NPM: 12114201180038
KELAS: C
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGATAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, untuk menyelesaikan tugas UTS
GERONTIK dengan tepat waktu.
tugas ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh nilai pada matakuliah
GERONTIK.
Dalam penyusunan proposal ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari ibu sangat saya harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk
masa mendatang.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Konsep menua
B. Patofisiologi
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnose
C. Perencanaan
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAN
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan
cadidiasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas,termasuk infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap jejas dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik serta struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi,
aterosklerosis, DM, kanker, yang akan menyebabkan manusia menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatik, seperti stroke, infark miokard, koma asidotik,
metastase kanker, dan sebagainya (Darmojo, 2010).
Usia harapan hidup yang lebih panjang disertai kualitas hidup yang optimal inilah
konsep baru dari ilmu kedokteran anti penuaan atau Anti Aging Medicine (AAM). AAM
ini didefinisikan sebagai bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan,
pengobatan, dan perbaikan kekeadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit
yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam
keadaan sehat. Dengan definisi AAM tersebut, tampak bahwa terdapat paradigma baru,
manusia bukanlah orang yang terperangkap dalam takdir genetiknya dan penuaan dapat
dianggap sama dengan penyakit yang dapat dicegah, diobati bahkan dikembalikan
kekeadaan semula (Pangkahila, 2011).
Dengan demikian proses penuaan tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melalui proses
yang berlangsung 3 tahap (Pangkahila, 2011).
1. Tahap Subklinik (usia 25 – 35 tahun) Pada tahap ini, sebagian besar hormon di
dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormone, dan hormon
estrogen. Pembentukan radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA, mulai
mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Karena itu pada
tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.
Pada umumnya, rentang usia ini dianggap usia muda dan normal, padahal sebenarnya
sudah mulai terjadi proses penuaan.
2. Tahap Transisi (usia 35 – 45 tahun) Selama tahap ini level hormon terus menurun
sampai 25%. Massa otot berkurang sebanyak 1 kg setiap beberapa tahun. Akibatnya
tenaga dan kekuatan terasa hilang, sedang komposisi lemak tubuh terus bertambah.
Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung
pembuluh darah dan obesitas. Pada tahap ini gejala mulai muncul, yaitu penglihatan dan
pendengaran menurun, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan pigmentasi kulit
menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Pada tahap ini orang merasa
mulai tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Radikal bebas mulai merusak ekspresi
genetik, yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, arthritis, berkurangnya
memori, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
3. Tahap Klinis ( usia 45 tahun ke atas) Pada tahap ini penurunan level hormon terus
berlanjut, yang meliputi DHEA, melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan
juga hormon tiroid. Terjadi juga penurunan, bahkan hilangnya kemampuan penyerapan
bahan makanan, vitamin, dan mineral. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang
sekitar 1 kg setiap 3 tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori,
meningkatnya lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama
sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari. Disfungsi seksual merupakan keluhan yang
penting dan mengganggu keharmonisan banyak pasangan.
Kesehatan yang mencakup kesehatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual merupakan
salah satu idaman utama dari kita semua. Kesehatan yang holistik ini tidak mudah dicapai
dan sebagian besar manusia di dunia mempunyai pola idup tidak sehat. Dimana pola
hidup tidak sehat ini merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian, selain itu
juga mempercepat terjadinya penyakit degeneratif. Dengan kata lain timbulnya penyakit
degeneratif berhubungan erat dengan proses penuaan. Sebaliknya penyakit degeneratif
mempercepat proses penuaan. Contoh penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson,
Atherosklerosis, Hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung, Kanker, Osteoarthristis,
Osteoporosis (Pangkahila, 2011). Ada empat faktor penting yang menyebabkan terjadinya
penyakit degeneratif, yaitu adanya radikal bebas, inflamasi, kegagalan sistem imun, dan
stres insulin yang berlebihan. Dari keempat faktor tersebut, diyakini adanya radikal bebas
dalam tubuh merupakan faktor yang paling penting (Aman, 2012).
Proses oksidasi akan terus berlangsung selama hidup yang meliputi aktivitas
metabolik yang reguler, aktivitas fisik. Dua sampai lima persen dari oksigen yang
dikonsumsi akan diubah menjadi single oksigen, superoksid, hidrogen peroksida, dan
radikal hidroksil. Semuanya terakumulasi dalam tubuh yang disebut Reactive Oxygen
Species (ROS). Apabila ROS ini melebihi antioksidan yang ada dalam tubuh, maka
keadaan ini disebut stres oksidatif yang dapat merusak lipid, protein, dan DNA. Dengan
demikian mudah sekali menimbulkan penyakit kronis dan degeneratif, yang akan
mempercepat proses penuaan (Aman, 2012).
B. Patofisiologi
Patofisiologi kandidiasis mukokutan berhubungan dengan virulensi agen, kerentanan host, dan
faktor lingkungan. Spesies Candida albicans merupakan flora normal pada manusia. Jamur ini
berkoloni secara fisiologis pada kulit, membran mukosa saluran pencernaan, genitourinaria, dan
saluran pernapasan. Selain itu, jamur ini juga hidup pada benda dan alam sekitar manusia.
Jamur candida yang merupakan flora normal tubuh dapat berubah menjadi patogen pada individu
dengan imunokompromise, seperti pada pasien HIV, tuberkulosis, atau lupus eritematosus
sistemik dengan keadaan umum buruk. Dapat juga terjadi pada kehamilan, bayi, lansia, dan
pasien gangguan endokrin seperti diabetes mellitus.
Faktor lingkungan seperti iklim, panas, dan kelembaban udara dapat menyebabkan
meningkatnya produksi keringat dan menunjang berkembangnya jamur di mukokutan. Sanitasi
dan hygiene kulit host juga berperan penting. Kontak dengan penderita, misalnya
pada thrush dan balanitis, melalui ciuman dan hubungan seksual dapat menyebabkan penularan.
BAB III
KASUS
Tn. B mengelu sudah 1 bulan klien mengalami diare, dan tampak lemas, setelah melakukan
pengobatan. 1 minggu kemudian klien kembali lagi deng meringis terus, suhu tubunya
meningkat, nyeri pada bagian mulut (+) berat badan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
hasil di lidah, palatum, dan ovula terdapat bercak putih, suhu badan tersebut 38,5C.
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Klien
Nama : Tn. B
Tempat tanggal lahir : Ambon,25 Februari 1954
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gunung Nona
Suku : Ambon
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Sudah Menika
Pendidikan Terakhir : SMA
Orang yang bertanggung jawab : Ny. T
2. Riwayat Keluarga
Pasangan
Hidup : Hidup
Status Kesehatan : Sehat
Umur : 65
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kematian : -
Tahun Meninggal : -
Penyebab Kematian : -
Hidup : Hidup
Status Kesehatan : Sehat
Umur : 37
Pekerjaan : PNS
Kematian : -
Tahun Meninggal : -
Penyebab Kematian : -
Genogram (minimal 4 generasi)
3. Riwayat Pekerjaan
Status kesehatan umum selama lima : a. penyakit yang pernah dialami adalah
tahun yang lalu sering mengalami demam tinggi.
b. Alergi
klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi baik obat-obatan, makanan dan
minuman.
Obat-obatan
Nama : 1. Ranitidine
2. Ketrolac
3. Ceftriaxon
4. Ivfd RL
5. Nistain Drop
Dosis : 1. 50mg/12 jam
2. 30mg/8 jam
3. 1gr/12 jam
4. 20 tts/i
5. permen dihisap 1x1
Bagaimana/kapan menggunakannya : Di minum dan dihisap setelah makan
Status Alergi
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor lingkungan : -
Nutrisi
Masalah yang mempengaruhi pola : Sulit makan karna di lidah terdap bercak
makan (misal: pendapatan tidak puti dan sakit
adekuat, kurang trasportasi, masalah
menelan atau mengunyah, stress
emotional, sakit tertentu.
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS
: Ya Tidak
Kelelahan Ya
Perubahan BB satu bulan yang lalu : Ya
Perubahan nafsu makan : Ya
Demam : Ya
Keringat malam : Ya
Kesulitan tidur : Ya
Sering pilek, batuk (infeksi) : Tidak
Penilaian terhadap status kesehatan :
Kemampuan melakukan ADL : Ya
(aktivitas kehidupan sehari-hari)
Dan Lain-lain :
TTV Nilai
Tekanan darah 140/80
Pernapasan 18
Nadi : 80
Suhu : 38,5C
Integumen
Keadaan Ya Tidak
Lesi/Luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan Pigmentasi : Tidak
Perubahan tekstur : Tidak
Perubahan nevi : Tidak
Sering memar : Ya
Perubahan rambut : Ya
Perubahan kuku : Tidak
Pola Penyembuhan lesi/luka : Tidak
Kalus : Tidak
Lain-lain :
Hemopoetik
Kepala
Keadaan Ya Tidak
Sakit Kepala : Tikak
Trauma masa lalu : Tidak
Pusing : Ya
Gatal pada kulit kepala : Tidak
Lain-lain :
Mata
Keadaan Ya Tidak
Perubahan penglihatan : Ya
Kacamata/Lensa kontak : Tidak
Nyeri : Tidak
Air mata berlebihan : Tidak
Pruritus : Tidak
Bengkak sekitar mata : Tidak
Floater : Tidak
Diplopia : Tidak
Kabur : Ya
Fotophobia : Tidak
Skotomata : Tidak
Katarak : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : Tidak
Tanggal pemeriksaan glaukoma paling : Tidak
akhir
Dampak pada penampilan ADL : -
Lain-lain :
Telinga
Keadaan Ya Tidak
Perubahan pendengaran : Ya
Rabas : Tidak
Vertigo : Tidak
Sensivitas Pendengaran : Ya
Alat-alat protesa : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan perawatan telinga : Ya
Dampak pada penampilan ADL : -
Lain-lain :
Leher
Payudara
Pernapasan Ya Tidak
Batuk : Ya
Sesak napas : Ya
Hemoptisis : Tidak
Sputum : Tidak
Asma/alergi pernapasan : Tidak
Suaran nafas (vesikuler, bronkial, : Suara nafas sesak dan serak-serak
bronko vesikuler)
Suara napas tambahan (ronkhi, :
wheezing)
Tanggal dan pemeriksaan rongen dada :
(terakhir kali periksa)
Lain-lain :
Kardiovaskuler
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : Tidak
Palpitasi : Tidakk
Sesak napas : Ya
Ortopnea : Tidak
Murmur : Ya
Edema : Ya
Varises : Tidak
Parestesia : Tidak
Perubahan warna kuku kaki dan tangan : Tidak
Lain-lain :
Gastrointestinal
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia : Tidak
Tidak dapat mencerna : Tidak
Nyeri ulu hati : Tidak
Mual/muntah : Tidak
Hematemesis : Tidak
Perubahan nafsu makan : Ya
Intoleran makanan : Ya
Ulkus : Ya
Nyeri : Ya
Ikterus : Tidak
Benjolan/massa : Tidak
Perubahan kebiasaan defikasi : Tidak
Diare : Tidak
Konstipasi : Ya
Melena : Tidak
Hemoroid : Tidak
Perndarahan rectum : Tidak
Pola defikasi biasanya : Tidak
Lain-lain :
Perkemihan
Perkemihan Ya Tidak
Disuria : Tidak
Frekuensi : Tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Tidak
Oliguria : Tidak
Nokturia : Tidak
Inkontinensia : Tidak
Batu ginjal : Tidak
Lain-lain :
Genitoreproduksi-Pria
Genitoreproduksi-Pria Ya Tidak
Lesi : Tidak
Rabas : Tidak
Nyeri testikuler : Tidak
Masalah prostat : Ya
Penyakit kelamin : Tidak
Perubahan hasrat seksual : Ya
Impotensi : Ya
Masalah aktivitas sosial : Ya
Lain-lain :
Genitoreproduksi- Wanita
Genitoreproduksi-Wanita Ya Tidak
Lesi :
Rabas :
Dispareunia :
Perdarahan pascasenggama :
Nyeri pelvis :
Penyakit kelamin :
Infeksi :
Masalah aktivitas seksual :
Riwayat menopause (usia, gejala, :
masalah-masalah pascamenopause)
Tanggal dan hasil tes papsmear paling :
akhir
Lain-lain :
Muskuloskelektal
Muskuloskelektal Ya Tidak
Nyer i persendian : Ya
Kekakuan : Ya
Pembengkakan sendi : Ya
Deformitas : Tidak
Spasme : Ya
Kram : Ya
Kelemahan otot : Tidak
Masalah cara berjalan : Tidak
Nyeri pungugng : Tidak
Prostesa : Ya
Pola kebiasaan latihan : Ya
Dampak pada penampilan ADL :
Lain-lain :
Sistem Endokrin
Psikososial
Psikososial Ya Tidak
Cemas : Ya
Depresi : Tidak
Insomnia : Ya
Menangis : Ya
Gugup : Tidak
Takut : Ya
Masalah dalam mengambil keputusan : Ya
Kesulitan berkonsentrasi : Ya
Pernayataan perasaan mengenai : Tidak
kepuasaan atau frustasi
Mekanisme koping yang biasa : Tidak
digunakan
Stress saat ini : Tidak
Masalah tentang kematian : Tidak
Dampak penampilan ADL :
Lain-lain.
ANALISA DATA
dan lemah
permukaan lidah
Gejala semakin
memberat
Timbul bercak
kemerahan dan
mengandung eksudat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi yang menghasilkan bentukan berwarna
Pasyen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
36 – 37 C tingkat
RR dalam 5. Monitor
cairan
intravena.
Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi.
NOC NIC
Setelah 1. Lakukan
dilakukan pengkajian
keperawatan kompherensif.
hasil : 2. Observasi
1. Mampu reaksi
mampu an.
mengurangi menemukan
nyeri. dukungan.
berkurang nyeri.
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
5. Tanda vital
sign dalam
batas
normal.
Tidak
mengalami
gangguan tidur.
NOC NIC
dilakukan alergi
tindakan makanan.
keperawatan 2. Kolaborasi
dan nutrisi
1. Albumin
yang
serum
dibutuhkan
2. Pre albumin
pasien.
serum
3. Ajarkan pasien
3. Hematokrit
bagaimana
4. Hemoglobin
membuat
5. Total iron
catatan
binding
makanan
capacity
harian.
6. Jumlah
4. Monitor
liposit.
Hidrasi baik adanya
penurunan
berat badan
5. Monitor
kekeringan
rambut kusam
total protein
Hb
6. Monitor turgor
kulit.
7. Monitor mual
muntahmonitor
intake nutrisi.
8. Atur posisi
semi flower
atau flower
tinggi selama
makan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
rambutan efektif dalam menghambat pertumbuhan candidiasis
B. SARAN
Berdasarkan penilitian yang dilakukan,maka penilitia memberikan saran sebagai berikut:
1. perlu dilakukan uji toksisitas agar ekstrak daun rambutan dapat dugunakan sebagai obat
aiternatif dalam mengatasi infeksi jamur candidiasis
2. perlu dilakukan penilitian lebih lanjut mengenai cara pengambilan senyawa zat aktif daun
rambutan yang meniliki efek yang paling dominal dalam menghambat jamur candidiasis.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/298862817/ASKEP-Candidiasis
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/kandidiasis-
mukokutan/patofisiologi