DISUSUN OLEH :
1. Wira Ningsih 1912142010241
2. Novriyanti 1912142010234
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu hingga selesainya
tugas mata kuliah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2
BAB I
TEORITIS COVID 19
A. Pendahuluan
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Offce melaporkan kasus pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari
2020, China mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis
baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal tahun 2020 NCP mulai menjadi pendemi
global dan menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World
Health Organization (WHO) kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota
Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus
berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel
Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus-kasus
baru di luar China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public
Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Yang Meresahkan Dunia (KKMMD) .
Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada
manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh
SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab
SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun
angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (saat ini kurang dari 5%),
walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga
memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran
ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global
dilaporkan 51.857 kasus konfmasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian
negara dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfrmasi dengan 1.666
kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship Pelabuhan Jepang),
Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam (16 kasus), Singapura (72 kasus),
Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia
(15 kasus), Malaysia (22 kasus), Filipina (3 kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7
kasus), Jerman (16 kasus), Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2 kasus), United
Kingdom (9 kasus), Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus), Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus),
UEA (8 kasus), dan Mesir (1 Kasus).
B. Karakteristik Patogenik
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai fu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini
terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin3 .
Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2
dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama tiga jam . Virus ini juga telah
ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses
mungkin, dan risikonya diperkirakan rendah.
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di
Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-
2019 (COVID-19). COVID-19 termasuk dalam genus dengan for elliptic dan sering berbentuk
pleomorfk, dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari virus
SARS-CoV dan MERS-CoV. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa homologi antara COVID-
3
19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan
lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel
pernapasan manusia setelah 96 jam.
Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel dibutuhkan
waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh COVID-19, karena
virus mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II
paru-paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang disebut “spike”, untuk
terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang . Kepadatan ACE2 di setiap jaringan berkorelasi
dengan tingkat keparahan penyakit di jaringan itu dan beberapa ahli berpedapat bahwa
penurunan aktivitas ACE2 mungkin bersifat protektif. Dan seiring perkembangan penyakit
alveolar, kegagalan pernapasan mungkin terjadi dan kematian mungkin terjadi.
C. Karakteristik Epidemilogi
1. Orang dalam pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki riwayat demam atau ISPA
tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai dalam
pemantauan.
2. Pasien dalam pengawasan
a) Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 dan seseorang yang mengalami
gejala- gejala, antara lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang tenggorokan,
pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau gambaran radiologis;
serta pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (immunocompromised) karena
gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
b) Seseorang dengan demam>38°C atau ada riwayat demam ATAU ISPA ringan sampai
berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memiliki salah satu dari paparan
berikut: Riwayat kontak dengan kasus konfrmasi COVID-19, bekerja atau mengunjungi
fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfrmasi COVID-19, memiliki
riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei, memiliki sejarah kontak dengan orang yang
memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke Provinsi Hubei.
3. Mekanisme penularan
COVID-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui kontak
langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung
dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang
relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah.
4. Karakteristik klinis
Berdasarkan penyelidikan epidemiologi saat ini, masa inkubasi COVID-19 berkisar antara 1
hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari. Demam, kelelahan dan
batuk kering dianggap sebagai manifestasi klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat,
pilek, pharyngalgia, mialgia dan diare relatif jarang terjadi pada kasus yang parah, dispnea
dan / atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang
lebih buruk dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut,
syok septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi perdarahan dan batuk
serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien dengan penyakit parah atau kritis mungkin
mengalami demam sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus ringan
hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan sebagainya tanpa manifestasi
pneumonia Dari kasus yang ditangani saat ini, sebagian besar pasien memiliki prognosis
yang baik. Orang tua dan orang-orang dengan penyakit kronis yang mendasari biasanya
4
memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan gejala yang relatif ringan sering terjadi
pada anak-anak.
D. Diagnosis dan Penanganan
Sejak epidemi ini yang diawali Wabah Novel Penumonia Coronavirus di Wuhan, Provinsi
Hubei, COVID-19 menyebar kasus-kasus ini (secara resmi dinamakan COVID-19) telah
dilaporkan juga menyebar di luar Wuhan. Pedoman ini disusun berdasarkan rekomendasi WHO
sehubungan dengan adanya kasus COVID-19 yang bermula dari Wuhan, China hingga
berkembang ke seluruh dunia. Pedoman ini diadopsi dari pedoman sementara WHO serta akan
diperbarui sesuai dengan perkembangan kondisi terkini dan disesuaikan untuk kepentingan
pemerintah daerah. Virus baru ini tampaknya sangat menular dan telah menyebar dengan cepat
secara global. Dalam sebuah pertemuan pada 30 Januari 2020, sesuai dengan Peraturan
Kesehatan Internasional (IHR, 2005), wabah tersebut dinyatakan oleh WHO sebagai Kesehatan
Masyarakat Darurat dari Kepedulian Internasional (PHEIC) karena telah menyebar ke 18
negara dengan empat negara yang melaporkan transmisi ke manusia. Sebuah peristiwa
tambahan terjadi pada 26 Februari 2020, ketika kasus pertama penyakit ini, tidak diimpor dari
China, tercatat di Amerika Serikat. Awalnya, virus baru itu disebut 2019- nCoV.
Selanjutnya, para ahli dari Komite Internasional tentang Taksonomi Virus (ICTV)
menyebutnya sebagai virus SARS-CoV-2 karena sangat mirip dengan yang menyebabkan
wabah SARS (SARS-CoVs). COVID-19 telah menjadi patogen utama dari wabah penyakit
pernapasan yang muncul. Mereka adalah keluarga besar virus RNA untai tunggal (+ ssRNA)
yang dapat diisolasi pada spesies hewan yang berbeda. [1] Untuk alasan yang belum dijelaskan,
virus ini dapat melintasi batas spesies dan dapat menyebabkan, pada manusia, penyakit mulai
dari fu biasa hingga penyakit yangl ebih parah seperti MERS dan SARS. Yang menarik, virus
yang terakhir ini kemungkinan berasal dari kelelawar dan kemudian pindah ke inang mamalia
lain - musang palem Himalaya untuk SARS-CoV, dan unta dromedaris untuk MERS-CoV-
sebelum melompat ke manusia. Dinamika SARSCov-2 saat ini tidak diketahui, tetapi ada
spekulasi bahwa ia juga memiliki asal hewan.
Para penulis laporan CDC China membagi manifestasi klinis penyakit dengan tingkat
keparahan:
1. Penyakit ringan: non-pneumonia dan pneumonia ringan; ini terjadi pada 81% kasus.
2. Penyakit berat: dispnea, frekuensi pernapasan ≥ 30 / menit, saturasi oksigen darah (SpO2)
≤ 93%, rasio PaO2 / FiO2 [rasio antara tekanan darah oksigen (tekanan parsial oksigen,
PaO2) dan persentase oksigen yang disuplai (fraksi oksigen terinspirasikan, FiO2)] 50%
dalam 24 hingga 48 jam; ini terjadi pada 14% kasus.
3. Penyakit kritis: gagal pernapasan, syok septik, dan / atau disfungsi organ multipel (MOD)
atau kegagalan (MOF); ini terjadi pada 5% kasus.
Beberapa gejala yang mungkin terjadi, antara lain:
1. Penyakit Sederhana (ringan)
Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus saluran pernapasan bagian
atas, termasuk demam ringan, batuk (kering), sakit tenggorokan, hidung tersumbat,
malaise, sakit kepala, nyeri otot, atau malaise. Tanda dan gejala penyakit yang lebih
serius, seperti dispnea, tidak ada. Dibandingkan dengan infeksi HCoV sebelumnya,
gejala non-pernapasan seperti diare sulit ditemukan.
2. Pneumonia Sedang
Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea pada anak-anak) hadir
tanpa tanda-tanda pneumonia berat.
3. Pneumonia Parah Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan pernapasan,
takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2).
5
Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan COVID-19
Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan sampai
terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Deteksi dini
manifestasi klinis (tabel 3.1) akan menentukan waktu yang tepat penerapan tatalaksana dan
PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada kekhawatiran untuk
perburukan yang cepat. Deteksi COVID-19 sesuai dengan definisi operasional surveilans
COVID-19. Pertimbangkan COVID-19 sebagai etiologi ISPA berat. Semua pasien yang
pulang ke rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika mengalami perburukan. Berikut
manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19:
Pneumonia ringan Pasien dengan pneumonia dan tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan
bernapas + napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–
11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda
pneumonia berat.
Pneumonia berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam
pengawasan infeksi saluran napas, ditambah satu dari: frekuensi
napas >30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen
(SpO2) <90% pada udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini:
sianosis sentral atau SpO2 <90%;
distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat);
tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau
minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2
bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun,
≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit.
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan dada yang dapat
menyingkirkan komplikasi.
Acute Respiratory Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu.
Distress Syndrome Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru):
(ARDS) opasitas bilateral, efusi pluera yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau nodul.
Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat gagal jantung
atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif (seperti
ekokardiografi) untuk menyingkirkan bahwa penyebab edema
bukan akibat hidrostatik jika tidak ditemukan faktor risiko.
Kriteria ARDS pada dewasa:
• ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan
PEEP atau continuous positive airway pressure (CPAP) ≥5
cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg dengan
PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5
6
cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315 mengindikasikan
ARDS (termasuk pasien yang tidak diventilasi)
Syok septik Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan
resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan
kadar laktat serum> 2 mmol/L.
Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah
normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan
status mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90
x/menit atau >160 x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150
x/menit pada anak); waktu pengisian kembali kapiler yang
memanjang (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan bounding
pulse; takipnea; mottled skin atau ruam petekie atau purpura;
peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia.
.
Pencegahan Komplikasi
Terapkan tindakan berikut untuk mencegah komplikasi pada pasien kritis/berat:
Antisipasi Dampak Tindakan
Mengurangi lamanya hari - Protokol penyapihan meliputi penilaian harian
penggunaan ventilasi mekanik kesiapan untuk bernapas spontan
invasif (IMV) - Lakukan pemberian sedasi berkala atau
kontinyu yang minimal, titrasi untuk mencapai
target khusus (walaupun begitu sedasi ringan
merupakan kontraindikasi) atau dengan interupsi
harian dari pemberian infus sedasi kontinyu
7
Mengurangi terjadinya - Intubasi oral adalah lebih baik daripada
ventilator-associated pneumonia intubasi nasal pada remaja dan dewasa
(VAP) - Pertahankan pasien dalam posisi semi-
recumbent (naikkan posisi kepala pasien
sehingga membentuk sudut 30-450)
- Gunakan sistem closed suctioning, kuras dan
buang kondensat dalam pipa secara periodik
- Setiap pasien menggunakan sirkuit ventilator
yang baru; pergantian sirkuit dilakukan hanya
jika kotor atau rusak
- Ganti alat heat moisture exchanger (HME) jika
tidak berfungsi, ketika kotor atau setiap 5-7 hari
8
BAB II
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
12
menghadapi COVID-19. Evaluasi harus dilakukan oleh pejabat atau petugas kesehatan
masyarakat.
Kontak erat risiko rendah sebaiknya membatasi diri dan tidak bepergian ke tempat umum,
bila terpaksa dilakukan sebaiknya menggunakan APD berupa masker bedah. Kontak erat risiko
tinggi harus menghindari bepergian ke tempat-tempat umum. Orang-orang termasuk petugas
kesehatan yang mungkin terpajan dengan pasien dalam pengawasan atau konfirmasi infeksi
COVID-19 harus disarankan untuk memantau kesehatannya selama 14 hari sejak pajanan
terakhir dan segera mencari pengobatan bila timbul gejala terutama demam, batuk diserta gejala
gangguan pernapasan lainnya.
Selama proses 14 hari observasi, harus selalu proaktif berkomunikasi dengan petugas
kesehatan. Observasi ini dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer berkoordinasi dengan
dinas kesehatan setempat. Petugas melakukan Observasi kesehatan terkini melalui telepon
namun idealnya dengan melakukan kunjungan secara berkala (harian). Pasien diberikan edukasi
untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) meliputi:
• Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan
mata; serta setelah memegang instalasi publik.
• Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan
air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci
tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80% handrub.
• Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk.
• Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke fasyankes.
Petugas juga sebaiknya memberi saran-saran mengenai kemana mencari pertolongan bila
kontak mengalami sakit, moda transportasi apa yang sebaiknya digunakan, kapan dan kemana
unit tujuan di sarana kesehatan yang telah ditunjuk serta kewaspadaan apa yang dilakukan
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
Bila selama dalam masa observasi, petugas kesehatan menemukan kontak erat mengalami
gejala sesuai definisi pasien dalam pengawasan COVID-19 maka disarankan untuk
mengunjungi fasyankes terdekat. Fasyankes yang akan menerima harus diberitahu bahwa akan
datang kasus yang mempunyai gejala infeksi COVID-19. Ketika melakukan perjalanan menuju
sarana pelayanan rujukan, kasus harus menggunakan APD. Kasus disarankan untuk melakukan
kebersihan pernapasan serta sedapat mungkin berdiri atau duduk jauh (> 1 meter) dari orang
lain ketika sedang transit dan berada di sarana kesehatan. Kasus dan petugas yang merawat
harus melakukan kebersihan tangan secara benar. Setiap permukaan peralatan yang menjadi
kotor oleh sekret pernapasan atau cairan tubuh ketika dibawa, harus dibersihkan dengan
menggunakan pembersih rumah tangga atau larutan pembersih.
13
F. Pemulasaran Jenazah
Langkah-langkah pemulasaran jenazah pasien terinfeksi COVID-19 dilakukan sebagai
berikut:
• Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani pasien
yang meninggal akibat penyakit menular.
• APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
• Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus
sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
• Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
• Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
• Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.
• Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus
bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat istiadat
dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular
meninggal dunia.
• Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
• Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga
dan Direktur Rumah Sakit.
• Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
• Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.
• Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan
jenazah.
14
Melatih anggota Tim Komunikasi Risiko (yang terdiri dari Humas/Kominfo dan
Promosi Kesehatan) sebagai bagian TGC dan staf potensial lainnya tentang
rencana dan prosedur KRPM.
c. Komunikasi publik
Mengidentifikasi juru bicara di setiap tingkatan, baik lokal maupun nasional, membuat
daftar keahlian para juru bicara dalam mengantisipasi ancaman kesehatan masyarakat, dan,
jika dibutuhkan, diberikan pelatihan singkat.
Membuat rancangan pola pesan sebelum diinformasikan kepada publik.
Mengidentifikasi media utama/mainstream, membuat dan memperbarui daftar jurnalis, serta
membina hubungan baik dengan media.
Mengidentifikasi media, saluran komunikasi, influencer (tokoh yang berpengaruh) dan nilai
jangkauan potensialnya untuk audiens sebagai target potensial. Gunakan saluran dan
influencer yang dipercaya dan banyak disukai oleh audiens target.
Pesan kunci yang perlu disampaikan kepada masyarakat umum di negara yang bersiap
menghadapi kemungkinan wabah:
- Mengenali COVID-19 (peneyebab, gejala, tanda, penularan, pencegahan dan pengobatan)
- Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Health Advice:
1. Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan
mata; serta setelah memegang instalasi publik.
2. Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan air
dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan,
dapat menggunakan alkohol 70-80% handrub.
3. Menutup mulut dan hidung ketika bersin atau batuk menggunakan tisu, atau sisi dalam
lengan atas. Tisu yang digunakan dibuang ke tempat sampah dan cuci tangan setelahnya.
4. Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke fasilitas layanan
kesehatan.
b. Travel Advice
1. Hindari kontak dengan hewan (baik hidup maupun mati).
2. Hindari mengonsumsi produk hewan mentah atau setengah matang.
3. Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar hewan.
4. Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran napas.
5. Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.
6. Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak terutama demam atau
batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan.
7. Setelah kembali dari daerah outbreak, konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam
atau gejala lain dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk
mencegah penularan penyakit.
Pesan kunci yang perlu disampaikan kepada masyarakat umum di negara dengan satu atau
lebih kasus yang telah diidentifikasi pada dasarnya sama dengan yang negara yang bersiap
menghadapi kemungkinan wabah. Selain upaya pencegahan, perlu juga diinformasikan upaya
pengendalian antara lain:
- Jika mengalami gejala demam (≥380C) atau ada riwayat demam disertai dengan salah satu
gejala gangguan pernapasan seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas dan
memiliki faktor risiko terjadinya COVID-19 segera mendatangi fasyankes terdekat.
- Informasi hotline: Masyarakat umum: hotline COVID-19 (telp: 021-5210411/HP
081212123119) Petugas kesehatan: EOC, PHEOC
- Informasi rumah sakit rujukan yang menangani kasus. Pemerintah perlu mengeluarkan
travel advisory ketika sudah dilaporkan ada 1 kasus yang teridentifikasi dan apabila terjadi
penambahan kasus maka perlu mempertimbangkan mengeluarkan travel warning bagi
16
Media Promosi Kesehatan
Berikut ini merupakan contoh media promosi kesehatan yang dapat disebarluaskan
kepada masyarakat mengenai infeksi COVID-19.pelaku perjalanan.
17
s
Glosarium
APD : adalah salah satu
peralatan
perlindungan diri
yang sangat
penting untuk
mencegah infeksi
virus Corona.
DisinfektanAdalah : bahan kimia yang
digunakan untuk
mencegah
terjadinya infeksi
atau pencemaran
oleh jasad renik
atau obat untuk
membasmi kuman
penyakit.
Epidemi : adalah tingkat
kedua keparahan
dari suatu kasus
penyakit.
Herd immunity : berarti kekebalan kelompok
imported case : adalah kasus penularan Covid-19 atau virus Corona yang menimpa
seseorang yang baru kembali dari luar negeri.
Lockdown : berarti karantina wilayah, yaitu pembatasan pergerakan penduduk dalam
suatu wilayah, termasuk menutup akses masuk dan keluar wilayah.
Penutupan jalur keluar masuk serta pembatasan pergerakan penduduk ini
dilakukan untuk mengurangi kontaminasi dan penyebaran penyakit
COVID-19.
Local transmission : adalah saat dimana kasus penyebaran atau infeksi virus Corona terjadi di
lokasi tempat pasien tinggal atau berada saat ini.
OTG : merupakan istilah yang digunakan untuk orang yang positif terinfeksi virus
Corona tetapi tidak mengalami gejala atau gejalanya sangat ringan.
Pandemi : adalah epidemi yang menyebar ke berbagai negara lain dan berdampak
pada orang di seluruh dunia dalam jumlah besar secara simultan atau
berkelanjutan. Suatu penyakit ditetapkan sebagai pandemi jika
penyebarannya sudah internasional dan di luar dugaan sehingga sulit
dikendalikan.
Physical distancing : adalah salah satu tindakan pencegahan infeksi virus Corona dengan
menjaga jarak fisik antara satu sama lain.
Social distancing :Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), arti
istilah ‘social distancing’ atau ‘pembatasan sosial’ adalah menghindari
tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak optimal 2 meter
dari orang lain. Dengan adanya jarak, penyebaran penyakit ini diharapkan
dapat berkurang.
Suspect : seseorang yang diduga kuat telah terinfeksi Covid-19 atau virus Corona.
18
Virus Corona : menurut situs resmi World Health Organization (WHO), adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Coronavirus. Virus ini ditemukan pertama
kali di Wuhan, China.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI.2020.
Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Dissease.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. 2020.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Tim Kerja Kementrian Dalam Negeri. 2020. Pedoman Umum menghadapai Pandemi Covid 19
untuk Pemerintahan Daerah.
19
Indeks
A
asam nukleat nCoV-2019 5
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) 7,9
Airborne14,17,18
C
catheter-related bloodstream 13
Coronavirus 1
Covid 19 1,2, 3
D
Droplet 17,18
E
Expertise in Extra Corporal Life Support (ECLS) 11
H
High-Flow Nasal Oxygen/HFNO 10
L
Limfofenia 4
lower respiratory tract 5
M
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) 1,4
Norepinefrin 12
P
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) 18
20
respirator partikulat (N95) 15
S
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2) 1,3
U
Uncomplicated illness 7
V
Vasopresor 12
ventilasi non invasif (NIV) 10
ventilator-associated pneumonia (VAP) 13
21