Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Tapering Off?

Tapering off atau lebih sering disebut dose tapering off


merupakan penurunan dosis obat tertentu ketika obat hendak dihentikan
penggunaannya. Tujuan dilakukannya tapering off adalah agar tubuh kita tidak
mengalami gangguan akibat penghentian obat yang bersifat tiba-tiba. Tidak semua obat
dilakukan dose tapering off, hanya untuk obat-obat yang memiliki efek berlebihan pada
tubuh yang akan dilakukan tapering off.  

Apa manfaat dilakukan Tapering off pada obat tertentu ? Tujuan dilakukannya tapering
off pada beberapa obat adalah agar tubuh tidak menyadari secara langsung bila dosis
obat tersebut telah dikurangi dan akhirnya dihentikan sama sekali. Bila obat dihentikan
secara mendadak, tubuh akan mengalami gejala putus obat.

This content was copied from https://mobile.swiperxapp.com/tapering-off-pada-obat/

Obat-obat apa saja yang mengalami tapering off? Beberapa contoh obat yang bisa
mengalami tapering off adalah kortikosteroid, beta-blocker, antiepilepsi, dan
antidepressan.

Kortikosteroid

Obat ini memiliki efek anti-inflamasi dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan mengembalikan peningkatan permeabilitas kapiler. Efek penekanan sistem imun
terjadi dengan mekanisme penurunan aktivitas dan volume sistem limfatik, serta pada
dosis tinggi dapat menekan fungsi adrenal. Bila digunakan dalam dosis tinggi dan
jangka panjang, kortikosteroid dapat menyebabkan penekanan fungsi kelenjar
adrenal, penekanan sistem imun, sarcoma kaposi, miopati, efek pada mata, serta
gangguan psikiatrik. Contoh obat kortikosteroid antara lain prednison,
dexamethasone, methylprednisolon.

This content was copied from https://mobile.swiperxapp.com/tapering-off-pada-obat/

Mulailah dengan 4 mg dua kali sehari selama 7 hari, kemudian 2 mg dua kali sehari

selama 7 hari, kemudian 1 mg dua kali sehari selama 7 hari, kemudian 1 mg sekali

sehari selama 7 hari.

Penggunaan ketorolac inj lebih dari 5 hari dapat meningkatkan resiko GI bleeding.
D = Desire Albumin Level ( kadar Albumin yang dikehendaki )
A = Actual Albumin Level ( kadar Albumin sekarang )
B W = Body Wieight ( Berat badan )
Rumus : ( D – A ) X ( B W X 40 ) X 2
100

3.1.1. Tatalaksana jam pertama, tanpa memandang hiponatremia akut ataupun kronik

Kami merekomendasikan pemberian cepat 150 ml infus salin hipertonik 3% atau


setaranya selama 20 menit. (1D) Kami menganjurkan pemeriksaan kadar natrium
plasma setelah 20 menit sementara mengulang pemberian 150 ml infus salin hipertonik
3% atau 10 setaranya dalam 20 menit berikutnya. (2D) Kami menyarankan untuk
mengulang kedua rekomendasi terapi diatas sebanyak dua kali atau sampai target
kenaikan kadar natrium plasma 5 mmol/L tercapai.

INTERAKSI OBAT

Sindrom QT panjang dapat diturunkan atau disebabkan oleh pengobatan atau kondisi.
Ini sering tidak terdiagnosis atau didiagnosis secara salah sebagai gangguan kejang,
seperti epilepsi.
Penderita kondisi ini mungkin tidak mengalami gejala untuk waktu lama. Jika memang
terjadi gejala, itu bisa parah dan dapat berupa pingsan tiba-tiba, kejang, atau bahkan
kematian mendadak.
Pengobatan dapat melibatkan perangkat medis, perubahan gaya hidup, atau obat-
obatan, seperti beta blocker.

Konsumsi obat TBC satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan dengan


segelas air. Khusus obat TBC rifampicin, penderita perlu mengonsumsinya dengan
perut kosong. Hindari mengonsumsi alkohol saat sedang mengikuti pengobatan TBC.
Jangan lupa meminum obat TBC tiap harinya

Asites paling sering disebabkan oleh penyakit hati dan kurangnya protein (albumin).
Albumin adalah salah satu jenis protein yang berfungsi untuk mengikat cairan. Saat
tubuh kekurangan albumin atau hipoalbuminemia, maka cairan yang ada di dalam sel
akan bocor ke jaringan sekitar, termasuk ke rongga peritoneal.
Ascites terjadi saat jumlah cairan yang ada di dalam rongga peritoneal ini lebih dari 25
ml. Kondisi ini sering disebabkan oleh penyakit hati atau penurunan jumlah dan
produksi albumin.
Penyakit hati akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pembuluh darah vena
hati yang selanjutnya meningkatkan risiko keluarnya cairan dari pembuluh darah ke
jaringan sekitar, termasuk rongga peritoneal.

nilai tekanan darah normal pada lansia berada di rentang angka yang sedikit lebih


tinggi, yakni 130/80 mmHg hingga 140/90 mmHg

Anda mungkin juga menyukai