Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA: KELFIN Y TUAEWA

NPM: 12114201180111

KELAS: C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas ini kepada saya sebagai upaya
menjadika saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan saya dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan pihak
lain. Untuk itu, saya menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu di perbaiki, untuk itu, saya mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan tugas makalah yang akan datang, sehingga dapat bermanfaat
bagi siapapun yang menbacaya.
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep menua
B. Patofisiologi
C. Konsep keperawatan lansia meniere
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Diagnose
C. Perencanaan
BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama
Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi
penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga bagian dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang, biasanya pada satu
telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimph
pada telinga dalam.
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang
di dunia menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40
tahun keatas dan tidak ada perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan
wanita. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika
terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari
100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.
Kelompok akan berusaha menjelaskan tentang sindrom meniere beserta asuhan
keperawatan yang diharapkan dapat berguna untuk mahasiswa dan masyarakat pada
umumnya.
 

B. Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan
sindrom meniere.

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
A. Konsep Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas,termasuk infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap jejas dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik serta struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
aterosklerosis, DM, kanker, yang akan menyebabkan manusia menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatik, seperti stroke, infark miokard, koma asidotik,
metastase kanker, dan sebagainya (Darmojo, 2010).
Usia harapan hidup yang lebih panjang disertai kualitas hidup yang optimal inilah
konsep baru dari ilmu kedokteran anti penuaan atau Anti Aging Medicine (AAM). AAM
ini didefinisikan sebagai bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, dan perbaikan kekeadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit
yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam
keadaan sehat. Dengan definisi AAM tersebut, tampak bahwa terdapat paradigma baru,
manusia bukanlah orang yang terperangkap dalam takdir genetiknya dan penuaan dapat
dianggap sama dengan penyakit yang dapat dicegah, diobati bahkan dikembalikan
kekeadaan semula (Pangkahila, 2011).

Banyak teori menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Pada


dasarnya, teori itu dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1) Teori “pakai dan rusak” (Wear and Tear Theory) meliputi kerusakan DNA,
glikosilasi, dan radikal bebas,
2) Teori program meliputi teori terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan teori
hormon (Pangkahila, 2011).
Membicarakan fisiologi proses penuaan tidak dapat dilepaskan dengan pengenalan
konsep homeostenosis. Konsep ini diperkenalkan oleh Walter Cannon pada tahun 1940
an, terjadi pada seluruh sistem organ pada individu yang menua. Homeostenosis yang
merupakan karakteristik fisiologis penuaan adalah keadaan penyempitan atau
berkurangnya cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap
sistem organ. Bertambahnya usia menyebabkan cadangan fisiologis untuk menghadapi
perubahan (challenge) akan semakin berkurang, dan membuat seorang usia lanjut lebih
mudah untuk mencapai keadaan sakit ataupun kematian. Konsep homeostenosis ini dapat
menjelaskan berbagai perubahan fisiologis yang terjadi selama proses menua dan efek
yang ditimbulkan, beserta variasinya yang akan meningkat seiring meningkatnya usia.
Variasi terjadi antara satu individu dengan individu yang lain pada umur yang sama,
antara satu sistem organ dengan sistem organ yang lain, bahkan dari satu sel terhadap sel
yang lain pada individu yang sama (Sulistyoningrum., 2010)

Dengan demikian proses penuaan tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melalui proses
yang berlangsung 3 tahap (Pangkahila, 2011).
1. Tahap Subklinik (usia 25 – 35 tahun) Pada tahap ini, sebagian besar hormon di
dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormone, dan hormon
estrogen. Pembentukan radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA, mulai
mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Karena itu pada
tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.
Pada umumnya, rentang usia ini dianggap usia muda dan normal, padahal sebenarnya
sudah mulai terjadi proses penuaan.
2. Tahap Transisi (usia 35 – 45 tahun) Selama tahap ini level hormon terus menurun
sampai 25%. Massa otot berkurang sebanyak 1 kg setiap beberapa tahun. Akibatnya
tenaga dan kekuatan terasa hilang, sedang komposisi lemak tubuh terus bertambah.
Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung
pembuluh darah dan obesitas. Pada tahap ini gejala mulai muncul, yaitu penglihatan dan
pendengaran menurun, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi kulit
menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Pada tahap ini orang merasa
mulai tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Radikal bebas mulai merusak ekspresi
genetik, yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, arthritis, berkurangnya
memori, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
3. Tahap Klinis ( usia 45 tahun ke atas) Pada tahap ini penurunan level hormon terus
berlanjut, yang meliputi DHEA, melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan
juga hormon tiroid. Terjadi juga penurunan, bahkan hilangnya kemampuan penyerapan
bahan makanan, vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang
sekitar 1 kg setiap 3 tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori,
meningkatnya lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama
sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari. Disfungsi seksual merupakan keluhan yang
penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan.
Kesehatan yang mencakup kesehatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual merupakan
salah satu idaman utama dari kita semua. Kesehatan yang holistik ini tidak mudah dicapai
dan sebagian besar manusia di dunia mempunyai pola idup tidak sehat. Dimana pola
hidup tidak sehat ini merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian, selain itu
juga mempercepat terjadinya penyakit degeneratif. Dengan kata lain timbulnya penyakit
degeneratif berhubungan erat dengan proses penuaan. Sebaliknya penyakit degeneratif
mempercepat proses penuaan. Contoh penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson,
Atherosklerosis, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung, Kanker, Osteoarthristis,
Osteoporosis (Pangkahila, 2011). Ada empat faktor penting yang menyebabkan
terjadinya penyakit degeneratif, yaitu adanya radikal bebas, inflamasi, kegagalan sistem
imun, dan stres insulin yang berlebihan. Dari keempat faktor tersebut, diyakini adanya
radikal bebas dalam tubuh merupakan faktor yang paling penting (Aman, 2012).
Proses oksidasi akan terus berlangsung selama hidup yang meliputi aktivitas
metabolik yang reguler, aktivitas fisik. Dua sampai lima persen dari oksigen yang
dikonsumsi akan diubah menjadi single oksigen, superoksid, hidrogen peroksida, dan
radikal hidroksil. Semuanya terakumulasi dalam tubuh yang disebut Reactive Oxygen
Species (ROS). Apabila ROS ini melebihi antioksidan yang ada dalam tubuh, maka
keadaan ini disebut stres oksidatif yang dapat merusak lipid, protein, dan DNA. Dengan
demikian mudah sekali menimbulkan penyakit kronis dan degeneratif, yang akan
mempercepat proses penuaan (Aman, 2012).
B. Patofisiologi
Adanya paparan faktor penyebab, seperti virus herpes, alergi, adanya infeksi pada
saluran telinga tengah dan saluran nafas atas, serta adanya faktor autoimun dan herediter,
dapat menyebabkan terganggunya mekanisme fisiologis tubuh, keseimbangan kimiawi
dan memicu terjadinya mekanisme pertahanan tubuh dalam memberikan sinyal terhadap
adanya gangguan.
Perubahan mekanisme di atas, dapat mempengaruhi terjadinya keseimbangan
cairan perilimfe dan endolimfe pada lapisan telinga dalam. Perubahan itu sebagai akibat
ketidakseimbangan tekanan pada ujung kapiler arteri duktus koklearis yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan cairan endolimfe, yaitu peningkatan tekanan hidrostatik
ujung kapiler arteri, penurunan tekanan ongkotik kapiler dan adanya sumbatan pada
aliran endolimfe. Dengan adanya peningkatan tekanan kapiler arteri menyebabkan
dorongan aliran darah lebih cepat, memungkinkan lolosnya protein dalam darah ke dalam
cairan ekstra kapiler, mengakibatkan penurunan tekanan ongkotik intra kapiler dan
peningkatan tekanan ongkotik ekstra kapiler. Mekanisme autoimun juga dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya sumbatan cairan endolimfe karena pelepasan senyawa kimiawi
yang tidak terkontrol. Semua mekanisme di atas mengakibatkan terjadinya akumulasi
endolimfe pada labirin membranasea.
Gerakan tubuh dan kepala, pada kondisi pasien dengan penumpukan cccaiiiraaan
endolimfe, dapat memicu terjadinya gerakan hiperaktif cairan endolimfe yang akam
menggerakkan silia pada membran vestibuler, menekuk, menutupi kanal kalium, dan
membuka kanal kalsium ( cairan endolimfe mengandung Kalium 144 meq/L dan Natrium
13 meq/L), menyebabkan depolarisasi sel saraf pada vestibuler, yang akan dihantarkan ke
pusat keseimbangan di cerebellum, kortex dan hipothalamus oleh serabut afferen nervus
vestibuler, oleh neurotransmitter senyawa glutamat, aspartat, asetilkolin dan histamin,
yang akan menyebabkan vertigo.
Mekanisme yang sama karena akumulasi cairan pada endolimfe dengan gerakan
aktif silia akan merangsang pergerakan membran tektorial dan membran basiler yang
akhernya ditangkat oleh organ korti, yang merupakan organ pendengaran, walaupun tidak
ada rangsangan dari luar sebagai gelombang suara yang akan dihantarkan ke kortex
cerebri oleh nervus auditorius/akustikus, yang akan menyebabkan terjadinya tinitus.
Disamping itu akumulas cairan yang terus dan bertambah juga dapat
menyebabkan rusaknya membran reissner, menyebabkan terganggunya penerimaan organ
korti dan nervus auditorius sehingga suara yang disampaikan lebih kecil dari tekanan
gelombang suara yang sebenarnya atau bahkan tidak terdengar sama sekali sehingga
menyebabkan gangguan pendengaran.

C. Konsep keperawatan lansia dengan masalah meniere

1. Landasan Teori Medis

a. Terapi Medis Profilaksis


Terapi medis diarahkan untuk mengatasi  proses penyakit yang mendasarinya atau
mengontrol serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.
 Vasodilator
Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali
sehari, jika tidak terdapat ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam
nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator digunakan akibat
gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.
 Antikolinergik
Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa
hidrops endolimfatik disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di
telinga dalam.
 Penggunaan Hormon Tiroid
Penggunan hormone tiroid didasarkan atas teori bahwa hipotiroidisme
ringan adalah termasuk penyebab hidrops endolimfatik.
 Pemberian Vitamin
Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat
defisiensi vitamin. Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B
kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-flavonoid
(Lipoflavonoid).
 Diet rendah garam dan Pemberian diuretic
Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar
menurunkan jumlah cairan tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan
endolimfe.
 Program pantang  makanan
 Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat
terjadinya suatu alergi makanan.
b. Terapi Simtomatik
Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya
serangan vertigo dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit
Meniere.
 Sedative
Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti
diazepam (Valium) sering menolong pasien rileks dan menurunkan
frekuensi serangan vertigo.
 Antihistamine dan antiemetic
Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau
mengurangi keparahn seringan vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin
yang sering diberikan adalah dimenhidrinat (dramamine) dan siklizin
(Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah antiemetic
diferidol.
 Depresan vestibuler
Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi
keparahan serangan vertigo dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi
penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.
Pembedahan
Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur
pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan
untuk mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan
ini mengandung sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab
ubtuk  mengatasi serangan vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere.
Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok : bedah destruktif, bedah destruktif sebagian
dan bedah nondestruktif.
 Labirinektomi
Labirinektomi atau destruksi  total pada labirintus membranaseus, merupakan
jaminan pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi
terpaksa harus mengorbankan pendengaran secar total pada telinga yang
bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila kehilangan pendengaran
pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu lagi masih
mampu mempertahankan fungsi normalnya
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

Tn. T (65 th), mengeluh dalam 2 minggu ini kepala seperti berputar dan terjadi secara episodik,
jika sedang serangan sering disertai mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran. Keluhan ini
pernah dirasakan 3 tahun yang lalu, setelah berobat dan sembuh. Akhir-akhir ini keluhan muncul
kembali dengan penyebab kurang jelas. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD 140/80 mmHg,
Nadi 80 x/menit, RR 25 X/menit dan suhu 26 C. Daerah ekstremitas agak bengkak, EKG dengan
LVH. Hasil Ro terdapat Cardiomegali, dapat terapi Furosemide, Ranitidin, Ampicillin, dan
methyl prednisolon. Kebiasaan saat ini, merokok 1 bungkus/hari dan minum kopi setiap habis
makan.

A. Pengkajian

1. Riwayat Klien

Nama : Tn. T
Tempat tanggal lahir : Ambon, 12 Januari 1944
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Mahasin, mangga dua
Suku : Ambon
Agama : Kristen
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : S1
Orang yang bertanggung jawab : Anak

2. Riwayat keluarga
Pasangan

Hidup : Masih hidup


Status kesehatan : Sehat
Umur : 72 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kematian : Belum meninggal
Tahun meninggal : Tidak ada
Penyebab kematian : Tidak ada

Anak-anak (disesuikan dengan jumlah anak)

Hidup : Masih hidup


Status kesehatan : Sehat
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : PNS
Kematian : Tidak ada
Tahun meninggan : Tidak ada
Penyebab kematian : Tidak ada

Genogram

Ket:

: Meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien
3. Riwayat Pekerjaan

Status pekerjaan saat ini : Tidak ada


Pekerjaan sebelumnya : PNS
Sumber-sumber pendapatan : Pensiunan dan Hasil Usaha
Kecukupan terhadap kebutuhan : Cukup

4. Riwayat Lingkungan Hidup

Tipe tempat tinggal : Rumah sendiri


Jumlah kamar : 3 (tiga) Kamar
Jumlah tingkat : Tidak ada
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 6 (enam) orang
Derajat privasi : Tidak ada
Tetangga terdekat : Ada
Alamat/telp : Mangga dua

5. Riwayat Rekreasi

Hobi/minat : Menonton sepek bola di TV


Keanggotaan organisasi : Anggota organisasi wadah pelayanan laki-laki
Gereja
Liburan/perjalanan : sebulan sekali ke pantai

6. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan

Pelayanan kesehatan yang digunakan : Puskesmas dan Rumah sakit terdekat


Pelayanan dirumah posyandu : Tidak ada

7. ADL (Activity Daily Living)

Nutrisi

Frekuensi makan : 2x sehari (mandiri)


Jenis makanan : nasi, sayur, tahu, temped an ikan
Makanan pantangan : tidak ada
Nafsu makan : baik
Rasa mual/muntah : ada
Jenis diet : tidak ada
Intake cairan/minuman : 5 x 200 ml (air putih atau teh)
Kesulitan lain : tidak ada
Eliminasi

BAB
Frekuensi : 1x sehari (mandiri)
Waktu : pagi hari
Warna : kuning/normal
Konsistensi : tidak lembek
Darah atau lendir : tidak ada

BAK
Frekuensi : 3-5x sehari (mandiri)
Jumlah : kurang lebih 150 ml
Nyeri : tidak ada
Warna : kuning jernih
Bau : normal
Cateter : tidak ada

Pola Istirahat dan Tidur

Waktu tidur : 2x sehari


Lama tidur : 10 jam
Kebiasan tidur : berdoa sebelum tidur
Mimpi buruk : jarang
Jam tidur (siang dan malam) : 13.00-15.00 dan 21.00-05.00
Kualitas tidur : baik

Personal Hygiene

Mandi : 2x sehari (mandiri)


Gosok gigi : 2x sehari (mandiri)
Cuci rambut : 3 x seminggu (mandiri)
Ganti pakaian : mandiri

Pola Aktivitas dan Latihan

Kegiatan diwaktu luang : nonton TV


Olagraga : bermai dengan cucu dan jalan-jala pagi
Gerakan tubuh : lemah
Mangenakan pakaian : mandiri
Mandi : mandiri
Mudah merasa lelah : mudah kelelahan
Sesak nafas saat beraktifitas : ada

8. Status Kesehatan Saat ini

Status kesehatan umum selama 5 tahun lalu : sehat


Keluhan kesehatan saat ini : sering mual/muntah,tinnitus dan
gangguan pendengaran

Obat-obatan

Nama : Furosemide, Ranitidin, Ampicillin, dan


methyl prednisolon
Dosis : 40 mg, 150 mg. 500 mg dan 4 mg
Bagaimana/kapan penggunaannya : diminum setelah makan siang dan
malam
Tanggal resep : 27 Maret 2021

Status alergi

Obat-obatan : tidak ada


Makanan : tidak ada
Faktor lingkungan : todak ada

Nutrisi

Pola makan : 2x sehari


Diet khusus : tidak ada
Masalah yang mempengaruhi pola makan : tidak ada

9. Status Kesehatan Masa Lalu


Penyakit masa lalu : mual/muntah, tinitus, gangguan
pendengaran
Penyakit serius kronik : tidak ada
trauma : tidak ada
Perawatan dirumah : minum obat atibiotik seperti ampicilin dan
amoxilin
Operasi : tidak ada
Riwayat absentrik : tidak ada

10. Tinjauan Sistem

Umum

Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS
: Ya Tidak
Kelelahan Ya
Perubahan BB satu bulan yang lalu : Tidak
Perubahan nafsu makan : Tidak
Demam : Tidak
Keringat malam : Tidak
Kesulitan tidur : Tidak
Sering pilek, batuk (infeksi) : Ya
Penilaian terhadap status kesehatan : Ya
Kemampuan melakukan ADL : Ya
(aktivitas kehidupan sehari-hari)

TTV Nilai
Tekanan darah 140/80 mmHg
Pernapasan 25x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 26 C

Intergumen

Keadaan Ya Tidak
Lesi/Luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan Pigmentasi : Tidak
Perubahan tekstur : Tidak
Perubahan nevi : Tidak
Sering memar : Tidak
Perubahan rambut : Ya
Perubahan kuku : Tidak
Pola Penyembuhan lesi/luka : Tidak
Kalus : Tidak

Hemopoetik

Keadaan Hemopoetik Ya Tidak


Pendarahan atau memar abnormal : Tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : Tidak
Anemia : Tidak
Riwayat Transfusi darah : Tidak

Kepela

Keadaan Ya Tidak
Sakit Kepala : Ya
Trauma masa lalu : Tidak
Pusing : Ya
Gatal pada kulit kepala : Tidak

Mata

Keadaan Ya Tidak
Perubahan penglihatan : Tidak
Kacamata/Lensa kontak : Tidak
Nyeri : Tidak
Air mata berlebihan : Tidak
Pruritus : Tidak
Bengkak sekitar mata : Tidak
Floater : Tidak
Diplopia : Tidak
Kabur : Ya
Fotophobia : Tidak
Skotomata : Tidak
Katarak : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : Tidak
Tanggal pemeriksaan glaukoma paling : Tidak
akhir
Dampak pada penampilan ADL : Baik

Telinga

Keadaan Ya Tidak
Perubahan pendengaran : Ya
Rabas : Tidak
Vertigo : Ya
Sensivitas Pendengaran : Ya
Alat-alat protesa : Tidak
Riwayat infeksi : Ya
Kebiasaan perawatan telinga : tidak
Dampak pada penampilan ADL : Kurang baik

Hidung dan Sinus

Keadaan Hidung dan Sinus Ya Tidak


Rinorea : Tidak
Rabas : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Mendengkur : Tidak
Nyeri pada Sinus : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat Infeksi : Tidak
Penilaian Diri Pada Kemampuan : Baik
Olfaktori

Mulut dan Tenggorokan

Keadaan Mulut dan Tenggorok Ya Tidak


Sakit Tenggorok : Tidak
Lesi/Ulkus : Tidak
Serak : Ya
Perubahan Suara : Ya
Kesulitan menelan : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Karies : Tidak
Alat-alat prostesa : Tidak
Riwayat Infeksi : Tidak
Tanggal pemeriksaan gigi (terakhir kali : Tidak
periksa)
Pola Menggosok Gigi : Tidak
Pola Flossing : Tidak
Masalah dan kebiasaan membersihkan : Tidak
gigi palsu

Leher

Keadaan Leher Ya Tidak


Kekakuan : Tidak
Nyeri/nyeri tekan : Tidak
Benjolan/massa : Tidak
Keterbatasan gerak : Tidak

Pernapasan

Pernapasan Ya Tidak
Batuk : Ya
Sesak napas : Ya
Hemoptisis : Tidak
Sputum : Tidak
Asma/alergi pernapasan : Tidak
Suaran nafas (vesikuler, bronkial, : Suara napas terdengar disemua lapang
bronko vesikuler) paru yang normal, bersifat halus, nada
rendah, inspirasi lebuh panjang dari
ekspirasi (vesikuler)
Suara napas tambahan (ronkhi, : Tidak ada
wheezing)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada : Tidak ada
(terakhir kali periksa)

Kardiovaskuler

Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : Tidak
Palpitasi : Ya
Sesak napas : Ya
Ortopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
Varises : Tidak
Parestesia : Ya
Perubahan warna kuku kaki dan tangan : Tidak

Gastrointestinal

Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia : Tidak
Tidak dapat mencerna : Tidak
Nyeri ulu hati : Tidak
Mual/muntah : Ya
Hematemesis : Tidak
Perubahan nafsu makan : Ya
Intoleran makanan : Tidak
Ulkus : Tidak
Nyeri : Tidak
Ikterus : Tidak
Benjolan/massa : Tidak
Perubahan kebiasaan defikasi : Tidak
Diare : Tidak
Konstipasi : Tidak
Melena : Tidak
Hemoroid : Tidak
Perndarahan rectum : Tidak
Pola defikasi biasanya : Ya

Perkemihan

Perkemihan Ya Tidak
Disuria : Tidak
Frekuensi : Ya
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nokturia : Tidak
Inkontinensia : Tidak
Batu ginjal : Tidak

Genitoreproduksi

Genitoreproduksi-Pria Ya Tidak
Lesi : Tidak
Rabas : Tidak
Nyeri testikuler : Tidak
Masalah prostat : Tidak
Penyakit kelamin : Tidak
Perubahan hasrat seksual : Ya
Impotensi : Ya
Masalah aktivitas sosial : Tidak

Moskulosketal

Muskuloskelektal Ya Tidak
Nyeri persendian : Tidak
Kekakuan : Tidak
Pembengkakan sendi : Tidak
Deformitas : Tidak
Spasme : Tidak
Kram : Ya
Kelemahan otot : Ya
Masalah cara berjalan : Tidak
Nyeri pungugng : Ya
Prostesa : Tidak
Pola kebiasaan latihan : Ya
Dampak pada penampilan ADL : Kurang baik

Sistem Saraf Pusat

Sistem Saraf Pusat Ya Tidak


Sakit kepala : Ya
Kejang : Tidak
Paralisis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah koordinasi : Tidak
Tremor/spasme : Tidak
Parastesia : Ya
Cedera kepala : Tidak
Masalah memori : Ya

Sistem Endikrin
Sistem Endokrin Ya Tidak
Intoleran panas : Tidak
Intoleran dingin : Tidk
Goiter : Tidak
Pigmentasi kulit : Tidak
Polifagia : Tidak
Polidipsia : Tidak
Poliuria : Tidak

Psikososial

Psikososial Ya Tidak
Cemas : Ya
Depresi : Tidak
Insomnia : Tidak
Menangis : Tidak
Gugup : Tidak
Takut : Tidak
Masalah dalam mengambil keputusan : Ya
Kesulitan berkonsentrasi : Ya
Pernayataan perasaan mengenai : Ya
kepuasaan atau frustasi
Mekanisme koping yang biasa : Ya
digunakan
Stress saat ini : Tidak
Masalah tentang kematian : Tidak
Dampak penampilan ADL : Kurang baik
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Perubahan penerimaan Gangguan persepsi
DS :
sensori, transmisi dan sensori (visual, auditor)
integrasi
- klien mengataka sudah
tidak jelas mendengar

DO :

- klien tampak tidak


menggunakan alat bantu
dengar
- tidak bisa mendengar
pada jarak kurang lebih
1 meter

2. Resko jatuh Gangguan alat


DS :
keseimbangan, vertigo
- Pasien mengatakan
bahwa dalam 2 minggu
terakhir merasakan
kepala berputar, terjadi
secara periodik, jika
sedang serangan sering
disertai mual, muntah.
DO :

- Gerakan pasien sangat


lambat
- Klien tampak jalan
sambil merembet
tembok
3. Indeks masa tubuh dari Gangguan mobilitas
DS :
atas 75 tahun percentile fisik
sesuai dengan usia
- Klien mengatakan sulit
dalam berjalan dan cepat
leleh

DO :

- Klien tampak tidak


menggunakan alat bantu
berjalan
- Gerakan sangat lambat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. gangguan persepsi sensori (visual, auditori) berhubungan dengan perubahan penerimaan


sensori, transmisi dan integritas

2. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan alat keseimbangan, vertigo

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan indeks masa tubuh diatas 75 tahun percentile
sesuai dengan usia

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis

Pasien 1
Nama : Tn. T Umur : 76 Tahun No. Dokumen RM :
Ruang : Interen Laki Kelas : Tanggal : 27 Maret 2021

Diagnosa keperawatan NOC NIC


Data pendukung
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi Rasional

1. gangguang 1. pasien dapat 1. monitoring


persepsi sensori menunjukan kemampuan perubahan status
(visual,
kognitif neurologis pesien
auditori)
berhubungan 2. pasien dapat 2. monitoring tingkat
dengan
mengidentifikasikan diri, kesadaran pasien
perubahan
penerimaan orang, tempat dan waktu
3. identifikasikan
sensori,
faktor yang
transmisi dan
integritas berpengaruh terhadap
gangguan persepsi
sensori

3. pastikan akses dan


penggunaan alat bantu
sensori

4. tingkatkan jumlah
stimulus untuk
mencapai tingkat
sensori yang sesuai

2. Resiko jatuh 1. Rasa berdenging 1. Monitor tingkat 1. Mengusaha-kan


berhubungan
dapat hilang / kelemahan persepsi mobilitas fisik yang
dengan
gangguan alat berkurang klien sesuai dengan
keseimbangan, kebutuhan klien
vertigo 2. Memperbaiki
2. Komunikasi efektif
komunikasi : 2. Menjaga privasi
antara klien, keluarga,
berbicara tegas dan klien dan keluarga
dan tenaga kesehatan.
jelas  (tanpa  
berteriak) 3. Putuskan solusi
bersama agar klien
3. Ajarkan cara
dan perawat dapat
berkomunikasi yang
berkomunikasi efektif
tepat
yaitumenggunakan
tanda nonverbal
(ekspresi
wajah,menunjuk dan
sikap tubuh)

3. Gangguan 1. klien meningkatkan 1. monitoring vital


mobilitas fisik dalam aktivitas fisik sign sebelum dan
berhubungan sedudah latihan dan
dengan indeks 2. mengerti tujuan dari respon pasien saat
masa tubuh peningkatan mobilitas latihan
diatas 75
tahun 3. mepergerakan 2. kaji kemampuan
percentile penggunaan alat bantu pasien dalam
sesuai dengan untuk mobilisasi mobilisasi
usia
4. memverbalisasikan 3. latih pasien dalam
perasaan dalam pemenuhan ADL
meningkatkan kekuatan secara mandiri sesuai
dan kemampuan kemampuan
berpindah
4. berikan alat bantu
jika klien membutukan

5. ajarkan pasien
bagaimna merubah
posisi dan berikan
bantuan jiak
diperlukan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Meniere adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa
mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan
berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara progresif,
biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan
dari endolimfe pada telinga dalam.
B. Saran
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini maka mahasiswa maupun praktisi
kesehatan dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Sindrom Meniere
dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/391561563/Asuhan-Keperawatan-Gerontik-Dengan-Gangguan-
Sistem

https://id.scribd.com/doc/269264764/Askep-Meniere

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/ba2940390d1a19f2cebd6df6da431853.pdf

Anda mungkin juga menyukai