Abstract
This research is a reconnaissance study to predict the distribution and depth of the sediment basin in
East Java based on Bouger Anomaly data in gravity method.Bouger anomaly is projected to flat plane
used by equivalent point mass source method. Upward continuation is used to separate the regional
and residual anomaly. Modeling sub surface in two dimensions are used by polygon Talwani method
by help computer program Geomodel.The results of this research can be concluded that in East Java
sediment basin has about 6 km in depth. The central basin are reside in mid of East Java, there are
around Sragen, Karanganyar, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Kediri, Bojonegoro, Jombang and
Mojokerto which in the east west direction. In the eastern part of East Java Basin there are Sidoarjo,
Pasuruhan, Probolinggo and Maura bay has direction in northwest to southeast.
Key words: Basin, basement, sediment, Bouger Anomaly
Abstrak
Penelitian ini merupakan studi awal untuk memperkirakan penyebaran dan kedalaman sedimen pada
cekungan di daerah Jawa Timur berdasarkan data Anomali Bouguer. Pada metode gravity
(gayaberat). Data anomali Bouger dibawa ke bidang datar menggunakan metode sumber ekuivalen
titik massa. Pemisahan anomali regional dan residual dilakukan dengan menggunakan metode
kontinuasi ke atas. Pemodelan bawah permukaan 2 dimensi menggunakan metode poligon Talwani
dengan program Geomodel. Dari hasil pemodelan menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki
cekungan sedimen yang tebalnya mencapai sekitar 6 km. Pusat cekungan terletak di tengah-tengah
Jawa Timur (di sekitar Sragen, Karanganyar, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Kediri, Bojonegoro,
Jombang dan Mojokerto) berarah barat–timur, sedangkan di bagian timur Jawa Timur (Sidoarjo,
Pasuruhan dan Probolinggo) dan selat Madura berarah barat laut – tenggara.
Kata - kata kunci : cekungan – basement – sedimen – anomali gravitasi Bouguer
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
Madura, dan deretan pegunungan Muria dan Miocene .3 Di zona utara, batuan-
(Muria massif).2 Pegunungan Selatan pada batuan mengalami perlipatan dan
kenyataannya bukan merupakan deretan terpotong oleh sesar aktif utara–selatan.
pegunungan yang kontinyu tetapi tersela Tren umum dari sumbu perlipatan adalah
oleh dataran rendah Lumajang yang luas. berarah barat – timur. Bentuk sedimennya
Zona Solo adalah sabuk vulkanik dengan adalah suatu urutan dari sandstone yang
dataran rendah diantaranya. Zona Kendeng beralterasi dengan mudstone yang
adalah antiklinorium yang berarah dari mengindikasikan proses sedimentasi
barat ke timur dengan dominasi sedimen flyschlike. Zona utara juga
laut, panjangnya 250 km dengan rata-rata dikarakterisasikan dengan sedimen tebal
lebarnya 20 km, dan ke arah timur di dari mud dan marl. Untuk alasan ini proses
bawah dataran alluvial dan selat Madura. sedimentasi di zona ini telah berlangsung
Secara struktur, depresi Randublatung kondisi geosinklin .
merupakan suatu sinklin yang kebanyakan Di Jawa Timur terdapat sistem
terisi sedimen alluvial. Panjangnya hampir sesar yang berarah barat – timur. Sesar ini
sama dengan zona Kendeng, lebarnya kira- bertanggung jawab atas keberadaan bentuk
kira 10 sampai 20 kilometer. Zona palung dari zona Randublatung dan selat
Rembang adalah suatu antiklinorium Madura (Madura Strait). Sistem sesar
dengan lebar rata-rata 80 km. Gunung tersebut secara kuat mengontrol
Muria dan Lasem terletak di luar garis perkembangan area cekungan di dalam
barisan pegunungan inti. Suatu dataran kerak sunda (Sunda shelf) dan
alluvial menghubungkan dua fitur ini konsekuensinya juga sedimentasi terjadi
dengan dataran utama setelah waktu sejak Tersier awal. Cekungan Jawa Timur
Holocene. Umur batuan-batuannya dari dan selat madura terdiri dari sedimen
selatan ke utara berangsur-angsur menjadi Tersier dengan ketebalan mencapai 5000
muda, yaitu sedimen Paleogen dan meter 4
Miocene di selatan, pegunungan Kuarter Metode Penelitian
(Quarternary volcanoes) di tengah dan Penelitian diawali dengan digitasi
sedimen Neogene di utara. peta anomali gravitasi Bouguer.
Zona selatan adalah area dimana Selanjutnya adalah pengolahan data yang
direpresentasikan oleh sedimentasi yang diawali dengan proyeksi data anomali
cukup stabil dan sedikit batuan yang gravitasi Bouguer ke suatu bidang datar.
berubah bentuk. Batuan dasar seperti Metode proyeksi bidang datar yang
schists, phyllits, dan kuarzites yang mana digunakan adalah metode sumber
terintrusi oleh batuan ultrabasic ditemukan ekuivalen titik massa4. Pada metode ini
di zona selatan. Batuan-batuan ini terlapisi suatu sumber ekuivalen titik-titik massa
diatasnya oleh batuan-batuan klastik yang diskrit terletak pada suatu bidang datar
berumur Eocene dan Oligocene dengan kedalaman menurut syarat batas di
menunjukkan suatu fase transgressif dari bawah permukaan reference spheroid.
selatan. Batuan-batuan ini kebanyakan Anomali gravitasi dihitung kembali
karbonat dan pyroklastik. Material berdasarkan titik-titik massa tersebut ke
pyroklastik yang merupakan indikasi dari suatu bidang datar dengan grid teratur
suatu aktivitas vulkanik semakin banyak pada ketinggian tertentu. Proses
ke arah utara. Aktivitas vulkanik di zona selanjutnya adalah kontinuasi ke atas yang
selatan kira-kira dimulai pada Eocene dan dilakukan untuk memisahkan anomali
berlanjut sampai Miocene awal dan tengah. regional dan residual. Pemodelan 2D
Data sedimentologi dan paleontologi menggunakan metode polygon Talwani
mengindikasikan bahwa zona ini dengan program Geomodel5 Gambar 1
merupakan area endapan dangkal yang merupakan peta anomali gravitasi Bouguer
dalam keseluruhannya kebanyakan Eocene Jawa-Timur.
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
9300000
U 9250000
1400
1200
9200000
1000
800
600
Lintang Selatan (UTM)
9150000
400
200
0
9100000
-200
-400
-600
9050000
-800
-1000
-1200
9000000
-1400
-1600
-1800
8950000
-2000
8900000
Hasil dan Pembahasan gr/cm3 untuk bagian selatan dan 2,4 gr/cm3
Gambar 2 menunjukkan peta kontur untuk bagian utara (Untung dan Sato,
anomali gravitasi Bouguer hasil proyeksi 1978), lapisan dibawahnya merupakan
bidang datar. Sedangkan gambar 3 batuan Pratersier dengan densitas rata-rata
merupakan peta kontur anomali gravitasi 2,67 gr/cm3, kemudian lapisan basement
residual dengan beberapa lintasan slicing yang terdiri dari lapisan granitik dan
untuk pemodelan. Dari kontur anomali basaltik dengan densitas 2,87 gr/cm3. Dari
medan gravitasi residual (gambar 4.2) ada hasil pemodel diperoleh sedimen yang
beberapa hal yang dapat diamati, yaitu sangat tebal yaitu pada lintasan B, D, F
adanya anomali rendah di tengah-tengah dan G yang direpresentasikan dengan
Jawa Timur dengan pola memanjang anomali medan gravitasi residual negatif
dengan arah timur – barat yang berkaitan yang besar. Lapisan sedimen Tersier ini
dengan cekungan Kendeng dimana batuan tebalnya melebihi 6 km. Dari pemodelan
dasar sangat dalam dan sedimen yang tersebut kemudian dibuat peta kontur
sangat tebal. Terdapat anomali positif ketebalan sedimen Tersier ditunjukkan
cukup besar di sepanjang bagian Selatan pada gambar 4. Dari peta kontur pada
Pulau Jawa yang dapat ditafsirkan sebagai gambar 4 dapat diperlihatkan bahwa Jawa
struktur sembul yang mana batuan dasar Timur memiliki cekungan sedimen Tersier
dan mantel dekat ke permukaan. dengan kedalaman lebih besar dari 6000 m
Dengan membuat 11 lintasan dengan sumbu cekungan terletak di tengah
slicing pada kontur anomali medan – tengah pulau (disekitar Sragen,
gravitasi residual (gambar 3) dibuat model Karanganyar, Ngawi, Madiun, Nganjuk,
2 dimensi (lampiran gambar 1-11). Pada Kediri, Bojonegoro, Jombang dan
pemodelan diasumsikan bahwa struktur Mojokerto) dengan kecenderungan arah
bawah permukaan terdiri dari 3 lapisan. timur – barat, sedangkan pada bagian
Lapisan paling atas merupakan lapisan timur Jawa Timur (Sidoarjo, Pasuruhan
sedimen Tersier dengan densitas 2,1 dan Probolinggo) dan Selat Madura
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
dengan kecenderungan berarah baratlaut – memiliki potensi akumulasi minyak bumi
tenggara. Dengan diketahuinya ketebalan yaitu pada daerah dengan sedimen Tersier
serta penyebaran sedimen di Jawa Timur yang-tebal.
maka dapat diketahui daerah yang
9300000
9250000 mGal
140
120
9200000
100
80
Lintang Selatan (UTM)
60
9150000
40
20
9100000 0
-20
-40
9050000 -60
-80
-100
9000000
-120
-140
-160
8950000
-180
8900000
U 9250000 A B mGal
C
D E F G I J 55
H K
45
9200000
35
25
Lintang Selatan (UTM)
9150000
15
5
9100000 -5
-15
-25
9050000
-35
-45
9000000 -55
-65
-75
8950000
-85
8900000
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
0
9250000 -500
-1000
Lintang Selatan (UTM)
-1500
9200000
-2000
-2500
-3000
9150000
-3500
-4000
-4500
9100000
-5000
-5500
9050000 -6000
-6500
-7000
550000 600000 650000 700000 750000 800000 850000 900000
2,1 gr/cm3
2,4 gr/cm3
2,87 gr/cm3
2,67 gr/cm3
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145
143
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 11 , No.4, Oktober 2008 hal 137-145