Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Locus of Control
a. Pengertian Lokus Kendali
Lokus kendali menurut Rotter (Hill) adalah suatu hal yang dipastikan
memberikan kontribusi terhadap kualitas kinerja seseorang, yaitu respon awal
sebagai dasar dari respon yang akan dilakukan selanjutnya. Lokus kendali
(LOC) adalah sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa.
Seseorang dengan internal lokus kendali adalah mereka yang merasa
bertanggung jawab atas kejadian tertentu. Hasilnya adalah dampak langsung
dari tindakannya. Sedangkan, orang dengan external lokus kendali adalah
mereka yang sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan,
petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan lain di luar kekuasaannya
(Brotosumarto, 2010).
Konsep tentang lokus kendali pertama kali dikemukakan oleh Rotter
seorang ahli teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory). Lokus
kendali merupakan salah satu variabel kepribadian yang didefinisikan sebagai
keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny)
sendiri. Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam
kehidupannya berada di bawah kontrol dirinya dikatakan sebagai individu
yang memiliki internal lokus kendali. Sementara itu, individu yang memiliki
keyakinan bahwa lingkungan mempunyai kontrol terhadap nasib atau
peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan sebagai individu yang
memiliki external lokus kendali. Kreitner & Kinichi mengatakan bahwa hasil
yang dicapai lokus kendali internal dianggap berasal dari aktivitas dirinya.
Sedangkan pada individu dengan lokus kendali eksternal menganggap bahwa
keberhasilan yang dicapai dikontrol oleh keadaan sekitarnya (Yayan, 2013).
Robbin (dikutip Ginintasasi, 2014) lokus kendali mengandung arti
seberapa jauh individu yakin commit to user menguasai nasib mereka sendiri.
bahwa mereka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
cenderung lebih internal daripada orang dewasa (Skinner, 2003). Secara lebih
lanjut (Skinner, 2003) melaporkan bahwa individu yang memiliki lokus
kendali internal lebih berhubungan dengan penalaran kognitif secara kongkrit.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa lokus kendali adalah
keyakinan seseorang mengenai sumber – sumber yang mengontrol kejadian –
kejadian di dalam hidupnya. Sumber itu dibagi Rotter ke dalam dua bagian,
yaitu internal, untuk mereka yang meyakini bahwa setiap kejadian adalah
berhubungan dengan tingkah lakunya, dan eksternal bagi mereka yang
meyakini bahwa kejadian – kejadian adalah disebabkan oleh faktor – faktor di
luar diri yang tidak dapat ia kuasai.
c. Karakteristik Lokus kendali
Lokus kendali internal diyakini mempunyai dua karakteristik pokok yaitu
motivasi prestasi tinggi dan independen. Lokus kendali internal lebih
cenderung pada pengertian prestasi dan mempunyai toleransi terhadap
penundaan hadiah serta cenderung merencanakan tujuan jangka panjang,
sementara lokus kendali eksternal kurang memberikan arti mengenai tujuan
kegagalan yang terjadi bagi individu yang memiliki kecenderungan lokus
kendali internal akan menyebabkan individu tersebut cenderung untuk
melakukan evaluasi atas kinerjanya dan tidak terlalu mengharapkan
keberhasilan, sedangkan individu yang memiliki kecenderungan lokus
kendali eksternal akan menaikkan harapannya. Berdasarkan atas uraian di
atas maka jelaslah bahwa lokus kendali adalah bagaimana individu meyakini
bahwa dirinya dapat mengontrol kejadian dalam hidupnya. Individu dapat
memiliki lokus kendali internal yang tinggi dikarenakan hasil dari
perilakunya dan tindakannya sendiri, mempunyai kontrol diri yang lebih baik
dan percaya bahwa usaha yang dilakukannya akan membuat dirinya berhasil,
sehingga individu tersebut cenderung untuk aktif mencari informasi dan
pengetahuan yang baru.
d. Uji Lokus Kendali
Skala Lokus Kendali Julian Rotter
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Alat ukur penelitian adalah skala lokus kendali diadaptasi dari internal-
eksternal lokus kendali scale dari Rotter. Rotter (1966) menyusun uji lokus
kendali untuk menilai sejauh mana kepribadian seorang individu memiliki
keyakinan penguatan internal atau eksternal. Terry Pettijohn, penulis
Psychology: A Connec Text, telah mengembangkan tes berikut berdasarkan
ide asli Rotter. Ditunjukkan untuk setiap pernyataan apakah itu T (true) atau
F (false). Tidak ada jawaban benar atau salah. Survei ini akan memberikan
ide umum di mana kita bisa berdiri di atas dimensi lokus kendali.
T F
No Pernyataan Lokus kendali (True)/ (False)
Benar / Salah
1 Saya biasanya mendapatkan apa yang
saya inginkan dalam hidup
2 Saya harus menyimpan informasi
tentang berita acara
3 Saya tidak pernah tahu di mana aku
berdiri dengan orang lain
4 Saya tidak benar-benar percaya pada
keberuntungan atau kebetulan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
T F
2N
Pernyataan LoC (True)/ (False)
o
Benar / Salah
5 Saya berpikir bahwa saya bisa dengan
mudah memenangkan undian
6 Jika saya tidak berhasil pada tugas,
saya cenderung untuk menyerah
7 Saya biasanya meyakinkan orang lain
untuk melakukan hal-hal dengan cara
saya
8 Orang-orang membuat perbedaan
dalam mengendalikan kejahatan
9 Keberhasilan saya adalah sebagian
besar masalah kesempatan
10 Pernikahan sebagian besar merupakan
pertaruhan bagi kebanyakan orang
11 Orang-orang harus menjadi tuan nasib
mereka sendiri
12 Hal ini tidak penting bagi saya untuk
memilih
13 Hidup saya tampaknya seperti
serangkaian kejadian acak
14 Saya tidak pernah mencoba sesuatu
yang saya tidak yakin
15 Saya mendapatkan rasa hormat dan
penghargaan saya terima
16 Seseorang bisa menjadi kaya dengan
mengambil risiko
17 Pemimpin yang sukses ketika mereka
bekerja keras
18 Kegigihan dan kerja keras biasanya
membawa kesuksesan
19 Sulit untuk mengetahui siapa teman
sejati saya
20 Orang lain biasanya mengendalikan
hidup saya
Sumber : Helper & Hill, 2011
Keterangan :
a) Skor:
(1) Skor 5 point untuk setiap pertanyaan jika menunjukkan False di
pertanyaan: 2,3,5,6,9,10,12,13,14,16,19,20
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
(2) Skor 5 point untuk setiap pertanyaan jika Anda menunjukkan True
pada pertanyaan: 1,4,7,8,11,15,17,18
b) Hasil:
(1). 0-15 lokus kendali sangat kuat, (2). 20-35 lokus kendali Eksternal, (3).
40-60 keduanya lokus kendali eksternal dan internal, (4). 65-80 lokus
kendali Internal, (5). 85-100 lokus kendali sangat kuat (Helper & Hill,
2011).
Pengembangan alat ukur penelitian skala internal-eksternal lokus
kendali dari Rotter. dikembangan lagi oleh beberapa peneliti lain
sesuai bidangnya, sekitar 28 jenis skala telah dikembangan. Untuk
skala internal-eksternal lokus kendali bidang kesehatan
dikembangakan oleh Wallston, Wallston & DeVellis (1978) yang
biasa disebut skala multi dimensi kesehatan lokus kendali. The
Multidimensional Health Locus of Control Scale (MHLoC) dirancang
oleh Barbara Wallston, Kenneth Wallston dan Robert DeVellis. Skala
ini adalah 18 item yang laporan diri ukuran dimaksudkan untuk
digunakan dalam populasi umum untuk menilai keyakinan individu
tentang apa yang mempengaruhi kesehatan. Skala menilai tiga
dimensi cukup independen:
a) Kepercayaan internal (kesehatan saya dipengaruhi oleh pilihan
dan perilaku saya sendiri)
b) Kesempatan kepercayaan (kesehatan saya dipengaruhi secara
kebetulan atau nasib dan baik saya maupun dokter saya punya
banyak pengaruh di atasnya)
c) Kuatnya kepercayaan (kesehatan saya tergantung pada
kompetensi dokter saya, kesehatan saya tergantung pada perilaku
anggota keluarga, dll)
Skala multidimensi kesehatan lokus kendali tersebut mempunyai
ketentuan adalah sebagai berikut:
a) Pilihan Jawaban dari pertanyaan pada skali ini disesuaikan
commit
dengan menggunakan to user
skala linkert yang mengunakan 6 pilihan,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
artinya tidak ada nilai tengah (zero point) pada pada skala
penelitian ini. Hal ini dilandaskan dari pernyataan Edward (1957)
yang dikutip oleh Amaliah (2008) sebagai berikut:
“ If we wish to correlate scores on an attitude scale with scores
on other scales or with other measure of interest, this can also be
done without any reference to zero point on the favorable –
unfavorable continuum.”
"Jika kita ingin mengkorelasikan nilai pada skala sikap dengan
skor pada skala lain atau dengan menarik ukuran lainnya, dapat
dilakukan tanpa referensi untuk titik nol yang menguntungkan –
tidak menguntungkan kontinum”
b) Setiap item merupakan pernyataan keyakinan tentang kondisi
kesehatan dengan memilih jawaban yang antara mungkin setuju
atau tidak setuju. Di samping setiap pernyataan tersebut adalah
skala yang berkisar antara “Sangat Tidak Setuju (1) sampai
Sangat Setuju (6). Responden semakin setuju dengan pernyataan,
semakin tinggi nilainya dan semakin responden tidak setuju
dengan pernyataan, semakin rendah nilainya. Skala ini adalah
ukuran dari keyakinan, jelas tidak ada benar atau salah pada skala
ini. Pilihan jawaban sebanyak 6 tersebut adalah
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Cukup Tidak Setuju (CTS)
3 = Agak Tidak Setuju (ATS)
4 = Agak Setuju (AS)
5 = Cukup Setuju (CS)
6 = Sangat Setuju (SS)
c) Pilihan jawaban tersebut terbagi menjadi 2 jenis pernyataan
favorable – unfavorable continum. Bentuk pernyataan skala
Wallston, Wallston, & DeVellis ini terbagi menjadi 3 formulir
pernyataan, yang masing – masing pernyataan terdiri dari 18 soal
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku
c. Tertuju pada satu objek saja, tetapi juga pada sekumpulan objek
atau sesuai, baik positif maupun negatif terhadap suatu objek. Dalam
pandangan ini, respon yang diberikan individu diperoleh dari proses belajar
hasil belajar sebagai salah satu dari evaluasi (Aiken dalam Ramdhani, 2008).
3. Teori Motivasi
a. Pengertian Motivasi commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
c. Komponen Motivasi
Asnawi (2011) mengembangkan suatu teori motivasi berdasarkan
jenis-jenis pilihan yang di buat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-
alih berdasarkan kebutuhan internal. Menurut Asnawi (2011), teori
harapan (expectancy) memiliki 3 asumsi pokok, yaitu:
1) Valence
Seberapa jauh yang orang inginkan terhadap hal-hal yang ditawarkan
terhadap dirinya. Misalnya dalam suatu organisasi berkaitan dengan
penghargaan, waktu kerja dan sebagainya. Valence mengacu pada
keinginan atau kemampuan untuk menarik atau menolak dan memiliki
sesuatu tertentu pada lingkungan.
2) Instrumentality
Bagaimana kemungkinan suatu hal yang potensial akan berimplikasi
terhadap sesuatu yang bernilai lain, misalnya kinerja yang baik yang
berimplikasi pada promosi. Instrumentality (sarana) didasarkan pada
hubungan yang dirasakan atau dua hasil.
3) Expectancy
Bagaimana kemungkinan seseorang menyakini bahwa apa yang telah
diusahakan itu akan membawa kepada kinerja yang baik.
Pace dan Faules (1998) dalam Sobur (2011) menyatakan
berdasarkan teori harapan ini, motivasi dapat dijelaskan dengan
mengkombinasikan ketiga elemen dasar tersebut. Orang akan termotifitasi
bila ia percaya bahwa: 1) perilaku tertentu, 2) hasil tersebut mempunyai
nilai positif baginya, dan 3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang
dilakukan seseorang. Jadi seseorang akan memilih, ketika ia melihat
alternatif – alternatif, tingkat kinerja yang memiliki kekuatan motivasional
tertinggi yang berkaitan dengannya.
d. Teori motivasi
Menurut Lestari (2015), beberapa teori yang berhubungan dengan
motivasi diantaranya:
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
4. Teori Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan
intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan.
Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk memudahkan para tenaga
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Hipertensi
≥ 140 Dan < 90
sistolik terisolasi
(Perki, 2015).
c. Penentuan Risiko Kardiovaskuler
1. Menggunakan perhitungan estimasi risiko kardiovaskular yang formal
(ESC 2013), untuk mengetahui prognosis.
2. Selalu mencari faktor risiko metabolic (diabetes, ganguan tiroid
dan lainnya) pada pasien dengan hipertensi dengan atau tanpa penyakit
jantung dan pembuluh darah
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
d. Diagnosis
Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau
tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari
Canadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation
for The Management of Hypertension 2014
e. Tatalaksana Hipertensi
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita
hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi
pola hidup sehat merupakancommit to usertahap awal, yang harus dijalani
tatalaksana
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak Guidelines adalah :
Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan
lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada
makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya.
Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥
2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
–60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan
tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk
berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas
rutin mereka di tempat kerjanya.
Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol
semakin hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan
dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2
commit to user
gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
1) Umur
Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan
sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa.
Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap
darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan
diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi
commit to user
secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
2) Jenis Kelamin
Perubahan hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita
lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan
risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi.
3) Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4) Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan
darah.
5) Ras
Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama.
6) Obesitas
Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
5. Teori Lansia
a. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang
dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana
diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirakan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang
akan kehilangan tugas dan fungsi ini dan memasuki selanjutnya yaitu usia
lanjut kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya tentu telah
siap menrima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya (Darmojo, 2004).
b. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
seperti kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
a) Kulit menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastic lagi. Fungsi kulit
sebagai penyakit suhu tubuh lingkungan dan mencegah kuman-kuman
penyakit masuk.
b) Rambut mulai rontok, berwarna putih, kering dan tidak mengkilat.
c) Gigi mulai habis.
d) Penglihatan dan pendengaran berkurang.
e) Mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
f) Keterampilan tubuh menghilang disana-sini terdapa timbunan lemak
terutama pada bagian pinggul dan perut.
g) Jumlah sel otot berkurang mengalami atrofi sementara jumlah jaringan
ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya
menurun dan kekuatannya berkurang.
h) Pembuluh darah penting khususnya yang terletak dijantung dan otak
mengalami kekakuan lapisan intim menjadi kasr akibat merokok,
hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi dan lain-lain yang
memudahkan timbulnya pengumpulan darah dan thrombosis.
i) Tulang pada proses menua kadar kapur (kalsium) menurun akibatnya
tulang menjadi keropos dan mudah patah.
2) Perubahan atau kemunduran kemampuan kognitif
a) Mudah lupa karena ingatan tidak berfungsi dengan baik.
b) Ingatan kepada hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada yang terjadi
pada masa tuanya yang pertama dilupakan adalah nama-nama
c) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang atau tempat
juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingatan yang sudah
mundur dan juga karena pandangan yang sudah menyempit
d) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman skor yang dicapai
dalam test-test intelegentsi menjadi lebih rendah sehingga lansia tidak
mudah untuk menerima hal-hal yang baru.
3) Perubahan-perubahan psikososial
a) Pension, nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya selain itu
commit
identitas pension dikaitkan to user
dengan peranan dalam pekerjaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
B. Penelitian Relevan
Jurnal yang relevan dengan penelitian ini meliputi:
1. Kretchy et al. (2014) melakukan penelitian berjudul Locus of control and
anti-hypertensive medication adherence in Ghana. Meneliti tentang
ketidakpatuhan minum obat merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang utama di Ghana. Dengan hasil Locus of control (LoC) dapat
mempengaruhi meningkatkan kepatuhan pengobatan pada penderita
hipertensi.
2. Bonichini et al. (2009) melakukan penelitian berjudul Validation of the
Parent Health Locus of Control Scales in an Italian sample. Penelitian
tersebut menguji tentang sifat psikometrik dan peniruan dari De Vellis
(1993) Induk kesehatan Locus of Control (PHLOC) skala dalam sampel
Italia. Didapatkan hasil seorang individu dengan HLOC yang tinggi akan
memiliki kesehatan yang lebih baik karena individu cenderung mengambil
tindakan untuk meningkatkan kesehatannya.
3. Smith et al. (2013) melakukan penelitian berjudul Comparing the risk
associated with psychosocial work conditions and health behaviours on
incident hypertension over a nine-year period in Ontario, Canada.
Peneltian tersebut membandingkan resiko yang terkait dengan kondisi
kerja dan perilaku kesehatan psikososial pada insiden hipertensi yang
merupakan masalah kesehatan yang semakin penting di Kanada.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
C. Kerangka Teori
Kepatuhan Pengobatan
Hipertensi
: Berhubungan/ Mempengaruhi/Mengakibatkan/Menimbulkan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
D. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini kerangka berfikirnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
______ = diteliti
E. Rumusan Hipotesis
1. Ada hubungan antara lokus kendali dan hipertensi pada lansia.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan hipertensi pada lansia.
3. Ada hubungan antara motivasi dan hipertensi pada lansia.
4. Ada hubungan antara lokus kendali, dukungan keluarga, motivasi dan
hipertensi pada lansia.
commit to user