Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI

KETIMPANGAN DESA-KOTA

Disusun oleh :

NAMA : 1. CINTA AZZAHRA DEWI P.P (08)


2. DEWANTORO ISROQUL A.U (10)
3. OKTA NUR KAMELIA (25)
4. SEKAR ARUM KUSUMAWATI (29)

KELAS : XII IPS 2

SMA NEGERI 1 POLOKARTO

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sukoharjo, 12 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………...………………………………. i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Perumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 4

A. Bentuk Ketimpangan ................................................................ 4


B. Penyebab Ketimpangan ........................................................... 4
C. Akibat Ketimpangan ................................................................. 5
BAB III USULAN PROGRAM MENNGATASI KETIMPANGAN ......... 7

A. Kearifan Lokal Yang Hidup Dalam Masyarakat ...................... 7


B. Nama Program ......................................................................... 7
C. Kelompok Sasaran ................................................................... 8
D. Strategi Pelaksanaan ............................................................... 8
BAB IV PENUTUP ...............................................................................10

A. Saran .........................................................................................10
B. Kesimpulan ................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 11

iii
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Dalam konsep pembangunan yang dikembangkan selama
ini, dikotomi antara kota dan desa tidak dapat terhindarkan. Dalam
teori dan pelaksanaan pembangunan, pada umumnya kegiatan
pertanian dianggap identik dengan desa, sedang industri
identik dengan kota. Dikotomi yang cenderung hitam putih ini
membawa implikasi yang banyak menimbulkan masalah dalam
implementasinya, pencapaian tujuan pembangunan yang tidak
optimal sedangkan diperkotaan pembangunan lebih banyak
difokuskan dengan penekanan pada pembangunan dibidang
industri yang mencerminkan alokasi sumberdaya lebih berpihak
pada kota sedangkan sektor pertanian diabaikan. Sebaliknya,
pembangunan pedesaan (rural-led development) didesain dengan
cenderung mengabaikan perkotaan dan mendefinisikan wilayah
pedesaan dari aktifitas pertaniannya belaka. Padahal, selain khas
dan tidak sama dengan kota, karakteristik sosial ekonomi,
sumberdaya alam yang mendukungnya
juga sangat beragam
Pada wilayah pedesaan terjadi tekanan terhadap penduduk ,
sumber daya alam, timbulnya kemiskinan, degradasi lingkungan,
serta merenggangnya hubungan
sosial yang ada, menunjukkan bahwa kawasan perdesaan masih
relatif tertinggal jika dibandingkan dengan perkotaan, sehingga
memunculkan masalah urbanisasi dan sektor informal yang tidak
terkontrol, sehingga agar tidak terjadi pembangunan pedesaan
yang bias dengan urban, perlu konsep, strategi, pendekatan, dan
indikator (alat penunjuk) keberhasilan.
Desa hanyalah suatu unit kecil dalam perdesaan, namun unit
kecil inilah yang menyusun Indonesia menjadi sebuah negara yang
besar dan luas. Dan memang tak bisa dipungkiri, desa yang kita
miliki lebih banyak ketimbang kota. Atas dasar inilah
desa menjadi suatu yang tak bisa dikesampingkan dalam
perencanaan dan pengembangan regional bahkan nasional.
Karena itu agar tidak simpang siur, ada baiknya kita bahas dulu
mengenai terminologi perdesaan dan perkotaan.

1
Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial,
ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu
daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara
timbal balik dengan daerah lain.
Beragam pengertian mengenai desa telah dikemukakan
dikhalayak, terdapat banyak perbedaan pendapat meskipun dari
latar belakang bidang penelitian yang sama. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat kita lihat bahwa pengertian desa itu
ternyata mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu
sama lain diantara unsur-unsur, yang sebenarnya desa masih
dianggap sebagai standard dan pemelihara sistem kehidupan
bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong,
keguyuban, persaudaraan, gotong-royong, kepribadian dalam
berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan
lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas. Keragaman tersebut bisa
menjadi kekuatan bagi tegaknya bangsa. Dengan demikian
penguatan desa mandiri menjadi hal yang tak bisa ditawar dan tak
bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara menyeluruh

Pedesaan selalu identik dalam beberapa karakteristik yakni:


1. Kegiatan ekonomi didominasi oleh kegiatan pertanian;
2. Keadaan sosial selalu menggunakan nilai-nilai terukur dalam
tingkah laku,
kepercayaan atau rasa yang dianut individu dalam suatu komunitas
3. Keadaan psikologis penduduknya yang mencirikan pola pikir
seperti identitas
individu sebagai anggota dari komunitas masyarakat;
4. Dilihat dari kebudayaan di perdesaan bercirikan
perkembangannya lambat,
homogen, dan dijaga oleh penduduknya.

Dari karakteristik perdesaan dapat digunakan sebagai cara


pandang kita terhadap perdesaan itu sendiri, bagaimana
memperlakukannya dan bagaimana merencanakannya. Hal ini
merupakan langkah awal yang dapat mempengaruhi tindak
perencanaan selanjutnya yang tentunya akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat pedesaan dengan menempatkan desa pada
posisi ideal, dan dieliminir karena kesenjangan pola pikir
masyarakatnya yang tradisional serta persoalan yang melingkup

2
desa dalam potret “realitas sosiologi”, yang merupakan bagian
penting dari perencanaan
Bertolak dari beberapa permasalahan desa, maka
pembangunan desa dengan menggunakan perspektif masyarakat
desa, perlu dipandang secara terpisah karena
selain 80% penduduk bumi hidup diwilayah desa, masyarakat desa
memiliki karakteristik sendiri juga bersifat mandiri, atau berpotensi
untuk mandiri sesuai dengan konsep-konsep pembangunan desa,
serta kondisi riel yang terjadi selama ini.
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah maka penulis
memfokuskan pembahasan mengenai ”KONDISI JALAN ANTARA
DESA DAN KOTA” (Studi Kasus di Desa Bendosari Kecamatan
Bendosari Kabupaten Sukoharjo).

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana kondisi pertumbuhan jalan di Desa dengan kondisi
jalan di Kota?”

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar perbandingan pertumbuhan kondisi jalan di Desa dengan
kondisi jalan di Kota.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. BENTUK KETIMPANGAN
Bentuk ketimpangan pada penelitian ini adalah Ketimpangan
Pembangunan yang Dipengaruhi Kebijakan Pemerintah dalam
lingkup Ketimpangan antara Desa dan Kota. Untuk lebih dalamnya
sesuai topik yang diambil penelitian kali ini yaitu perbedaan
pembangunan jalan antara wilayah desa dengan wilayah kota

B. PENYEBAB KETIMPANGAN
Ketimpangan sosial yang terjadi antara desa dan kota ternyata
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kondisi
geografi dan tipologi desa yang kurang menguntungkan. Hal ini
menyebabkan mata pencaharian masyarakat desa tidak memiliki
banyak alternatif (pilihan) seperti di perkotaan. Misalnya,
masyarakat desa yang tinggal di wilayah sekitaran pegunungan,
mereka akan bekerja sebagai petani atau pedagang. Alasannya
karena hanya dari kebun atau sawah lah mereka bisa
mendapatkan sesuatu untuk dimakan dan ditanam

Sementara itu, program pembangunan masih terlalu fokus pada


sektor industri di perkotaan, sehingga sektor pertanian menjadi
terpuruk dan terabaikan. Para petani dan pedagang hanya
memperoleh keuntungan yang kecil dari hasil panen/barang
dagangannya. Keuntungan yang kecil ini tidak akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Akibatnya, angka
kemiskinan di desa jauh lebih tinggi daripada di kota.

Selain itu, tidak adanya alternatif pekerjaan di desa juga


menyebabkan banyak masyarakat desa yang memutuskan untuk
mencari pekerjaan lain di kota agar dapat menghasilkan
pendapatan yang lebih besar.

Penyebab lain dari ketimpangan desa kota terkhusus pada


pembangunan infrastruktur kota yang lebih diutamakan daripada
infrastruktur desa yaitu Pemerintah hanya menyediakan fasilitas
yang sifatnya kompleks untuk wilayah perkotaan, sehingga untuk

4
masyarakat daeerah pedesaan butuh waktu lama untuk mengakses
dan menikmati fasilitas fasilitas tersebut.
C. AKIBAT KETIMPANGAN
Dampak untuk masyarakat desa
1. Terjadinya alih fungsi lahan 
Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan lahan dari fungsi nya semula menjadi fungsi lain yang
berdampak negatif terhadap lingkungan, hal ini biasanya
disebabkan oleh 3 faktor:
Faktor internal yang meliputi kondisi sosial ekonomi petani
pengguna lahan
Faktor eksternal yang meliputi dinamika pertumbuhan kota,
demografi dan ekonomi
Faktor kebijakan, yaitu adanya regulasi dari pemerintah tentang
perubahan fungsi lahan.Urbanisasi penduduk pedesaan
2. Perpindahan penduduk pedesaan ke wilayah perkotaan dapat
berdampak negatif terhadap masyarakat desa dan desa itu sendiri
3. Hilangnya lahan usaha pertanian
Pertumbuhan luas area kota menghilangkan lahan pertanian.
Tetapi dampak dari berkembangnya suatu kota tidak hanya
berdampak negatif saja untuk masyarakat desa dan desanya. Ada
juga hal-hal positif yang memberikan pengaruh kepada penduduk
desa.

Dampak Positif
 Kemungkinan peningkatan produksi desa karena teknologi baru
 Meningkatnya kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk
berkualitas di desa

Dampak untuk masyarakat kota


1. Munculnya pelanggaran hukum
Datangnya orang baru menuju kota karena mengincar
kesempatan dapat menimbulkan pelanggaran hukum, mereka yang
tidak berhasil akhirnya karena didorong oleh kebutuhan melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Misalnya melakukan
perampokan, atau membangun tempat tinggal liar.

2. Penyalahgunaan wewenang
Karena banyak dan sulitnya mengurus perizinan untuk
pembangunan, membuat beberapa oknum menawarkan bantuan

5
agar perizinannya menjadi mudah. Hal ini membuka kesempatan
untuk melakukan penyalahgunaan wewenang demi mendapatkan
keuntungan bagi dirinya sendiri.

Dan secara umum akibat yang diperoleh dari ketimpangan desa


terkhusus pembangunan infrastruktur yang tidak merata adalah
timbulnya kesenjangan antara Kota dan Desa yang cukup tinggi.

6
BAB III

USULAN PROGRAM MENGATASI KETIMPANGAN

A. KEARIFAN LOKAL YANG HIDUP DIMASYARAKAT


Kearifan Lokal dalam Kegiatan Sosial Budaya
1) Sebagian besar kegiatan sosial budaya masih dipraktekkan
masyarakat Bendosari dengan sangat baik seperti uraian berikut.
Perhitungan weton masih diterapkan oleh 78,3 persen responden
untuk menentukan rencana masa depan dan menghindari hal-hal
negatif.

2) Tradisi terkait peringatan hari sejarah seperti tirakat 17 Agustus


masih dijalankan oleh 93,3 persen responden. Tradisi tirakat
tersebut tetap dijalankan agar tetap mengenang jasa para
pahlawan yang dulu telah memperjuangkan kemerdekaan RI.

3) Ruwahan masih dijalankan oleh 83,3 persen responden dengan


banyak kegiatan seperti ziarah ke makam keluarga dan sedekah
ruwah (membuat makanan tradisional apem dan membagikannya
ke tetangga atau keluarga). Padusan dilakukan sebelum memulai
hari puasa bertujuan mensucikan diri secara lahir dan batin.
Padusan masih dijalankan oleh 96,7 persen responden, mereka
memilih melakukannya di rumah masing-masing.
Kearifan Lokal dalam Kegiatan Pertanian
1) Kegiatan pertanian masyarakat Bedoyo sebagian besar dilakukan
dengan kearifan lokal secara turun-temurun. Sebanyak 88,3 persen
responden masih menggunakan pranata mangsa dengan alasan
aturan tersebut sudah merupakan adat istiadat yang turun-temurun.
Sementara itu, sisanya yaitu 11,7 persen responden sudah tidak
menggunakan aturan pranata mangsa. Sebagian besar
memberikan alasan kondisi iklim sekarang ini sudah berubah-ubah
sehingga pranata mangsa tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan
untuk bertani.

B. NAMA PROGRAM
Pembangunan jalan di Desa Bendosari, Kec. Bendosari, Kab.
Sukoharjo.

7
Pembangunan fasilitas tidak hanya dilakukan di daerah perkotaan,
namun juga diperlukan di daerah pedesaan. Setiap daerah memiliki
dana desa sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk membangun
fasilitas penting. Dengan adanya fasilitas yang memadai seperti rumah
sakit, sekolah yang bagus, serta pelayanan masyarakat yang
terjangkau akan membuat masyarakat pedesaan meningkat taraf
hidupnya. Pembangunan salah satunya seperti yang dilakukan di Desa
Bendosari, Kec. Bendosari, Kab. Sukoharjo. Jalan yang berada di
Desa Bendosari yang sebelumnya kondisinya rusak parah, dibangun
dengan memanfaatkan dana desa (DD). Pembangunan ruas jalan ini
cukup penting mengingat jalan ini merupakan akses perekonomian
dan pertanian warga.

C. KELOMPOK SASARAN
Sasaran Pembangunan Jalan di Desa Bendosari Kec. Bendosari Kab.
Sukoharjo.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dijelaskan bahwa
pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasaranadesa, pengembangan
potensi ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber. Sasaran
Pembangunan Jalan di desa adalah Meningkatkan kuantitas
jalan desa dan antar desa. Meningkatkan layanan pemerintahan
secara lebih berkualitas, cepat, trasparan dan akuntabel, pada semua
tingkat pemerintahan.

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Tidak sedikit desa di Indonesia yang dikategorikan tertinggal.
Disaat wilayah perkotaan gencar akan program pembangunan dan
penataan kotanya, wilayah pedesaan seakan-akan kurang mendapat
perhatian, mungkin hampir disemua sektor. Kota dengan segala
kemajuannya semakin terus maju, sedangkan desa seakan akan
belum ada perkembangan. Alasan-alasan seperti itulah yang pada
akhirnya pemerintah pusat mulai mengucurkan dana untuk setiap desa
di Indonesia, yang disebut dengan Dana Desa (DD). Dana yang
dikucurkan tersebut dalam pelaksanaannya melihat pada keadaan
desa itu sendiri, yang pada hal ini juga akan memengaruhi pada
besaran dana yang akan diterima oleh desa tersebut.

8
Strategi dari program ini adalah :
Perbaikan akses jalan, jembatan dan lain-lain
Pembangunan infrastruktur merupakan hal yang sangat vital
dan penting untuk mempercepat proses pembangunan berskala
Nasional. Tidak hanya itu, dengan berjalannya pembangunan
infrastruktur, akan sangat menunjang bagi masyarakat dalam
menjalankan segala aktifitasnya, serta dengan pembangunan
infrastruktur ini akan berpengaruh pula dalam berbagai sektor. Kondisi
pembangunan di Desa Bendosari saat ini memang belumlah berjalan
secara pesat, hal ini salah satunya dapat dilihat dari perspektif
pembangunan desa yang dapat dikatakan belumlah sepenuhnya
memadai, salah satu contohnya yaitu pembangunan infrastruktur jalan
desa. Pemerintah Desa Bendosari melakukan suatu proses
perencanaan pembangunan desa yang bersumber dari Program Dana
Desa (DD) dan Anggaran Dana Desa ADD.
Pembangunan jalan desa yang dilaksanakan Pemerintah Desa
Bendosari, pastinya berdasarkan apa yang menjadi usulan dari setiap
masyarakat, hal ini dimaksud agar pembangunan atau pemberdayaan
yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Bendosari benar-benar dapat
terasa manfaatnya.

9
BAB IV

PENUTUP

A. SARAN
a) Diharapkan agar Kepala Desa dan apartnya semakin gigih dalam
berupaya mem-perjuangkan aspirasi masyarakat Desa guna
mendapatkan proyek-proyek pembangunan sesuai skala prioritas
kebutuhan, serta keinginan masyarakat desanya.
b) Agar Kepala Desa beserta jajarannya semakin menjalin hubungan
yang baik dengan tokoh-tokoh masyarakat dan dengan
masyarakat desa secara keseluruhan sehingga pertemuan –
pertemuan yang mereka selenggarakan di masa yang akan datang
dapat melahirkan gagasan – gagasan dan keputusan – keputusan
yang lebih baik guna menyukseskan setiap program dan proyek
yang telah berhasil diperjuangkan oleh Kepada Desa
c) Agar Kepala Desa dan aparatnya serta tokoh – tokoh masyarakat
Desa Bendosari senantiasa bersinergi menjadi teladan bagi
masyarakat dalam memelihara dan merawat hasil – hasil
pembangunan yang dicapai.

B. KESIMPULAN
Setelah dilakukannya pembahasan atas data yang diperoleh maka
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh penulis.
Perbandingan pembangunan infrastruktur antara Desa dan Kota
terkhusus pada pembangunan jalan perbedaannnya sangat
signifikan dimana dalam daerah lebih ditekankan untuk kemajuan
sedangkan di Pedesaan tertinggal akan pembangunan tersebut.
Maka dari itu penulis sangat yakin apabila usulan program seperti
pembangunan (pelebaran dan perbaikan) jalan Desa lebih
ditekankan. Serta bantuan Dana Desa (DD) sangat sangat
membantu melancarkan program ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/522018032/5e3a303ad541df5b997fcf82/kur
ang-meratanya-pembangunan-infrastruktur-di-indonesia

http://jurnal.utu.ac.id/jppolicy/article/download/753/608

https://gunungmaskab.go.id/index.php/2018/03/14/tujuan-dan-sasaran/

https://www.google.com/amp/s/www.ruangguru.com/blog/beberapa-
upaya-untuk-mengatasi-ketimpangan-sosial%3fhs_amp=true

11

Anda mungkin juga menyukai