Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SAPA
REDAKSI INSSAN
Assalamualaikum War. Wab.
Salam rindu kami tak lekang hilang, meski edisi Inssan seringkali
pupus terbitan. Setelah banyak kertas dan tinta yang kami habiskan untuk
para pembaca sekalian. Sampailah kita di edisi Buletin Inssan ke-38, lebih
tepatnya terbitan kedua di kepemimpinan direktur baru kami.
Pembahasan edisi kali ini ialah seputar serpihan hujan yang terus menerus
datang. Kenangan, kekecewaan, kedinginan, kerinduan, dan perasaan-
perasaan lain yang ikut meluap di lumbung hati bersama air hujan.
Redaktur
Susunan Redaksi
BUKAN HUJAN
“DIA” Yang Aku Kenal Dulu
“Kamu ikut hujan-hujanan gak?” Ya... Itu ialah sosok hujan yang
begituliah kiranya masa kecilku dahulu. aku kenal dulu. Kini, dia sudah berbeda,
Teriakan teman-temanku tak pernah atau hanya karena aku sudah beranjak
hilang dalam penyimpanan otakku. Tak dewasa. Aku selalu merasa kalau “dia”
pernah ada jeda bermain ketika hujan bukan lagi hujan yang aku kenal dulu.
sudah membasahi tubuh kecil kami.
Saat ini, pelataran sepi dan sunyi
Kejar-kejaran, mainan kapal dari kertas
saat hujan mengguyur tanah. Tak ada
yang dilipat tangan, dan segala
lagi anak-anak yang berlarian diatas
permainan yang menyelinap di otak
tanah yang becek akan hujan. Mereka
polos kami.
tak seaktif masa kecilku dulu, mereka
Saat beranjak remaja, semua itu berbeda.
tak lagi ku lakukan. Payung dan jas
Bahkan, payung yang dulu aku
hujanlah yang aku butuhkan saat hujan.
gunakan untuk meneduh, menuai kasih
Mandi hujan sudah tak cocok dengan
sayang bersama kekasihku. Kini tak lagi
orang seumuranku. Meski begitu, aku
kulihat. Sepasang kekasih, tak semesra
masih tampak bahagia melihat banyak
masa mudaku dulu.
bocah bermain hujan di sekitarku
4 Buletin Inssan Putra
Jika aku tak melihat peristiwa yang Masa remaja yang aku lihat
sama dalam memori otakku. Aku ingin sekarang, berkenalan lalu berpacaran
melakukan hal itu sendiri, mandi hujan, dengan perantara media sosial di
kejar-kejaran, membuat kapal-kapalan. gawainya. Dan saat hujan turun di
musimnya, banyak postingan yang aku
Tapi... Aku sadar usiaku sudah
baca. Menggunakan kutipan “rindu” di
terlalu rapuh untuk melakukan itu.
dalamnya.
Anak dan cucu-cucuku pun tak ada
yang sepertiku dulu. Kisah muda kalian tak seindah
masa mudaku dulu. Dan kelak, tak ada
Mereka semua hanya sibuk
lagi bekas luka yang bisa kau tunjukkan
berdiam diri sendiri. “Ahh... Bentar
karena jatuh saat kejar-kejaran. “Dia”
dong! Aku lagi main game nih!” respon
yang berubah atau aku yang terlalu
turunanku saat kuminta bantuan. Sibuk
tua.
dengan permainan yang menghabiskan
tabungan. Tak seperti masa kecilku, Ir_Sya
bermain kalau tak punya uang.
SETETES SAJAK
Edisi 38
Cerita pendek 5
Ruang Publik
Aktivitas sosial sangatlah dibutuhkan dalam Sifat nya yang introvert itu tidak
kehidupan setiap makhluk bernyawa. membuat dirinya berhenti berkarya, dan
Terkumpul dalam ruang publik kehidupan, membuatnya ingin menjadi lebih baik daripada
watak setiap makhluknya pun beragam. teman yang membully-nya hingga
Namun, ruang publik menjadi hal paling membuatnya selalu mengerjakan setiap
menyebalkan bagi kaum introvert, ya... perkara sendirian, tanpa memperdulikan
sebutan untuk individu yang bersikap lebih teman sekitarnya.
internal. Banyak dari mereka telah tertipu akan
Sampai pada suatu waktu, pihak
keindahan dunia. Hingga mereka mengurung
sekolah memberi tugas akhir sekolah kepada
dirinya dalam ruang imajinasi tanpa batas.
tiap pelajar untuk membuat kelompok dan
Arga merupakan seorang pemuda pergi berkemah untuk mengamati alam sekitar.
yang sangat membenci keramaian publik, ia Sebenarnya, ia agak tak senang ketika
trauma akan bully-an yang pernah ia dapatkan mendapat tugas tersebut, yang terbesit di
semasa kecilnya. Ditambah orang tuanya yang pikirannya adalah: ia takut kalau teman
selalu melarang nya untuk bermain di luar sekelompoknya akan menghianati nya dan
rumah dan memantau pergaulannya secara akan menjahilinya ketika di lokasi perkemahan.
berlebihan. Apalagi, tak ada satu orang pun yang dapat ia
percaya dalam kelompok yang ia dapat.
6 Buletin Inssan Putra
Hingga salah satu temannya datang yang cerah, seolah hanya ada kebahagiaan di
dan mengulurkan tangannya, berharap untuk bumi tempat para kaki berpijak. Tugas yang
berkenalan dan akan memberi tawaran diberikan selanjutnya oleh pembimbing yaitu,
bantuan mendirikan tenda. Pemikiran Arga para siswa dibagi dalam kelompok kecil yang
yang sensitif membuatnya berpikir negatif berjumlah 3 anggota untuk dibagi ke tiap pos
tentang temannya itu, tapi di sisi lain ia juga konservasi. Kali ini Arga kembali
butuh bantuan teman. Arga pun mengulurkan dipertemukan dengan temannya Vero dan
tangannya dan menerima bantuan dari satu lagi, dia bernama Aletta.
Edisi 38 7