampai segitunya. Orang tua itu tidak pernah
bilang itu bilang ini, tapi kan kita minjem-minjem di orang lain, jadi
siapa yang akan ditanyain jika saya tidak bisa bayar, berarti orang tua.
Pastilah semua yang tanggulangi orang tua. Sampai jugalrumah utuk
jual utang saya sendiri. Ibu gak akan tanggung jawab juga gak bisa,
orang tua kan gimana sampai anaknya pernah beberapa kali mau
dilaporkan polisi.”8
8
Interview dengan Mas K, Rumah Damping BNNP DKI, 22 Sepetember 2018.
9
Interview dengan Petugas Pembinaan Lapas Narkotika Cipinang, 27 September 2018.
Dilihat dari jenis kelamin, sebanyak 507 orang (81%) berjenis kelamin
laki-laki dan sebanyak 116 orang (19%) berjenis kelamin perempuan.
Selanjutnya, dari sisi pasien rehabilitasi, atau sering juga disebut residen,
hampir semunya merupakan pasien sukarela. Artinya mereka benar-
benar sadar untuk menjalani rehabilitasi tanpa ada paksaan. Hal ini
disebabkan rehabilitasi yang dilakukan oleh BNNP DKI Jakarta bersifat
“di sini kita tidak menerima yang sedang sakaw, harus sudah pernah
menjalani rehabilitasi dan siap untuk berubah”. jelas Program
Manager Rumah Damping, dalam FGD yang dilaksanakan pada
tanggal 22 September 2018,
Tidak kalah penting adalah peran keluarga. Unit terkecil dalam ranah
sosial adalah keluarga. Keluarga tidak lagi bisa dianggap sebagai benteng
terakhir, tetapi menjadi garda terdepan dalam mengatasi penyalahgunaan
narkoba. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang
narkoba, agar dapat memberikan pengetahuan dan pembekalan pada
anak tentang dampak yang amat buruk narkoba dan bagaimana cara
menghindarinya.
Selain itu, orang tua juga tidak memberi kepercayaan diri yang
berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang sempurna dan tidak punya
masalah; ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat mendeteksi dini jika
ada perubahan yang tidak lazim pada anaknya. Sewaktu-waktu orang tua
pun harus peka terhadap perubahan perilaku anaknya. Orang tua sebaiknya
Sumber Informasi:
• Wawancara dengan Kepala BNNP DKI Jakarta, Brigjen Johny
Latupeirissa, 24 April 2018.
• Wawancara dengan Mas X, di LP Narkotika Cipinang, 27 September 2018
• Wawancara dengan pengelola rumah damping, 26 September 2018
• Wawancara dengan beberapa anggota lapas dan pengguna yang
telah insaf.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Bandung
Provinsi Jawa Barat
Oleh:
Dewi Harfina; Siti Nurlela Marliani; Zainal Fatoni
1. Pendahuluan
Gambar 7.1. Jumlah Tindak Pidana dan Jumlah Penanganan Tindak Pidana
Kasus Narkoba di Kota Bandung 2013-2017
1
http://jabar.tribunnews.com/2018/07/28/penyalahgunaan-narkotika-di-bandung-meningkat-bnn-dan-pemkot-bandung-
nyatakan-perang
“Kalo data lebih banyak laki-laki… karena laki-laki lebih apa ya,
jiwanya senang lebih mencoba… Perempuan mungkin kalau dari latar
belakangnya sendiri mungkin kita dari broken homenya kayaknya
dijadikan pelarian. Ini kalo yang datang kesini ya kita bicarakannya,
sudah kita terima rata-rata broken home. Jadi dijadikan alat pelarian…
“Masa’ pak saya lebih tenang pak pake obat-obatan ini…” yang sudah
datang ke kami seperti itu”
2
https://regional.kompas.com/read/2018/06/11/15334571/polisi-bekuk-4-pengguna-narkoba-salah-satunya-oknum-pns-
kota-bandung
“....ternyata teman teman saya tahu bahwa saya punya channel... jadi
suka pada beli sama saya bu....udah gitu ya… keenakan... keenakan..
.trus dia ngemodalin lah..beli... setelah lima atau enam bulan kerja...
pas enak enaknya.....ketangkep sama Polda Jabar....divonis 1 tahun...”
“....Iya...orang tua abis banyak.... jadi narkoba itu... kalo dulu kita
punya segalanya... sekarang habis....cuman tersisa satu bu......
CINTA....hehe....cinta kasih sayang...dari orang yang benar benar
sayang sama kita....itu nomor satu...”
J : kalo secara fisik mah engga cuman ke itu tadi ke psikologi saya
T : lebih parah ke dampak psikologinya ya ?
J : iya, yang saya tanya-tanya juga yang seperti itu kadang baca di
google emang gitu, cuman bayang-bayang masa lalu masih ada
wae gitu
T : engga bisa lepas ya rasanya dari itu semua ?
J : eumm udah parno duluan, kumaha apalagi saya udah punya anak
2 istri aduhh……ya gimana ya harus yakin diri saya gapapa saya
sehat kan kalo saya sehat kan insyaallah kita kan pikiranya sehat.
…..saya juga suka gitu meyakinkan diri bahwa saya yakin karna
udah orang pada tau kumaha namanya orang nya kan
T : itu butuh proses
J : ya gimana ya harus kuat mental kalo engga itu drop lagi drop lagi
lebih seneng kesepian nyendiri
“....Pas Tahun 2008, temen makin banyak dan saya punya pemikiran...
terus maen ke rumah temen...eh...ini...ada...pengganti...Subutex...
ada yang bilang Substitusi ada di daerah Duren Sawit....terus kita
ke dokter dan diberi resep Subutex oleh dokter...tapi saat itu kita
tidak mengakses...Sampai Tahun 2009 saya pake subuxon...sampai
2010... pemerintah mengadakan substitusi subuxon...”
3
https://regional.kompas.com/read/2018/06/25/19332751/tangkap-3-pengedar-narkoba-polisi-amankan-sabu-senilai-rp-21-
miliar
Selain dari narasumber di BNN Kota Bandung, juga diperoleh data dari
narasumber di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Banceuy Bandung.
“….. kayanya kalo saya udah masuk rutan nambah jago deh bisa jadi
pengedar ….. iya atuh bu banyak jadi di sana tuh di dalem kita jadi
makin tambah pinter orang ga tau sela jadinya tahu… gimana jadinya
tambah pintar. …… makin banyak linknya… makin pintar jaringannya
makin luas tau celah gitu ….. ada ya gitu ya kalo pesen sama orang
luar ya bisa ………….. lewat kontak hp ngasih tau dia di mana suka kirim
transfer kalo udah masuk diarahin di mana- dimananya.
“Kalo tes urine kita dengan SD SMP SMA ini kita masih
memformulasikan bu bingung juga sebenarnya kan, karna sistemnya
kan kita masih formulasi, sempet kita mau melaksanakan tes urine
untuk beberapa orang yang di di duga menggunakan narkoba, tapikan
tidak pasti juga kalo dia anak sekolah, takutnya jadi bahan bullyan,
Oh..anak SMA pake narkoba. Nah ini gak bagus juga, ada images
karna sekolah juga tinggi sekali tingkat bullying nya. Kita takutkan itu,
makanya kita lagi memformulasikan bagaimana komposisi yang enak,
ketika keterkaitan dengan..usia pendidikannya. Tapi kalo mahasiswa..
kita sudah ada beberapa kampus yang memang rutin seperti uninis
ini sudah rutin dengan kami untuk melaksanakan tes urine.”
3.1. Diseminasi
Salah satu sasaran kegiatan yang dilakukan oleh BNNP dan BNN
Kota Bandung adalah meningkatkan penyebarluasan informasi program
P4GN. Bentuk kegiatan yang paling banyak dilakukan yaitu diseminasi
atau sosialiasi yang diselenggarakan oleh BNNP dan BNN Kota
Bandung serta instansi lainnya seperti sekolah, instansi pemerintah dan
masyarakat. Pada umumnya kegiatan diseminasi yang diselenggarakan
oleh BNN Kota Bandung lebih banyak menyasar kalangan pejalar
tingkat SD dan SMP khususnya anggaran yang bersumber dari BNN
3.2. Advokasi
Upaya lainnya yang dilakukan oleh BNN Kota Bandung yaitu berupaya
untuk mengurangi stigma yang dilakukan melalui rebrand imaging, seperti
kendaraan (mobil) yang dipakai menggunakan tagline “Sahabat Lawan
Narkoba”. Kegiatan tersebut masuk melalui komunitas-komunitas motor
seperti XTC dan Brigez. Kegiatan dilakukan bekerjasama dengan orang
“…kenapa ?…. karena petugas kita tidak dilatih untuk itu… kita tidak
memiliki ilmu untuk itu….. kita tidak memiliki saspras untuk itu ……
kemudian… kalo tidak salah butuh obat juga ……. saya juga kurang
paham …… jadi kita memang tidak siap untuk itu”
Hal lain, yang tidak dapat dipungkiri dan sangat dibutuhkan dari
proses rehabilitasi adalah dukungan dari orang-orang terdekat seperti
keluarga dan orang tua, untuk menguatkan hati pecandu agar dapat
melangkah menjadi lebih baik. Selain itu, lingkungan yang kondusif saling
memperhatikan dan mendukung menjadi motivasi yang paling besar. Niat
yang kuat akan memantapkan langkah-langkah pada tahapan berikutnya.
Akan tetapi, tidak jarang mereka akan kembali menjadi pengguna apabila
lingkungan sekitarnya kurang kondusif , serta kurang mendapat perhatian
dari keluarga, sebagaimana dikemukakan oleh seorang petugas rehab:
“…. Jujur saya awalnya cuma mau beli untuk pake sendiri… tapi lama-
lama ditawarin bawa aja dulu… dan lama-lama beli yang agak banyak
terus dikit-dikit dijual juga ama teman-teman… “
“…. Mereka semua disini seperti keluarga bagi kita….. jadi mereka
butuh support karena mereka tidak semua punya keluarga yang bisa
mendukung mereka… “
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Bandung. 2017. Kota Bandung Dalam Angka 2017. Bandung:
BPS Kota Bandung.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Yogyakarta
Provinsi D.I Yogyakarta
Oleh:
Masyhuri Imron; Sudiyono; Novita Sari
1. Pendahuluan
Tabel 8.3 Jumlah Tersangka di DIY Berdasarkan Perannya Tahun 2013 – 2018
Dilihat dari jumlah tersangka pada tahun 2018 yang hanya mencapai
19 orang (baik sebagai pengedar maupun penyalahguna), maka angkanya
masih terlalu kecil, yaitu kurang dari 1% yang menjadi tersangka. Angka
tersebut mengindikasikan bahwa tidak setiap pengguna terjaring menjadi
tersangka yang dijerat dengan hukuman kurungan atau menjalani
rehabilitasi baik di lapas maupun di panti rehabilitasi.
Melihat tempat-tempat kos yang banyak dihuni oleh para pelajar dan
mahasiswa di Yogyakarta, kecenderungannya saat ini adalah pada tipe
yang kedua, yaitu berupa rumah kos yang terpisah dari pemiliknya. Hal
itu disebabkan tempat kos sudah dijadikan lahan bisnis, sehingga banyak
orang yang membangun rumah khusus disediakan sebagai tempat
kos. Memang di tempat kos ada petugas yang menunggu, tetapi hanya
mengurusi kebersihan tempat kos, dan tidak peduli terhadap perilaku
penghuninya. Inilah yang menyebabkan tempat-tempat kos menjadi
tempat yang rawan penyalahgunaan narkoba.
Selain didorong oleh rasa ingin tahu tentang rasa narkoba, sebagai
anak muda mereka juga terbawa oleh bujukan teman-temannya.
Umumnya mereka tidak bisa menolak tawaran temannya, karena mereka
takut dibilang “cemen”, dan itu berarti martabatnya merasa direndahkan.
Oleh karena itu mereka juga menyikapi dengan menunjukkan bahwa “saya
juga bisa melakukannya”. Bujukan dari teman itu merupakan hal yang
biasa terjadi, karena seorang pengguna akan selalu mengajak orang lain
untuk memakai narkoba, supaya memakainya bisa ramai-ramai. Semakin
banyak teman yang memakai secara bersama-sama, hal itu dianggap
semakin seru sehingga pemakaian dirasakan semakin nikmat.
1
Menurut pengakuannya, oleh karena rasa tidak enak dengan saudaranya maka narasumber tersebut memutuskan untuk
pindah ke Batam untuk mencari kerja, sekaligus ingin keluar dari lingkungan pengguna.Namun di Batam ternyata lebih
parah lagi, karena pada malam pertama kali di Batam sudah diajak ke suatu kafe oleh temannya, yang didalamnya banyak
orang mengkonsumsi narkoba. Melihat kondisi tersebut akhirnya diputuskan untuk kembali ke Yogya.Oleh karena bertemu
dengan teman lama yang menggunakan narkoba maka penggunaan narkoba terus berlanjut, sebelum akhirnya ketangkap
oleh petugas dan masuk lapas narkoba. Menurut pengakuannya, sudah lebih dari tiga kali keluar masuk lapas karena
narkoba,.
Hal yang perlu dikaji lebih lanjut adalah berkaitan dengan penguasaan
HP yang bisa dilakukan oleh pengedar di dalam lapas. Hal ini menarik
karena secara normatif seorang penghuni lapas dilarang untuk membawa
HP. Begitu pula pengunjung yang akan menjenguk penghuni lapas. Selain
itu, razia ke penghuni Lapas juga sering dilakukan, bahkan bisa tiga kali
dalam seminggu. Menurut pengakuan dari seorang penghuni lapas, HP
bisa diperoleh dari selundupan dari luar Lapas, antara lain dengan cara
dilemparkan dari balik tembok. HP yang diperoleh tersebut kemudian
disimpan agar tidak dapat diketahui petugas, antara lain dengan cara
digantung ke dalam sumur dengan menggunakan tali. Selain itu, menurut
pengakuannya, HP juga dapat diperoleh dengan cara meminjam kepada
oknum petugas Lapas.
Medan Solo
Shabu, Ganja
Aceh Jakarta Klaten
Magelang/
D.I.Y Semarang
Shabu, Ganja, Inex
Tempat kost
Diskotek
Hotel Malaysia
Cafe
Tempat lainnya
2
https://prezi.com/_mcv5nwebdya/peran-pemerintah-dalam-upaya-pencegahan-narkoba/
3
http://hendrirembang.blogspot.com/2011/10/upaya-penanggulangan-narkoba.html
5
Ketua satgas hanya satu tahun. Tapi jadi pengurus bisa 3 tahun. Sesudah itu bisa jadi Aanggota biasa dan jadi Dewan
penasehat Organisasi.
Ada dua jenis rehab untuk menangani pecandu narkoba, yaitu rehab
medis dan rehab sosial. Rehab medis dilakukan untuk membersihkan
racun-racun dari dalam tubuh pengguna, melalui detoksifikasi medis.
Rehab medis ini dilakukan jika pengguna mengalami ketergantungan,
membutuhkan obat pengganti atau pemberhentian secara bertahap
(substitusi), atau pengguna memiliki dual diagnosis, yaitu selain mengalami
ketergantungan juga memiliki masalah psikhis, seperti mengalami
halusinasi, mengalami depresi, stress dan sebagainya.6 Semua itu bisa
diketahui dari hasil assessment yang dilakukan oleh Tim Assesment
Terpadu (TAT), yang terdiri dari Psikiater, Psikolog, Polisi dan Jaksa. Hasil
TAT itulah yang menentukan apakah seorang pengguna harus menjalani
rehabilitasi medis, atau cukup hanya menjalani rehabilitasi sosial. Selain
itu dengan assessment maka akan dapat diketahui tingkat adiksi,
sehingga bisa ditentukan berapa lama seorang pengguna harus menjalani
rehabilitasi.
Permasalahan yang muncul dalam TAT yaitu kadang ada TAT tidak
6
Menurut informasi dari Direktur RS Ghracia Dual diagnosis itu umumnya terjadi pada pengguna psikotropika, yang baru
mengalami peningkatan mulai 2016
Salah satu Yayasan yang memiliki panti rehab yaitu Yasayan Galilea,
yang memiliki panti rehabilitasi Galilea di Gunung Kidul. Agar peserta
rehab dapat pulih dan produktif, pihak panti rehab Galilea membentuk
Usaha Kecil Mikro (UKM) yaitu berupa pet Shop di Jalan Parangtritis
Bantul, yang pengelolaannya dijalankan oleh para klien yang sudah
selesai menjalani rehab. Mereka yang masih menjalani rehab juga diminta
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, walaupun masih dalam kontrol
pihak panti rehabilitasi Galilea.
7
Informasi dari salah seorang petugas rehab di Lapas Narkotika, pada awal-awal diadakan program rehab tidak ada
penghuni Lapas yang mau ikut, karena konselornya dari BNN, dan para penghuni belum mengenal tentang manfaat rehab.
Baru pada tahap selanjutnya yang mendaftar melebihi alokasi yang disediakan, sehingga tidak semua yang mendaftar
bisa diikutkan
DAFTAR PUSTAKA
Website :
https://prezi.com/_mcv5nwebdya/peran-pemerintah-dalam-upaya-
pencegahan-narkoba/
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Surabaya
Provinsi Jawa Timur
Oleh:
Jane K. Propiona; Bayu Setiawan; Erma Antasari
1. Pendahuluan
1
Crime Prevention and Drug Use in Urban Environment. http://www.crime-preventionintl.org/fileadmin/user_upload/
Publications/International_Report/CIPC_5th-IR_EN_Chapter-5.pdf
2
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/01/06/p23gm8384-bnn-jatim-lumpuhkan-gembong-narkoba-di-
surabaya 15/10/18
3
https://www.merdeka.com/peristiwa/peredaran-biskuit-narkoba-di-surabaya-terbongkar-begini-modus-tersangka.html
25/10/18
4
https://www.inews.id/daerah/jatim/202557/peredaran-narkoba-di-surabaya-masih-tinggi-1-semester-365-kasus 15/8/18
“Saya mulai kena narkoba tahun 2012, tapi saya jujur saja menyesal
bahkan tidak pernah makan manisnya bahkan hancur…habis…ludes
semua…tanah (dijual). Tapi ini mungkin dihukum sama Allah, saya
akan berhenti, baru pertama kali, pertama (memakai) sabu ...putaw
ngga pernah, di daerah Madura...saya pernah liat paman saya (pakai
narkoba). Cuma lihat saja nggak tahu saya…di daerah Sumenep
pantai. Jadi meskipun make di luar ngga apa-apa nggak tahu orang
pak…orang kampong orang tani, jadi saya (dan) paman saya hisap
rokok apa itu rokok arab…(Kata paman saya): kamu jangan (pakai)
rokok ini, rokok lain saja…setelah tahu pak misuh-misuh saya…yang
ngasih pertama temen, jadi saya kan oleh raga jadi pengin fit…kena di
Jawa. Saya uang habis, harta habis. Mau ngirim ke jawa kejebak ngga
makan manisnya pak…utang banyak harta ludes…waktu make harta
sendiri…utang banyak…sapi-sapi saya gadaikan...orang tua nggak
tahu..isteri aja nggak tahu kalau saya make. Istri mau belanja (saya)
baru make di dapur…(kemudian) diajak temen make di desa, belajar
saya pak…pinter bikin alat itu…tiba-tiba habis saja Rp 300 (ribu), punya
gaji saja habis ludes apalagi saya nggak punya gaji kerjanya ngga
nentu…”
“Kalau saya non muslim. Kebetulan ada acara di gereja, di situ kita
bisa mendekatkan diri pada Tuhan di kamar juga ada alkitab kita
bisa berdoa. Pas diajak cerai pas di Medaeng itu pakai; masih ada lah
untuk pelampiasan tapi mikir-mikir mau sampai kapan. Masak tidak
ada wanita yang mencintai saya…”
“…jadi pertama susah di sini. Wartel nggak ada, rokok ngga ada, kantin
nggak ada…lebih susah sekali di sini; jadi sebagaian teman kalau
merokok takut …tapi sekarang sudah enak. Sekarang ini teman-teman
kalau tidak bersyukur tidak diberi nikmat yang lebih besar teman-
teman harus bersyukur, sekarang bahkan narkoba nggak ada sama
sekali…pak Hernowo ini…kalau yang satu…pertama kedua masih ada
masih ada yang berani; sekarang ini nggak ada yang berani. Mungkin
sudah hidayah dari allah kepada bapak-bapak yang bertugas di sini
supaya sama –sama memperbaiki.”
6
Ibadah madhoh yaitu ibadah yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya
7
https://daqu.sch.id/2015/05/makna-riyadhoh/ diakses 22/10/18
“…di luar dipantau oleh Bapas, tapi pengawasan kan nggak semua.
Kalau masuk ke lingkungan, ada yang sudah bebas tahu-tahu ke
sini lagi. Kalau ditanya ya kembali ke lingkungan, diolok-olok… Nanti
di luar ada Bapas memberi keterampilan pengelasan, sopir (dan
sebagainya), tapi kantornya beda dari Lapas. Ada pengajian juga; jadi
ini sudah program nasional dari Bapas.”
“Kalau diukur semua (waktu rehab) 3 bulan. Kalau drug menurut WHO
idealnya (waktu rehab) 6 bulan. Dari Kemensos awalnya 6 bulan,
terus turun 4 bulan, tapi dengan BNN 3 bulan. Dari BNN sudah 76
(orang), yang namanya dari Kemensos ada 15 (orang) yang lainnya
berbayar sendiri. Rawat inap semester kedua kita di ACC 19 orang
padahal kliennya 21 (orang); (jadi) yang dirasakan pembiayaan. Tidak
semuanya punya uang, bagaimana BNN tidak ada uangnya, ketika
klien dirujuk ke sini wajib ada wali. Fungsinya wali terkait dengan
pembiayaan. Kemensos yang ada pembiayaam. Cuma rencana di
tahun 2019 cenderung BNN. Kalau mereka ngirim kesini biaya BNN.”
“Kalau buat saya kenapa saya mau, kan dulu saya ikut rehabilitasi.
Sebelumnya, awalnya di Bogor, Semarang, ke Orbit, baru mendirikan
ini. Awalnya untuk pemulihan diri saya sendiri; kalau kita yakin bahwa
kecanduan itu brain disease, sesuatu yang menyerang otak, bahwa
maintenancenya (perlu) seumur hidup, maka saya sendiri harus punya
komunitas yang kuat; maka saya harus bisa membuat komunitas.
Makanya saya mendirikan ini supaya mereka yang keluar mempunyai
komunitas seperti ini. Jadi kalau di Surabaya bicara narkoba, kenapa
angka relapsnya begitu tinggi, karena tidak ada komunitasnya yang
kuat; maka teman-teman tidak punya wadah.”
Satu hal yang tidak kalah penting dalam proses rehabilitasi yaitu
ketika mereka selesai menjalani rehabilitasi dan kembali ke masyarakat,
karena masyarakat masih memandang rendah orang-orang yang terlibat
dalam penyalahgunaan narkoba. Masyarakat selalu memberikan cap
yang buruk kepada pengguna narkoba, dan cenderung untuk dikucilkan.
Kondisi seperti itu dapat menjadi beban berat pecandu, yang sebenarnya
ingin bebas dari lingkaran setan jeratan narkoba. Seorang peserta
rehabilitasi di Bambu Nusantara menyatakan sebagai berikut:
“Rehabilitasi tidak satu arah tapi dari dua sisi. Orang tuanya juga diberi
pemahaman. Ketika kembali ke masyarakat benturannya dengan
keluarga; (mereka) tidak diterima, mereka diperlakukan (sebagai)
orang yang salah. (Kami) buat ada dana FGD dengan orang tua.
Kalau di sini pada bulan terakhir diberikan materi relaps prevention,
mencegah kecanduan; dibekali dengan copying skill. Cuma karena
kerusakannya dua arah, ini yang tidak kita transfer. Saya pengin
ketika keluarga datang kita ngobrol bersama. Saya sampaikan juga
materi kepada keluarga, (bahwa) yang (perlu) diperbaiki bukan hanya
klien tapi keluarga juga. Terus yang kedua, anaknya yang tertangkap,
anaknya yang rehab di sini, anaknya (dianggap) sebagai aib. Saya
bilang (ke) ibu (nya): kalau anaknya sebagai aib susah anaknya
sembuh karena ibu akan menutup-nutupi terus. Malah saya bilang,
anaknya ibu tertangkap harusnya ibu bersyukur, karena ini rahmat
dari Tuhan. Kalau tidak ditangkap sekarang mungkin anaknya ibu
sudah masuk jaringan. (Jadi) nggak usah bersedih hati; malah ini
(anaknya) tertangkap bisa ditanggulangi dari awal. Tidak ada yang
ditutup-tutupi. Aspek dimensi lain kita perhatikan, persoalan dengan
keluarga harus diclearkan. Kalau kecanduannya, 3 bulan di sini
mereka tidak pakai, bisa. Tapi masalah keluarga (jika) tidak diatasi,
ketika mereka pulang bisa kambuh lagi.”
“Kita membentuk kader, kader ini yang melapor ke kita, kader di tiap
kecamatan, kelurahan , karang taruna, sekolahan bikin, sekarang
ini karena anggaran minim babar blas ngga ada, akhirnya saya
menggunakan anggaran pemkot untuk membentuk satgas…yang ada
di setiap kecamatan yang di sk kan oleh camat diketuai sekcam harus
sekcam tapi saya minta harus ada ketua, sekretari dan anggota…
ketuanya sekcam ex officio, sekretarisnya seksi kesra kecamatan
ex officio… dan koordinator anggota seksi tramtib. Jadi satgas tidak
akan bubar. Sekarang yang akan dibuat supaya camat membentuk
pokgas atau pokja di tingkat kelurahan yang anggotanya RT dan RW
disamping kader. Itu cara saya belanja dengan merogoh kantong
orang. BNN ngga ada anggarannya bagamana dompet orang saya
pakai…saya belanja satgas saya belanja pokja nanti pembinaannya
kita cover. Satgas P4GN, mengikuti SK walikota bidang P4GN, aksi
tim aksi P4GN jadi biar mengalir, nanti kalau pemerintah pusat ada
komando sudah ada, satgas sudah ada 2014, 2013 SK tim penyusun
rencana aksi. Mengadopsi Perwali, Surabaya bersih narkoba 2020,
membentuk organisasi di dalam pemerintah, tapi tidak mungkin
buat Lembaga baru atau bidang baru” (narasumber Bp. BD, BNNK
Surabaya)
“….yang jelas itu kalau saya sih BNN ini melihat list nya dulu ini
Surabaya berbeda degan mojokerto kota berbeda dengan kabupaten,
kita Surabaya urban city mungkin dari pusat anggrannya harus beda,
Jakarta dibagi menjadi 5, anggaran dipergunakan disana dipegunakan
untuk Jawa Timur.Surabaya dengan Jakarta beda tipis, kalau dijakarta
ada 5 kepala derah tingkat 2, harus ada kearifan pimpinan pusat untuk
membagi anggaran.Yang kedua pesonilnya kota Surabaya kalau
personilnya sama dengan Tulungagung ya bagaimana ya…bagaimana
kita bisa memerangi di daerah urban. Terus yang kedua itu trus,
memberikan kepercayaan kepada pemerintah kota dan masyarakat
kita benar-benar bersih, jangan mengepel lantai dengan kain pel yang
kotor…nggak bersih-besih sampai kiamat nggak bersih palagi kita
ngepel lantai yang sudah bersih dengan kain pel yang kotor bukannya
tambah bersih tapi tambah kotor…menunjukkan kinerja yang bagus
kepada pemerintah dan masyarakat, bagus secara umum yang tidak
“Fifty – fifty… yang jemput bola dari BNN hampir tidak ada, maksudnya
untuk rehabilitasi dari BNN tidak ada tetapi kalau terpksa permintaan
keluarga ada satu dua, tetapi yang karena dipaksa itu hasilnya
dari satpol PP, ini luar biasa…(dengan ada operasi) kerjasama BNN
kota dengan pemkot Surabaya luar biasa…kita bersinergi kalau
dari BNN sendiri ngambili..jemput bola itu…kalau dulu tahun 2013-
2014 memang kiita aktif dengan keterbatasan anggaran kita ingin
menyelamatkan tapi sekarang ngga pake kita jemput bola sudah
kewalahan…kalau dulu susah karena untuk datang ke rehab ini
berpikir ribuan kali… kita harus menjelaskan dari pintu ke pintu”
(Narasumber Bp BD, BNNK Surabaya).
“Itu kan dionceki lagi dianalisa lagi bisa 3 bulan 4 bulan…kalau mau
ngurusin itu yang lain tidak diurusi karena mau masuk kesana ya rugi,
karena prosesnya lama seperti itu tidak saya tekankan…walaupun
diperintahkan oleh BNN ya karena terbentur masalah apa ya jalur
birokrasi, seandainya saja ada alat itu ada di propinsi jawa timur,
kan ada bantuan kerjasama pihak provider, lain instansi, mungkin
pihak provider ngomong buka semuanya tapi di BNN pusat, tapi
cobalah melihat situasi daerah-daerah yang rawan harusnya provider
membuka jalur untuk di provinsi-provinsi tertentu, ya seperti medan,
jawa timur bali, makasar itu kan penting ngga ada alat kayak dipusat,
lha itu perjalanan pira? Engko nginepe nang kono pira? petugas kita
untuk taping itu, kan petugas taping itu banyak disana dibagilah,
Indonesia bagian barat itu propinsi ini… propinsi ini… yang satunya
propinsi lain, jadi kota ngga usah ngirim petugas cukup kita ngirim
data disana yang menganalisa, itu lebih memudahkan, anggota
kita harus berangkat kesana, kalau anggota kita kesana anggaran
berapa, kita sudah online, paling tidak propinsi Jatim, Makasar, Bali
itu disediakan alat seperti di pusat tapi kita kirim datanya kepusat
kita sudah lakukan ini ini…kalau begitu enak penangkapan ngga usah
datang ke pusat, BNN sumenep ngga usah jauh-jauh …irit negara
tapi bisa ungkap optimal, kalau kita mau mengungkap yang gede,
akhirnya kita ngungkap yang kecil-kecil…”(Narasumber Bp DM, BNNK
Surabaya)
Oleh karena itu, untuk berhasilnya P4GN harus terus melakukan upaya
pemberantasan. Diperlukan kemampuan dan kewenangan penyadapan
di tiap daerah tanpa melalui pusat karena terkesan lambatmeskipun
harus cepat ditangani. Hal ini untuk memutus rantai birokrasi yang cukup
panjang dan memerlukan waktu yang cukup lama. Efektif dan efisien
diperlukan untuk meminimalisasi dana dan tenaga.
Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN dan UI, 2017. Survei Nasional
Penyalahgunaan Narkoba di 34 Provinsi Tahun 2017. Jakarta:
Puslitdatin BNN
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Denpasar
Provinsi Bali
PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DI KOTA DENPASAR, BALI
Oleh:
DTP Kusumawardhani; Ujud Tahajuddin
1. Pendahuluan
Tabel 10.4. Jenis Kasus Narkoba di Provinsi Bali Tahun 2015 - 2017
Tahun
No Jenis Kasus
2015 2016 2017
1. Narkotika 540 686 673
2. Psykotropika - - 3
3. Obat/Baya 11 2 11
4 Miras 428 237 185
5. Senpi, VCD Bajakan, Lain-Lain - - -
Jumlah 979 925 872
“Sebelum itu saya nggak ada waktu pakai sabu, pasif dan jarang.
Kemudian di Kerobokan aktif. Makanya sampai bersyukur ketika
dipindahkan ke Lapas Narkotika Bangli. Selama saya di Kerobokan
emang basic-nya pengedar…..di situ aura negatif lebih banyak
daripada positifnya karena lebih mudah dapat barangnya”.
Tahun
No Modus
2015 2016 2017
1 Dlm korek, bungkus rokok, digenggam 422 408 318
2 Disimpan disaku celana/baju 53 102 168
3 Disimpan dlm tas/koper 14 60 65
4 Diikat di bodypack/ diSimpan dlm perut 0 2 7
5 Disimpan ditempat tidur/ rumah 57 - 112
6 Bb dibuang dilantai 2 111 43
7 Jual obat G Tanpa kewenangan 8 233 7
Jumlah 556 916 718
Sumber: Diolah dari data Polda Bali 2018, tanpa Miras Senpi, VCD Bajakan, Lain-Lain.
1
Pembinaan masyarakat jangka pendek dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan
program, pelaksanaan program, kemitraan dan sinergi program, monitoring program dan evaluasi bersama pelaksana
program. Untuk pembinaan masyarakat jangka menengah dimaksudkan agar masyarakat sadar untuk merehabilitasi
korban narkoba, untuk melaporkan aksi dan pelaku kejahatan narkoba dan menajaga keamanan mandiri demi lingkungan
bersih narkoba. Sedangkan pembinaan masyarakat untuk jangka panjang, diharapkan terjadi perubahan masyarakat
dalam kehidupan sosial, ekonomi, keamanan dan ketertiban, di mana akhirnya masyarakat mempu menciptakan sentra
produksi dan sektor peningkatan pendapatan. (Peta Kawasan Rawan Narkoba diIndonesia 2016, Direktorat Pemberdayaan
Alternatif, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN, 2017.)
Jika warga binaan berbuat baik, patuh, tertib sesuai aturan, petugas
juga akan memberikan reward tanpa diminta. Dengan kata lain, haknya
sebagai warga binaan akan diberikan, seperti: remisi dan pengurusan hak
menjelang pembebasan bersyarat. Sebaliknya jika warga binaan tidak
patuh, terutama menjelang pembebasan bersyarat (PB), maka PB pun
akan dicabut dan hak-haknyapun tidak akan diurus kemudian.
2
Maksud Nota Kesepakatan Kerjasama yaitu sebagai pedoman bagi Para Pihak dalam pelaksanaan pemberian bimbingan
dan pembinaan Keterampilan bagi warga binaan Pemasyarakatan serta menjadi landasan bagi penyelenggaraan program
Pembinaan Asimilasi Warga Binaan Pemasyarakatan khususnya Warga Binaan yang terkait PP 99 Tahun 2012 di Lapas
Narkotika Kelas IIA Bangli.
- Kerjasama ini bertujuan untuk melaksanakan kegiatan kerja dan keterampilan pertukangan dan pembibitan pohon jati
oleh Satyaloka Tirta Amerta serta membantu program Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang ditingkatkan tahap
pembinaan lebih lanjut, yaitu Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Bersyarat (CB) Cuti Menjelang Bebas (CMB) serta Program
asimilasi khususnya bagi Warga Binaan Pemsyarakatan yang terkait PP 99 Tahun 2012 sebelum diusulkan untuk Program
Pembinaan Pembebasan Bersyarat (PB)
3
Maksud Nota Kesepahaman ini yaitu sebagai pedoman bagi para pihak dalam pelaksanaan pemberian bimbingan dan
pembinaan bagi warga binaan khususnya yang terkait dengan PP No. 99 Tahun 2012 di lingkup Lapas Narkotika Kelas IIA
Bangli, serta menjadi landasan bagi penyelenggaraan program Asimilasi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Narkotika
Kelas IIA Bangli.
- Kerjasama ini bertujuan untuk membantu Warga Binaan Pemasyarakatan yang akan ditingkatkan tahap pembinaan lebih
lanjut yaitu Pembebasan Bersyarat (PB) untuk berbaur dengan masyarakat sebelum bebas
Program yang diberikan oleh Lapas juga selalu disukai oleh semua
warga binaan. Program pelatihan kewirausahaan misalnya, tidak digemari
oleh warga binaan yang masih berusia muda, karena kegemarannya
berbeda dengan warga binaan yang berusia menjelang empat puluh
tahunan ke atas. Program ini seyogyanya lebih layak bagi warga binaan
yang berstatus PB sebagai bekal mempersiapkan dirinya untuk kembali
ke lingkungan masyarakat.
Bagi warga binaan lain yang memiliki potensi dan minat pada dunia
fotografer, Lapastik menyalurkan bakat mereka dengan menghubungi
Jakarta Post agar memberikan bimbingan pelatihan menjadi fotografer.
Selain itu, lapastik juga memberikan kesempatan kepada warga binaan
yang tertarik dengan bahasa Inggris untuk mengikuti bimbingan pelajaran
bahasa Inggris setiap hari Selasa atau Rabu dengan pengajar asing
atau pun praktik bahasa langsung dengan orang-orang asing dan anak-
anak kecil dari luar lapas yang difasilitasi oleh Yayasan Bangsa Bangsa
Sejahtera.
Gambar 10.3. Ruang Seni di Lapastik Bangle dan Warga Binaan Peminat Seni
Vokal yang tergabung dalam Kelompok Band
4
Kartu BRIZZI adalah salah satu produk Bank BRI yang dapat dimiliki oleh siapa pun tanpa harus memiliki rekening BRI,
yang berfungsi sebagai kartu transaksi/alat bayar yang dapat diisi ulang/top up dari BRI maupun Bank lain, melaui sms
mobile banking, maupun melalui ATM. Jadi kartu BRIZZI merupakan kartu untuk transaksi dengan tidak menggunakan
uang tunai.
Kantin di Lapastik Bangli Tamping yang bertugas di kantin Seorang warga binaan belanja
Kartu transaksi warga binaan yang Proses Transaksi dengan kartu Bukti pembayaran transaksi yang
disimpan petugas Lapastik BRIZZI dilakukan oleh warga binaan
5
Kerajinan ingke terbuat dari limbah koran yang dilinting dan dibentuk seperti tempat untuk sesajen adat Bali, asbak,
tempat tissu, kapal phinisi, dll
Anggaran yang dimiliki oleh Lapastik Bangli relatif kecil, yaitu hanya
Rp 2,6 juta untuk sekian ratus rehab sosial selama 1 tahun. Oleh karena itu,
lapastik melaui pembinanya memiliki program sendiri untuk mengatasinya.
Untuk rehabilitasi, medik sosial sebenarnya harus membawa warga binaan
keluar agar mengenal masyarakat lingkungannya. Pihak lapastik sudah
mengumpulkan dana, dan selama dua hingga tiga bulan mempersiapkan
tim Pembina yang akan dilibatkan dari berbagai sisi kebutuhan. Awalnya
ingin dijalankan secara maksimal, namun terkendala dengan anggaran
lagi. Pembinaan tidak dapat dilakukan tanpa anggaran. Jadi memang
perlu adanya gagasan dalam berbagai upaya disertai terobosan untuk
mencari berbagai pihak yang memberi perhatian serius pada masalah
narkoba (pengguna/ pengedar).
Jika ada calon klien yang ingin direhab, tetapi setelah dikaji masih
tersangkut dengan masalah hukum, maka yayasan menyarankan
kepadanya untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Setelah
masalah hukumnya selesai, calon klien dapat diijinkan mengikuti rehab di
Yakita. Berdasarkan pengalaman yayasan, pernah terjadi ada seseorang
Keempat, inventaris moral diri sendiri secara penuh dan tanpa rasa
gentar. Dicari akar permasalahan (sebabnya) mengapa seseorang bisa
sampai terjerat atau menggunakan narkoba. Apakah karena faktor uang,
lingkungan/pergaulan, atau bahkan faktor orangtua. Kemudian ditentukan
faktor paling dominan yang menyebabkan seseorang terjerumus ke
narkoba. Pada langkah ini dimulai sesi pengungkapan, dibahas satu
persatu permasalahannya dengan tanpa rasa gentar ataupun takut.
Para klien yang menjalani rehab duduk dalam satu lingkaran dan
saling mengungkapkan hal ihwal pertama kali terlibat narkoba, saling
berbagi pengalaman tanpa perlu menyembunyikan hal-hal yang semula
dirahasiakan. Mereka diyakinkan bahwa seseorang terjerumus memakai
narkoba bukan karena status.
Kelima, mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri, serta kepada
manusia lainnya, setepat mungkin sifat dari kesalahan-kesalahannya.
Pada langkah ini, peserta tetap duduk dalam bentuk lingkaran (cycle)
dengan saling berbagi pengalaman terkait cara-cara atau upaya mereka
untuk memperoleh narkoba. Di sini akan terungkap semuanya, perihal
bagaimana seorang pecandu dapat menghalalkan segala cara, misalnya
dengan membohongi, menipu, mencuri, korupsi, atau bahkan melakukan
tindakan kriminal lain untuk mendapatkan narkoba. Mereka yang merasa
sudah melakukan kesalahan sangat berat (parah) ternyata setelah
mendengar pengakuan dari klien lain, justru menjadi ringan karena ada
kesalahan klien lain jauh lebih berat darinya, seperti menggadai rumah
dan menjual asset keluarga. Melalui tahap ini, setiap peserta dapat saling
mirroring dan menguatkan satu sama lain.
Perlu diketahui bahwa banyak dari klien yang pada awalnya coba-
coba saja memakai narkoba, lalu kecanduan, hingga menghabiskan
harta pribadi, kemudian merambah ke harta milik orang-orang terdekat/
keluarga/teman/lingkungan dan ujung-ujungnya mengarah ke tindakan
kriminal. Oleh karena sudah tidak ada cara lagi, akhirnya mereka juga
merangkap menjadi kurir narkoba untuk mendapatkan upah atau narkoba
itu sendiri untuk dikonsumsi.
Terkait dengan masa pemulihan, setiap orang tidak sama. Ada yang
pulih satu setengah tahun, tujuh tahun dan sudah tidak menggunakan
narkoba lagi. Selain itu, ada klien yang sudah pulih selama 20 tahun
namun kembali memakai narkoba, karena dirinya masih tergoda dan
kurang mendekatkan diri kepada Tuhan.
6
Terdapat kerancuan pada pasal 112 dan 127 yang tercantum dalam UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika bagi para
penegak hukum dalam menetapkan hukuman. Karena, pada kedua pasal tersebut, orang yang membawa dan memakai
narkotika ada di kedua pasal tersebut. Akibatnya seseorang bisa dikenakan di kedua pasal tersebut. Padahal, sanksi pada
kedua pasal itu berbeda, pasal 112 minimal 4 tahun penjara (berat), sedangkan pasal 127 maksimal 4 tahun (ringan). Jadi
perlu ada perbedaan yang spesifik terhadap kedua pasal tersebut, paling tidak harus diperjelas dalam penjelasan lampiran
sekalipun tidak ada penjelasan dalam pasal. Sehingga hakim mendapatkan kepastian, tidak ada keragu-raguan dalam
memutus perkara.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Pontianak
Provinsi Kalimantan Barat
Oleh:
Usman; Saifullah M. Rahman
1. Pendahuluan
1
Misal, kasus Pak Winarto (Salah seorang WBP Lapas Kelas 2A Pontianak), seorang sopir travel yang divonis 15 tahun penjara
karena kasus sabu-sabu sebesar 500gr. Ia menuturkan bahwa saat itu ia sedang membawa penumpang dan paket-paket dari
Malaysia. Saat masuk di PLB Entikong dan pemeriksaan petugas, penumpang yang membawa sabu-sabu itu sudah kabur dan
tidak ada pos perbatasan. Karena ia tidak bisa menunjukkan siapa penumpang tersebut maka ia divonis sebagai kurir narkoba
dan pemilik barang tersebut (Sumber: FGD di Lapas Kelas 2 A Pontianak, 10 September 2018).
KAPUAS HULU
BENGKAYANG
SINGKAWANG
LANDAK SINTANG
MEMPAWAH
SANGGAU
00 SEKADAU
PONTIANAK
MELAWI 00
KUBU RAYA 00
KAYONG UTARA
KETERANGAN :
JALUR UDARA
KETAPANG
JALUR DARAT
JALUR LAUT/PELABUHAN
WIL SEDANG
WIL RAWAN
WIL KURANG RAWAN
LAUT JAWA
“Jadi, di situ (Kampung Beting) bebas Pak. Jadi, kita datang siang
sampai malam rame pak, tamu datang terus. Di beberapa rumah tuh
pasti ada yang jual, kayak pulau gitu Pak. Lebih aman disana Pak
karena setiap warga saling menjaga, kompak. Jadi walaupun ada
anggota mau operasi tuh semua tau susah ditembus, jadi aman di
sana.” 2
2
Penuturan Hendri, salah seorang WBP Lapas Kelas 2A Pontianak, dalam FGD dengan WBP Narkotika di Lapas Kelas 2 A Pontianak,
Kalimanatan Barat.
3
Wawancara dengan M. Zaini Yahya, Kepala RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak.
4
Wawancara dengan M. Zaini Yahya, Kepala RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak.
5
Wawancara dengan Icham, salah seorang WBP Kelas 2A Pontianak dan mantan sopir travel.
Tanya: Berarti selama bapak disini (di Lapas) siapa yang support
ekonomi keluarga? Pemasukan untuk keluarga rumah
tangga, sekolah anak, jajan anak?
6
Wawancara dengan Icham, WBP Lapas Kelas 2 A Pontianak, Kalimantan Barat dan mantan supir travel.
7
Penuturan Hendri, salah seorang WBP Lapas Kelas 2 A Pontianak, Kalimantan Barat dalam FGD dengan WBP Narkotika di Lapas
Kelas 2 A Pontinak.
Sama halnya dengan dampak fisik, dampak psikis yang akan dialami
oleh para pemakai narkoba sangat tergantung dengan kepribadiannya
Studi Kualitiatif Pada Survei Prevalensi
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA 2018 347
masing-masing. Namun, secara umum dampak psikis dapat dirinci
sebagai berikut:
a) Adanya perubahan pada kehidupan mental emosional berupa
gangguan perilaku yang tidak wajar.
b) Pecandu berat dan lamanya menggunakan narkoba akan
menimbulkan sindrom amoy fasional. Bila putus obat golongan
amfetamin dapat menimbulkan depresi hingga bunuh diri.
c) Terhadap fungsi mental akan terjadi gangguan persepsi, daya pikir,
kreasi dan emosi.
d) Bekerja lamban, ceroboh, syaraf tegang dan gelisah.
e) Kepercayaan diri hilang, apatis, pengkhayal dan penuh curiga.
f) Agitatif, bertindak ganas dan brutal diluar kesadaran.
g) Kurang konsentrasi, perasaan tertekan dan kesal.
h) Cenderung menyakiti diri, merasa tidak aman dan sebagainya.
Adapun dampak sosial yang akan dialami oleh para pemakai narkoba
adalah sebagai berikut:
a) Terjadinya gangguan mental emosional akan mengganggu fungsinya
sebagai anggota masyarakat, bekerja, sekolah maupun fungsi/tugas
kemasyarakatan lainnya.
b) Bertindak keliru, kemampuan prestasi menurun, dipecat/dikeluarkan
dari pekerjaan.
c) Hubungan dengan keluarga, kawan dekat menjadi renggang.
d) Terjadinya anti sosial, asusila dan dikucilkan oleh lingkungan.
8
Lihat:http://www.kulonprogokab.go.id/v21/files/NARKOBA-DAN-DAMPAKNYA-TERHADAP-PENGGUNA.pdf.
“Uang habis, kalau sudah masuk sini (penjara/lapas) pun kita pisah
dengan keluarga. Uang yang dihabiskan selama sebulan tergantung
sih Pak, tergantung pemakaian kita kuat atau enggaknya. Kalau kita
ada pemikiran tentang keluarga ya kita sisihkan untuk keluarga lah
Pak.”9
“Saya merasa merugi, ya uang yang banyak habis, kalau uang saya
ndak ada habisnya sih, mungkin saya tidak jadi masalah, nah sakitnya
itukan karena kita tidak dapat belinya lagi. Gak bisa beli lagi, jadi
ujung-ujungnya barang saya, saya jual-jualin, itu untung barang orang
tidak saya jual, ya habis itu mau gimana lagi.” 10.HP adik saya jual,
motor bapak saya gadai, dapat uang gak besar pak 600 ribu. Duit 600
ribu buat sekali pakai nggak bisa buat makan, saya itu habis banyak
kejudi dan dingdong.” 11
9
Wawancara dengan Hendri, salah seorang WBP Lapas Kelas 2 A Pontianak, Kalimantan Barat.
10
Wawancara dengan Catur Rahmatdani, salah seorang klien di RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat.
11
Penuturan Andika, salah seorang klien di RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat dalam FGD di panti rehab.
12
Wawancara dengan salah seorang klien di RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat.
13
Wawancara dengan salah seorang klien di RBM Bumi Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat.
1. Pembinaan kepribadian
Program pembinaan kepribadian di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Pontianak bertujuan untuk mengubah watak dan mental bagi
warga binaan sehingga kedepannya mereka lebih dapat terbuka akan
segala perubahan kearah yang lebih baik. Pembinaan kepribadian yang
diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pontianak difokuskan
pada kegiatan yang dapat memupuk rasa cinta tanah air, semangat bela
negara dan sikap kenegaraan.
2. Pembinaan Kemandirian
Pembinaan Kemandirian merupakan pendidikan yang lebih diarahkan
pada pemberian bekal berupa bakat dan keterampilan bagi warga
binaan di Lapas. Pembinaan kemandirian dilakukan agar Warga Binaan
Pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggung jawab. Kegiatan pembinaan kemandirian
di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pontianak yang saat ini masih
berjalan diantaranya: pengembangan keterampilan melalui balai latihan
kerja, seperti; pertukangan, las, anyaman, dan pertanian; serta program
pemberantasan buta huruf latin dan Arab.
14
Wawancara dengan Kepala Lapas Kelas IIA Pontianak, 14 September 2018
15
Ya’cob Billiocta. 2018. 3 Narapidana dan Seorang Sipir di Pontianak Terlibat Jaringan Narkoba. Dalam internet online: https://www.
merdeka.com/peristiwa/3-narapidana-dan-seorang-sipir-di-pontianak-terlibat-jaringan-narkoba.html Diakses tanggal, 04/01/2019.
16
Wawancara dengan Kepala Lapas Kelas IIA Pontianak, 14 September 2018.
17
Tentang RBM Bumi Khatulistiwa. Dalam internet online: https://rbmbumikhatulistiwapontianak.wordpress.com/ Diakses
tanggal 04/01/2019
Selain klien, stigma negatif seperti itu juga dialami oleh RBM Bumi
Khatulistiwa sebagai yayasan sehingga menjadikan keberadaan RBM di
lingkungan masyarakat mendapat keberatan, tantangan, dan penolakan
dari warga sekitar. Hal tersebut menjadi kendala bagi RBM karena
harus berpindah-pindah tempat (sewa rumah) dari tahun 2011 hingga
2018 di tempat yang baru ini. Kendala lain yang dialami oleh RBM Bumi
Khatulistiwa adalah terkait dengan pendanaan, SDM yang terbatas, dan
status rumah RBM yang masih kontrak sehingga program-program
rehabilitasi belum berjalan dengan optimal.
18
Wawancara dengan Kepala Bidang P2M BNNP Kalimantan Barat, 7 September 2018.
19
Wawancara dengan Kepala BNNP Kalimantan Barat, 7 September 2018.
Websites:
• https://rbmbumikhatulistiwapontianak.wordpress.com/, diakses
tanggal 04/01/2019.
• http://www.kulonprogokab.go.id/v21/files/NARKOBA-DAN-
DAMPAKNYA-TERHADAP-PENGGUNA.pdf, diakses tanggal 25
Oktober 2018.
Wawancara:
• Wawancara dengan Kepala BNNP Kalimantan Barat.
• Wawancara dengan Kepala Bidang P2M.
• Wawancara dengan Kepala Seksi Rehabilitasi
• Wawancara dengan Ketua RBM Bumi Khatulistiwa
• Wawancara dengan Manajer Program RBM Bumi Khatulistiwa
• Wawancara dengan Kepala Lapas Kelas IIA Kota Pontianak
• Wawancara dengan pegawai Lapas Kelas IIA Kota Pontianak
• Wawancara dengan warga Binaan Lapas Kelas IIA Kota Pontianak
• Wawancara dengan klien RBM Bumi Khatulistiwa
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Samarinda
Provinsi Kalimantan Timur
Oleh:
Robert Siburian; Laely Nurhidayah
1. Pendahuluan
1
http://diskominfo.samarindako-ta.go.id/pageisi/1/2/5/kota-samarinda.html
2
Hasil wawancara dengan Kepala BNNK Samarinda Siti Zaekhomsyah pada tanggal 6 September 2018
3
Hasil wawancara dengan Kepala Satuan Reserse Narkoba Polresta Samarinda Komisaris Polisi Markus SN., S.H pada tanggal 26
April 2018.
4
Wawancara dilakukan pada tanggal 6 September 2018.
F
B
A E
C
5
Hasil wawancara tanggal 6 September 2018.
Pada tabel 12.1 dapat dilihat bahwa jumlah kasus, tersangka, dan
volume barang bukti yang disita cenderung meningkat, meskipun pada
tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2016.
Adapun jenis narkoba yang banyak beredar di Kota Samarinda yaitu
sabu. Kecenderungan itu sesuai dengan efek yang ingin didapat oleh
penggunanya, yaitu efek stimulan yang dapat meningkatkan produktivitas
penggunanya ketika bekerja yang berimplikasi pada upah yang akan
diterimanya.
CT BARANG BUKTI
No THN Ganja Ectasi Sabu LL
KSS TSK
(gram) (butir) (gram) (butir)
1. 2014 209 305 122,66 173,0 2.050,40 19.438
2. 2015 307 439 2.267,76 299,0 4.342,80 95.628
3. 2016 509 670 17.808,68 3.007,0 5.131,80 145.913
4. 2017 408 524 643,24 202,0 4.944,60 6.376
5. 2018 247 331 6,34 692,0 9.973,62 1.281
(s/d 17
September)
Sumber: Polresta Samarinda, 2018
Pengguna narkoba lainnya, sebut saja W (27 tahun), saat ini sedang
mencoba berhenti dari mengonsumsi narkoba dengan mengikuti kegiatan
rehabilitasi. Menurutnya, mengawali mengonsumsi narkoba dengan
mengonsumsi nipan dan LL (double L) pada tahun 2004. Harga double
L ini relatif murah, yaitu Rp 300.000 untuk 1.000 butir. Pada saat itu
yang bersangkutan masih duduk di bangku SMP kelas 2. Perkenalannya
dengan narkoba dimulai ketika teman kecilnya menemukan bungkusan
di tengah jalan yang isinya sabu, tapi temanannya tidak tahu akan
Seorang ibu rumah tangga, sebut saja dengan inisial Y,6 mengaku
ditangkap oleh BNNP karena diajak oleh suaminya. Pada saat masih di
kampungnya di Kutai Barat, Y tidak mengenal narkoba. Namun setelah
menikah dan hijrah ke kota Samarinda, suaminya yang merupakan
seorang pengguna memperkenalkan narkoba jenis sabu kepadanya, dan
kemudian mengonsumsinya bersama-sama. Selain itu, harga sabu saat
itu lebih terjangkau dan sabu bisa diperoleh dengan mudah. Sedangkan
para pekerja umumnya membeli sabu melalui rekan kerja, dan sebagian
membelinya secara langsung di Pasar Segiri.
6
HY berumur 27 tahun bukan nama sebenarnya, diwawancarai tanggal 17 September 2018 di Samarinda.
7
Wawancara dilakukan pada tangal 19 September 2018.
8
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 September 2018.
9
Wawancara dilakukan pada tanggal 18 September 2018.
10
Provinsi Kalimantan Utara resmi disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012
berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.
11
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 17 September 2018.
Keterangan gambar:
1. Garis berwarna kuning merupakan jalur peredaran narkoba lewat laut dan darat, mulai dari Nunukan
(Kalimantan Utara)–Balikpapan (Kalimantan Timur) – Pare-Pare (Sulawesi Selatan) - Mamuju (Sulawesi
Barat) –Samarinda (Kalimantan Timur.
2. Garis berwarna biru merupakan jalur peredaran narkoba lewat udara, mulai dari Sebatik – Nunukan
(Kalimantan Utara) – Balikpapan (Kalimantan Timur) – Makassar – Parepare (Sulawesi Selatan)
3. Garis berwarna merah merupakan jalur peredaran narkoba lewat laut dan darat, mulai dari Sebatik – Nunukan
– Tarakan – Tanjung Selor – Tanjung Redeb (Kalimantan Utara)– Kutai Timur – Bontang – Samarinda
(Kalimantan Timur)
4. Garis berwarna hijau adalah jalur peredaran narkoba lewat udara dan darat, mulai dari Sebatik – Nunukan –
Tarakan (Kalimantan Utara)– Balikpapan – Samarinda (Kalimantan Timur).
Sumber: Data diolah berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan berbagai informan.
12
Menurut MN, yang dimaksud sabu dari daerah utara Pulau Kalimantan adalah sabu dari Philipina. Sedangkan beberapa
narasumber lain di Kota Samarinda menyatakan bahwa sabu dari daerah utara itu adalah sabu produksi Cina.
13
Raker BNN P4GN, 28 Februari 2017, https://sukabumikab.go.id/portal/berita-daerah/456/%20Ra-ker%20BNN%20
Pencegahan%20Pemberantasan%20Penyalahgunaan%20dan%20Peredaran%20Gelap%20Nar-koba%20(P4GN)%20.html
14
Para pihak yang terlibat menyukseskan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 Jakstranas P4GN adalah: 1. Para Menteri
Kabinet Indonesia Bersatu II; 2. Sekretaris Kabinet; 3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Jaksa Agung; 5. Panglima
Tentara Nasional Indonesia; 6. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 7. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
15
Televisi dan radio untuk menyiarkan Program P4GN adalah TVRI Samarinda, TV Samarinda, Radio Republik Indonesia (RRI)
Samarinda, Radio Suara Mahakam, dan Radio Paras. .
16
Hasil wawancara dengan Andi Citra Wira Pendamping “Rumah Singgah” BNNP Kalimantan Timur pada tanggal 13 September
2018.
BPS. 2010. Samarinda Dalam Angka 2010. Kota Samarinda: Badan Pusat
Statistik.
Tribun Kaltim. 2017. “Kaltim juga Darurat Narkoba: Paser Duduki Peringkat
5 Pengguna Narkoba Terbanyak se-Kaltim”. Dalam http://kaltim.
tribunnews.com/2017/09/25/paser-duduki-peringkat-5-peng-guna-
narkoba-terbanyak-se-kaltim. Akses 24 Oktober 2018.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
Oleh:
M. Alie Humaedi; Sri Haryanti; Devi Asiati
1. Pendahuluan
TAHUN
No Kesatuan 2016 2017 2018
LPR SLS LPR SLS LPR SLS
1 Dit Narkoba 177 155 190 136 187 129
2 Restabes Makassar 415 379 476 401 270 278
3 Res Pelabuhan 142 126 103 79 81 77
4 Res Gowa 57 40 101 62 86 91
5 Res Maros 41 37 44 41 36 27
A Data untuk wilayah Kota 832 737 914 719 660 602
Makasar dan daerah peno-
pangnya
B Kasus untuk Sulsel secara 1.791 1.614 1.789 1.580 1.217 1.103
keseluruhan
*Sumber: Data Ditnarkotika Polda Sulawesi Selatan, 2018.
**LPR: Laporan Kasus; SLS: Selesai Kasus
1
Berkurangnya jumlah kesatuan pada tahun 2017 karena lima kesatuan pada tahun 2016 diserahkan ke Provinsi Sulawesi Barat,
yaitu Polman, Mamasa, Majene, Mamuju, dan Matra.
Pada tahun 2018, jumlah penduduk Kota Makassar mencapai 1,5 juta
jiwa (BPS 2018). Namun, jumlah tersebut adalah penduduk yang menetap
dan memiliki tempat tinggal di Kota Makassar saja. Padahal, sebuah
kota biasanya diiringi dengan fenomena daerah penopang, yaitu pilihan
tempat tinggal di luar kota dari wilayah-wilayah yang berada di sekitar
2
Wawancara dengan BY, 25 September 2018.
“Saya dihukum di sini, karena terkena pasal jual beli, yaitu sebagai
pengedar, walaupun saya selalu beralasan bahwa saya sebenarnya
dijebak oleh pengedar aslinya. Karena saat itu, saya hanya diminta
untuk mengantar suatu bungkusan yang disampaikan ke saya
itu hanya “barang titipan berupa kaos dari seorang teman”. Janji
ketemuan untuk penerimaan barang itu adalah di pemakaman umum
Kota Makassar. Saat menuju pemakaman itu, saya melihat anak-
3
Wawancara dengan DH, 17 September 2018.
4
Wawancara dengan DN, 20 September 2018
5
(1) http://makassar.tribunnews.com/2018/09/27/lima-pengedar-narkotika-jenis-sabu-jaringan-dari-sidrap; http://makassar.tribunnews.
com/2018/05/23/polda-sulsel-ringkus-bandar-jaringan-bos-narkoba-di-makassar; (2) https://simponinews.com/2018/07/20/jaringan-
narkoba-sidrap-diringkus-bnnp-sulsel-dan-tim-gabungan-5-kg-sabu-sabu-disita/; (3) https://news.detik.com/berita/4146310/5-kg-sabu-
dalam-ember-di-sidrap-disita; (4) https://fajar.co.id/2018/08/16 jaringan-narkoba-pinrang-mamuju/.
6
http://makassar.tribunnews.com/2018/10/23/akbar-daeng-ampuh-bos-narkoba
Angka sebesar 41.760 orang ini dapat dinilai dan kemudian menjadi
rasio perbandingan dari sisi usia produktif yang sebesar 56%, maka jumlahnya
akan mencapai 23.386 orang muda atau berada pada usia produktif yang
rawan terpapar dengan peredaran narkoba. Jumlah usia produktif ini tentu
akan terhubung erat dengan sektor pendidikan dan tenaga kerja. Ketika
angka tersebut kemudian diletakkan pada komposisi jumlah siswa dan
mahasiswa di kota Makassar yang paling banyak persentasenya, maka
kelompok pelajar dan mahasiswa merupakan kelompok yang paling rawan
terpapar dengan narkoba. Kenyataan ini semakin jelas ketika diperkuat
dengan argumentasi bahwa jumlah pasien narkoba yang direhabilitasi oleh
Kementerian Kesehatan (RSUD Sayang Rakyat), Kementerian Sosial (rumah-
rumah rehab), dan BNNP pada umumnya adalah pelajar-pelajar dan mantan
pelajar. Jumlahnya sekitar 50-80 persen dari seluruh penghuni panti rehab.
7
Wawancara dengan WR, 26 September 2018
Tabel 13.4. Jumlah dan Jenis Barang Bukti Narkoba di Sulawesi Selatan
(2016-2018)
Tes urine yang dilakukan secara mandiri oleh suatu lembaga atau
instansi merupakan wujud komitmen untuk menciptakan lingkungan
bebas narkoba. Berdasarkan keterangan dari Kabid P2M, sampai dengan
penelitian ini berjalan, terdapat tiga instansi yang melakukan tes urine
mandiri secara rutin di Sulawesi Selatan, yaitu Kantor Imigrasi, Kantor
Pajak Pratama, dan TNI. Sementara di bidang pendidikan, Dinas Pendidikan
Sulawesi Selatan memberikan instruksi kepada sekolah atau kampus
untuk melakukan tes urine kepada siswa/ mahasiswa baru. Tes urine
yang dilaksanakan di lingkungan pendidikan merupakan bentuk perhatian
pemerintah terhadap usia pertama kali memakai narkoba yang sudah
merambah ke usia SD, bukan hanya usia SMP seperti yang diungkapkan
oleh beberapa klien rehabilitasi yang menjadi informan pada penelitian ini.
Strategi tersebut ternyata lebih efektif dan WBP lebih terbuka karena
difasilitasi oleh teman sendiri. Untuk meningkatkan rasa percaya diri, WBP
yang telah selesai menjalankan TC diberi kepercayaan untuk melakukan
pekerjan di area depan, seperti menjaga pintu, membersihkan ruang
perkantoran, dan memelihara ikan lele. Untuk meningkatkan efektivitas
rehabilitasi di Lapas sebaiknya dilakukan pemisahan WBP pengguna
dengan pengedar sehingga rantai peredaran narkoba di dalam lapas
putus, dan kegiatan TC yang dilakukan di dalam Lapas tidak sia-sia.
Kedua, penciptaan lingkungan dan ruang publik yang anti narkoba juga
memungkinkan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di sebuah wilayah
dapat menurun. Jika semua warga setempat bersepakat dan memiliki
komitmen kuat untuk melakukan pencegahan peredaran dan penyalahgunaan
dengan cara-cara dari yang sederhana sampai keras, seperti:
a) mengawasi secara seksama orang yang tidak dikenal masuk ke daerah;
b) mengawasi dan memperhatikan perilaku anak-anak di dalam
keluarga induknya ataupun anak-anak yang berada pada lingkungan
keluarga sekitarnya. Pengawasan ini dapat dilakukan terhadap
Para tokoh atau pemimpin lokal itu bisa terdiri dari: ketua adat,
ketua suku, tokoh agama yang disegani di lingkungan masyarakatnya,
ketua paguyuban, ketua ikatan keluarga besarnya, tokoh-tokoh
masyarakat, dan lain sebagainya. Para pemimpin lokal tradisional ini
diharapkan dapat mentransmisikan pesan-pesan anti narkoba bagi
warga primordialismenya, baik yang berada di daerahnya ataupun di luar
daerahnya. Tidak hanya itu, para pemimpin lokal juga dapat membangun
mekanisme strategis piranti pengawasan terhadap para anggotanya
agar terjauh dari jaringan dan praktik peredaran dan penyalahgunaan
narkoba. Mekanisme itu bisa berupa membangun “mitologi ketakutan
yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan mitologis asal daerah yang
dihubungkan dengan persoalan narkoba. Bangunan mitos ini menjadi
sebuah kesadaran yang kuat bagi warga primordialismenya;
Website:
http://makassar.tribunnews.com/2018/09/27/lima-pengedar-narkotika-
jenis-sabu-jaringan-dari-sidrap;
http://makassar.tribunnews.com/2018/05/23/polda-sulsel-ringkus-bandar-
jaringan-bos-narkoba-di-makassar;
https://simponinews.com/2018/07/20/jaringan-narkoba-sidrap-diringkus-
bnnp-sulsel-dan-tim-gabungan-5-kg-sabu-sabu-disita/;
https://news.detik.com/berita/4146310/5-kg-sabu-dalam-ember-di-sidrap-disita;
https://fajar.co.id/2018/08/16 jaringan-narkoba-pinrang-mamuju/.
Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kota Jayapura
Provinsi Papua
Oleh:
Fanny Henry Tondo; Luis Feneteruma
1. Pendahuluan
Total Kasus: 79
Total Barang Bukti: Sabu: 115.6391 gr
Ganja: 1091.727,662 kg
Sumber: Data Bidang Pemberantasan BNNP Papua
Dampak Kesehatan
Menurut data BNN ada sekitar 40 orang meninggal per hari akibat
narkoba. Di Papua sendiri, hampir 80 persen pasien narkoba yang
ditangani berasal dari anak-anak usia muda. Apabila diperhatikan,
terdapat beberapa ciri orang yang merupakan dampak yang diakibatkan
oleh narkoba. Mereka biasanya akan cepat tersinggung, libido meningkat
tetapi tenaganya kurang, malas beraktivitas, konsentrasi berkurang,
mulai berhalusinasi, dan paranoid. Tetapi sebenarnya ini tergantung pada
tingkat penggunaannya. Kalau sebagai pengguna pemula tetapi memakai
banyak maka semua ciri-ciri akibat dampak kesehatan itu akan muncul.
Kalau jumlahnya banyak maka pada saat itu juga akan berhalusinasi,
tetapi kalau hanya memakai sedikit akan lebih cepat pulih daripada orang
yang memakai dalam jumlah yang banyak. Pulihnya paling cepat tiga hari,
tetapi kalau pemakaian ganjanya banyak maka pulihnya bisa seminggu
lamanya baru bisa pulih kembali.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi dapat dilihat dalam dua sisi. Ada sisi positif dan ada
pula sisi negatif atau menghancurkan. Dampak positif tentunya diterima
oleh para bandar dan pengedar narkoba. Rata-rata pengedar dan bandar
tidak menggunakan narkoba. Hal ini terbukti setelah diadakan tes urine,
hasilnya biasanya negatif. Jadi mereka hanya mencari untungnya saja.
Sebagai contoh, satu karung ganja saja harganya bisa ratusan juta, dari
PNG dijual ke penadah di Jayapura. Biasanya orang PNG menukar satu
Dampak Sosial
Bagi para pengguna yang sudah terlanjur masuk dalam dunia hitam
narkoba dan masuk ke dalam penjara hal ini akan menjadi hantaman
berat bagi kehidupan sosial mereka. Artinya mereka akan memikirkan
bagaimana penerimaan masyarakat di luar setelah mereka keluar dari
penjara atau setelah mereka direhab. Mereka akan memulai dari nol lagi
J A Y A P U R A
Sumber: Diolah dari data lapangan
Modus operandi jenis ganja yakni barang berasal dari PNG masuk
melalui jalur darat (jalan tikus). Selain itu juga melalui laut, yakni dengan
kendaraan speedboat pada malam hari antara jam 2 sampai jam 3 malam
sehingga lolos dari pemantauan pos batas. Ada yg masuk lewat wilayah
Dok 9, dan ada pula melalui pantai Argapura atau Tanjung Ria. Lalu mereka
menghubungi orang asli Papua di darat. Hubungan dilakukan dengan cara
jual beli (cash dan barter). Barter ganja seberat 1 kg lebih akan mendapat
laptop atau barang-barang elektronik, sedangkan apabila ganjanya seberat
10 kg ke atas akan mendapatkan motor. Pada saat penelitian dilakukan,
ada temuan dari Pos Angkatan Laut, yaitu masyarakat dari PNG datang
dengan menggunakan speadboat dan menurunkan ganja lalu disergap
oleh petugas saat mereka tiba di daratan. Berat ganjanya sekitar 20 kg
dan langsung diserahkan oleh pihak TNI Angkatan Laut kepada BNNP
Papua untuk selanjutnya dimusnahkan.
Selain ganja, jenis narkoba lain yang masuk ke Jayapura dalam bentuk
sintetis yakni Sabu. Sabu masuk ke Papua melalui jasa pengiriman barang
(kargo barang) dari Surabaya, Makasar, dan Jakarta. Kalau dari Surabaya
yang bermain adalah kelompok Madura, maka kalau dari Makasar yang
Di PNG sendiri tidak ada institusi resmi seperti BNN yang menertibkan
ganja karena memang tidak ada undang-undang terkait itu. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa di PNG ganja merupakan barang legal.
Dengan berjalan kaki saja dari Arso, misalnya, kita sudah bisa sampai di
kebun-kebun ganja orang PNG. Orang-orang PNG di perbatasan biasanya
merupakan peladang berpindah. Jadi, apabila mereka sudah menanam
bibit ganja di sebuah ladang maka mereka akan meninggalkannya
dan pada suatu saat nanti mereka akan kembali untuk memanen dan
menjualnya, termasuk menjual ke orang-orang Indonesia di wilayah
Papua. Tidak heran, kalau ada pemandangan seseorang membawa motor
dengan handphone (HP) banyak, maka pasti orang Papua tersebut akan
melakukan barter HP-HP itu untuk ditukar dengan ganja dari orang PNG.
Produsen (PNG)
Penampung/Penadah/Bandar
(di Jayapura)
Pengedar
Masyarakat
Pemula Pengguna
(Gratis -> Beli) (Beli)
Pada gambar 14.6 tersebut dapat dilihat bahwa narkoba jenis ganja
yang merupakan barang legal di PNG diproduksi di sana dan dibawa ke
Papua melalui jalur darat dan laut. Kalau melalui jalur darat maka ganja
akan dibawa melalui Pos Lintas Batas atau pun melalui ‘jalan-jalan tikus’
yang sangat banyak di sepanjang wilayah perbatasan. Sementara itu,
kalau melalui jalur laut, biasanya akan dibawa dengan kapal atau dengan
speedboat. Pengantaran ganja ke Jayapura dengan speedboat biasanya
menuju ke beberapa titik di daerah pantai seperti di Hamadi, Argapura,
dan Tanjung Ria. Ada dua macam transaksi ganja yaitu secara cash atau
dengan cara barter. Kalau menggunakan cara barter, biasanya ganja
akan ditukar dengan barang-barang elektronika atau biasa juga motor.
Setelah barang atau ganja diperoleh maka Bandar/Penampung/Penadah
di Jayapura akan mengedarkannya melalui jaringaan pengedar mereka
yang ada di kota ini. Para pengedar akan mendistribusikan paket-paket
ganja kepada masyarakat Jayapura baik di lingkungan pemukiman,
Penyuplai/”Kelompok Makassar”
(di Sulawesi Selatan)
Ekspedisi
(Jalur Udara)
Perusahaan Kayu
Tempat Hiburan
- Tukang Mebel Lapas Kos-Kosan
Malam
- Tukang Kayu di Hutan
Lain-Lain
1
Wawancara dengan warga panti rehab, Klinik Cendrawasih BNNP Jayapura.
3.2. Advokasi
2
Wawacara dengan warga Binaan LAPAS Kelas IIA DOYO Jayapura.
Banyak upaya lain yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak terutama
pemerintah. Upaya pemaksimalan program sosialisasi misalnya.
Sosialisasi tentang apa itu narkoba, bahayanya, dan sanksi berat yang
akan diterima tampaknya perlu semakin gencar dilakukan dan langsung
menyentuh masyarakat. Jadi tidak hanya berupa poster di jalan-jalan.
Pada saat ini tampaknya bandar narkoba lebih banyak dan lebih
kuat sosialisasinya daripada pemerintah. Bandar membuat baju-baju
yang bergambar ganja, misalnya. Dengan harga murah, maka masyarakat
terutama orang muda akan membelinya. Informasi tentang hukuman
narkoba banyak yang tidak tahu bahwa hukumannya berat. Baru mereka
tahu setelah diputuskan bahwa hukumannya lebih lama daripada kriminal
biasa. Dengan demikian, sosialisasi dari pemerintah harus lebih gencar
dan banyak dilakukan lagi.
Sumber Informasi:
Penutup
PENUTUP
Oleh:
Masyhuri Imron
Peredaran narkoba yang masif itu antara lain disebabkan oleh kondisi
geografis Indonesia yang memungkinkan para bandar menyelundupkan
narkoba ke berbagai wilayah Indonesia. Wilayah perbatasan, baik
perbatasan darat maupun laut, merupakan jalur yang mudah dilakukan
penyelundupan narkoba oleh para bandar. Hal itu diperparah dengan
penjagaan di kawasan perbatasan yang kurang begitu ketat, karena
minimnya aparat keamanan.
Semua itu tentunya membutuhkan kerja yang lebih keras lagi dari
pihak Lapas, baik untuk mencegah masuknya narkoba ke dalam Lapas,
maupun untuk mencegah bandar narkoba bisa menjalankan transaksi dari
dalam Lapas. Untuk itu maka pengawasan super ketat harus dilakukan
di dalam Lapas. Pengawasan bukan hanya terhadap pengunjung dan
warga binaan, melainkan juga terhadap para pegawai Lapas. Pengetatan
pengawasan terhadap pengunjung, dilakukan untuk mencegah
penyelundupan narkoba dari luar Lapas. Pengetatan pengawasan
terhadap warga warga binaan dilakukan untuk mencegah keberadaan
narkoba maupun telepon seluler di dalam Lapas, yang merupakan alat
utama bagi para bandar untuk menjalankan transaksi narkoba dari dalam
Lapas. Pengetatan pengawasan terhadap pegawai Lapas dimaksudkan
untuk mencegah agar mereka tidak menyalahgunakan kedekatannya
dengan warga binaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Jika kondisi seperti itu tidak segera diatasi, maka banyak pecandu
yang sudah insyaf dan ingin direhabilitasi bisa mengalami frustrasi. Oleh
karena itu satu-satunya cara yaitu pemerintah perlu lebih memperbanyak
tempat rehabilitasi. Banyaknya tempat rehabilitasi yang disediakan
oleh pemerintah, maka akan banyak pecandu yang dapat tertangani.
Jika sosialisasi untuk pencegahan bahaya narkoba sudah dilaksanakan
dengan baik, dan para pecandu sudah berhasil direhabilitasi, maka ke
depan jumlah penyalahguna narkoba akan semakin berkurang; dan seiring
dengan itu, jumlah pengedar dan bandar juga akan semakin berkurang.